GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ORANG TUA DARI ANAK DENGAN KANKER YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ORANG TUA DARI ANAK DENGAN KANKER YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
Sang Ayu Amelia Pradnya Paramita*1, Kadek Cahya Utami1, Meril Valentine Manangkot1
1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: ameliapradnya24@gmail. com
ABSTRAK
Kanker merupakan penyebab utama terjadinya kematian pada anak serta remaja. Kemoterapi hingga saat ini merupakan penanganan yang paling efektif untuk kanker pada anak. Orang tua memiliki peranan penting pada perawatan anak sehingga diperlukan kesejahteraan psikologis yang baik agar mencapai keberhasilan dalam perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional method. Sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling dari orang tua di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali yang berjumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata usia orang tua yaitu 35,40 tahun, persentase jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sama besar 50% yaitu 15 orang, mayoritas berada pada tingkat pendidikan SMA, serta rata-rata kesejahteraan psikologis orang tua berada dalam kategori rendah.
Kata kunci: kanker, kesejahteraan psikologis, orang tua anak dengan kanker
ABSTRACT
Cancer becomes leading cause of death in children and adolescents. The most effective treatment for cancer in children is chemotherapy. Parents have an important role in child care so the good psychological well-being is needed in order to achieve success in treatment. This study aimed to describe the parents psychological wellbeing of children with cancer who got chemotherapy. This type of research was descriptive quantitative with a cross sectional method design. The sample was selected using a purposive sampling technique from parents in Yayasan Peduli Kanker Anak Bali, totaling 30 people. Based on the results of the study, it was found that the average age of parents was 35.40 years, the percentage of gender between men and women was equal to 50%, namely 15 people, the majority were at the high school education level, and the average psychological wellbeing of parents was in the low category.
Keywords: cancer, parents of children with cancer, psychological well-being
PENDAHULUAN
Kanker yang diderita oleh anak secara terminologi digunakan untuk mendiagnosis kanker yang terjadi pada anak dari usia kandungan hingga 18 tahun (P2PTM Kementerian Kesehatan RI, 2018). Berdasarkan data Global Cancer Statistic (GLOBOCAN) (2018), kanker anak merupakan penyumbang 1% dari total kanker di seluruh dunia (Bray et al., 2018). Di Indonesia sendiri, saat ini kanker merupakan penyebab kematian kedua pada anak (P2PTM Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Kanker pada anak usia 0-14 tahun di Indonesia berjumlah 16.291 kasus (Mahayati dkk, 2022). Prevalensi kanker anak di Bali berdasarkan data rekam medik pasien hematologi-onkologi RSUP Sanglah periode Januari 2008 - Desember 2017, terdapat 297 kasus kanker anak (Adinatha & Ariawati, 2020). RSUP Sanglah bekerja sama dengan Yayasan Peduli Kanker Anak (YPKA) Bali dalam memfasilitasi pendidikan, akomodasi, dan transportasi untuk anak dengan kanker yang sedang melakukan perawatan di rumah sakit. Menurut World Health Organization (WHO) (2018), penyebab utama terjadinya kematian pada anak serta remaja di seluruh dunia adalah kanker.
Penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menekan angka kematian anak akibat kanker. Penanganan pada anak dengan kanker bergantung pada jenis kanker dan stadium kankernya, namun kemoterapi hingga saat ini merupakan penanganan yang paling efektif untuk kanker pada anak (National Cancer Institute, 2020). Namun, selain memberikan efek terapeutik, kemoterapi juga memiliki efek samping (Utami & Puspita, 2020). Efek samping dari kemoterapi ini menyebabkan anak harus mendapatkan hospitalisasi berulang.
Hospitalisasi dapat menimbulkan kecemasan pada pasien anak karena anak merasa asing dengan lingkungan yang baru, bertemu dengan individu yang baru, perubahan gaya hidup dari biasanya, serta mendapatkan tindakan medik yang
menyakitkan (Nurfatimah, 2019). Dampak psikologis akibat hospitalisasi tidak hanya dirasakan oleh anak melainkan juga oleh orang tua yang menjadi caregiver bagi anak, semakin lama hospitalisasi berdampak dengan tingkat stres yang dialami orang tua (Audina dkk, 2017; Tistiawati, 2016).
Orang tua ataupun keluarga memiliki peranan penting pada perawatan anak. Konsep family centered care menjelaskan bahwa keluarga adalah mitra tenaga kesehatan dalam perawatan karena efektif untuk mengurangi trauma akibat hospitalisasi yang dijalani (Tanaem dkk, 2019). Besarnya peranan orang tua pada perawatan dan tekanan psikologis yang dirasakan dapat memicu stresor orang tua apabila perannya tidak dapat dilakukan secara maksimal (Bürger Lazar & Musek, 2020).
Penelitian oleh Racine, Reynolds, Guilcher, dan Schulte (2018) mengatakan bahwa orang tua dengan tekanan psikologis akan berdampak pada kondisi anak. Adaptasi positif orang tua sangat diperlukan dalam perawatan anak karena adanya hubungan psikologis antara orang tua dan anak (Salvador et al., 2019). Ketidakstabilan emosi dari orang tua dipengaruhi oleh kesejahteraan psikologis (Bürger Lazar & Musek, 2020; Puspita & Siswati, 2018).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di YPKA Bali, pada tahun 2020 sampai bulan Desember terdapat 34 anak penderita kanker yang mendapat kemoterapi, dengan sebagian besar menderita acute lymphoblastic leukimia (ALL) dan acute myeloid leukimia (AML). Pada kurun waktu satu hari kurang lebih terdapat tiga anak yang singgah ke yayasan. Setiap tahunnya kurang lebih terdapat 10 kasus anak meninggal akibat penyakit kanker.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran terkait kesejahteraan psikologis orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi di Yayasan Peduli Kanker Anak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yakni kuantitatif deskriptif dengan metode cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada April 2021 di Yayasan Peduli Kanker Anak (YPKA) dengan populasi sebanyak 34 orang orang tua dari anak kanker yang mendapat kemoterapi di YPKA Bali. Sampel pada penelitian yaitu 30 orang, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian antara lain orang tua yang berada pada rentang usia 22-45 tahun.
Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner psychological well-being scale yang disusun oleh Ryff dan Keyes, yang telah diadaptasi oleh Astriani (2019). Pengumpulan data melalui pemberian kuesioner secara daring berupa google form yang diberikan kepada enumerator. Setelah itu, dilakukan follow up melalui sms, telepon, ataupun menggunakan media sosial kepada enumerator untuk mengingatkan responden mengisi kuesioner.
Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data identitas responden meliputi jenis kelamin dan tingkat pendidikan, yang disajikan dalam bentuk tabel ditribusi frekuensi. Selain itu juga mendeskripsikan usia dan skor kesejahteraan psikologis dalam bentuk tendensi sentral (skor rata-rata, median, dan skor minimum-maksimum). Skor kesejahteraan psikologis dikategorikan dengan melihat nilai cut off point menggunakan nilai median karena data tidak terdistribusi normal (Budiarto, 2020).
Kesejahteraan psikologis rendah apabila nilai kesejahteraan psikologis ≤ 77 dan tinggi apabila > 77. Masing-masing dimensi kesejahteraan psikologis dianalisis serta dilihat dimensi dengan rata-rata tertinggi. Penelitian ini telah mendapat ijin dan surat keterangan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian FK Unud / RSUP Sanglah Denpasar dengan nomor 1171/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Orang Tua Berdasarkan Usia di YPKA Bali pada Bulan April 2021 (n=30)
Variabel Mean |
SD Min-Max CI 95% Lower Upper |
Usia 35,40 |
6,377 24-44 33,02 37,78 |
Tabel 1 menunjukkan dari 30 responden, rata-rata usia orang tua yaitu |
35,40 tahun. Usia termuda orang tua, yaitu 24 tahun dan usia tertuanya yaitu 44 tahun. |
Tabel 2. Gambaran Karakteristik Orang Tua Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di YPKA Bali pada Bulan April 2021 (n=30)
No. Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
1. Jenis Kelamin | ||
Laki-Laki |
15 |
50 |
Perempuan |
15 |
50 |
Total |
30 |
100 |
2. Tingkat Pendidikan | ||
Tidak Sekolah |
2 |
6,7 |
Sekolah Dasar (SD)/Sederajat |
0 |
0 |
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat |
5 |
16,7 |
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat |
13 |
43,3 |
Perguruan Tinggi |
10 |
33,3 |
Total |
30 |
100 |
Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis |
pendidikannya yaitu |
Sekolah Menengah |
Atas (SMA) / sederajat dengan total 13 orang (43,3%).
kelamin responden yaitu 15 orang (50%) laki-laki dan 15 orang (50%) perempuan. Sebagian besar responden tingkat
Tabel 3. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Orang Tua di YPKA Bali pada Bulan April 2021 (n=30) Variabel Median (Min-Max)
Skor kesejahteraan psikologis 77 (69-93)
Tabel 3 menunjukkan nilai median kemoterapi yaitu 77, dengan skor terendah
kesejahteraan psikologis orang tua dari yaitu 69 serta skor tertinggi yaitu 93.
anak dengan kanker yang mendapat
Tabel 4. Gambaran Tingkat Skor Kesejahteraan Psikologis Orang Tua di YPKA Bali pada Bulan April 2021 (n=30) | |||
Kategori |
Skor |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Rendah |
≤77 |
17 |
56,67 |
Tinggi |
>77 |
13 |
43,33 |
Total |
30 |
100 | |
Tabel 4 menunjukkan dari 30 orang tua, sebagian besar memiliki tingkat |
kesejahteraan psikologis yang rendah dengan jumlah 17 orang (56,67%). | ||
Tabel 5. Gambaran Skor Per Dimensi Kesejahteraan Psikologis Orang Tua di YPKA Bali pada Bulan April 2021 (n=30) | |||
Dimensi |
Mean |
Min-Max | |
Self-acceptance |
14,07 |
11-17 | |
Positive relations with other |
14,50 |
11-18 | |
Autonomy |
11,37 |
8-14 | |
Environmental mastery |
11,87 |
9-14 | |
Purpose in life |
11,07 |
10-13 | |
Personal growth |
14,00 |
12-17 | |
Tabel 5 menunjukkan bahwa dimensi yang memiliki skor rata-rata tertinggi adalah dimensi positive relations with |
other yaitu 14,50, sedangkan dimensi yang memiliki skor rata-rata terendah adalah dimensi purpose in life yaitu 11,07. |
PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang mengikuti penelitian rata-rata usianya 35,40 yang tergolong pada usia dewasa awal dengan usia paling muda yakni 24 tahun serta tertua yakni 44 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Lestari, dan Agustina (2021) yang menyatakan bahwa sebagian besar usia orang tua berada di rentang 26-35 tahun, yaitu kategori dewasa awal. Karakteristik individu dewasa awal yaitu memiliki kognitif serta afektif yang tidak konsisten, kognitif serta afektif cenderung belum baik sebelum mendapatkan pengetahuan yang cukup (Gideon, 2018; Iskandar, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua pada usia dewasa awal memerlukan informasi yang lebih banyak agar mampu mengambil keputusan terkait kesehatan untuk anak.
Responden pada penelitian ini jenis kelaminnya yaitu 15 orang (50%) laki-laki serta 15 orang (50%) perempuan. Berdasarkan penelitian dari Utami,
Puspita, dan Karin (2020), dibutuhkan dukungan orang tua kepada anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi selama menjalankan terapinya karena anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi memiliki masalah yang kompleks. Peran ibu dan ayah sama pentingnya dalam pengobatan pada anak dengan kanker.
Berdasarkan hasil penelitian, yang mengikuti penelitian didominasi oleh orang tua dengan pendidikan menengah atas sejumlah 13 orang (43,3%). Sejalan dengan penelitian Aziza (2018), yaitu mayoritas respondennya merupakan orang tua dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 44 responden (44%). Dewi dkk (2021) menyatakan dalam penelitiannya bahwa sebagian besar tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebanyak 50%. Tingkat pendidikan yang tinggi pada individu mengakibatkan individu memiliki informasi yang lebih luas serta memiliki kesadaran yang lebih baik dalam
menyikapi sesuatu dan mengambil suatu keputusan yang berdampak pada kesejahteraan psikologis (Wahyuningtiyas, 2016). Orang tua dengan pendidikan yang tinggi mempunyai kesadaran tinggi untuk mencari informasi terkait penyakit anaknya (Ray dkk., 2018).
Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki skor kesejahteraan psikologis yang rendah, yaitu 17 orang (56,67%). Penelitian yang dilakukan oleh Alfinuha dkk (2019) memaparkan bahwa peserta pelatihan sebelum diberikan pelatihan mampu menyebutkan hal-hal yang membuatnya bahagia akan tetapi belum mengetahui cara-cara untuk mencapai kebahagiaan sehingga
kesejahteraan psikologis sebelum
diberikan pelatihan mendapatkan hasil yang kurang optimal.
Rendahnya rata-rata skor
kesejahteraan psikologis orang tua dipengaruhi oleh hospitalisasi berulang pada pasien anak kanker akibat dari pengobatan yang dijalani (Commodari dalam Nurfatimah, 2019). Sejalan dengan penelitian oleh Widhigdo dkk (2020) yaitu sebelum diberikan pendidikan kesehatan rata-rata skor kesejahteraan psikologis rendah yaitu 60,60.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan statistik kesejahteraan
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata usia orang tua yaitu 35,40 tahun, dengan persentase jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
DAFTAR PUSTAKA
Adinatha, Y., & Ariawati, K. (2020). Gambaran Karakteristik Kanker Anak di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia Periode 2008-2017. Intisari Sains Medis, 11(2), 575–581.
https://doi.org/10.15562/ism.v11i2.638.
Alfinuha, S., Hadi, B. H., & Sinambela, F. C.
(2019). Pelatihan HERO untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Remaja Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 10(1), 60.
https://doi.org/10.26740/jptt.v10n1.p60-73.
Astriani, I. G. A. D. (2019). Hubungan Psychological Well-Being Orang Tua
psikologis untuk mengetahui dimensi yang paling dominan pada orang tua. Dimensi dari kesejahteraan psikologis yang memiliki rata-rata skor paling tinggi yakni dimensi positive relations with other. Sejalan dengan penelitian oleh Astriani (2019), bahwa skor rata-rata tertinggi berada pada dimensi positive relations with other. Orang tua dengan anak kanker mempunyai rasa solidaritas lebih tinggi dalam berbagi karena merasa nyaman saat bersama orang tua yang mempunyai permasalahan serupa (Fitria dkk, 2017; Sa’ädadiyah & Sartiika, 2015). Hal ini artinya orang tua memiliki hubungan yang baik dengan sekitarnya, memiliki empati dan kasih sayang terhadap sekitar serta mampu membangun sebuah kepercayaan dalam suatu hubungan. Dimensi dari kesejahteraan psikologis yang mempunyai skor rata-rata paling rendah, yaitu dimensi purpose in life dengan nilai 11,07. Sejalan dengan penelitian Astriani (2019) yang memaparkan bahwa skor rata-rata terendah berada pada dimensi purpose in life dengan nilai 10,67. Anak dengan kanker mengeluhkan berbagai reaksi akibat dari pengobatan ataupun sakit yang dialami. Hal ini mengakibatkan orang tua terpukul serta putus asa pada saat perawatan anak paliatif (Mariyana, 2019).
sama besar 50% yaitu 15 orang, mayoritas berada pada tingkat pendidikan SMA, serta rata-rata kesejahteraan psikologis orang tua berada dalam kategori rendah.
terhadap Kualitas Hidup Anak dengan Kanker di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali. Universitas Udayana.
Audina, M., Onibala, F., & Wowiling, F. (2017). Hubungan Dampak Hospitalisasi Anak dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di Irina E Atas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Journal Keperawatan, 5(1), 1–8.
Aziza, Y. D. (2018). Survei Tingkat Ansietas Orang Tua yang Merawat Anak Pengidap Kanker di Indonesia. Indonesian Journal of Nursing Sciences Dan Practice, 1(1).
Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., Siegel, R.
L., Torre, L. A., & Jemal, A. (2018). Global Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN
Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA: A Cancer Journal for Clinicians, 68(6), 394-424.
https://doi.org/10.3322/caac.21492.
Budiarto, E. (2020). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Bürger Lazar, M., & Musek, J. (2020). Well-Being in Parents of Children with Cancer: The Impact of Parental Personality, Coping, and The Child’s Quality of Life. Scandinavian Journal of Psychology, 61(5), 652-662.
https://doi.org/10.1111/sjop.12653.
Dewi, Y. ., Lestari, D. ., & Agustina, R. (2021). Hubungan Pusat Kendali dengan Strategi Koping Orang Tua dari Anak Kanker yang Menjalani Pengobatan Kemoterapi. Journal of Holistic Nursing Science, 8(1), 19-30.
Fitria, E., Setiana, W., & Tajiri, H. (2017).
Konseling Motivasi terhadap Orang Tua Anak Penderita Kanker. Journal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, Dan Psiikoterapi Islam, 5(2), 185-202.
Gideon, P. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Melalui Video Animasi terhadap Perilaku Pencegahan Diare pada Ibu dengan Anak Usia 1-4 Tahun. Universitas Udayana.
Iskandar, S. A. O. P. (2016). Hubungan Psychological Well-Being dengan Komitmen Organisasi pada Prajurit Tni-AU Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
Mahayati, L., Sari, E., Artini, B., Prasetyo, W., & Santiasari, R. N. (2022). Deteksi Dini Kanker Pada Anak. Pelita Abdi Masyarakat, 2(2), 69-73.
Mariyana, R. (2019). Respon Emosional Orang Tua dalam Merawat Anak dengan Kanker dalam Kondisi Perawatan Palliatif. NERS Jurnal Keperawatan, 14(2), 53.
https://doi.org/10.25077/njk.14.2.53-58.2018.
National Cancer Institute. (2020). Childhood Cancers.
https://doi.org/https://www.cancer.gov/types /childhood-cancers.
Nurfatimah. (2019). Peran Serta Orang Tua dan Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia 3-6 Tahun di Ruang Anak RSUD Poso. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), 1 (3), 122-128.
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.187.
P2PTM Kementerian Kesehatan RI. (2018). Kenali Gejala Dini Kanker pada Anak.
Puspita, D. W., & Siswati. (2018). Hubungan
Antara Emotional Labor dengan
Psychological Well-Being pada Perawat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Empati, 7(3), 27-32.
Racine, N., Reynolds, K., Guilcher, G., & Schulte, F. (2018). Quality of Life in Pediatric Cancer Survivors: Contributions of Parental Distress and Psychosocial Family Risk. Current Oncology, 25(1), 41-48.
https://doi.org/10.3747/co.25.3768
Ray, R. L., Rahmawati, F., & Andhini, D. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Kualitas Hidup Anak Penderita Talasemia. Seminar Nasional Keperawatan, 4(1), 79-85.
Sa’adadiyah, N., & Sartiika, D. (2015). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung. Prosidig Psikologi, 1(2).
Salvador, Á., Crespo, C., & Barros, L. (2019). Parents’ Psychological Well-Being when A Child has Cancer: Contribution of Individual and Family Factors. Psycho-Oncology, 28(5), 1080-1087.
https://doi.org/10.1002/pon.5057.
Tanaem, G. H., Dary, M., & Istiarti, E. (2019). Family Centered Care pada Perawatan Anak di Rsud Soe Timor Tengah Selatan. Jurnal Riset Kesehatan, 8(1), 21.
https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.3918.
Tistiawati, D. (2016). Hubungan Tingkat Stres Orang Tua dengan Lama Hari Rawat Inap Anak di Rumah Sakit Islam Harapan Anda Tegal. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Utami, K. C., & Puspita, L. M. (2020). Gambaran Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Anak Kanker di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali. Coping: Community Of
Publishing In Nursing, 8(2), 149-154.
Utami, K. C., Puspita, L. M., & Karin, P. A. E. S. (2020). Family Support in Improving Quality of Life of Children with Cancer Undergoing Chemotherapy. Enfermeria
Clinica, 30, 34-37.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.07.007.
Wahyuningtiyas, D. T. (2016). Kesejahteraan
Psikologis Orang Tua dengan Anak ADHD di Surabaya. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Widhigdo, J. C., Ahuluheluw, J. M., & Pandjaitan, L. N. (2020). Pelatihan Ketangguhan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Surabaya. Jurnal Psikologi Ulayat. https://doi.org/10.24854/jpu104.
Volume 10, Nomor 3, Juni 2022
338
Discussion and feedback