Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP KESIAPAN PERTOLONGAN TENGGELAM PADA PEKERJA DI WISATA AIR KERAMAS PARK

Ni Wayan Windari1, I Kadek Saputra2, Made Rini Damayanti S3 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2,3Staff Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Kegiatan wisata di kolam renang beresiko mengalami kecelakaan tenggelam yang membutuhkan pertolongan berupa bantuan hidup dasar (BHD) oleh pekerja wisata air. Namun tidak semua pekerja mengetahui teknik pemberian BHD, sehingga edukasi pertolongan BHD sangat penting dilakukan pada para pekerja untuk meningkatkan kesiapan melakukan pertolongan pada korban tenggelam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi BHD terhadap kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di objek wisata air Keramas Park. Jenis penelitian ini adalah pre-experiment design dengan rancangan one group pre-test and post-test yang melibatkan 23 responden yang diambil dengan teknik total sampling. Intervensi yang diberikan berupa edukasi BHD secara blended yaitu dengan metode daring yang dilakukan dengan memberikan materi (power point materi, modul pembelajaran, dan stantar operasional praktik melalui WhatsApp grup, kemudian dilanjutkan edukasi luring dengan melakukan metode ceramah dan simulasi BHD menggunakan manekin. Responden diberi kesempatan untuk melakukan praktik BHD. Data kesiapan diukur menggunakan kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah edukasi BHD. Hasil analisis data deskriptif menunjukkan rata-rata umur responden adalah 32 tahun dengan lama bekerja 2,91tahun dan dengan nilai median pre test sebesar 37,00 dan nilai post test sebesar 60,00. Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) didapatkan nilai signifikansi 0,000. Dapat disimpulkan edukasi BHD dapat meningkatkan kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park. Peneliti merekomendasikan untuk melakukan edukasi BHD secara berkala untuk pekerja di wisata air Keramas Park.

Kata Kunci: Edukasi, Bantuan Hidup Dasar (BHD), Kecelakaan Tenggelam, Kesiapan

ABSTRACT

Tourism activities in swimming pools are at risk of drowning accidents. It’s a need of tourism workers to give basic life support (BLS). However, not all tourism workers know the technique of giving BLS. This study aims to find out the effect of providing basic life support education on the drowning aid readiness of workers in the Keramas Park water tourism area. The type of research is a pre-experimental design with a one-group pre-test and post-test design involving 23 respondents who were taken by total sampling technique. The intervention provided was in the form of blended BLS education, namely the online method by providing material (PowerPoint materials, learning modules, and practical operational standards) through WhatsApp groups, then offline education by conducting lectures and BLS simulations using mannequins. Respondents were given the opportunity to practice BLS. Readiness data was measured using a questionnaire given before and after BHD education. The results of descriptive data analysis showed that the average age of the respondents was 32 years with a length of work 2.91 years with a median pre-test value of 37.00 and a post-test value of 60.00. Bivariate analysis using the Wilcoxon test with a confidence level of 95% (α = 0.05) obtained a significance value of 0.000. It can be concluded that BHD education can increase the readiness of drowning rescue workers in Keramas Park water tourism. Researchers recommend conducting regular BLS education for workers at Keramas Park water tourism.

Keywords: Basic Life Support (BLS), Education, Drowning Accidents, Readiness

PENDAHULUAN

Tenggelam atau disebut juga dengan drowning merupakan suatu proses gangguan pernapasan akibat jalan napas yang terrendam di bawah permukaan air (WHO, 2012). Tenggelam selama 24 jam dapat mengakibatkan asfiksia yang berujung pada kematian (Dzulfikar, 2012). Terhentinya pernapasan atau sirkulasi merupakan kondisi yang gawat darurat yang harus mendapatkan penanganan segera dan didahulukan diatas segalannya (Purwadianto & Sampurna 2013).

Menurut data World Health Organization (2016) terdapat 320.000 orang di dunia meninggal setiap tahunnya akibat tenggelam. Kejadian tenggelam juga menempati urutan ketiga penyebab kematian akibat cedera yang tidak disengaja. Kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara tidak dapat melaporkan angka kejadian tenggelam secara akurat karena lemahnya sistem pelaporan (Wulandari, 2017). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang angka kejadian kecelakaan tenggelamnya belum bisa diketahui secara pasti karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan korban yang tidak mendapatkan penanganan secara medis (Widyastuti & Rustini, 2017).

Kegawatdaruratan pada korban tenggelam berkaitan dengan masalah pernapasan dan kardiovaskuler yang memerlukan penanganan bantuan hidup dasar (BHD) (Prawedana & Suarjaya, 2020). Setiap orang bisa saja ada dalam keadaan gawat darurat yang mengharuskan mereka mampu memberikan pertolongan pada orang lain (Thgerson, 2011). Kemampuan pemberian BHD tidak hanya bisa dilakukan oleh petugas medis, semua orang seharusnya diberikan edukasi BHD, khususnya mereka yang memiliki

wilayah kerja yang beresiko mengalami kegawatdaruratan, seperti area rawan kecelakaan lalu lintas, pantai, kolam renang, dan lain sebagainya (Anggun dkk, 2020; Pengandaheng, 2020). Pemberian edukasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi kesiapan seseorang menjadi cenderung rendah.. Sehingga sangat penting dilakukan edukasi kepada masyarakat terkait pertolongan pertama korban henti jantung dan korban tenggelam untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam emergency first aid (Maria dkk., 2020). Pelatihan basic life support yang dilakukan secara berulang akan dapat meningkatkan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk melakukan pemberian pertolongan pertama saat melihat korban dalam keadaan gawat darurat (Xie et al., 2020). Seseorang dengan kesiapan dan kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan yang terjadi saat melakukan pertolongan bantuan hidup dasar di lokasi kejadian (Ambarika, 2017).

Penelitian Maria dkk pada tahun 2020 yang dilakukan pada masyarakat pesisir Tarakan menjelaskan bahwa edukasi BHD dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam emergency first aid setelah pelatihan BHD. Penelitian Lesmana dkk pada tahun 2018 memaparkan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan dari tahap sosialisasi, simulasi demonstrasi, dan evaluasi BHD yang diberikan pada peserta memiliki dampak yang signifikan pada tingkat pengetahuan peserta penelitian. Peningkatan pengetahuan sejalan dengan terjadinya peningkatan keterampilan

memberikan pertolongan pada korban tenggelam. Dalam penelitian Aldhakhri dan Can pada tahun 2020 menjelaskan bahwa keinginan masyarakat untuk memberikan pertolongan BHD sangat tinggi, namun mereka memiliki tingkat pengetahuan mengenai teknik pertolongan BHD yang rendah. Penelitian tersebut merekomendasikan dilakukannya penelitian pemberian edukasi basic life support pada masyarakat non-medis untuk dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dalam memberikan pertolongan pada korban henti jantung dan korban tenggelam.

Hasil wawancara dengan lima pekerja yang dilakukan peneliti di wisata air Keramas Park didapatkan bahwa semua pekerja tidak mengetahui teknik pertolongan bantuan hidup dasar (BHD). Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik mengetahui pengaruh pemberian edukasi bantuan hidup dasar untuk mengetahui kesiapan pemberi pertolongan pertama kecelakaan tenggelam pada pekerja di kawasan wisata air Keramas Park.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian jenis komparatif pre eksperimen dengan one group pre-test post-test design yang dilakukan di wisata air Keramas Park pada bulan Pebruari-Juni 2021. Populasi penelitian ini yaitu 30 pekerja di wisata air Keramas Park. Sampel penelitian adalah 23 pekerja di wisata air Keramas Park yang dipilih dengan teknik non-probability sampling yaitu total sampling. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu pekerja yang masih aktif di Keramas Park, memiliki dan mampu mengakses dan media untuk proses penelitian, dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu pekerja yang memiliki kelainan bawaan

masalah fisik seperti kecacatan anggota gerak maupun masalah psikis seperti post traumatic stress disolder. Kriteria drop out penelitian ini yaitu pekerja yang sakit saat intervensi daring dan pekerja yang tidak mengikuti tahap penelitian dengan berbagai alasan.

Kuesioner untuk mengukur kesiapan pertolongan korban tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park disusun oleh peneliti. Hasil uji validitas menggunakan validitas teori oleh tiga orang ahli dan uji validitas empiris dengan komuterisasi. Hasil uji dengan Correlation Pearson Product Moment menunjukan r hitung > r tabel (0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 19 bulir pernyataan adalah valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha yaitu 0,919, sehingga kuesioner tersebut reliabel dan siap untuk digunakan.

Intervensi yang diberikan berupa edukasi BHD dengan metode blended (online dan offline). Intervensi sesi pertama dilakukan secara daring (online) melalui media WhatsApp dengan mengirimkan materi dalam bentuk power point, modul, dan juga SOP, sedangkan sesi kedua dilakukan secara luring (offline) yang dimulai dari pengulangan pemberian materi kemudian dilanjutkan dengan latihan RJP dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa manekin RJP dan beberapa peralatan pendukung lainnya seperti power point, video edukasi, LCD, dan speaker. Kegiatan offline ini dipandu oleh ahli di bidang keperawatan gawat darurat.

Pengumpulan data pre test dilakukan secara online sebelum intervensi melalui google form pada 28 Mei 2021 sedangkan pengumpulan data post test dilakukan dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden setelah sesi edukasi offline selesai pada 07 Juni 2021. Data yang

terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wilxocon karena skala data bersifat kategorik (skala ordinal). Analisis data penelitian ini menggunakan rumus dari Santosa (2001) dengan nilai Median (47,5) sebagai tolak ukur keberhasilan program.

Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan etik dari Komisi Etik

Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah, mendapatkan pengawasan langsung dari satgas covid-19 Desa Keramas, dan tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir.

Variabel

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

16

69,6

Perempuan

7

30,4

Total

23

100,0

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

0

0

SD

1

4,3

SMP

0

0

SMA

22

95,7

Perguruan Tinggi

0

0

Total

23

100,0

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa distribusi jenis kelamin responden mayoritas laki-laki sebanyak 16 responden (69,9%) dan perempuan sebanyak 7 responden (30,4%)

Hasil distribusi pendidikan terakhir responden mayoritas SMA sebanyak 22 responden (95,7%) dan terdapat satu responden (4,3%) yang memiliki pendidikan terakhir SMP.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Lama Bekerja.

Variabel

Mean ± SD

Min-Max

95%CI

Usia Responden (tahun)

32,57±12,169

20-63

27,30;37,83

Lama Bekerja (tahun)

2,91±1,240

1-5

2,38;3,45

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa rata-rata responden berada pada usia 32,57 tahun, dengan usia

termuda yaitu 20 tahun dan usia tertua yaitu 63 tahun.

Rata-rata responden bekerja di sektor pariwisata di Keramas Park yaitu selama 2,91 tahun, dengan waktu paling

singkat selama 1 tahun dan waktu terlama selama 5 tahun.

Tabel 3. Gambaran Kesiapan Pertolongan Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi Batuan Hidup Dasar.

Variabel

N                Skor Rata-Rata

Kesiapan

Pre Test             23                       36,96

Post Test            23                        63,83

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa hasil rata-rata skor kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park mengalami peningkatan sesudah diberikan edukasi bantuan hidup dasar (BHD).

Rata-rata skor kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park sebelum diberikan edukasi bantuan hidup dasar sebesar 36,96 dan rata-rasa skor kesiapan pertolongan tenggelam pada

pekerja di wisata air Keramas Park sesudah diberikan edukasi bantuan hidup dasar sebesar 63,83. Bila dilihat dari kategori yang telah ditetapkan sebelumnya, didapatkan data rata-rata skor kesiapan pertolongan tenggelam sebelum diberikan edukasi bantuan hidup dasar termasuk dalam kategori kurang (≤47,5). Rata-rata skor kesiapan pertolongan tenggelam sesudah diberikan edukasi bantuan hidup dasar termasuk dalam kategori baik (≥47,5).

Tabel 4 Perbedaan Kesiapan Pertolongan Tenggelam

Variabel

Median

n                         (Min-Max)                   p

Kesiapan

23        Pre Test           37,00 (31-47)

0,000

23       Post Test           60,00 (55-76)

Tabel 4 uji statistik Wilxocon menunjukkan adanya pengaruh pemberian edukasi bantuan hidup dasar terhadap kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park (p value=0,000). Skor minimal yang didapatkan responden dalam pre test yaitu sebesar 31 sedangkan skor maksimal yang didapatkan responden dalam pre test yaitu 47. Skor minimal yang didapatkan responden dalam post test yaitu sebesar 55 sedangkan skor maksimal yang didapatkan responden dalam post test yaitu 76.

PEMBAHASAN

Kesiapan merupakan kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan pengetahun dalam bentuk tindakan. Penelitian Suci (2020) menjelaskan bahwa kesiapan pelaku wisata dalam memberikan pertolongan pertama sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan. Edukasi dan pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang. Dengan mengikuti kegiatan edukasi dan pelatihan, pelaku wisata akan mendapatkan bekal pengetahun yang baik mengenai emergency procedure

basic life support, sehingga pelaku wisata dapat memberikan pertolongan yang cepat dan tepat pada korban tenggelam. Kecepatan dan ketepatan pertolongan tenggelam yang dilakukan kasus tourists drowning dapat tertangani, korban tenggelam tidak terlambat mendapatkan pertolongan, dan kematian dapat dicegah (Simamora & Alwi, 2020; Usaputro & Yulianti, 2013). Kesiapan pertolongan tenggelam meliputi aspek kesiapan mental, kesiapan diri, kesiapan belajar, dan kesiapan kecerdasan pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh edukasi BHD yang diberikan.

Pada penelitian ini mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini terjadi dikarenakan sektor wisata air merupakan sektor publik yang merupakan wilayah kerja bagi kaum laki-laki khususnya di Bali, selain itu laki-laki juga memiliki ketahanan fisik yang jauh lebih baik dari pada perempuan (Wirartha, 2019; Larasati, 2017). Mayoritas responden pada penelitian ini berpendidikan terakhir SMA hal tersebut akan sangat berpengaruh pada daya tangkap pengetahuan dan juga sikap pada responden (Achjar dkk, 2021). Jika dilihat dari persyaratan kepegawaian dari Keramas Park, pendidikan terakhir bukan merupakan sebuah syarat yang mutlak bagi pekerja di Keramas Park. Alasan dari mayoritas pekerja yang berpendidikan terakhir SMA tidak diketahui secara pasti.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 responden, didapatkan rata-rata responden berada pada rentang usia 32,57 tahun, dengan usia paling muda yaitu 20 tahun dan usia paling tua yaitu 63 tahun. Jika dilihat kembali pada persayaratan untuk dapat bekerja di wisata air Keramas Park, usia tidaklah menjadi persyaratan mutlak. Menurut data dari badan pusat statistik Kabupaten Gianyar (2020), usia pekerja

produktif di Kabupaten Gianyar dimulai dari penduduk usia 15 tahun atau lebih. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat seluruh pekerja di Keramas Park merupakan pekerja usia produktif yang dapat memberikan layanan jasa yang baik dan bertanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan (Sukmaningrum & Imron, 2017).

Bila ditinjau dari lama bekerja di sektor pariwisata di Keramas Park, didapatkan data bahwa rata-rata responden bekerja di sektor pariwisata selama 2,91 tahun, dengan waktu paling singkat selama 1 tahun dan waktu paling lama selama 5 tahun. Hal tersebut berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Desa Keramas yang dimulai sejak tahun 2015. Sehingga pada lima tahun terakhir terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja yang artinya lapangan pekerjaan semakin bertambah di Gianyar, khususnya di Desa Keramas (Gianyar Goverment Tourism Office, 2015; Yoga & Wenagama, 2015).

Kegiatan edukasi BHD dilakukan pada pukul 09.00-11.00 Wita. Pemilihan waktu pagi hari bertujuan agar peserta masih dalam keadaan segar, penuh semangat, dan memiliki pikiran yang jernih sehingga mudah untuk menerima materi yang disampaikan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Sari (2019) yang menyatakan bahwa individu yang belajar pada pagi hari memiliki konsentrasi yang lebih baik karena pikiran lebih segar untuk dapat menerima dan memahami materi dibandingkan dengan belajar paga siang maupun sore hari.

Edukasi bantuan hidup dasar dilakukan dalam dua kali pertemuan. Edukasi hari pertama dilakukan secara online melalui media WhatsApp dengan mengirimkan materi dalam bentuk power point, modul, dan juga SOP kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Edukasi hari kedua dilakukan

secara offline di wisata air Keramas Park dengan praktik resusitasi jantung paru (RJP). Latihan RJP dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa manekin RJP dan beberapa peralatan pendukung lainya seperti power point, video edukasi, LCD, dan speaker. Kegiatan offline ini dipandu oleh ahli di bidang keperawatan gawat darurat. Kegiatan offline ini juga mendapatkan pengawasan langsung dari satgas covid-19 desa Keramas. Kegiatan edukasi offline ini diawali dengan pemberian materi terlebih dahulu untuk meminimalisir terjadinya bias penelitian karena terdapat tenggang waktu yang cukup lama antara pemberian edukasi secara online dan offline. Strategi edukasi BHD yang sejenis juga dilakukan dalam penelitian Luthfia (2021), yang terdiri dari tahap pesiapan, tahap pelaksanaan yang terbagi atas pemberian materi BHD dengan media power point dan simulasi pertolongan gawat darurat dengan manekin yang diberikan oleh ahli bidang gawat darurat kepada 20 orang responden.

Penelitian yang dilaksanakan di wisata air Keramas Park ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 19 pernyataan dengan menggunakan skala likert yang telah diuji validitas dan reabilitas sebelum digunakan. Hal ini serupa dengan penelitian dari Suardi dkk (2020) berbasis pengabdian masyarakat dengan menggunakan 30 responden masyarakat awam. Instrumen penelitian ini menggunakan 20 soal tentang BHD dengan skala likert dan juga checklist untuk kegiatan simulasi. Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hal yang cenderung dilakukan oleh responden ketika melihat korban tenggelam adalah menghubungi

ambulance dan menunggu tenaga medis untuk melakukan pertolongan karena responden tidak tau cara melakukan BHD. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Agustini et al (2017) menyebutkan bahwa ketidakmampuan menangani korban gawat darurat kebanyakan disebabkan oleh kegagalan mengenal resiko, keterlambatan rujukan, kurang sarana yang memadai, serta kurangnya keterampilan masyarakat dalam melakukan tindakan pertolongan. Masyarakat yang tidak paham mengenai teknik pemberian pertolongan pertama akan cenderung melakukan pertolongan seadanya tanpa mempertimbangkan tindakan yang diberikan sudah tepat atau belum (Rini dkk, 2019). Selain itu, umumnya masyarakat awam biasanya akan lebih memilih hanya menunggu tim penolong atau tim medis datang tanpa memikirkan bagaimana kondisi korban, padahal disini posisi masyarakat awam adalah sebagai penolong pertama atau utama (Putri et al., 2019; Ambarika, 2017).

Data post test penelitian menunjukan aspek mental memiliki skor yang paling rendah. Hal tersebut dikarenakan kesiapan mental tidak hanya dapat ditingkatkan melalui kegiatan edukasi teori, namun juga melalui praktik yang dilakukan secara berkelanjutan dan terus-menerus, selain itu pengalaman yang banyak dalam memberikan pertolongan BHD juga ikut berperan penting dalam meningkatkan kesiapan mental seseorang (Simamora & Alwi, 2020; Darwati et al, 2016). Edukasi pengetahuan baik secara teori maupun praktik sangat penting diberikan kepada penyelamat. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian dari Achjar dkk (2021) mengenai upaya peningkatan kinerja, kemandirian, serta rasa percaya diri untuk menolong korban tenggelam.

Peningkatan pengetahuan pekerja di wisata air Keramas Park dalam upaya

peningkatan kesiapan pemberian pertolongan pertama prehospital korban tenggelam sangat perlu dilakukan untuk menurunkan resiko kematian pada korban tenggelam. Penelitian dari Santosa dan Trisnain (2019) menyebutkan bahwa penyuluhan dan pelatihan dengan topik bantuan hidup dasar merupakan upaya yang penting untuk dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat awam memberikan pertolongan prehospital pada korban tenggelam. Bantuan hidup dasar merupakan segala usaha atau upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempertahankan kehidupan saat seseoarang dalam kondisi kegawatdaruratan yang sangat mengancam jiwa (American Heart Association, 2020). Penyuluhan dan pelatihan mengenai bantuan hidup dasar baik diberikan sejak usia muda untuk menciptakan generasi muda yang kompeten untuk mengaplikasikan dan mensosialisasikan teknik pemberian pertolongan prehospital (Suardi dkk, 2020; Sillehu & Kartika, 2018).

Hasil penelitian menunjukkan nilai median kesiapan pertolongan tenggelam mengalami peningkatan yang signifikan pada pekerja di wisata air Keramas Park setelah diberikan edukasi BHD. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Lesmana dkk (2018) yang menyatakan bahwa sosialisasi dan simulasi demonstrasi BHD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden yang sejalan dengan peningkatan keterampilan pemberian pertolongan pada korban tenggelam. Penelitian lainnya dari Maria dkk (2020) dengan menggunakan desain one grup pre post dengan 32 responden. Penelitian ini menyatakan bahwa responden mampu memahami dan meningkatkan pengetahuan responden. Selain itu, hasil

penelitian ini juga menunjukan peningkatan keterampilan yang terlihat dari ketepatan responden dalam praktek ketepatan tindakan penanganan CPR pada korban henti jantung dan korban tenggelam.

Peningkatan kesiapan pertolongan tenggelam pada pekerja di wisata air Keramas Park pre test dan post test diberikan edukasi BHD didukung oleh teori kerucut pengalaman dari Edgar Dale’s pada tahun 1946. Teori tersebut ditulis dalam sebuah buku dengan judul Audiovisual Methods in Teaching. Jika dilihat dari teori Edgar Dale’s, belajar dari membaca akan dapat diingat dan diserap sebanyak 10%, belajar dari mendengarkan ceramah akan dapat diingat dan diserap sebanyak 20% dan belajar dengan metode simulasi secara langsung akan dapat diingat dan diserap sebanyak 90%) (Sari, 2019). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu menggabungkan metode membaca, mendengarkan, diskusi tanya jawab, dan simulasi. Ditinjau dari penelitian ini, komponen upaya peningkatan kesiapan melalui edukasi dalam aspek pengetahuan, sikap, serta keterampilan responden terlihat dari metode yang digunakan, yaitu edukasi online yang berfokus pada pemberian materi BHD untuk peningkatan pengetahuan dan kemudian dilanjutkan dengan parkatik RJP yang dilaksanakan secara offline untuk meningkatkan sikap dan keterampilan sehingga responden dapat memiliki kesiapan yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uji wilcoxon, didaptkan bahwa seluruh responden (23) mengalami peningkatan kesiapan yang signifikan setelah diberikan edukasi bantuan hidup dasar.

Penelitian mengenai kesiapan pertolongan korban tenggelam masih

sedikit dilakukan sehingga literatur yang digunakan juga masih sangat terbatas. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan     sehingga     peneliti

selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang serupa dengan menambahkan jumlah sampel dan juga penggunaan kelompok perbandingan. Selain itu, peneliti selanjutnya juga perlu mempertimbangkan metode yang tepat digunakan untuk meminimalisir bias yang mungkin terjadi baik dari responden maupun strategi pelaksanaan penelitian dalam masa pandemi covid-19. Pihak manajemen wisata air Keramas Park disarankan untuk melakukan pelatihan BHD secara berulang dan berkelanjutan yang bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat maupun BPBD Provinsi Bali dalam upaya peningkatan kesiapan pemberian pertolongan tengggelam.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H., Sahar, J., & Parashita, S.A.P.

(2021). Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penjaga Pantai Melalui Pelatihan Terkait Keselamatan Wisatawan Pantai. Jurnal Keperawatan Volume 13 Nomor 1, Maret 2021, e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049.

Agustini, N.L.P.I.B., Suyasa, I.G.P.D., Wulansari, N.T.,Dewi, I.G.A.P.A.,  &

Rismawan, M. (2017). Penyuluhan dan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar. Paradharma:  Jurnal Aplikasi IPTEK.

1(2):68-74.

http://dx.doi.org/10.36002/jpd.vli2318.

Aldhakhri, A., & Can, G. (2020). Evaluation of Publik Awareness, Knowledge and Attitude towards Basic Life Support among Non-Medical, Adult Population in Muscat City, Oman: Cross-Sectional Studi, Doi: https://doi.org/10.1101/2020.05.16.20104 323.

Ambarika, R. (2017). Efektifitas Simulasi Prehospital Care Terhadap Self-Efficacy Masyarakat Awam Dalam Memberikan Pertolongan Pertama Korban Kecelakaan Lalu Lintas., 8, ISSN: 2086-3071, E-

ISSN:2443-0900.

American Heart Association. (2020). Guidelines Update for CPR and ECC, Diakses melalui: eccguidelines.heart.org.2020 pdf.

Anggun, M. G., Kumaat, L. T., & M. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Pertama Korban Tenggelam Air Laut Terhadap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Nelayan Di Desa Bolang Itang II Kabupaten Bolaang Mongondow  Utara, Diakses melalui:

https://scholar google.co.id.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Gianyar. (2020). Konsep Ekonomi dan Perdagangan Penduduk Usia Kerja.

Darwati,L.E., Desi, S.K., &Sulisno, M. (2016). Karakteristik Perawat IGD Puskesmas. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal.                       6(1):22-27.

https://doi.org/10.32583/pskm.6.1. 2016.22-27.

Dzulfikar. (2012). Hampir Tenggelam (near Drowing) Pengantar Psikologis, Erlangga; Jarkarta.

Gianyar Goverment Tourism Office. (2015).

Gianyar Tourism. Dikases melalui: Sejarah Pariwisata Gianyar (gianyarkab.go.id) pada 07 Mei.

Larasati, T. (2017). Stereotipe terhadap Perempuan Pengemudi Transportasi Umum berbasis Online di Jakarta Timur.

Lesmana, H., Parma, D. H., Alfiaanur., & Darni. (2018).     Program     Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pelatihan Penanganan Korban Tenggelam. Jurnal Masyarakat Mandiri, Vol. 2, No. 1, Juni 2018, hal. 108117, e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN:2598-8158,                            DOI:

:https://doi.org/10.31764/jmm.v2i1.1359.

Luthfia, R. (2021). Dissemination of First Aid (Airway Management) for Drowning Victims in Gunung Merah Swimming Pool, Bandar Jaya, Terbanggi Besar District, Central Lampung Regency. Jurnal Medika Hutama, Volume 2 Nomor 03, April 2021. e-ISSN.2715-9728, p-ISSN.2715-8039.

Maria, I.O., Lesmana, H., Parman, D. H., & Tukan, R. A.  (2020). Pemberdayaan

Kader Dalam  Emergency First Aid

Penanganan Henti Jantung Korban Tenggelam Pada Wilayah Pesisir Tarakan. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat., Vol. 4, No(e-ISSN:      2656-0542.      DOI:

https://doi.org/10.12928/jp.v3i1.1818.), Hal. 47-54. ISSN: 2580-2569.

Pengandaheng, T. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Tentang Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar, Diakses melalui: ojs.poltekkes-medan.ac.id pada 27.

Prawedana, G. H. K., & Suarjaya, P. P. (2020). Bantuan Hidup Dasar Dewasa pada Near Drowing di Tempat Kejadian. Diakses melalui: https://ojs.unud.ac.id pada 12 Ap.

Purwadianto, A., & Sampurna, B. (2013).

Kedaruratan Medik, Jakarta: Binapura Aksara.

Putri, R., Safitri, F., Munir, S., Hermawan, A., & Endiyono, E. (2019). Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dengan Media Phantom Resusitasi Jantung Paru (Prejaru) Meningkatkan    Pengetahuan    dan

Keterampilan Bantuan Hidup Dasar pada Orang Awam. Jurnal Gawat Darurat. 1(1):7-12.

Rini, I. S., Suharsono, T., Ulya, I., Suryanto., Kartikawati, D. N., & Fathoni, M. (2019). Buku Ajar Keperawatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).Jakarta: UB Press.

Santosa, W.R.B., & Trisnain, A.N.S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan PreHospital Stroke Terhadap Pengetahuan dan Self-Efficacy Masyarakat dalam Melakukan Tindakan Pertolongan PreHospital Stroke. Jurnal Gawat Darurat. 1(1):31-36.

Sari, B.T.W. (2019). Pengaruh Durasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Ledok 006 Salatiga. Jurnal JRPP, Volume 2 Nomor 1, Juni 2019, e-ISSN 2655-6022.

Sari, P. (2019). Analisis terhadap Kerucut Pengalaman Edgar Dale dan Keragaman Gaya Belajar untuk Memilih Media yang Tepat dalam Pembelajaran. 1,21.

Sillehu, S. & Kartika, D. (2018). Hubungan Peran Satuan Basarnas dengan Keselamatan Korban Tenggelam di Laut pada Kantor Basarnas Kota Ambon

Provinsi Maluku Tahun 2015. Global Health Science, Volume 3 No. 3, September 2018 ISSN 2503-5088 (p) 2622-1055 (e).

Simamora, F. A., & Alwi, F. (2020). Sosialisasi Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam Bagi Petugas di Kolam Renang Siharang-Karang, Kota Padangsidimpuan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA), Volume 2 No.1 April 2020.

Suardi, Z., Suratno, K., & Adolfina, B. (2020). Peningkatan     Pengetahuan     Dan

Keterampilan Melalui Penyuluhan Dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar Pada Masyarakat Awam Pesisir Di Dusun Kasuari Desa Asilulu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Volume 5,(Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat), E-ISSN: 2654-6828. DOI: https://doi.org/10.33084/p.

Suci, P.I.P. (2020). Pelatihan Emergency Procedure Basic Life Support terhadap Kesiapan Pelaku Wisata dalam Memberikan Pertolongan Pertama pada Kasus Tourists Drowning. Diakses melalui: Repository Politeknik Kesehatan Denpasar (poltekkes-denpasar.ac.id) pada 08 Mei 2020.

Sukmaningrum, A., & Imron, A. ((2017).

Manfaatkan Usia Produktif dengan Usaha Kreatif Industri Pembuatan Kaos pada Remaja di Gresik. 5(3), 1-6.

Thygerson, A. (2011). First Aid: Pertolongan Pertama, Jakarta: Erlangga.

Usaputro, R.,   & Yulianti, K. (2013).

Karakteristik Serta Faktor Resiko Kematian Akibat Tenggelam Berdasarkan Data Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah 20102012,         Diakses         melalui:

ojs.unud.ac.id>download.pdf.

Widyastuti, M.,  & Rustini, S.A. (2017).

Gambaran Pengetahuan Masyarakat Pesisir Tentang Pertolongan Korban Tenggelam di Kenjeran Surabaya. Publikasi Hasil Riset Kesehatan untuk Daya Saing Bangsa. ISSN 2581 - 2270.

Wirartha, I, M. (2019) Ketidakadilan Jender yang Dialami Pekerja Perempuan di Daerah Pariwisata. Jurnal Sosial Ekonomi dan Pertanian.

World Health Organization. (2019). Drowing. Diakses melaui: Drowning (who.int) pada 19 Pebruari 2021.

World Population Data Sheet. (2015). 2015

World Population Data Sheet.

Wulandari, A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama Kasus Tenggelam      Terhadap      Tingkat

Pengetahuan Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Di Objek Wisata Owabong Purbalingga, Diakses melalui: ump.ac.id. pdf pada 27 September.

Xie, C. Y., Jia, S.L., & He, C. Z. (2020). Training of Basic Life Support Among Lay Undergraduates:   Development and

Implementation of an Evidence-Based Protocol. Risk Management and Healthcare Policy Scientific and Mdical Research.

Yoga, I.G.A.D., & Wenagama, I.W. (2015). Pengaruh Jumlah Kunjungan dan Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Tahun 1996-2012. 4(2), 129-138.

538

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021