Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENGARUH PEMBERIAN NUGGET KELOR SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PANGAN DI ERA NEW NORMAL TERHADAP STATUS GIZI (BB/U) PADA BALITA STUNTING DI KABUPATEN GROBOGAN

Laily Himawati1, Yuwanti2,

1,2 Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas An Nuur email: [email protected]

ABSTRAK

Sejak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh World Health Organization (WHO), memberikan dampak buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak. MenristekBrin, mengatakan program peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia selama masa pandemi harus terus didorong sebagai langkah preventif peningkatan angka kejadian stunting di Indonesia. (Brojonegoro, 2020). Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian nugget kelor sebagai alternatif bahan pangan di era new normal terhadap status gizi (BB/U) pada Balita Stunting di Kabupaten Grobogan. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental study dengan one group pre-post test design (Notoadmojo, 2010). Populasi semua balita dengan Z-Score <-2 SD (indikator pengukuran BB/U) di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangharjo dan Puskesmas Godong 1 sebanyak 276 balita. Dengan teknik pengambilan sampling menggunakan rule of thumb berjumlah 32 responden. Uji beda dilakukan untuk membandingkan perubahan status gizi anak balita sebelum dan setelah intervensi menggunakan uji Mann-Whitney Tingkat kemaknaan yang diinginkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 95%. berdasarkan analisis didapatkan hasil nilai Sig atau P Value sebesar 0,47 > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh pemberian nugget daun kelor terhadap status gizi balita stunting. Saran perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian nugget kelor selama 90 bulan untuk melihat peningkatan status gizi Balita.

Kata kunci : nugget kelor, status gizi balita

ABSTRACT

Since Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) was declared a world pandemic. by the World Health Organization (WHO), adversely affect the condition Public health, especially the health of mothers and children. MenristekBrin, said program to improve access and quality of health services in Indonesia during the period of Pandemics should continue to be encouraged as preventive measures increase the incidence rate. Stunting in Indonesia. (Brojonegoro, 2020). The purpose of research to find out the effect of giving moringa nuggets as an alternative to food in the new normal era on nutritional status (BB / U) in Stunting Toddlers in Grobogan Regency. This type of research is quasi experimental study with one group pre-post test design (Notoadmojo, 2010). The population of all toddlers with Z-Score <-2 SD (BB / U measurement indicator) in the Tawangharjo Health Center work area and Godong 1 Health Center as many as 276 toddlers. With sampling techniques using the rule of thumb numbered 32 respondents. Another test was conducted to compare changes in the nutritional status of children under five before and after the intervention using the Mann-Whitney test the desired meaningfulness rate in this study was 95%. Based on the analysis obtained the results of sig or P value of 0.47 > 0.05, there is no effect of giving moringa leaf nuggets to the nutritional status of stunting toddlers. More research is needed on the administration of moringa nuggets for 90 months to see an increase in the nutritional status of toddlers.

Keywords: moringa nuggets, nutritional status of toddlers

PENDAHULUAN

Sejak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh World Health Organization (WHO), memberikan dampak buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak. MenristekBrin, mengatakan program peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia selama masa pandemi harus terus didorong sebagai langkah preventif peningkatan angka kejadian stunting di Indonesia. (Brojonegoro, 2020). Berdasarkan data Rakernas 2020 jumlah Balita stunting di Indonesia mencapai 27.7% sedangkan salah satu target arah dan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 20202024 adalah meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang salah satunya memasukkan upaya percepatan perbaikan gizi dalam penanganan stunting, serta menargetkan ditahun 2024 angka stunting di Indonesia akan mengalami penurunan menjadi 14 % (Rakernas. 2020). Adanya pembatasan sosial, berakibat pada permasalahan sosial dan ekonomi di masyarakat. Pemberian suplementasi gizi merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mencukupi kekurangan kebutuhan gizi dari konsumsi makan harian yang berakibat pada timbulnya masalah kesehatan dan gizi pada kelompok rawan gizi dimasa Pandemi. Salah satu program suplementasi yang saat ini dilaksanakan oleh pemerintah yaitu pemberian makanan tambahan pada balita, anak SD/MI dan ibu hamil (Sulistyaningsih, 2020). Kelor telah digunakan untuk mengatasi malnutrisi, terutama untuk balita dan ibu menyusui. Daun dapat dikonsumsi dalam kondisi segar, dimasak, atau disimpan dalam bentuk tepung selama beberapa bulan tanpa pendinginan dan dilaporkan tanpa terjadi kehilangan nilai nutrisi (Fahey, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan, tercatat pada bulan Februari tahun 2020 di kabupaten Grobogan terdapat 4484 kasus stunting, kerjasama lintas sektoral dibutuhkan dalam mengentaskan masalah stunting, terutama yang berkaitan dengan ketahanan bahan pangan sebagai upaya pemenuhan gizi pada 1000 hari kelahiran. (Dinas Kabupaten Grobogan, 2020).

Estimasi UNICEF baru-baru ini mengenai dampak buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak meningkat tajam bahwa dengan tidak adanya tindakan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen tahun ini karena COVID-19 di Indonesia. (Unicef, 2020) Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).

Berdasarkan riskesdas tahun 2018 Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Pada tahun 2018, ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi prioritas penurunan stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten pada tahun berikutnya. Dengan adanya kerjasama lintas sector diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga dapat tercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40%. Kondisi Pandemi covid-19 dapat menyebabkan terjadinya perubahan kondisi social dan mempengaruhi status gizi anak. Stunting merupakan bentuk terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). (Kemenkes RI, 2020)

Daun kelor mengandung Vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan wortel,

kandungan kalsium lebih tinggi dari susu, zat besi lebih tinggi dibandingkan bayam, Vitamin C lebih tinggi dibandingkan jeruk, dan potassium lebih banyak dibanding pisang. Sedangkan kualitas protein daun kelor setara dengan susu dan telur. (Fahey, 2015). Kelor merupakan bahan pangan yang sangat menjanjikan terutama pada daerah tropis karena pada musim yang kering masih dapat tumbuh subur (Aminah, 2015).

Penelitian Rahayu dkk (2018), menyatakan bahwa ekstrak daun kelor dapat meningkatkan status gizi balita yang dilihat dari IMT/umur. Dengan pemberian ekstrak daun kelor setiap hari selama 7 hari, dapat meningkatkan IMT sebesar 0,13. Sehingga ekstrak daun kelor dapat direkomendasikan pada balita dengan status gizi kurang. Dalam rangka mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19 maka kelor menjadi salah satu alternatif bahan pangan yang ada di masyarakat dan memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan Balita, dengan ada inovasi dalam pengolahan kelor dalam bentuk nugget diharapkan dapat memberikan dampak baik dalam memperbaiki kualitas status gizi pada Balita Stunting di Kabupaten Grobogan

METODE

Jenis penelitian ini adalah quasi experimental study dengan one group pre-post test design (Notoadmojo, 2010). Pre dan Post digunakan untuk menilai peningkatan status gizi Balita Stunting antara sebelum dan setelah di lakukan intervensi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita dengan Z-Score <-2 SD (indikator pengukuran BB/U) di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangharjo dan Puskesmas Godong 1 sebanyak 276 balita. Dengan teknik pengambilan sampling

menggunakan rule of thumb jumlah minimal sampel yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, sudah disepakati dan merupakan kelaziman bagi para peneliti statistik adalah 30 subjek, jumlah tersebut disetujui karena sudah mendekati distribusi normal dan untuk mengantisipasi kemungkinan berkurangnya sampel maka digunakan rumus n’= n/1-L, dimana n’= ukuran sampel setelah revisi, n= ukuran sampel asli, L= proporsi subjek yang hilang, bila diantisipasi ada 5% didapatkan nilai 31,57 dan dibulatkan menjadi 32 subjek (Murti, 2013).

Cara pengumpulan data dilakukan dengan mengukur berat badan anak baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi (pemberian nugget kelor), selanjutnya dilakukan pengukuran berat badan setiap minggu selama satu bulan. Untuk mengontrol kenaikan berat badan apakah berasal dari intervensi atau pengaruh dari asupan makanan, maka dilakukan recall 24 jam sebanyak tiga kali. Setiap anak diberikan 3 keping nugget substitusi daun kelor Pemberian dilakukan di setiap sore dan pagi hari. Distribusi nugget daun kelor dilakukan enumerator setiap minggu dengan jumlah 15 keping untuk konsumsi selama satu minggu dengan berat 500 gram dengan porsi konsumsi 100 gram perhari. Pemberian ini dilaksanakan selama 30 hari, untuk mendapatkan data perubahan status gizi anak balita peneliti menggunakan aplikasi who anthroplus. Status gizi dinyatakan dalam berat badan menurut umur dan status gizi dinyatakan dalam skor Z berat badan berdasarkan umur (BB/U). Uji beda dilakukan untuk membandingkan perubahan status gizi anak balita sebelum dan setelah intervensi menggunakan uji Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan yang diinginkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan beberapa karakteristik responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, ASI eksklusif

Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat ASI eksklusif

Variabel

Kelompok Kontrol

Kelompok Intervensi

jumlah

f

%

f

%

F

%

Umur (bulan) 6-11

1

6.25

2

12.5

3

9.37

12-23

2

12.5

2

12.5

4

12.50

24-59

13

81.25

12

75

15

46.87

Jenis Kelamin Laki-laki

11

68.75

10

62.5

21

65.62

Perempuan

5

31.25

6

37.5

11

34.37

Pendidikan ibu SD

2

12.5

2

12.5

4

12.5

SMP

5

31.3

5

31.3

10

31.25

SMA

9

56.3

6

37.5

15

46.87

Strata

0

0

3

18.8

3

9.37

Pekerjaan ibu

IRT

9

56.3

7

43.8

16

50

Swasta

7

43.8

7

43.8

14

43.75

Guru

0

0

2

12.5

2

6.25

Berdasarkan tabel karakteristik responden sebagian besar responden berumur 24-59 bulan sebanyak 15 responden (46,87%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden (65,62%), pendidikan terakhir SMA sebanyak 15 responden (46,87%) pekerjaan IRT sebanyak 16 responden (50%).

Hasil Uji terhadap Nugget Kelor.

Hasil penelitian terhadap pemberian nugget daun kelor terhadap status gizi balita disajikan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 hasil uji manwitney pengaruh intervensi terhadap status gizi balita stunting

Statistic test

Kelompok kontrol           Kelompok intervensi

Rata-rata

SD

Minimum

Maksimum

Z

Asymp.sig (2-tailed)

N

-2.68                          -2.94

0.443                          0.85

-3.28                            -4.0

-2.10                            -1.0

-0.283                         -0.717

0.77                        0.474

16                           16


Nilai Sig atau P Value sebesar 0,47 > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh antara dua kelompok atau yang berarti H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian nugget daun kelor terhadap status gizi.

PEMBAHASAN

Dari kedua kelompok diketahui umur anak yang lebih besar prevalensi mengalami stunting di umur berumur 24-59 bulan sebanyak 15 responden (46,87%). Hal ini terjadi karena di umur tersebut selain aktifitas anak yang meningkat, anak juga sebagian besar telah mengenal makanan jajanan. Makanan jajanan memang sangat mempengaruhi daya terima anak terhadap makanan yang disajikan di rumah, karena makanan jajanan lebih menarik dari segi warna, rasa dan variasinya.

Tingkat pendidikan orangtua dari kelompok intervensi sebagian besar berada pada SMA, hal ini menandakan bahwa rerata tingkat pendidikan orangtua hanya sampai ke pendidikan menengah saja. Tingkat pendidikan memiliki kontribusi terhadap kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dengan baik. Ibu dengan tingkat pendidikan menengah diharapkan lebih memiliki sikap positif terhadap gizi makanan sehingga dapat membantu pemenuhan kebutuhan gizi yang cukup untuk keluarga. Sejalan dengan penelitian. Mazengia, Biks (2018) yang mengemukakan bahwa pendidikan ibu menjadi faktor resiko penting untuk kejadian stunting di Indonesia, Cina Selatan dan Abeokuta, Southwest Nigeria. Ibu yang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik akan memiliki kemampuan untuk menerima pengetahuan dan lebih terbuka terhadap informasi baru yang diberikan sehingga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan otoritas yang lebih besar di

rumah dan dapat meningkatkan produktivitas untuk memperbaiki dan meningkatkan status gizi keluarga dan anak. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan akan meningkatkan kemampuan perempuan dalam pemberian makanan keluarga, hal ini menjadi salah satu metode untuk mengurangi angka stunting.

Berdasarkan analisis data bahwa tidak ada perbedaan status (BB/U) dua kelompok sampel hal ini sejalan dengan penelitian Irwan, Salim (2020) bahawa tidak ada pengaruh pemberian cookies terpung daun dan biji kelor terhadap status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas Tampa Padang dengan analisis secara statistik belum bisa memperbaiki status gizi, baik yang diberi cookies subtitusi tepung biji kelor maupun yang diberi cookies subtitusi tepung daun kelor dengan nilai p=0,495 (p value>0,05)

Menurut penelitian Al rahmad, Fadillah (2016) menyatakan bahwa penilaian status gizi balita dapat digunakan beberapa metode, baik secara sendiri-sendiri, maupun kombinasi 2 atau lebih metode. Metode penilaian status gizi secara antropometri adalah salah satu metode yang paling sering digunakan dalam kegiatan survey. BB adalah salah satu pengukuran antropometri yang paling sering digunakan dalam menilai status gizi balita, pertambahan BB harus sesuai dengan pertambahan umur, pertambahan minimal harus sesuai dengan kenaikan berat badan minimum (KBM), pertambahan BB kurang dari KBM dalam waktu yang relative lama dapat menyebabkan anak mengalami masalah gizi (BB kurang). Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U menilai status gizi yang terjadi secara akut maupun kronis karena BB sangat sensitive terhadap berbagai perubahan kesehatan yang dialami oleh anak, misalnya diare, demam, dan lainnya. Pertambahan BB anak setiap bulan harus sesuai dengan pertambahan umur anak, (KBM), jika pertambahan BB dibawah KBM

dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan anak mengalami masalah gizi (BB kurang), oleh karena itu penting melakukan pemantauan anak setiap bulan agar jika terjadi masalah dapat segera ditanggulangi/diatasi. Penilaian status gizi bendasarkan pada proporsi tubuh anak dengan menbandingkan antara BB.

Beberapa penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa pemberian intervensi berupa

PMT atau MP ASI dapar memperbaiki statusgizi Balita kurang gizi. Ibrahim et al., telah melaporkan bahwa pemberian biskuit ubi jalar ungu dan biskuit tepung terigu selama kurang lebih 30 hari belum mampu mengubah status gizi (BB/U) anak balita gizi kurang. Penelitian yang dilakukan Maukina et al., telah melaporkan bahwa pemberian sirup Zing selama 1 bulan dapat meningkatkan BB sampel, namun belum mampu memperbaiki status gizi balita sampel. Selain itu penelitian Iskandar, juga menunjukkan bahwa pemberian makananan tambahan dalam bentuk modifikasi sangat signfikan terhadap peningkatan status gizi balita yang lebih baik.

Kesamaan hasil yang diperoleh dari penelitian dengan penelitian sebelumnya menggambarkan bahwa untuk mengintervensi balita dengan harapan agar status gizi anak dapat meningkat, dibutuhkan waktu yang lebih lama, minimal 90 hari makan. Perbedaan yang diperoleh dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya karena waktu yang digunakan melakukan intervensi yang berbeda, pada penelitian ini waktu yang digunakan melakukan intervensi kurang lebih 30 hari makan, sedangkan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa PMT yang diberikan belum mampu memperbaiki status gizi (BB/U) anak lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan intervensi hanya kurang lebih 30 hari, hal tersebut sama yang didapatkan dari

penelitian ini pada saat penelitian baru berjalan kurang lebih 30 hari.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tidak ada perubahan status gizi sebelum dan sesudah pemberian nugget daun kelor setelah diintervensi 30 hari. Saran perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian nugget kelor selama 90 bulan untuk melihat peningkatan status gizi balita

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rahmad AH, Fadillah I. 2016. Psychomotor of infant growth age 6-9 months based on exclusive breastfeeding. AcTion: Aceh Nutrition Journal. 2016;1(2):99-104. doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v1i2.18

Aminah, S., Ramdhan, T., Yanis, M. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor (Moringa Oleifera). Buletin Nutrisi Kelor, Vol. 5, No. 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bogor.

Brojonegoro, Bambang PS. 2020. Solusi Penanganan Stunting di Tengah Pandemi COVID-19.    Diakses pada laman

https://www.ristekbrin.go.id/kabar/menristek-kepalabrin-dorong-riset-pangan-dan-nutrisi-sebagai-solusi-penanganan-stunting-di-tengahpandemi-covid-19- pada tanggal 25 Oktober 2020 pukul 23: 54 WIB

Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. 2020. Data statistik Angka Kejadian Stuting dikabupaten Grobogan. Tim PPGBM.

Fahey, J.W., 2015. Moringa Oleifera: A Review of The Medical Evidence for Its Nutritional, Therapeutic and Prophylatic Properties. Trees for Life Journal, 1(5): 82 – 877. Kemenkes RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta : Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ISSN 2088-270

Febrianti, Wahyuni RS, Dale DS. 2019. Pemeriksaan Pertumbuhan Tinggi Badan Dan Berat Badan Bayi Dan Balita. Celebes Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2019;1(1):15-20.

Irwan, Zaky. Andi Salim, Adriyani Adam. 2020. Pemberian Cookies Tepung Daun dan Biji Kelor Terhadap Berat Badan dan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Tampa Padang. Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 (5)1: 45-54.

Iskandar. 2017. Pengaruh pemberian makanan tambahan modifikasi terhadap status gizi balita. AcTion:     Aceh Nutrition

Journal.2017;2(2):120. doi:10.30867/action.v2i2.65

Kemenkes RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di    Indonesia.     Jakarta : Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan ISSN 2088-270

Mazengia, A. L., & Biks, G. A. (2018). Predictors of Stunting among School-Age Children in Northwestern Ethiopia. Journal of Nutrition and Metabolism,   10,   1–7.

https://doi.org/10.1155/2018/7521751

Murti, B., 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rakernas. 2020. Arah Kebijakan dan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2020 – 2024. Diakses pada laman https://www.kemkes.go.id/resources/downloa d/info-terkini/Rakerkesnas2020/Pleno%202/Arah%2 0dan%20kebijakan%20Program%20Kesehata n%20Masyarakat %20tahun%202020%20-%202024%20(Ditjen%20Kesmas).pdf pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 12.43 WIB

Sulistyaningsih, Erma, et al. 2020.“Peningkatan Kemampuan Mengatasi Masalah Stunting dan Kesehatan melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa                            Sukogidri,

Jember.” Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat nomor 5 volume 1

UNICEF. 2020. Indonesia: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam kecuali jika tindakan cepat diambil. Diakses melalui                            laman

https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/angka-masalah-gizi-pada-anak-diindonesia-akibat-covid-19-dapat-meningkat-tajam tanggal 20 okt 2020 pukl 15.00 WIB

Rahayu, T, B., Nurindahsari, Y, A, W. 2018. Peningkatan Status Gizi Balita Melalui

Pemberian Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2, Desember 2018

Wijirahayu A, Krisnatuti D, Muflikhati I.Kelekatan ibu-anak, pertumbuhan anak, dan perkembangan sosial emosi anak usiaprasekolah. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen. 2017;9(3):171-18

411

Volume 9, Nomor 4, Agustus 2021