Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG HIV/AIDS DAN STIGMA TERHADAP ODHA PADA MAHASISWA KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Ni Made Listya Prihartini*1, Putu Oka Yuli Nurhesti1, Gusti Ayu Ary Antari1 1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Stigma merupakan salah satu dampak negatif HIV/AIDS yang dapat menjadi hambatan dalam pencegahan dan pengobatan ODHA. Stigma terhadap ODHA dapat dipengaruhi oleh persepsi seseorang. Tenaga kesehatan dan mahasiswa kesehatan seharusnya dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik sampling yaitu proportionate stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang berjumlah 269 orang. Pengumpulan data persepsi dan stigma dilakukan menggunakan kuesioner persepsi yang mengacu pada teori Health Belief Model (HBM) dan kuesioner stigma yang diadopsi dari Development of a Brief Scale to Measure AIDS-Related Stigma. Nilai tengah dari skor persepsi responden adalah 91,00 dengan varian 38,542 dan nilai tengah dari skor stigma responden adalah 9,00 dengan varian 5,027. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (p value = 0,000; α = 0,05; r = -0,351).

Kata kunci: AIDS, HIV, persepsi, stigma

ABSTRACT

Stigma is the one of negatif impacts of HIV/AIDS that can be an obstacle in prevention and treatment of People Living with HIV (PLWH). Stigma against PLWH affected by a person's perception. Health providers and health science students should provide health services without discrimination. This study aimed to determine the correlation between perception of HIV/AIDS and stigma against PLWH among health science students of Faculty of Medicine, Udayana University. This study was a correlative descriptive study. Sampling techniques in this study was proportionate stratified random sampling with 269 respondents who are 4th grade students in Faculty of Medicine, Udayana University. The data about perception and stigma were collected using a using a perception questionnaire that refers to the theory of Health Belief Model (HBM) and a stigma questionnaire adopted from the Development of a Brief Scale to Measure AIDS-related Stigma. Median of the respondents’ perception is 91.00 with a variant of 38,542 and the median of the respondents’ stigma is 9.00 with a variant of 5.027. The result of the statistical test shows a significant correlation between perceptions of HIV/AIDS and stigma towards PLWH in health science students of the Faculty of Medicine, Udayana University (p value = 0,000; α = 0,05; r = -0,351).

Keywords: AIDS, HIV, perception, stigma

PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan yang masuk dalam target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu getting to zero yang terdiri dari zero new infection, zero related deaths, dan zero discrimination pada tahun 2030 (United Nations Department of Economic and Social Affairs, 2020). Menurut WHO (2020), HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia khususnya sel Cluster of Differentiation 4 (CD4) dan jika tidak diberikan tatalaksana secara tepat akan menimbulkan AIDS, yaitu sindrom yang muncul akibat infeksi HIV (Sukiani dan Ardana, 2020).

Infeksi HIV telah menular ke 38 juta orang di dunia dan 690.000 diantaranya meninggal dunia (UNAIDS, 2020). Di Indonesia, penderita HIV yang tercatat hingga tahun 2018 mencapai 641.675 jiwa, sedangkan total penderita AIDS yang tercatat sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai Maret 2019 adalah 115.601 orang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2020). Bali merupakan salah satu penyumbang angka tersebut dengan 1.513 penderita HIV dan 488 kasus AIDS tahun 2021 (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2021).

Salah satu hambatan dalam pencegahan, perawatan, dan dukungan HIV/AIDS adalah adanya stigma terhadap ODHA (Situmeang, Syarif, & Mahkota, 2017). Stigma dapat diartikan sebagai segala bentuk atribut baik fisik maupun sosial yang melekat pada diri seseorang dan menciptakan persepsi negatif bagi orang lain sehingga menyebabkan orang tersebut terdiskualifikasi dari penerimaan masyarakat (Goffman, 1963). Di Indonesia, banyak masyarakat percaya bahwa penyakit HIV/AIDS adalah hukuman dari Tuhan akibat perilaku asusila berkaitan dengan perilaku seksual (Sulung & Asyura, 2019 dalam Raya & Nilmanat, 2020). Menurut sebuah studi yang dilakukan di Bali oleh Raya dan Nilmanat (2020), stigma yang dirasakan ODHA masih tergolong rendah. Namun, penerimaan diri ODHA terhadap

stigma HIV berada pada tingkat yang tinggi. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ODHA di Bali belum menerima dirinya dan masih merasa terstigma secara internal.

Secara umum, penyebab terjadinya stigma adalah persepsi yang telah ditanamkan sejak dini (Santoso, 2016). Menurut KBBI, persepsi dapat diartikan sebagai “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serta proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”. Penilaian negatif tentang HIV/AIDS umumnya muncul akibat pandangan masyarakat akan penyebab HIV/AIDS yang sering dikaitkan dengan perilaku negatif dan permasalahan moral (Yani, Harahap, & Hadi, 2020). Hal ini harus dihindari, terutama oleh tenaga kesehatan, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi dan meningkatkan kepercayaan diri ODHA dalam menjalani pengobatan HIV/AIDS.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menganalisis hubungan antara persepsi tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sampel dalam penelitian ini adalah 269 mahasiswa semester IV semua program studi (prodi) di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dipilih dengan teknik proportionate stratified random sampling.

Pemilihan mahasiswa semester IV sebagai sampel dalam penelitian ini dilandasi dengan berbagai pertimbangan, diantaranya mahasiswa semester IV sudah mendapatkan pelajaran yang menjurus kepada spesialisasinya, sehingga lebih dapat merepresentasikan mahasiswa kesehatan sesuai prodi dibandingkan mahasiswa semester awal. Peneliti juga

ingin mengurangi faktor perancu yang umumnya dimiliki oleh mahasiswa tingkat akhir seperti pengetahuan yang lebih tinggi karena telah mendapatkan lebih banyak pengetahuan saat kuliah, pengalaman yang lebih banyak dalam organisasi maupun pelayanan kesehatan, serta kemungkinan keterpaparan informasi dan interaksi dengan ODHA yang lebih tinggi.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner persepsi dengan konsep Health Belief Model (HBM) dan kuesioner Stigma yang diadopsi dari Development of a Brief Scale to Measure AIDS-related Stigma pada

27 Maret 2021 hingga 20 April 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner elektronik melalui grup aplikasi Whatsapp kepada seluruh responden yang terpilih.

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi Spearman Rank karena data tidak terdistribusi normal. Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan laik etik dari Komisi Etik Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah dengan nomor 761/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Kategori Persepsi dan Stigma (n=269)

Variabel

Kategori Persepsi

Total

Kategori Stigma

Total

Negatif       Positif

Rendah

Sedang      Tinggi

(n)   (%)   (n)   (%)

(n)   (%)

(n)   (%)   (n)   (%)

(n)    (%)


Jenis Kelamin

Laki-laki

25

18,8

30

22,1

55

12

18,5

33

20,5

10

23,3

55

20,4

Perempuan

108

81,2

106

77,9

214

53

81,5

128

79,5

33

76,7

214

79,6

Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0

Usia


18 tahun

12

9,0

6

4,4

18

2

3,1

14

8,7

2

4,7

18

6,7

19 tahun

50

37,6

50

36,8

100

30

46,2

50

31,1

20

46,5

100

37,2

20 tahun

55

41,4

70

51,5

125

29

44,6

78

48,4

18

41,9

125

46,4

21 tahun

16

12,0

10

7,4

26

4

6,2

19

11,8

3

7,0

26

9,7

Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0


Program Studi

Sarjana Kedokteran

45

33,8

59

43,4

104

33

50,8

50

35,4

14

32,6

104

38,7

Sarjana Kesehatan

21

15,8

29

21,3

50

11

16,9

30

18,6

9

20,9

50

18,5

Masyarakat

Sarjana Ilmu

16

12

20

14,7

36

6

9,2

27

16,8

3

7,0

36

13,4

Keperawatan

Sarjana Fisioterapi

15

11,3

7

5,1

22

3

4,6

11

6,8

8

18,6

22

8,2

Sarjana Psikologi

20

15,0

17

12,5

37

8

12,3

24

14,9

5

11,6

37

13,8

Sarjana Kedokteran Gigi

16

12,0

4

2,9

20

4

6,2

12

7,5

4

9,3

20

7,4


Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0

Keterpaparan Informasi

Pernah mendapatkan informasi

132

99,2

135

99,3

267

65

100,0

159

98,8

43

100,0

267

99,3

Belum pernah mendapatkan informasi

1

0,8

1

0,7

2

0

0,0

2

1,2

0

0,0

2

0,7

Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0

Pengalaman Bertemu ODHA

Pernah bertemu

11

8,3

25

18,4

36

15

23,1

19

11,8

2

4,7

36

13,4

Belum pernah bertemu

122

91,7

111

81,6

233

50

76,9

142

88,2

41

95,3

233

86,6

Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0

Pengalaman Organisasi terkait HIV/AIDS

Pernah


KSPAN

10

7,5

11

8,1

21

16

24,6

29

18,0

4

9,3

49

18,2

KMPA

24

18,0

25

18,4

49

2

3,1

18

11,2

1

2,3

21

7,8

Yang lain

2

1,5

0

0,0

2

0

0,0

2

1,2

0

0,0

2

0,7

Belum pernah

97

72,9

100

73,5

197

47

72,3

112

69,6

38

88,4

197

73,3

Total

133

100,0

136

100,0

269

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269

100,0


Tabel 1 menunjukkan karakteristik mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berdasarkan kategori persepsi dan stigma. Mayoritas responden merupakan perempuan yaitu berjumlah 214 responden (79,6%) dengan persepsi negatif sebanyak 108 responden (81,2%) dan stigma sedang 128 responden (79,5%). Mayoritas responden berusia 20 tahun sebesar 125 responden (46,5%) dengan persepsi positif sebanyak 70 responden (51,5%) dan stigma sedang sebanyak 78 responden (48,4%). Sebagian besar responden merupakan mahasiswa PSSKPD sebanyak 104 responden (38,7%) dengan persepsi positif 59 responden (43,4%) dan stigma sedang sebanyak 50 responden

(35,4%). Hampir semua responden pernah mendapatkan informasi terkait HIV/AIDS yaitu sebanyak 267 responden (99,3%) dengan persepsi positif sebanyak 135 responden (99,3) dan stigma sedang sebanyak 158 responden (98,8%). Mayoritas responden belum pernah bertemu/berinteraksi dengan ODHA (86,6%) yang mayoritas memiliki persepsi negatif sebanyak 122 responden dan stigma sedang sebanyak 142 responden (88,2%). Sebanyak 197 responden (73,2%) belum pernah mengikuti organisasi yang berkaitan dengan HIV/AIDS dengan persepsi positif sebanyak 100 responden (73,5%) dan stigma sedang sebanyak 112 responden (69,6%).

Tabel 2. Persepsi Tentang HIV/AIDS Mahasiswa Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (n=269) Variabel              Median ± Varian       Min-Maks           95%CI

Persepsi tentang HIV/AIDS             91,00 ± 38,542           78-106             90,12-91,61

Tabel 2 menunjukkan nilai median      38,542. Nilai minimum skor persepsi yaitu

penelitian yaitu 91,00 dengan varian       78 dan nilai maksimum persepsi yaitu 106.

Tabel 3. Stigma Terhadap ODHA Mahasiswa Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (n=269) Variabel             Median ± Varian       Min-Maks           95%CI

Stigma terhadap ODHA                 9,00 ± 5,027             5-16               8,14-8,68

Tabel 3 menunjukkan nilai tengah      responden adalah 5 dan skor maksimum

dari skor stigma responden adalah 9,00       responden adalah 16.

dengan varian 5,027. Skor minimum


Tabel 4. Kategorisasi Variabel Persepsi dan Stigma Terhadap ODHA pada Mahasiswa Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana (n=269)

Variabel

Kategori Stigma

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

(n)

(%)

(n)

(%)

(n)

(%)

Persepsi   tentang

HIV/AIDS

Negatif

18

27,7

87

54,0

28

65,1

133

Positif

47

72,3

74

46,0

15

34,9

136

Total

65

100,0

161

100,0

43

100,0

269


Tabel 4 menunjukkan bahwa      ke dalam kategori stigma sedang sebanyak

mayoritas responden yang memiliki      74 responden (46,0%).

persepsi positif tentang HIV/AIDS masuk


Tabel 5. Hasil Analisis Spearman Rank

Variabel

p value

r

R

Persepsi tentang HIV/AIDS

-0,351

12,32%

Stigma terhadap ODHA

0,000


Tabel 5 menunjukkan adanya      tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap

hubungan yang signifikan antara persepsi      ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana. Nilai r (0,351) menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang lemah dan nilai negatif pada nilai r tersebut berarti semakin

PEMBAHASAN

Karakteristik seseorang dapat mempengaruhi stigma yang diberikan. Penelitian yang dilakukan Berek dan Bubu (2019) mendapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan cenderung memberikan stigma 0,77 kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Menurut Teori Kohlberg (1976) dalam Ersinasal (2021), usia berkaitan dengan perkembangan moral kognitif. Individu yang berusia lebih tua cenderung memiliki kognitif yang lebih baik, pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, serta persepsi yang lebih matang sehingga berpengaruh pada perilakunya. Penelitian Salmon et al (2014) mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara usia seseorang dengan stigma yang diberikan (p value = 0,025).

Zainab, Yusran, & Rezal (2020), menyebutkan bahwa keterpaparan informasi tentang HIV/AIDS dapat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Semakin tinggi keterpaparan informasi seseorang, maka semakin baik persepsi yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Tianingrum (2018), mendapatkan hasil bahwa pelajar yang tidak terpapar informasi terkait HIV/AIDS berpeluang 2,21 kali lebih tinggi untuk memberikan stigma terhadap ODHA dibandingkan yang telah terpapar informasi terkait HIV/AIDS. Pengalaman organisasi juga berkaitan dengan keterpaparan informasi. Seseorang yang aktif berorganisasi cenderung akan menerima informasi serta mendapat pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak mengikuti organisasi.

Pengalaman berinteraksi dengan ODHA dapat meningkatkan empati seseorang terhadap ODHA sehingga dapat mengurangi stigma yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2017), mendapatkan bahwa remaja yang

tinggi skor persepsi tentang HIV/AIDS, maka semakin rendah stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

tidak pernah melakukan interaksi dengan ODHA berpeluang empat kali untuk memberikan stigma yang lebih tinggi terhadap ODHA dibandingkan remaja yang pernah berinteraksi dengan ODHA.

Berdasarkan data penelitian, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki persepsi tentang HIV/AIDS yang positif, yaitu sebanyak 136 orang (50,6%). Penelitian yang dilakukan Kasanah dan Irmaya (2018) pada masyarakat yang berusia 19-36 tahun di 15 desa di tiga kecamatan yang terletak di Kabupaten Pati, mendapatkan bahwa mayoritas responden memiliki persepsi yang baik, yaitu 78 responden (78,8%), sedangkan 21 responden (21,2%) memiliki persepsi yang kurang baik.

Menurut Walgito (2010) dalam Nainggolan (2019), proses terjadinya persepsi dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh dan pengalaman masa lalu individu. Pendidikan yang diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan individu terkait HIV/AIDS, sehingga individu dapat memberikan penilaian yang lebih positif. Proses terbentuknya persepsi tentang HIV/AIDS diawali oleh adanya stimulus berupa informasi yang didapatkan dari luar yang akan diinput ke dalam otak individu, kemudian akan diinterpretasikan menjadi sebuah pemahaman dan pemaknaan terhadap penyakit HIV/AIDS (Wika, 2017). Persepsi tersebut akan diolah kembali dan diterjemahkan menjadi sebuah perilaku, yaitu perilaku pemberian stigma atau tidak. Individu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS umumnya memiliki persepsi positif tentang HIV/AIDS dan cenderung memiliki stigma yang lebih rendah (Zahroh et al., 2014 dalam Dewi & Kardiwinata, 2021).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan, hampir semua responden memiliki persepsi kerentanan bahwa

dirinya kemungkinan akan tertular penyakit HIV jika menggunakan jarum suntik secara bergantian. Hasil tersebut menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang penularan HIV/AIDS sehingga dapat mempersepsikan bahwa dirinya rentan tertular jika menggunakan jarum suntik secara bergantian. Sebagian besar responden juga mau melakukan pemeriksaan HIV/AIDS seperti Voluntary Counseling and Testing (VCT) jika dinyatakan berisiko terinfeksi HIV. Kemauan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki persepsi yang baik terkait HIV/AIDS sehingga mau melakukan tes kesehatan untuk mengkonfirmasi kondisi kesehatannya.

Hasil penelitian menunjukkan selisih antara responden yang memiliki persepsi positif dan negatif cenderung kecil yaitu positif 136 orang (50,6%) dan negatif 133 orang (49,4%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persepsi pada seseorang. Menurut studi sebelumnya, pengalaman bertemu dan berinteraksi dengan ODHA serta pengalaman organisasi yang berkaitan dengan HIV/AIDS dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap HIV/AIDS (Zainab, Yusran, & Rezal, 2020; Dewi & Kardiwinata, 2021). Interaksi yang dilakukan dengan ODHA dapat meningkatkan empati individu terhadap ODHA sehingga seseorang dapat menggunakan pemikiran dan perasaannya untuk berespon, sedangkan individu yang belum pernah berinteraksi dengan ODHA cenderung tidak menggunakan empati dan perasaannya untuk berespon sehingga memberikan sikap sesuai dengan pendapat lingkungannya (Dewi & Kardiwinata, 2021). Hal ini memungkinkan individu yang sering berinteraksi dengan ODHA memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang belum pernah berinteraksi dengan ODHA.

Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden belum pernah berinteraksi dengan ODHA (86,6%), hanya sebanyak 36 responden (13,4%) yang sudah

pernah berinteraksi dengan ODHA. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan selisih nilai responden yang memiliki persepsi positif dan negatif kecil, karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi persepsi mahasiswa kesehatan terhadap HIV/AIDS.

Menurut Goffman (1963), stigma merupakan segala bentuk atribut baik fisik maupun sosial yang melekat pada diri seseorang dan menciptakan persepsi negatif bagi orang lain sehingga menyebabkan orang tersebut terdiskualifikasi dari penerimaan masyarakat. Menurut hasil penelitian, mayoritas responden tidak setuju bahwa HIV adalah hukuman karena perilakunya yang buruk yaitu 239 responden (88,84%), namun masih terdapat responden yang setuju bahwa HIV adalah hukuman karena perilakunya yang buruk sejumlah 30 responden (11,15%). Stigma yang diberikan tersebut masuk ke dalam jenis stigma simbolis yang dapat diartikan sebagai sikap yang diberikan akibat persepsi bahwa penyakit tersebut adalah hukuman dari perbuatan penderita. Dampak dari stigma simbolis adalah lingkungan ODHA merasa tidak perlu menyayangi ODHA karena menganggap penyakit yang dideritanya adalah kesalahannya sendiri, hukuman sosial untuk ODHA wajar diberikan, serta penyakit tersebut adalah hukuman akibat perbuatan buruk yang dilakukan (Yani, Harahap, dan Hadi, 2020).

Hasil uji statistik Spearman Rank pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (p value = 0,000; α = 0,05; r = -0,351). Penelitian Shaluhiyah, Musthofa, dan Widjanarko (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi responden dan stigma terhadap ODHA serta memiliki arah hubungan yang negatif. Studi lain yang dilakukan oleh Kasanah dan Irmaya (2018) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi masyarakat dengan kejadian

stigma yang bersifat diskriminatif terhadap ODHA.

Individu yang memiliki persepsi positif cenderung memberikan stigma yang lebih rendah dibandingkan individu yang memiliki persepsi negatif. Penelitian yang dilakukan Zainab, Yusran, dan Rezal (2020) menemukan bahwa seseorang yang memiliki sikap negatif terhadap ODHA memiliki peluang 2,014 kali lebih besar memberikan stigma terhadap ODHA dibandingkan dengan seseorang yang memiliki sikap positif terhadap ODHA (Zainab, Yusran, & Rezal, 2020). Maharani (2017) juga menyebutkan bahwa persepsi yang negatif berpengaruh 2,071 terhadap stigma berat pada ODHA, yang berarti individu dengan persepsi negatif memiliki peluang dua kali lebih besar untuk

SIMPULAN

Berdasarkan    analisis univariat,

sebagian besar responden memiliki persepsi positif berjumlah 136 responden (50,6%) dan mayoritas responden memiliki stigma tingkat sedang terhadap ODHA, yaitu 161 responden (59,8%).

Analisis bivariat dengan Spearman Rank, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang HIV/AIDS dan stigma terhadap

DAFTAR PUSTAKA

Berek, P. A., & Bubu, W. (2019). Hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dengan stigmatisasi terhadap orang dengan HIV/AIDS di RSUD mgr. Gabrielmanek, SVD      Atambua. Jurnal      Sahabat

Keperawatan, 1(02), 36-43.

Dewi, N. K. P. S. M., & Kardiwinata, M. P. (2021). Persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap Orang dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome. Archive Of Community Health, 8(1), 139-154

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2021). Profil kesehatan provinsi Bali tahun 2021. Retrieved from PROFIL KESEHATAN PROVINSI BALI 2021-CETAK.pdf (diakses pada 20 Juni 2022)

Ersinalsal, C. N. (2021). Hubungan antara tingkat pengetahuan     mahasiswa     Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan Stigma terhadap Morbus Hansen. (Undergraduated Thesis, Universitas Negeri

memberikan stigma dibandingkan dengan individu dengan persepsi positif.

Persepsi tentang HIV/AIDS yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada stigma individu tersebut terhadap ODHA (Paryati et al., 2012). Proses pembentukan stigma dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap interpretasi, pendefinisian, serta perilaku (Simanjuntak, 2005 dalam Hermawati, 2011). Persepsi seseorang berhubungan dengan tahap interpretasi. Saat seseorang mendapatkan sebuah stimulus, otak akan memproses dan menginterpretasikan stimulus tersebut menjadi sebuah penilaian. Misalnya saat seseorang diberikan stimulus bertemu dengan ODHA, ia akan memberikan penilaian terhadap ODHA tersebut sesuai dengan proses interpretasinya.

ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (p value = 0,000; α = 0,05; r = -0,351). Nilai r sebesar -0,351 menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang lemah dan nilai negatif pada nilai r tersebut berarti semakin tinggi skor persepsi tentang HIV/AIDS, maka semakin rendah stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Semarang).         Retrieved        from

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/ 30996

Goffman, E. (1963). “Stigma and Social Identity.” Stigma: notes on the management of spoiled identity. Prentice-Hall, hal 3. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=zuMFX uTMAqAC&printsec=frontcover&hl=id&so urce=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepag e&q&f=false

Hermawati, P. (2011). Hubungan persepsi odha terhadap stigma haiv/aids masyarakat dengan interaksi sosial pada odha. . (Undergraduated Thesis, Universitas Negeri Semarang). Retrieved                            from

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/ 123456789/4864

Kasanah, U., & Irmaya, L. K. F. (2018). Hubungan persepsi masyarakat tentang HIV dengan kejadian stigma yang bersifat diskriminasi pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di kabupaten pati tahun 2017. Jurnal Ilmu

Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health), 9(2). ISSN: 2087-4154

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil kesehatan Indonesia tahun 2019. Retrieved                            from

https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01 /structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html

Maharani, F. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA). Jurnal Endurance:   Kajian Ilmiah Problema

Kesehatan, 2(2), 158-167.

Nainggolan, D. E. (2019). Hubungan persepsi ibu hamil tentang Voluntarry Councelling and Test (VCT) dengan minat pencegahan HIV dan AIDS di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi tahun 2018. Retrieved from                  http://repo.poltekkes-

medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/611

Paryati, T., Raksanagara, A. S., Afriandi, I., & Kunci, K. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) oleh petugas kesehatan: kajian literatur. Univ Padjajaran Bandung.

Raya, N. A. J., & Nilmanat, K. (2021). Experience and management of stigma among persons living with HIV in Bali, Indonesia: A descriptive study. Japan Journal of Nursing Science, e12391, Vol. 18, Issue 2

Salmon, D., Kandou, G. D., Palandeng, H. M., Porajow, Z. C., & Pakasi, T. A. (2014). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dengan Stigma Petugas Kesehatan Tentang Koinfeksi Tuberkulosis-Virus Human Immunodeficiency di Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2(1).

Santoso, D. D. (2016). Stigmatisasi orang tua tunggal perempuan di masyarakat. Yogyakarta (Undergraduated Thesis, Universitas Islam Negeri). Retrieved from http://digilib.uin-suka.ac.id/22709/1/11720014_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf (diakses pada 5 Oktober 2020)

Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., & Widjanarko, B. (2015). Stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4), 333-339.

Situmeang, B., Syarif, S., & Mahkota, R. (2017). Hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di kalangan remaja 15-19 tahun di Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(2).

Sukiani, N. K., & Ardana, I. P. A. I. (2020). persepsi orang dengan hiv/aids (odha) terhadap perlakuan keluarga hindu dan sekitarnya. Kulturistik: Jurnal Bahasa dan Budaya, 4(1), 66-73.

Tianingrum, N. A. (2018). Pengaruh keterpaparan informasi terhadap stigma HIV&AIDS pada pelajar SMA. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 51-59.

UNAIDS. (2019). SDGs. Retrieved from https://www.unaids.org/en/SDGs (diakses pada 4 Februari 2021)

UNAIDS. (2020). fact sheet - world aids day 2020.: global HIV statistic. Retrieved from https://www.unaids.org/sites/default/files/me dia_asset/UNAIDS_Fact      Sheet_en.pdf

(diakses pada 27 Desember 2020)

United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). (2020). The 17 goals. Retrieved from https://sdgs.un.org/goals (diakses pada 27 Desember 2020)

Wika, N. S. (2017). Hubungan persepsi waria tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di kota madiun (Undergraduated Thesis, STIKES Bhakti Husada Mulia). Retrieved from http://repository.stikes-bhm.ac.id/247/ (diakses pada 21 Oktober 2020)

World Health Organization. (2020). HIV/AIDS. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids     (diakses

pada 15 Oktober 2020)

Yani, F., Harahap, F. S. D., & Hadi, A. J. (2020). Stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Aceh Utara. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia):  The Indonesian

Journal of Health Promotion, 3(1), 56-62.

Zainab, A. A., Yusran, S., & Rezal, F. 2020. Kajian empiris stigma  terhadap ODHA pada

masyarakat di  Kota Kendari.  Jurnal

Wawasan Informasi Sains (WINS Journal), 1(1), 18-23

Volume 10, Nomor 3, Juni 2022

298