Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN PENGALAMAN SPIRITUALITAS DENGAN PERILAKU

SELF MANAGEMENT PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GIANYAR I

Ni Made Sri Dharmayanti1, Desak Made Widyanthari2, I Kadek Saputra2 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan peran aktif penderitanya dalam melakukan self management untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi yang mengancam nyawa seperti hipoglikemia, neuropati, penyakit jantung, dan stroke. Self management diabetes merupakan hal penting dalam mencapai penatalaksanaan diabetes yang optimal dan pengalaman spiritualitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan self management diabetes pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengalaman spiritualitas dengan perilaku self management pasien diabetes melitus di Puskesmas Gianyar I. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Total 37 responden dipilih dengan teknik consecutive sampling dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki (67,6%) dan rentang usia antara 56 sampai 65 tahun (40,5%). Pengambilan data dilakukan selama satu bulan dari Maret hingga April 2021. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Daily Spiritual Experience Scale (DSES) untuk mengukur pengalaman spiritualitas dan Diabetes Self Management Questionnaire (DSMQ) untuk mengukur perilaku self management. Hasil uji statistik spearman’s rank (α = 0,05) didapatkan hasil p value= 0,007; r = 0,437 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengalaman spiritualitas dengan perilaku self management pasien diabetes. Pengalaman spiritualitas memberikan dukungan, kekuatan dan kepercayaan dalam menghadapi suatu penyakit sehingga akan berhubungan dengan perilaku self management. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi pelayanan kesehatan dan perawat untuk lebih memperhatikan aspek pengalaman spiritualitas dan perilaku self management diabetes pasien.

Kata kunci: diabetes melitus, self-management, spiritualitas

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease that requires patients’ active role in self management to prevent lifethreatening complications such as hypoglycemia, neuropathy, heart disease, and stroke. Diabetes self management is important for the patient to achieve optimal diabetes management and spirituality experience is one of the factors that can affect diabetes self management behavior in patients. The purpose of this study was to determine the correlation between spirituality experience and self management behavior of diabetes mellitus patients in Puskesmas Gianyar I. This study was a descriptive correlative study with a cross-sectional approach. A total of 37 respondents were selected by consecutive sampling technique which majority of respondents were male (67.6%) and the age range between 56 to 65 years (40.5%). Data were collected for a month from March to April 2021 with research instruments used in this study were the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) to measure spirituality experiences and the Diabetes Self Management Questionnaire (DSMQ) to measure self-management behavior. Spearman's rank statistical test (α = 0.05) obtained p-value = 0.007; r = 0.437 indicates a significant correlation between spirituality experiences and self-management behavior of diabetic patients. The spirituality experiences provide support, strength, and confidence in dealing with an illness that will be related to self-management behavior. The result of this study is expected to be a reason for health services and nurses to understand more about patient spirituality experience aspects and diabetes self management behavior.

Keywords: diabetes mellitus, self-management, spirituality

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit kronis serius yang memiliki prevalensi cukup tinggi di seluruh dunia. Jumlah penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2019 sebanyak 463 juta dan diprediksi pada tahun 2045 akan terjadi peningkatan sebesar 51% menjadi 700 juta orang. Indonesia dengan jumlah penderita DM sebanyak 10,7 juta berada di urutan ke tujuh sebagai negara dengan jumlah kasus DM tertinggi di seluruh dunia (IDF, 2019). Jumlah penderita diabetes di Provinsi Bali sebanyak 67.172 orang pada tahun 2018 dengan jumlah penderita terbanyak terdapat di Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak 26.782 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019). Jumlah penderita DM tertinggi di Kabupaten Gianyar salah satunya tercacat di Puskesmas Gianyar I sebanyak 2,764 orang pada tahun 2017 (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2018).

Diabetes melitus merupakan suatu jenis penyakit jangka panjang dan dapat mengubah hidup penderitanya. Penderita DM juga memiliki risiko tinggi mengalami berbagai komplikasi seperti hipoglikemia, hiperglikemia, penyakit jantung koroner, stroke, retinopati, nefropati, dan neuropati bila tidak ditangani dengan baik (Perkeni, 2019). Diabetes melitus dan komplikasi yang ditimbulkan diperkirakan telah membunuh sebanyak 4,2 juta jiwa pada tahun 2019 (IDF, 2019). Meminimalkan komplikasi untuk mencegah kematian akibat DM sangat penting untuk dilakukan.

Pencegahan komplikasi pada pasien DM dapat dilakukan dengan

pelaksanaan self management yang baik. Self management adalah suatu bentuk tindakan individu yang memiliki tujuan untuk mengendalikan dan mengatur kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dampak dari penyakit yang dideritanya (Luthfa & Fadhilah, 2019). Self management yang baik akan membuat pasien mampu untuk mengelola penyakitnya dan patuh pada pengobatan yang disarankan. Pelaksanaan dari self management diabetes memerlukan peran aktif dan terkadang dapat melelahkan dan memberatkan pasien diabetes karena kompleksitas dari hal-hal yang harus dikelolanya (Latchman, 2018; Widyanthari et al., 2020). Penelitian oleh Nejaddadgar et al., (2017) menyatakan bahwa dari 382 pasien diabetes sebanyak 243 pasien (63,6%) memiliki tingkat self management buruk.

Spiritualitas dapat memberikan rasa percaya, dukungan, dan harapan pada individu sehingga merupakan salah satu hal penting dalam mendukung self management pada penderita penyakit kronis. Spiritualitas didefinisikan sebagai suatu hubungan dengan spirit dan semangat untuk mendapatkan makna hidup, harapan, dan keyakinan (Ardian, 2016). Spiritualitas juga berkontribusi dalam menjelaskan apakah individu akan menganggap penyakit sebagai penyakit yang mengancam atau tidak (Latchman, 2018). Spiritualitas memberikan dampak positif terhadap individu dengan penyakit kronis dengan mendukung individu untuk selalu bertanggung jawab terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan

mengelola penyakitnya (Niemeijer et al., 2017).

Studi literatur yang dilakukan Duke dan Wigley, (2016) menyatakan bahwa spiritualitas memiliki pengaruh terhadap perilaku self management terkait dengan diet, olahraga dan kepatuhan berobat pasien DM tipe 2. Namun sebagian besar penelitian tersebut dilakukan pada orang Kristen Amerika kulit putih atau hitam. Selain itu, di Indonesia penelitian tentang hubungan spiritualitas dan perilaku self management pada pasien DM masih sedikit dilakukan. Penelitian oleh Damayanti, Sitorus, dan Sabri (2014), lebih berfokus pada hubungan spiritualitas dengan kepatuhan pasien DM. Penelitian Mu’in dan Wijayanti, (2015) menghubungkan antara spiritualitas dan kualitas hidup pasien DM.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian untuk mengetahui hubungan pengalaman spiritualitas dengan perilaku self management pada pasien DM di Puskesmas Gianyar I

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian tergolong penelitian kuantitatif deskriptif korelasional melalui pendekatan cross sectional. Sebanyak 33 pasien DM di Puskesmas Gianyar I merupakan sampel dalam penelitian ini, dipilih melalui teknik purposive sampling yang termasuk dalam non-probability sampling. Semua sampel dalam penelitian telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Instrumen untuk mengukur pengalaman spiritualitas yaitu Daily Spiritual Experience Scale (DSES) dan Diabetes Self Management Questionnaire (DSMQ) untuk mengukur perilaku self management pasien. Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan dari Maret hingga April 2021. Analisis data menggunakan uji spearman’s rank melalui program SPSS versi 26 dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,005) karena data tidak terdistribusi normal. Penelitian telah lolos uji etik oleh Komisi Etik FK Unud dengan nomor ethical clearance yaitu: No.677/UN14.2.2VII.14/LT/2021

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terkait karakteristik peserta penelitian ditemukan bahwa mayoritas responden berusia dalam rentang 56 sampai 65 tahun atau pada kategori usia lansia akhir yaitu sebanyak 15 pasien (40,5%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 pasien (67,6%), tamat SMA/sederajat sebanyak 14 pasien (37,8%), dan bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 12 pasien (32,4%). Pasien DM di Puskesmas Gianyar I sebagian besar berstatus sudah menikah sebanyak 34 pasien (91,9%) dan beragama Hindu sebanyak 35 pasien (94,6%). Selain itu, sebanyak 28 pasien (75,7%) telah terdiagnosis menderita DM selama rentang satu sampai dengan lima tahun.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Peserta Penelitian di Puskesmas Gianyar I Tahun 2021 (N = 37)

No.

Variabel

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1

Usia (tahun)

Dewasa akhir (36 – 45)

4

10,8

Lansia awal (46 – 55)

10

27,0

Lansia akhir (56 – 65)

15

40,5

Manula >65

8

21,6

Total

37

100

2

Jenis Kelamin

Laki - laki

25

67,6

Perempuan

12

32,4

Total

37

100

3

Pendidikan Terakhir

Tidak tamat SD

6

16,2

Tamat SD/Sederajat

5

13.5

Tamat SMP/Sederajat

7

18.9

Tamat SMA/Sederajat

14

37.8

Diploma

2

5.4

Sarjana

3

8.1

Total

37

100

4

Pekerjaan

Tidak bekerja

11

29,7

Buruh

6

16,2

Petani

2

5.4

Wiraswasta

12

32.4

Pegawai swasta

2

5.4

PNS

1

2.7

Ibu Rumah Tangga

3

8.1

Total

37

100

5

Status Pernikahan

Belum menikah

3

8,1

Menikah

34

91,9

Total

37

100

6

Agama

Islam

2

5,4

Hindu

35

94,6

Total

37

100

7

Lama Menderita DM (Tahun)

1 - 5

28

75,7

6 – 10

6

16,2

11 - 15

3

8,1

Total

37

100

Tabel 2. Gambaran Pengalaman Spiritualitas, Tingkat Pengalaman Spiritualitas dan Kedekatan dengan Tuhan Peserta Penelitian di Puskesmas Gianyar I Tahun 2021 (N=37)

Variabel

Median

Min – Max

Varian

Pengalaman spiritualitas

66

48 - 84

57,916

Tingkat Pengalaman Spiritualitas

Kategori

N

%

Rendah

0

0

Sedang

12

32,4

Tinggi

25

67,6

Total

37

100

Kedekatan Spiritualitas

Kategori

N

%

Sangat tidak dekat

0

0

Cukup dekat

2

5,4

Dekat

13

35,1

Sangat dekat

22

59,5

Total

37

100

Hasil penelitian menunjukkan nilai tengah dari skor pengalaman spiritualitas pasien DM di Puskesmas Gianyar I adalah 66 dengan skor terendah yaitu 48 dan skor tertinggi yaitu 84. Sebagian besar responden

memiliki tingkat pengalaman spiritualitas tinggi yaitu sebanyak 25 pasien (67,7%) dan mayoritas pasien merasa sangat dekat dengan Tuhan yaitu sebanyak 22 (59,5%) pasien.

Tabel 3. Gambaran Perilaku dan Tingkat Perilaku Self Management Peserta Penelitian di Puskesmas Gianyar 1 Tahun 2021 (N=37)

Variabel

Median

Min – Max

Varian

Perilaku  self  management

37

39

19 - 45

pasien DM

Tingkat Perilaku Self Management

Kategori

N

%

Buruk

0

0

Cukup

5

13,5

Baik

32

86,5

Total

37

100

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai tengah dari skor perilaku self management pasien DM di Puskesmas Gianyar 1 adalah 39 dengan skor

terendah 19 dan skor tertinggi 45. Mayoritas peserta penelitian memiliki perilaku self management yang baik dengan jumlah 32 pasien (86,5%).

Tabel 4.Hasil Analisis Hubungan Pengalaman Spiritualitas dengan Perilaku Self Management pada Peserta Penelitian di Puskesmas Gianyar I Tahun 2021 (N=37)

Uji Korelasi Spearman’s Rank

Variabel

N

Median (Min – Max)

p-value

r

Pengalaman spiritualitas

37

66 (48 – 84)

0,007

0,437

Perilaku self management

39 (19 – 45)

Hasil uji spearman’s rank menggunakan SPSS 26 memperoleh nilai p value = 0,007 dan r=0,437 yang memiliki arti p value<0,05. Hal ini menjelaskan antara pengalaman spiritualitas dan perilaku self management pada pasien DM di Puskesmas Gianyar I memiliki hubungan yang signifikan, dengan kekuatan koefisien korelasi (r) kuat dan arah korelasi positif.

PEMBAHASAN

Pengalaman spiritualitas dengan perilaku self management berdasarkan hasil analisis memiliki hubungan signifikan dengan hubungan kuat dan berpola positif (p value = 0,007 dan r = 0,437). Hubungan positif bermakna semakin tinggi pengalaman spiritualitas akan semakin baik perilaku self management pasien. Penelitian oleh Damayanti, Sitorus & Sabri pada tahun 2014 juga menemukan hasil yang sama, bahwa antara spiritualitas dengan kepatuhan pasien DM di Rumah Sakit Jogja juga memiliki hubungan signifikan dengan nilai p value = 0,000. Pasien DM yang memiliki tingkat spiritualitas yang baik berpeluang lebih patuh dalam penatalaksanaan DM yang disarankan oleh tenaga kesehatan sebesar 8,4 kali dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat spiritualitas tidak baik. Lisa, Lewis, dan

Ogedegbe, (2008) juga menemukan bahwa spiritualitas memiliki hubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi dengan arah hubungan positif. Spiritualitas bagi pasien hipertensi berperan dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menjaga kesehatan dan membuat keputusan positif tentang kepatuhan terhadap obat antihipertensi yang diresepkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pengalaman spiritualitas memiliki hubungan dengan perilaku self management pada individu dengan penyakit diabetes dan hipertensi

Spiritualitas merupakan salah satu bagian penting dalam melaksanakan perawatan pasien yang holistik. Hal ini karena spiritualitas adalah suatu bagian kompleks dari pengalaman manusia sebagai suatu bentuk sistem kepercayaan yang dapat membantu manusia dalam mencari makna dan tujuan hidup untuk memperoleh cinta, harapan, kedamaian batin, kenyamanan, dan dukungan (Yusuf dkk., 2016). Spiritualitas dapat memandu dan membimbing individu dalam berpikir dan bertindak terkait dengan kondisi yang sedang dialaminya. Spiritualitas juga dapat berkontribusi menjelaskan apakah individu akan menganggap penyakit yang dideritanya sebagai suatu penyakit yang mengancam atau tidak

(Latchman, 2018). Selain itu, spiritualitas dapat memberikan dampak positif terhadap individu dengan penyakit kronis dengan mendukung individu untuk selalu bertanggung jawab terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan mengelola penyakitnya (Niemeijer et al., 2017).

Penyakit diabetes melitus yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan berbagai tekanan baik tekanan fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku self management pasien. Spiritualitas berperan sebagai sumber untuk beradaptasi dengan masalah yang dialami individu, salah satunya yaitu masalah kesehatan akibat suatu penyakit baik itu penyakit kronis maupun terminal (Prasetyo, 2016). Spiritualitas dianggap dapat memberikan dukungan, kekuatan, kepercayaan, dan harapan dalam menghadapi penyakit dan melakukan perawatan kesehatan terkait penyakitnya (Gupta & Anandarajah, 2014). Spiritualitas memberikan kekuatan bagi pasien DM dalam menghadapi berbagai jenis stresor baik stresor fisik dan/atau psikologis yang disebabkan oleh penyakitnya. Pasien yang merasa sehat secara spiritual akan bisa memanfaatkan rasa percaya yang dimilikinya untuk melaksanakan koping positif terkait tekanan hidup dan penyakit yang dialaminya (Ardian, 2016). Selain itu, spiritualitas juga merupakan kunci bagi individu atau pasien untuk menghadapi bermacam tekanan yang terkait dengan sakit yang dideritanya, efek samping yang ditimbulkan, dan perawatan yang harus dilakukan (Prasetyo, 2016). Spiritualitas bagi pasien DM memiliki peran dalam memberikan kekuatan

bagi pasien dalam menghadapi dan melakukan perawatan penyakit diabetes yang dialaminya.

Individu yang memiliki tingkat spiritualitas baik dapat menggunakan keyakinannya untuk mengatasi penyakit, rasa sakit dan situasi yang menimbulkan stres akibat penyakit yang dialaminya. Individu juga merasa lebih mudah mengatasi penyakit dan merasakan sakit yang lebih sedikit serta lebih puas dan bahagia dengan hidup yang sedang dijalani (Tabei, Zarei, & Joulaei, 2016). Jafari et al., (2014) menyatakan individu dengan kualitas kesejahteraan spiritual yang baik dapat meningkatkan optimisme dan perasaan positif dalam hidup sedangkan individu dengan kualitas kesejahteraan spiritual yang buruk dapat menyebabkan individu tersebut mengalami depresi yang akan berpengaruh pada kualitas hidupnya. Kualitas hidup dari pasien akan mempengaruhi proses pengobatan penyakit diabetes melitus yang meliputi kontrol glukosa darah dan pencegahan komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakitnya.

Selain itu, individu dengan tingkat spiritualitas tinggi menunjukkan bahwa individu tersebut dalam kehidupan sehari-harinya percaya akan adanya sosok transenden atau Tuhan. Hal ini akan memberikan persepsi bahwa individu tidak sendiri di dunia ini dan menimbulkan rasa bahagia dan percaya (Fath, 2015). Sebagian besar pasien DM dalam penelitian ini memiliki tingkat spiritualitas tinggi sehingga akan menyebabkan pasien memiliki koping dan persepsi positif akan penyakitnya. Hal ini menyebabkan pasien lebih

mudah dalam menyesuaikan perilaku baru yang berkaitan dengan perawatan penyakit diabetes melitus yang dialaminya ke dalam kehidupan sehari-hari dan menimbulkan perilaku self management baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar peserta penelitian memiliki pengalaman spiritualitas tinggi, perilaku self management baik dan terdapat hubungan yang signifikan dengan kuatnya hubungan yang kuat dan arah hubungan positif antara pengalaman spiritualitas dengan perilaku self management pasien diabetes melitus

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian kualitatif sehingga dapat dilaksanakan triangulasi data untuk mengetahui lebih mendalam terkait dengan pengalaman spiritualitas dan perilaku self management pasien diabetes melitus

DAFTAR PUSTAKA

Ardian, I. (2016). Konsep Spiritualitas dan

Religiusitas (Spiritual and Religion) dalam Konteks Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah, 2(5), 1–9.

Damayanti, S., Sitorus, R., & Sabri, L. (2014). Hubungan antara Spiritualitas dan Efikasi Diri dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RS Jogja. Jurnal Medika Respati, 9(4), 101–110.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. (2018).

Profil Kesehatan Kabupaten Gianyar 2018.            Tersedia            di

https://www.diskes.baliprov.go.id/downl oad/profil-kesehatan-gianyar-tahun-2018/

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2019). Profil

Kesehatan Provinsi Bali 2018. Tersedia

di https://www.diskesbaliprov.go.id

Duke, N., & Wigley, W. (2016). Literature review: The self-management of diet, exercise and medicine adherence of people with type 2 diabetes is influenced by their spiritual beliefs. Journal of Diabetes   Nursing,   20,   184–190.

https://doi.org/10.1017/cbo97805117791 76.009

Fath, N. M. D. E. (2015). Hubungan Antara Spiritualitas dengan Penerimaan Orang Tua pada Orang Tua yang Memiliki Anak Autis.  (Skripsi)  Universitas Negeri

Makassar: Makassar

Gupta, P. S., & Anandarajah, G. (2014). The role of spirituality in diabetes selfmanagement in an urban, underserved population:  a qualitative exploratory

study. Rhode Island Medical Journal, 97(3), 31–35.

IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth edition 2019.             Retrieved      from

http://www.idf.org/about-diabetes /facts-figures

Jafari, N., Farajzadegan, Z., Loghmani, A., Majlesi, M., & Jafari, N. (2014). Spiritual well-being and quality of life of iranian adults with type 2 diabetes. EvidenceBased Complementary and Alternative Medicine, 2014.

Latchman, L. (2018). African American spirituality and diabetes self-care. Home Healthcare Now, 36(5), 324–325.

Lisa, M., Lewis, & Ogedegbe, G. (2008). Understanding the Nature and Role of Spirituality in Relation to Medication Adherence:  A Proposed Conceptual

Model. Holistic Nursing Practice, 22(5). https://doi.org/10.1097/01.HNP.0000334 919.39057.14.Understanding

Luthfa, I.,  & Fadhilah, N. (2019). Self

Management Menentukan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Endurance, 4(2), 402.

Mu’in, M., & Wijayanti, D. Y. (2015).

Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus. Peran Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Primer Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Nejaddadgar, N., Solhi, M., Jegarghosheh, S., Abolfathi, M., & Ashtarian, H. (2017). Self-Care and Related Factors in Patients with Type 2 Diabetes. Asian Journal of Biomedical    and Pharmaceutical

Sciences, 76(61), 6–10.

Niemeijer, A. J., Visse, M., Van Leeuwen, R., Leget, C., & Cusveller, B. S. (2017). The Role of Spirituality in Lifestyle Changing Among Patients with Chronic Cardiovascular Diseases: A Literature Review of Qualitative Studies. Journal of Religion and Health, 56(4), 1460–1477.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019.

Prasetyo, A. (2016). Aspek Spiritualitas Sebagai Elemen Penting Dalam Kesehatan. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, IX(1), 28–34.

Tabei, S. Z., Zarei, N., & Joulaei, H. (2016). The impact of spirituality on health. In Shiraz E Medical Journal. 17(6).

Widyanthari, D. M., Jawi, I. M., Antari, G. A. A., & Widyanthini, D. N. (2020). Fatigue among diabetic patients: A descriptive study. Enfermería Clínica, 30(7), 131– 134.

Yusuf, A., Nihayati, H. E., Iswari, M. F., & Okviasanti, F. (2016). Kebutuhan spiritual: Konsep dan Aplikasi Dalam Asuhan Keperwatan. In Mitra Wacana Media.

580

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021