GAMBARAN EFIKASI DIRI ORANG TUA DARI ANAK DENGAN KANKER YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN EFIKASI DIRI ORANG TUA DARI ANAK DENGAN KANKER YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
Ketut Nanda Diaspora*1, Kadek Cahya Utami1, Luh Mira Puspita1 1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
*korespondensi penulis, email: nandadiaspora17@gmail.com
ABSTRAK
Kanker menjadi penyebab utama kematian pada anak usia 0-19 tahun. Kemoterapi adalah salah satu penatalaksanaan yang efektif bagi anak dengan kanker. Orang tua perlu memiliki efikasi diri yang baik untuk mampu mendampingi anak selama kemoterapi sehingga keberhasilan terapi dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efikasi diri orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 32 orang tua di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sama sebanyak 16 orang responden (50%), mayoritas tingkat pendidikan SMA sebanyak 13 orang responden (40,6%), rata-rata usia responden adalah 35,22 tahun dan rata-rata lama anak masuk yayasan adalah selama 18,88 bulan. Rata-rata efikasi diri responden yaitu 33,09 dan termasuk dalam kategori baik.
Kata kunci: efikasi diri, kanker, orang tua anak dengan kanker
ABSTRACT
Cancer becomes the main cause of death in children aged 0-19 years. One of the effective treatments to deal with cancer is chemotherapy. Parents need to have good self-efficacy to be able to accompany the child during chemotherapy in order the success of therapy. This study aimed to describe the parent’s self-efficacy of children with cancer who got chemotherapy. The design of this study was descriptive quantitative with cross sectional approach. The research sample used amounted to 32 parents at Yayasan Peduli Kanker Anak Bali. Findings of this research shows that the proportion of gender between men and women is the same as 16 respondents (50%), the majority of high school education level as many as 13 respondents (40,6%), there were 35,22 years of respondents in the average age and the average length of time children enter the foundation is for 18,88 months. The average self-efficacy of respondents was 33,09 and belonged to the good category.
Keywords: cancer, parents of children with cancer, self-efficacy
PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit mematikan yang mampu menyerang siapa saja termasuk anak-anak, serta menjadi penyebab utama kematian pada anak dan remaja usia 0-19 tahun (WHO, 2018). Prevalensi kanker pada anak di Indonesia adalah sekitar 2-4%. Setiap tahunnya terdapat sekitar 11.000 anak yang didiagnosis dengan kanker, 10% diantaranya mengalami kematian (PERSI, 2012).
Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan yang efektif dan memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi sebagai penatalaksanaan kanker pada anak (Bowden & Greenberg, 2010). Kemoterapi dapat menyebabkan efek berupa terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologi (Barkokebas et al, 2015).
Peran dari orang tua sangatlah penting dalam menentukan tingkat keberhasilan pengobatan dan tingkat keberlangsungan hidup anak penderita kanker (Nurhidayah, 2018). Implementasi dari perawatan yang berpusat pada keluarga dipengaruhi oleh faktor kepercayaan akan efikasi diri dari orang tua (Dunst & Trivette, 2009). Efikasi diri merupakan kepercayaan diri seseorang yang berhubungan dengan kompetensi atau efektivitasnya dalam area tertentu (Woolfolk & Shaughnessy, 2004).
METODE PENELITIAN
Desain kuantitatif deskriptif dengan metode cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan 32 orang tua dari anak kanker yang mendapat kemoterapi di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada April 2021 melalui kuesioner online berupa google form.
Kriteria inklusi penelitian ini yakni orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi yang bersedia mengikuti penelitian dari awal sampai akhir, serta menggunakan smartphone.
Orang tua sebagai caregiver yang memiliki efikasi yang tinggi mempunyai kemampuan efektif untuk mengatasi tantangan dalam perawatan dan cenderung melakukan upaya pengasuhan lebih baik dari pada caregiver dengan efikasi diri yang rendah (Steffen et al, 2002). Efikasi diri yang rendah pada orang tua berpengaruh terhadap stres yang dialami oleh orang tua dengan anak yang sakit kronis (Lestari et al, 2018). Stres yang dialami orang tua anak penderita penyakit kronis dapat mempengaruhi perannya dalam melakukan manajemen penyakit anak (Nabilah et al, 2016).
Hasil studi pendahuluan melalui wawancara di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali, didapatkan bahwa terdapat 77 orang anak yang terdaftar di Yayasan tersebut dengan usia rata-rata 2 sampai 17 tahun serta mayoritas kanker yang diderita yaitu adalah Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dan Acute Myeloid Leukemia (AML). Hasil wawancara menunjukkan bahwa empat dari tujuh orang tua dari anak penderita kanker merasa tidak yakin untuk memberikan perawatan yang baik pada anak penderita kanker yang menjalani kemoterapi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui gambaran terkait efikasi diri orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi di Yayasan Peduli Kanker Anak Bali.
Kriteria eksklusi penelitian yakni orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi yang memiliki keterbatasan dalam melihat, menulis, dan membaca.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Revised Scale for Caregiver SelfEfficacy digunakan untuk mengkaji efikasi diri dari orang tua yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan skor minimal yaitu 10 dan skor maksimal yaitu 40. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengukur tiga domain efikasi diri caregiver yaitu mendapatkan istirahat (obtaining respite), menghadapi perilaku pasien yang mengganggu (responding to disruptive
patient behaviors), dan mengontrol pikiran yang negatif (controlling upsetting thoughts) dengan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,608.
Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik
deskriptif. Penelitian ini telah mendapat ijin dan surat keterangan ethical clearence dari Komisi Etika Penelitian FK Unud / RSUP Sanglah dengan nomor 825/UN14.2.2.VII.14/LT/2021.
HASIL PENELITIAN
Berikut merupakan hasil analisis univariat pada penelitian ini:
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan (n=32) | ||
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
16 |
50,0 |
Perempuan |
16 |
50,0 |
Total |
32 |
100,0 |
Tingkat Pendidikan | ||
Tidak Sekolah |
2 |
6,3 |
SD |
1 |
3,1 |
SMP |
6 |
18,8 |
SMA |
13 |
40,6 |
Perguruan Tinggi |
10 |
31,3 |
Total |
32 |
100,0 |
Tabel 1 menyatakan persentase jenis kelamin antara laki-laki dengan perempuan sama sebanyak 16 responden (50%) dengan
mayoritas pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 13 responden (40,6%).
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Lama Masuk Yayasan (n=32)
Variabel |
Mean ± SD |
Min - Max |
CI 95% |
Usia (tahun) |
35,22 ± 1,300 |
17 - 48 |
32,57 ; 37,87 |
Lama Masuk Yayasan (bulan) |
18,88 ± 3,320 |
3 - 82 |
12,10 ; 25,65 |
Tabel 2 menunjukkan rata-rata responden berusia 35,22 tahun, dengan usia termuda yakni 17 tahun serta usia tertua yakni 48 tahun. Rata-rata lama masuk
yayasan adalah selama 18,88 bulan dengan waktu paling singkat adalah 3 bulan dan waktu terlama adalah 82 bulan.
Tabel 3. Gambaran Efikasi Diri Responden (n=32)
Variabel |
Mean ± SD |
Min - Max |
CI 95% |
Efikasi Diri |
33,09 ± 3,458 |
24 - 38 |
31,85 ; 34,34 |
Tabel 3 menyatakan rata rata skor efikasi diri responden adalah (33,09 ≥ 25).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mendapatkan data bahwa persentase antara responden laki-laki dan perempuan sama sebanyak 16 responden (50%). Peran orang tua baik suami atau istri sangatlah penting dalam perawatan anak dengan kanker. Orang tua
dan termasuk dalam kategori baik dengan skor terendah 24 dan skor tertinggi 38.
akan menentukan kelanjutan pengobatan pada anak dengan diagnosis kanker (Handian, Maria, & Samtyaningsih, 2018). Saraswati, Nurhidayah, & Lukitasari (2018) menyatakan bahwa anak dengan kanker
membutuhkan perawatan jangka panjang dengan melibatkan peran dari orang tua.
Dilihat dari usia, nilai tengah usia responden adalah 33,22 tahun dan termasuk dalam kategori dewasa awal. Menurut Putri (2018) usia dewasa awal adalah fase adanya penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan sosial baru. Pada fase usia dewasa awal, secara kognitif terdapat peningkatan pada pola berpikir secara rasional.
Mayoritas responden pada penelitian ini menempuh pendidikan SMA sebanyak 13 orang (40,6%). Sejalan dengan Wahyuni (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa mayoritas tingkat pendidikan orang tua anak penderita leukemia adalah SMA dengan persentase sebanyak 44,0%.
Berdasarkan lama anak masuk yayasan, diketahui rata-rata bergabung selama 18,88 bulan, dengan waktu tersingkat 3 bulan dan waktu terlama 82 bulan. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Yayasan Peduli Kanker Anak Bali yaitu memfasilitasi sosialisasi dan edukasi dalam melakukan penanganan anak dengan kanker bagi masyarakat awam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor efikasi responden termasuk kategori baik. Rosyiana (2019) menyatakan bahwa jenis kelamin dan pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pada penelitian ini skor rata-rata efikasi diri pada responden laki-laki adalah 33,56; sedangkan pada responden perempuan sebesar 32,63. Hal ini menunjukkan bahwa nilai efikasi diri pada responden laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Sejalan dengan penelitian Handiyani et al (2019) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki efikasi diri yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Salah satu penyebabnya dikarenakan laki-laki lebih berani dalam menentukan keputusan dan
SIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor efikasi diri responden di
lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan perempuan.
Selain jenis kelamin, pengetahuan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pengetahuan berkaitan erat dengan efikasi diri seseorang, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi efikasi diri individu tersebut, sesuai dengan penelitian ini, mayoritas responden sudah menempuh pendidikan pada tingkat SMA. Hal ini berhubungan dengan pengetahuan, karena pengetahuan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan usia. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga mempengaruhi pengetahuan yang didapatkan (Dharmawati, 2016). Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata skor efikasi tertinggi berada pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi dengan rata-rata skor efikasi diri 33,80.
Harper et al (2013) memaparkan bahwa orang tua yang memiliki efikasi tinggi dapat dengan baik melakukan peran perawatan pada anak dalam berbagai kesulitan, seperti pada saat anak mengeluhkan berbagai efek samping dari pengobatan atau kemoterapi yang dijalaninya dan mampu menjalankan perannya dalam lingkup yang lebih luas. Nurhidayah, Mediani, dan Rahayuwati (2019) juga memaparkan bahwa efikasi diri yang tinggi pada orang tua akan menyebabkan rasa yakin pada dirinya untuk melakukan perawatan pada anak saat menjalani kemoterapi, dan mampu mengatasi efek samping yang dialami anak baik sebelum atau setelah kemoterapi. Hal ini akan mempengaruhi tindakan apa yang akan dilakukan demi untuk meningkatkan kualitas hidup dan proses penyembuhan anak dengan kanker.
Yayasan Peduli Kanker Anak Bali sebesar 33,09 dan termasuk dalam kategori baik.
Peneliti berikutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar agar nantinya dapat meningkatkan generalisasi hasil penelitian. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan
intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan efikasi diri orang tua dari anak dengan kanker yang mendapat kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Barkokebas, A., Silva, I. H. M., de Andrade, S. C., Carvalho, A. A. T., Gueiros, L. A. M., Paiva, S. M., & Leao, J. C. (2015). Impact of oral mucositis on oral‐health‐related quality of life of patients diagnosed with cancer. Journal of Oral Pathology & Medicine, 44(9).
Bowden, V. R., & Greenberg, C. S. (2010). Children and their families: The continuum of care. Lippincott Williams & Wilkins.
Dharmawati, I. G. A. A. (2016). Hubungan tingkat pendidikan, umur, dan masa kerja dengan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada guru penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal), 4(1).
Dunst, C. J., & Trivette, C. M. (2009). Meta-analytic structural equation modelling of the influences of family centered care on parent and child psychological health. International Journal of Pediatric, 2009(9).
Handian, F. I., Maria, L., & Samtyaningsih, D. (2018). Pelatihan terapi relaksasi otot progresif bagi relawan kanker untuk meningkatkan status kesehatan orang tua. Senasif. 2(1).
Handiyani, H., Kusumawati, A. S., Karmila, R., Wagiono, A., Silowati, T., Lusiyana, A., & Widyana, R. (2019). Nurses’ self-efficacy in Indonesia. Enfermeria clinica, 29, 252-256.
Harper, F. W., Peterson, A. M., Uphold, H., Albrecht, T. L., Taub, J. W., Orom, H., ... & Penner, L. A. (2013). Longitudinal study of parent caregiving self‐efficacy and parent stress reactions with pediatric cancer treatment procedures. Psycho‐
Oncology, 22(7).
Lestari, S., Yani, D.I., & Nurhidayah, I. (2018). Kebutuhan orang tua dengan anak disabilitas. Journal of Nursing Care, 1(1).
Nabilah, Mardhiyah, A., & Widianti, E. (2016). Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis Di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 4(1).
Nurhidayah, I., Mediani, H. S., & Rahayuwati, L. (2019). Analyzing Factors related to Parents’ Self Efficacy with Children’s Cancer Treatment. Journal of Nursing Care, 2(2).
Nurhidayah, I. (2018). Pemberdayaan Social Support Group dalam Adaptasi Normalisasi pada Orangtua dengan Anak Kanker di Kota Bandung Bandung. Dharmakarya, 7(2), 126133.
Pusat Data dan Informasi (PERSI). (2012). 4% penderita kanker adalah anak-anak. Diakses pada 16 Oktober 2020 di www.pdpersi.co.id
Putri, A. F. (2018). Pentingnya orang dewasa awal menyelesaikan tugas
perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 35-40.
Rosyiana, I. (2019). Innovative Behaviour At Work: Tinjauan Psikologi & Implementasi di Organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Saraswati, A., Nurhidayah, I., & Lukitasari, D. (2018). Hubungan peran orang tua sebagai caregiver dengan kualitas hidup anak kanker di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Bandung. Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka, 6(14).
Steffen, A. M., McKibbin, C., Zeiss, A. M., Gallagher-Thompson, D., & Bandura, A. (2002). The revised scale for caregiving selfefficacy: reliability and validity studies. Journals of Gerontology - Series B Psychological Sciences and Social Sciences, 57(1).
Wahyuni, T. S. (2019). Perilaku Penemuan Informasi Kesehatan oleh Orang Tua Anak Penderita Leukemia di RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
WHO. (2018). Cancer in Children. Diperoleh 8 Oktober 2020 di https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer-in-children
Woolfolk, A., & Shaughnessy, M. F. (2004). An interview with Anita Woolfolk: The educational psychology of teacher efficacy. Educational psychology
review, 16(2), 153-176.
31
Volume 10, Nomor 1, Februari 2022
Discussion and feedback