Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG ISOLASI COVID-19 RSUD BALI MANDARA

Kadek Lia Ari Pramadewi1, Komang Menik Sri Krisnawati2, Kadek Eka Swedarma2 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Alamat Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Stres kerja merupakan suatu keadaan emosional yang terjadi karena adanya perbedaan antara beban kerja dengan kemampuan individu dalam mengatasi tuntutan pekerjaan yang dihadapi. Stres kerja pada perawat selama pandemi COVID-19 dapat terjadi karena beban kerja yang tinggi, berurusan dengan kematian dan sekarat pada pasien, tuntutan dan ketakutan pribadi, menerapkan tindakan perlindungan pribadi yang ketat, stigma, dan paparan risiko infeksi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di ruang isolasi COVID-19 RSUD Bali Mandara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 74 responden. Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas perawat memiliki rentang usia 26-35 tahun (77,0%), berjenis kelamin perempuan (66,2%), tingkat pendidikan D3 (52,7%), dan masa kerja <3 tahun (64,9%). Tingkat stres kerja perawat paling banyak pada tingkat stres kerja ringan (56,8%) dan tingkat stres kerja sedang (43,2%). Mayoritas perawat yang memiliki tingkat stres kerja sedang adalah yang berusia 26-35 tahun (81,3%), berjenis jelamin perempuan (62,5%), tingkat pendidikan S1/Ners (53,1%), dan masa kerja <3 tahun (68,8%).

Kata kunci : COVID-19, Ruang Isolasi, Perawat, Stres Kerja

Abstract

Work stress is an emotional condition caused by workload and individual’s ability to cope their job demands. Nurses’ work stress during COVID-19 pandemic may occur due to high workload, dealing with patients’ death and dying, personal demands and fears, personal protection equipment usage, stigma, and risk of infection. The purpose of this study was to determine the description of the work stress level of nurses in COVID-19 isolation department of Bali Mandara hospital. This research was a descriptive quantitative study using total sampling technique. Samples in this study were 74 respondents. The results showed that the majority of nurses had an age range 26-35 years old (77,0%), female (66,2%), nursing diplome degree (52,7%), and nursing working experience <3 years (64,9%). Nurses’ work stress level were dominantly at mild work stress level (56,8%) and moderate work stress level (43,2%). The majority nurses who have moderate work stress level are 26-35 years old (81,3 female (62,5%), bachelor degree/Ners (53,1%), and nursing working experience <3 years (68,8%).

Keywords : COVID-19, Isolation Wards, Nurse, Work Stress

PENDAHULUAN1

Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan beban kesehatan memiliki implikasi besar terhadap kesehatan masyarakat secara global. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan suatu penyakit mirip pneumonia dengan penularannya disebabkan oleh virus corona baru yang ditemukan pertama kali di Provinsi Wuhan, China pada bulan November

tahun 2019 (Labrague & Santos, 2020). Menurut laporan dari World Health Organization (WHO) (2021) terdapat 192 negara yang terjangkit COVID-19.

Prevalensi kasus COVID-19 di dunia per 29 Januari 2021 sebanyak 101.575.252 kasus terkonfirmasi dan sebanyak 2.193.717 kematian. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021) prevalensi kasus terkonfirmasi COVID-

19 di Indonesia per 29 Januari 2021 yaitu sebanyak 1.051.795 kasus dan 29.518 kematian. Prevalensi kasus terkonfirmasi COVID-19 di Bali per 29 Januari 2021 yaitu sebanyak 25.813 kasus dan 670 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2021). Kota Denpasar menempati urutan pertama dengan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 terbanyak di Provinsi Bali yaitu sebanyak 7.349 kasus dengan 137 kematian.

Pandemi COVID-19 menimbulkan tantangan besar dalam pencegahan dan pengendalian penyakit (Yuanyuan et al, 2020). Salah satu strategi yang telah diterapkan pemerintah dalam penanganan COVID-19 adalah dengan melakukan pemetaan untuk membangun rumah sakit darurat bagi pasien COVID-19. Rumah sakit rujukan tersebut disediakan oleh pemerintah di masing-masing wilayah (Pranajaya, 2020).

Rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19 yang berada di Kota Denpasar salah satunya yaitu RSUD Bali Mandara yang memiliki dua ruang isolasi yang ditujukan untuk memberikan perawatan pada pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 yaitu Ruang Isolasi Jepun dan Ruang Isolasi Sandat-Cempaka sudah merawat 738 kasus COVID-19 selama Maret sampai November 2020. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali per 29 Januari 2021, RSUD Bali Mandara memiliki persentase Bed Occupancy Ratio (BOR) tertinggi di ruang isolasi yaitu sebesar 81,91% dengan kapasitas bed sebanyak 94 dan sudah terisi sebanyak 77 dengan 74 orang perawat.

Adanya tekanan psikologis yang cukup besar saat bekerja dengan pasien yang didiagnosis dengan COVID-19, termasuk isolasi sosial, konflik peran, ketakutan, dan kecemasan berpotensi besar mengakibatkan stres pada tenaga

kesehatan khususnya perawat (Chen et al., 2020). Tenaga medis, terutama tenaga medis garda depan, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular virus, memiliki tekanan kerja yang cukup tinggi, tingginya beban kerja yang dimiliki, seringkali tidak mendapatkan pelatihan atau keterampilan secara optimal serta kurangnya ketersediaan alat pelindung diri, atau bahkan lebih mengalami diskriminasi (Greenberg1 et1 al., 12020; 1Kang et1 al., 2020). Ketika perawat dihadapkan pada lingkungan kerja dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi, situasi kerja yang berisiko dan sumber daya yang rendah, stres kerja yang lebih tinggi dan gejala stres fisik dan psikologis yang lebih besar dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan perawat (Yuanyuan et al., 2020).

Stress kerjas didefinisikan sebagaii suatu keadaannemosional seseorang karena terdapat perbedaan antara beban kerja dengan keadaan individu dalam menghadapi tuntutan pekerjaan yang dihadapi (Vanchapo, 2020). National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan salah satu profesi dengan risiko tinggi mengalami stres kerja yaitu perawat. American National Association for Occupational Health (ANAOH) juga menyatakan perawat merupakan pekerja dengan stres kerja pada urutan pertama dari 40 pertama kasus stres kerja yang terjadi pada pekerja (Fuada, dkk., 2017). Berdasarkan kajian data yang diperoleh dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) didapatkan bahwa stres kerja pada perawat yaitu sebesar 50,9% dari empat provinsi di Indonesia. Stres berkepanjangan yang dialami oleh perawat dapat mengganggu interaksi sosial dengan rekan kerja seperti antar sesama perawat, dokter maupun dengan pasien. Efektivitas kerja perawat juga

akan terganggu dikarenakan stres kerja yang dialami perawat akan mengganggu psikologisnya maupun keadaan fisiologisnya (Kasmarani, 2012).

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara terhadap 16 responden perawat menyatakan sebagian besar sering merasakan beberapa gejala stres kerja seperti gejala fisik, psikologis, dan sosial yangg mengganggu aktivitas kerja mereka. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat stres kerja pada perawat di Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara.

METODE1PENELITIAN1

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Tempat penelitian ini yaitu di RSUD Bali Mandara dengan waktu penelitian pada bulan April-Mei 2021. Populasi penelitian ini merupakan perawat yang ditugaskan di ruang isolasi COVID-19 RSUD Bali Mandara sebanyak 74 orang. Sampel pada penelitian yaitu 74 orang perawat dengan teknik pengambilan sampel sampling jenuh/total sampling. Kriteria inklusi penelitian yaitu perawat yang bertugas di ruang isolasi COVID-19 selama Pandemi COVID-19, memiliki gadget atau laptop untuk mengisi kuesioner dalam bentuk google form, dan bersedia menjadi responden dan telah setuju dengan informed consent atau persetujuan sebelum penelitian yang sudah diberikan. Kriteria eksklusi yaitu perawat yang sedang dalam masa cuti kerja, sakit, dan melanjutkan pendidikan selama penelitiannini dilakukan.

Kuesioner Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) versi Bahasa Indonesia oleh Harsono (2017) digunakan sebagai instrumen untuk menilai stres kerja perawat yang telah

dimodifikasi peneliti sesuai dengan kondisi dan topik penelitian yang terdiri dari 35 pertanyaan. Hasil dari uji validitas kuesioner terhadap 55 orang perawat di ruang isolasi COVID-19 RSUD Bali Mandara menunjukkan seluruh item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai r 0,353 hingga 0,773. Hasil uji reliabiltas menunjukkan nilai Cronbach Alpha 0,938.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk google formulir kepada masing-masing kepala ruangan isolasi Jepun dan ruang isolasi Sandat-Cempaka yang kemudian akan disebarkan ke grup whatsapp masing-masing ruangan dan akan dilakukan follow-up setiap dua hari sekali terkait pengisian kuesioner tersebut. Data yang sudah dikumpulkan akan dilakukan tabulasi ke dalam master tabel penelitian yang sudah dibuat kemudian akan dianalisis.

Uji yang digunakan yaitu uji univariat yang disajikan sebagai sebaran frekuensi dan persentase ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi diantaranya usia, jenisa kelamin, tingkat ppendidikan, masaa kerja, serta tingkat stres kerja perawat. Penelitian ini sudah dilakukan telaah dan telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah dengan nomor surat: B/2729/UN14.2.2/PT.01.04/2021. dan Komisi Etik Penelitian Kesehatan UPTD. RSUD Bali Mandara dengan nomor surat : 014/EA/KEPK.RSBM.DISKES/2021.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan dari 74 perawat di ruang isolasi COVID-19 RSUD Bali Mandara sebagian besar memiliki rentang usia 26-35 tahun sejumlah 57 responden perawat (77,0%), sebagian besar memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 49 responden perawat (66,2%), mayoritas dengan

tingkat pendidikan D3 Keperawatan yang berjumlah 39 responden perawat (52,7%), dan mayoritas dengan masa

kerja <3 tahun yang berjumlah 48 orang (64,9%).

1Tabel11.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Masa Kerja Perawat di Ruang Isolasi RSUD Bali Mandara (n=74)

Variabel1

Kategori1

Frekuensi (N)1

1Persentase (%)

Usia1

17-25 tahun1

16

21,6

26-35 tahun1

57

77,0

36-45 tahun1

1

1,4

Jenis Kelamin

Laki-laki

25

33,8

Perempuan

49

66,2

Tingkat1Pendidikan1

D31

39

52,7

S1/Nerss

35

47,3

Masa1Kerja1

<3 tahun1

48

64,9

≥ 3 tahun

26

35,1

Total

74

100,0

Tabel 2.

Gambaran Tingkat Stres Kerja (n=74)

Tingkat1Stres1Kerja1

Frekuensi1(N)1

1Persentase (%)1

Ringan1

42

56,8

Sedang1

32

43,2

Berat1

0

0,0

Jumlah

74

100,0

Berdasarkan hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang tingkat stres kerja ringan yaitu sejumlah 42 orang (56,8%). Responden dengan

tingkat stres kerja sedang yaitu sejumlah 32 orang (43,2%), dan tidak ada responden yang berada pada rentang tingkat stres kerja berat.

Tabel13.

Gambaran tingkat stres kerja berdasarkan karakteristik responden (n=74)

Variabel

Tingkat Stres1Kerja1

Total

Ringan

Sedang

Berat

(n)

(%)

(n)

(%)

(n)

(%)

Usia1

-  17-25 tahun

11

26,2

5

15,6

0

0,0

16

- 26-35 tahun

31

73,8

26

81,3

0

0,0

57

- 36-45 tahun

0

0,0

1

3,1

0

0,0

1

Total

42

100,0

32

100,0

0

0,0

74

Jenis kelamin

- Laki-laki

13

31,0

12

37,5

0

0,0

25

- Perempuan

29

69,0

20

62,5

0

0,0

49

Total

42

100,0

32

100,0

0

0,0

74


Tingkat Pendidikan

˗  D3

˗  S1/Ners

24

18

57,1 42,9

15

17

46,9

53,1

0

0

0,0

0,0

39

35

Total

42

100,0

32

100,0

0

0,0

74

Masa kerja

˗  <3 tahun

26

61,9

22

68,8

0

0,0

48

˗  ≥3 tahun

16

38,1

10

31,2

0

0,0

26

Total

42

100,0

32

100,0

0

0,0

74


Tabel 3 menunjukkan mayoritas perawat pada kategori usia 26-35 tahun (dewasa awal) memiliki tingkat stres kerja sedang dibandingkan rentang usia lainnya dengan persentase 81,3%. Mayoritas perawat perempuan berada pada tingkat stres kerja sedang sebesar 62,5%. Sebagian besar perawat yang memiliki tingkat pendidikan S1/Ners berada pada tingkat stres kerja sedang dengan persentase 53,1%, dan mayoritas perawat yang memiliki masa kerja <3 tahun (masa kerja baru) memiliki tingkat stres kerja sedang dibandingkan masa kerja ≥3 tahun dengan persentase 68,8%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, mayoritas perawat memiliki kategori usia 26-35 tahun yaitu sejumlah 57 orang (77,0%) yang termasuk ke dalam kategori dewasa awal (Depkes, 2009). Perawat pada rentang usia dewasa awal membawa perubahan yang bersifat positif yaitu dari aspek kesehatan dan kekuatan fisik sedang pada kondisi yang optimal (Indriyani, 2009). Produktivitas kerja perawat juga tinggi dikarenakan seseorang pada usia muda cenderung memiliki jiwa muda yang energik, bersemangat, dan lebih terampil (Suroso, 2012). Perawat yang berusia lebih muda diharapkan dapat dijadikan sebagai regenerasi dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam pemenuhan asuhan keperawatan yang bermutu dan profesional kepada masyarakat di pelayanan kesehatan (Yanto & Rejeki, 2017).

Penelitian ini juga memperoleh hasil yaitu mayoritas perawat memiliki jenis kelamin perempuan sejumlah 49 orang (66,2%). Berdasarkan laporan keanggotaan dari PPNI dinyatakan persentase tenaga keperawatan yang berjenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 71% (Kemenkes RI, 2017).

Perawat di Indonesia memang lebih didominasi oleh perawat perempuan yang dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal itu mungkin terkait pendidikan keperawatan yang lebih banyak diisi oleh mahasiswa perempuan. Salah satu studi di Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menunjukkan mayoritas mahasiswa keperawatan dari angkatan 2016 sampai 2019 berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 89,4% (Prabhasuari, 2020).

Berdasarkan karakteristik responden yaitu tingkat pendidikan, perawat yang memiliki tingkat pendidikan akhir D3 Keperawatan sedikit lebih banyak daripada perawat dengan tingkat pendidikan S1/Ners yaitu dengan selisih sebanyak empat orang. Perawat yang memiliki jenjang pendidikan akhir D3 Keperawatan berjumlah 39 orang (52,7%), sedangkan perawat yang memiliki jenjang pendidikan akhir S1/Ners berjumlah 35 orang (47,3%). Lulusan pendidikan tinggi D3 Keperawatan sudah termasuk ke dalam karakteristik perawat profesional (Handoko dalam Lestari

2014). Perawat dengan jenjang pendidikan D3 Keperawatan sudah memiliki kompetensi dalam memberikan asuhan keperawatan (Lestari, 2014). Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang dengan pesat, sehingga perlu adanya peningkatan jenjang pendidikan Keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kelimuan dan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Peningkatan jenjang pendidikan Keperawatan diharapkan perawat dapat mengikuti perkembangan keilmuan saat ini untuk dapat diterapkan ketika memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Berdasarkan karakteristik responden1yaitu masa1kerja, mayoritas perawat memiliki masa kerja <3 tahun yaitu sejumlah 48 perawat (64,9%) yang termasuk kategori masa kerja baru (Hatija dalam Ranthy, 2012). RSUD Bali Mandara dapat dikategorikan sebagai rumah sakit baru yang pertama kali memberikan pelayanan kepada masyarakat pada tanggal 28 Oktober 2017. Baik petugas kesehatan, administrator maupun petugas lainnya yang bekerja memiliki masa kerja paling lama kurang lebih 3 tahun 6 bulan (RSUD Bali Mandara, 2021). Hal tersebut berkaitan dengan masa kerja perawat di ruang isolasi COVID-19 RSUD Bali Mandara mayoritas termasuk kategori masa kerja baru.

Masa kerja sering dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dan pengalaman kerja yang didapatkan selama bekerja (Manuho, dkk., 2015). Apabila seseorang memiliki masa kerja yang lama, maka pengalaman kerja yang diperoleh selama bekerja akan lebih banyak dan sebaliknya apabila seseorang memiliki masa kerja singkat maka pengalaman kerja yang dimiliki lebih

sedikit (Robbin & Jugde dalam Setianingsih & Septiyana, 2019). Namun, perawat dengan masa kerja baru tidak dipungkiri juga memiliki keterampilan atau skill yang baik ketika memberikan asuhan keperawatan yang dipengaruhi oleh kualitas masing-masing individu, serta dukungan dari rekan kerja maupun supervisor di tempat kerja.

Gambaran tingkat stres kerja perawat menyebutkan bahwa sebagian besar perawat memiliki tingkat stres kerja ringan yaitu 42 orang (56,8%), sedangkan perawat dengan tingkat stres kerja sedang 32 orang (43,2%), dan perawat di ruangan tidak ada yang memiliki kategori tingkat stres kerja berat. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Hasbi, dkk (2019) mengenai stres kerja pada perawat menyebutkan mayoritas perawat memiliki tingkat stres kerja ringan sebesar156,8% dan tingkat stres1 kerja1sedang1sebesar 43,2%.

Sejalan dengan penelitian oleh Said & Shafei (2020) menyebutkan perawat di rumah sakit1rujukan COVID-19 secara signifikan mengalami stres kerja lebih tinggi dengan persentase 72,5% dibandingkan perawat yang bertugas di rumah sakit umum yang bukan salah satu rumah sakit yang ditujukan bagi pasien terkonfirmasi COVID-19.

Stres kerja ringan yang dialami perawat berkaitan dengan sudah diberikannya pembekalan kepada perawat di masing-masing ruangan sebelum ditugaskan di ruang isolasi COVID-19. Stres kerja sedang yang dialami berkaitan dengan beban kerja dalam memberikan perawatan kepada pasien melebihi kemampuan perawat dan kondisi kesehatan pasien yang berubah-ubah (Maharani & Budianto, 2019).

Perawat juga berisiko mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal dan

adanya tuntutan yang tidak masuk akal dari pasien, yang berpotensi menyebabkan perawat berada dibawah tekanan yang kuat (Said & Shafei, 2020). Menyaksikan penderitaan dan kematian pasien, ketidaktahuan atau kurangnya sumber informasi terkait lingkungan dan prosedur pemberian perawatan pada pasien COVID-19 merupakan satu dari beberapa faktor penyebab terjadinya tekanan psikologis pada perawat ketika memberikan perawatan pada pasien terkonfirmasi COVID-19 (Huang et al., 2020).

Gambaran tingkat stres kerja yang dihubungkan dengan karakteristik perawat menunjukkan mayoritas responden perawat dengan rentang usia 26-35 tahun (dewasa awal) berada pada tingkat stres kerja yang lebih tinggi yaitu stres kerja sedang sebanyak 26 orang (81,3%). Penelitian oleh Gunarsa (dalam Zahra & Hidayat, 2015) menyebutkan seseorang pada kategori usia dewasa muda lebih rentan terhadap stres yang dipengaruhi oleh pembentukan karir, memilih pasangan, mulai membina hubungan dengan lawan jenis, adanya persaingan dalam dunia kerja, orientasi kehidupan, mulai memikirkan pendidikan anak, serta adanya keinginan keluar atau berhenti dari pekerjaan atau jabatan yang sedang dipegang.

Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan tingkat stres kerja lebih tinggi terjadi perawat dengan jenis kelamin perempuan yaitu stres kerja sedang sejumlah 20 perawat (62,5%). Stres kerja yang dialami perawat perempuan dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan respon fisiologis antara laki-laki dan perempuan. Ketika terjadi stres pada perempuan akan terjadi respon fisiologis yaitu aktivitas hormon dan neurotransmiter di dalam otak. Selain itu, prolaktin pada perempuan lebih tinggi yang dapat membawa dampak yang negatif pada otak yang

menyebabkan meningkatnya trauma secara emosional serta stres secara fisik (Febriandini, 2016; Martina, 2012). Kemampuan fisik atau otot antara perempuan dan laki-laki juga berbeda. Perempuan cenderung lebih cepat merasa lelah sehingga berpotensi menimbulkan stres kerja (Ansori & Martiana, 2017).

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas stres kerja sedang dialami oleh responden dengan tingkat pendidikan S1/Ners yaitu sebanyak 17 orang (53,1%). Liebert & Neakeref (dalam Gobel, dkk 2013) menyebutkan seseorang dengan pendidikan S1 memiliki sifat pendidikan yang lebih manajerial atau analitis, sehingga ketika menyelesaikan pekerjaan cenderung merasa tertantang untuk menyeimbangan kualitas dan kuantitas yang dimiliki. Hal tersebut tentunya dapat berdampak pada stres kerja yang dialami ketika harus terus menerus menargetkan diri untuk menerima dan menyanggupi setiap tantangan di tempat kerja.

Responden perawat dengan masa kerja <3 tahun atau dikategorikan sebagai masa kerja baru berada pada tingkat stres kerja sedang yang lebih tinggi yaitu sebanyak 22 orang (45,8%). Profesional keperawatan dengan masa kerja baru kemungkinan memiliki mekanisme koping yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan belum memiliki pengalaman dan skill yang baik dalam pekerjaannya dibandingkan perawat yang memiliki lama kerja yang lebih panjang. Perawat cenderung mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan baik terhadap tekanan yang dihadapi seperti peningkatan beban kerja, risiko penularan virus, dan risiko terjadinya masalah kesehatan mental (Youjin et al., 2021).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian yaitu sebagian besar perawat memiliki kategori usia 26-35 tahun (77,0%), berjenis kelamin perempuan (66,2%), tingkat pendidikan D3 Keperawatan (52,7%), dan masa kerja <3 tahun (64,9%). Gambaran tingkat stres kerja perawat menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat stres kerja ringan (56,8%) dan tingkat stres kerja sedang (43,2%).

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,     sehingga     peneliti

memberikan saran terkait penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan yaitu dengan menghubungkan faktor-faktor penyebab stres kerja dengan kejadian stres kerja, serta diharapkan mampu mencari intervensi yang relevan untuk mencegah maupun mengatasi stres kerja yang dialami selama pandemi COVID-19.

DAFTAR PUSKATA

Ansori, R. R. & Martiana, T. (2017). Hubungan faktor karakteristik individu dan kondisi pekerjaan terhadap stres kerja pada perawat gigi. The Indonesian Journal of Public Health, 12(1); 75-84.

Chen, Q., Liang, M., Li, Y., Guo, J., Fei, D., Wang, L., He, L., Sheng, C., Cai, Y., Li, X., Wang, J., & Zhang, Z. (2020). Mental health care for medical staff in China during the COVID-19 outbreak. The Lancet Psychiatry, 7(4): 1-2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(2009). Kategori usia. Diakses dari : http://kategori-umurmenurut-

Depkes.html. [Diakses pada 12 Oktober 2020].

Febriandini, E. A., Ma’rufi, I., Hartanti, R. I. (2016). Analisis faktor individu, faktor organisasi dan kelelahan kerja terhadap stres kerja pada perawat (Studi di Ruang Rawat Inap Kelas III RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(1); 175-180.

Fuada, N., Wahyuni, I., Kurniawan, B. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat kamar bedah di instalasi bedah sentral RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(5); 255-263.

Gobel, R.S., Rattu, J.A., Akili, R.H. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di ruang ICU dan UGD RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mogondow. Sinta Indonesia, 1(7).

Greenberg, N., Docherty, M., Gnanapragasam, S., & Wessely, S. (2020). Managing

mental health challenges faced by healthcare workers during covid-19 pandemic. BMJ, 368:m1211.

Harsono, H. (2017). Uji Validitas dan Reliabilitas Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) Versi Bahasa Indonesia sebagai instrumen penilaian stres kerja pada perawat. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hasbi, N.A., Fatmawati, Alfira, N. (2019). Stres kerja perawat di ruang rawat inap RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 4(2); 109-118.

Huang L., Lei W., Xu F., Liu H., Yu L. (2020) Emotional responses and coping strategies in nurses and nursing students during Covid-19 outbreak: A comparative study. PLOS ONE 15(8): 1-12.

Kang, L., Li, Y., Hu, S., Chen, M., Yang, C., Yang, B. X., Liu, Z. (2020). The mental health of medical workers in Wuhan, China dealing with the 2019 novel coronavirus. The lancet Psychiatry, 7(3): e14.

Kasmarani, M.K. (2012). Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental terhadap Stres Kerja pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatana Masyarakat, 1(2); 767-776.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Situasi tenaga keperawatan Indonesia.      Diakses      dari      :

http://bppsdmk.kemenkes.go.id. [Diakses pada 10 Mei 2021].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). COVID-19 coronavirus disease. Diakses              dari              :

https://covid19.kemkes.go.id/. [Diakses pada 4 Oktober 2020].

Labrague, L. J., & de los Santos, J. (2020). COVID19 1anxiety1 among 1frontline nurses1: predictive role of organisational1 support, personal resilience 1and1 social support. 1Journal 1 1of 1Nursing 11Management.

1doi:10.1111/jonm.13121.

Lestari, T.R.P. (2014). Pendidikan keperawatan: upaya menghasilkan tenaga perawat berkualitas. Jurnal Aspirasi, 5(1); 1-10.

Maharani, R. & Budianto, A. (2019). Pengaruh beban kerja terhadap stres kerja dan kinerja perawat rawat inap dalam. Journal of Management Review, 3(2); 327-332.

Martina, A. (2012). Gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarya Bogir (RSPG). Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Prabhasuari, I.A.M. (2020). Survei burnout pada mahasiswa keperawatan yang menjalani sistem pembelajaran blik di fakultas kedokteran universitas udayana. Skripsi. Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana : Denpasar.

Pranajaya, I.K. (2020). Desain rumah sakit darurat sebagai strategi menghadapi pandemik Covid-19 di Bali. Jurnal Lentera Widya, 1(2): 14-23.

Ranthy. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pramuniaga ramayana makassar town square kota makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makassar.

RSUD Bali Mandara. (2021). Profil Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara. Diakses di :    < https://rsbm.baliprov.go.id/#>.

[Diakses pada 24 April 2021].

Said, R.M., Shafei, D.A. (2020). Occupational stress, job satisfaction, and intent to leave: nurses working on front lines during

COVID-19 pandemic in Zagazig City, Egypt. Nature Public Health Emergency Collection: 1-11.

Suroso, J. (2012). Penataan sistem jenjang karir berdasar kompetensi untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat di rumah sakit. Eksplanasi, 6(2).

Vanchapo, A.R. (2020). Beban kerja dan stres kerja. Jawa Timur : Qiara Media.

World   Health1   Organization1.   (2021).

Coronavirus 1Disease 1 (COVID-19).

Retrieved            1from            :

https://covid19.who.int/. [Diakses pada 29 Januari 2021].

Yanto, A. & Rejeki, S. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan stres kerja perawat baru di semarang. Nurscope, 3(1): 1-10.

Youjin, H., Jukab, L., Hyuk, J.L., kyumin, K., Inn-Kyu, C., Myung, H.A., Yong-Wook, S., Jangho, P., Seockhoon, C. (2021). Resilience and work-related stress may affect depressive symptoms in nursing professionals during the COVID-19 pandemic era. Psychiatry Investigation, 18(4); 357-363.

Yuanyuan, M., Lan D., Liyan Z., Qiuyan L., Chunyan L., Nannan W., Minggin Q., Huigjao H. (2020). Work stress among Chinese nurses to support Wuhan in fighting against COVID-19 epidemic. Journal          of          Nursing

Management. doi:10.1111/jonm.13014.

Zahra, A.A & Hidayat, S. (2015). Gambaran tingkat stres kerja antar shift kerja pada petugas pengumpul tol Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 4(2); 123-133.

589

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021