Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA MAHASISWA KEPERAWATAN DI KOTA DENPASAR

Ida Bagus Duwi Krisna Putra1, Made Oka Ari Kamayani2, Ni Luh Putu Eva Yanti3

1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana, 2, 3 Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Alamat korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Perilaku penggunaan internet merupakan bentuk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merubah perilaku seseorang dalam beraktivitas. Adanya internet menimbulkan beberapa dampak yang banyak dirasakan oleh kalangan remaja seperti mahasiswa keperawatan. Kemudahan yang diberikan ketika menggunakan internet dapat menyebabkan mahasiswa keperawatan berlebihan dalam menggunakan internet. Penggunaan internet yang berlebihan memengaruhi kemampuan mahasiswa keperawatan dalam melakukan interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar. Rancangan penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar yang didapat menggunakan probability sampling dengan teknik proporsionate stratified random sampling (n=234). Variabel independen penelitian ini adalah perilaku penggunaan internet sedangkan variabel dependen adalah interaksi sosial dengan orangtua, interaksi sosial dengan teman sebaya, interaksi sosial dengan lingkungan kampus dan interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat pada mahasiswa keperawatan. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman (α<0,05). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perilaku penggunan internet berhubungan dengan interaksi sosial dengan teman sebaya (p=0,000), namun tidak berhubungan dengan interaksi sosial dengan orangtua (p=0,161), lingkungan kampus (p=0,540) dan lingkungan masyarakat (p=0,977). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan teman sebaya pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar. Mahasiswa diharapkan mengurangi penggunaan internet yang berlebihan dan meningkatkan hubungan interaksi sosial dengan teman sebaya.

Kata kunci: interaksi sosial, mahasiswa keperawatan, penggunaan internet.

ABSTRACT

Internet usage is a form of development of information and communication technology that changes a person's behavior in activities. The existence of the internet causes several impacts that are felt by many teenagers such as nursing students. The convenience provided when using the internet can cause nursing students to overuse the internet. Excessive use of the internet will affect the ability of nursing students in socially interaction. The research aims to understand behavior correlations internet use against social interaction on nursing students in Denpasar City. The design was used in the study of correlational descriptive research with the approach cross-sectional. The research sample was nursing students in Denpasar City who were obtained using probability sampling with proportional stratified random sampling technique (n=234). The independent variable of this research is internet usage behavior, while the dependent variable is social interaction with parents, social interaction with peers, social interaction with the campus environment, and social interaction with the community environment in nursing students. Data analysis used the Spearman correlation test (α<0.05). The results found that internet usage behavior is related to social interaction with peers (p=0.000), but not related to social interaction with parents (p=0.161), campus environment (p=0.540), and community environment (p=0.977). So it can be concluded that there is a correlation between internet usage behavior and social interaction with peers in nursing students in Denpasar City. Students are expected to reduce excessive internet use and increase social interaction with peers.

Keywords: internet usage, social interaction, nursing students.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi di Indonesia sangat dinamis serta akan berdampak pada segala bidang, seperti ekonomi, kesehatan, sosial dan tentunya pada bidang pendidikan (Cholik, 2017). Salah satu perkembangan pada bidang teknologi informasi dan komunikasi adalah diciptakannya jaringan internet. Jaringan internet dapat membantu seseorang berkomunikasi jarak yang jauh dan tidak terbatas membuat seseorang bertukar informasi, mencari informasi, mengirim gambar, video, dan hal-hal yang berkaitan dengan bidang komunikasi dan informasi lainnya (Ginanjar, 2016).

Berdasarkan riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pada tahun 2017 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengguna internet di Indonesia menjadi 143,26 juta jiwa dari yang sebelumnya pada 2016 sebanyak 132,7 juta jiwa (APJII, 2017). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Kota Denpasar merupakan daerah dengan pengguna internet terbesar di Provinsi Bali. Sekitar 74,04% masayarakat Kota Denpasar aktif mengakses internet (BPS Provinsi Bali, 2020).

Kecenderungan dalam menggunakan internet sebagai media berinteraksi merupakan kondisi yang memprihatinkan karena ditinjau dari usia sekolah, dimana pada rentang usia tersebut seseorang seharusnya terbiasa untuk bergaul dan berkomunikasi dengan teman atau orang lain. Kebiasaan anak usia sekolah yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berkomunikasi melalui media sosial, otomatis waktu yang mereka gunakan untuk berinteraksi secara langsung

akan berkurang (Sa’adah, 2018). Stockdale dan Coyne (2018) mengemukakan bahwa seseorang yang mengalami kecanduan internet akan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari hanya untuk dapat mengakses internet sehingga menyebabkan terjadinya isolasi sosial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah (2018) tentang intensitas penggunaan internet dengan interasi sosial siswa didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet dengan interaksi sosial siswa MAN 3 Sleman. Namun, menurut penelitian Rachmawati (2019) tentang kecanduan internet dan interaksi sosial remaja didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecanduan internet dengan interaksi sosial remaja dengan lingkungan masyarakat.

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui kuesioner elektronik (googleform) yang disebarkan kepada mahasiswa keperawatan Unud dan Poltekkes Denpasar tahun pertama hingga tahun ketiga pada bulan Oktober hingga Desember 2020 didapatkan hasil bahwa dari 16 responden sebanyak 13 orang (81,3%) mahasiswa sering menggunakan internet lebih dari lima jam sehari. Selain itu, terdapat sebanyak 9 orang (56,3%) mahasiswa sering menggunakan gawai saat berinteraksi dengan orang lain serta sebanyak 3 orang (18,8%) mahasiswa lebih nyaman berinteraksi sosial melalui internet atau media sosial daripada bertemu secara langsung.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut serta studi pendahuluan yang telah penulis lakukan, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini ialah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar khususnya Universitas Udayana dan Politeknik Kesehatan Denpasar.

Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsionate Stratified Random Sampling pada 88 orang mahasiswa PSSIKPN FK Unud dan 146 orang mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat satu hingga tingkat tiga yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini serta memiliki gawai atau perangkat yang mendukung akses internet. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang sakit atau sedang masa perawatan di Rumah Sakit saat proses penelitian serta mahasiswa yang sudah berstatus menikah atau berkeluarga.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sudah digunakan sebelumnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati pada tahun 2018 dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan tinjauan pustaka yang sudah dibuat oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan secara daring dengan membagikan kuesioner elektronik kepada responden. Selanjutnya responden mengisi kuesioner melalui kuesioner elektronik yang peneliti kirimkan melalui group kelas masing-masing angkatan. Pada kuesioner

elektronik terdapat pernyataan persetujuan untuk menjadi responden. Kemudian responden mengisi kuesioner tersebut yang terdiri dari kuesioner Perilaku Penggunaan Internet dan Kuesioner Interaksi Sosial yang dibagi menjadi empat yaitu interaksi sosial dengan keluarga, interaksi sosial dengan teman sebaya, interaksi sosial dengan lingkungan kampus dan interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat.

Intepretasi dari kuesioner Perilaku Penggunaan Internet adalah jika total skor 0-30 termasuk perilaku penggunaan internet normal, 31-49 maka kecanduan internet ringan, total skor 50-79 dinyatakan kecanduan internet sedang, skor 80-100 maka dinyatakan kecanduan internet berat (Prasojo, Maharani, dan Hasanuddin, 2018). Sedangkan kuesioner Interaksi Sosial diakrenakan data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal maka cut of point menggunakan nilai median, sehingga interaksi sosial dikategorikan baik jika data > median dan kurang baik jika data < median (Dahlan, 2014).

Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dikarenakan menggunakan data tidak terdistirbusi normal. Analisis data menggunakan bantuan program analisis data komputer dengan tingkat kepercayaan 95% (p≤0,05).

HASIL PENELITIAN

Berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai gambaran karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin, usia responden, angkatan responden, tujuan utama penggunaan internet, perangkat pendukung akses internet dan biaya akses internet dalam sebulan.

Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia Responden, Angkatan Responden, Tujuan Utama Penggunaan Internet, Perangkat Pendukung Akses Internet Dan Biaya Akses Internet

No.

Variabel

Kategori

Jumlah (N)

Presentase

1.

Jenis Kelamin

Laki-Laki

26

11,1%

Perempuan

208

88,9%

2.

Usia Responden

<19 Tahun

29

12,4%

19-21 Tahun

202

86,3%

> 21 Tahun

3

1,3%

3.

Angkatan Responden

2020

70

29,9%

2019

64

27,4%

2018

100

42,7%

4.

Tujuan Utama Penggunaan

Bermain Game Online

6

2,6%

Internet

Sosial Media

124

53,0%

Mengerjakan      Tugas

Kuliah

57

24,4 %

Menonton Film/Video

16

6,8 %

Kirim Pesan/Menelepon

24

10,2 %

Lainnya

7

3,0%

5.

Perangkat Pendukung

Paket Data

87

37,2%

Akses Internet

Wifi

20

8,5%

Kombinasi (Paket Data dan Wifi)

127

54,3%

6.

Biaya    Akses    Internet

Rp 0 - < Rp 50.000

23

9,8%

(perbulan)

Rp 50.000 - < Rp 100.000

86

36,8%

Rp 100.000 - < 150.000

58

24,8%

Rp 150.000 - Rp 200.000

33

14,1%

> Rp 200.000

34

14,5%


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari variabel jenis kelamin didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 208 responden (88,9%). Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar usia responden adalah dalam rentang 19-21 tahun sebanyak 202 responden (86,3%). Responden yang paling banyak berasal dari angkatan 2018 yaitu 100 responden (42,7%).

Tabel 1 di atas juga menunjukkan bahwa tujuan utama penggunaan internet paling banyak dari responden adalah untuk bersosial

media sebanyak 124 responden (53%). Beradasarkan perangkat pendukung dalam mengakses internet responden rata-rata menggunakan Paket Data dengan kombinasi Wifi sebanyak 127 responden (54,3%). Ditinjau dari biaya dalam mengakses internet, sebagian besar responden akan menghabiskan sekitar Rp 50.000 hingga < Rp 100.000 sebanyak 86 responden (36,8%) untuk biaya mengakses internet dalam sebulan.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penggunaan Internet

Variabel

Frekuensi

Persentase

Perilaku Penggunaan Internet

Normal

13

5,6%

Kecanduan ringan

66

28,2%

Kecanduan sedang

135

57,7%

Kecanduan berat

20

8,5%

JUMLAH

234

100,0%


Tebel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi Sosial

Variabel

Frekuensi (f)

Persentase

Interaksi sosial dengan orangtua

Baik

128

54,7%

Kurang baik

106

45,3%

JUMLAH

234

100,0%

Interaksi  sosial  dengan  teman

sebaya

Baik

126

53,8%

Kurang baik

108

46,2%

JUMLAH

234

100,0%

Interaksi sosial dengan lingkungan kampus

Baik

137

58,5%

Kurang baik

97

41,5%

JUMLAH

234

100,0%

Interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat

Baik

124

53,0%

Kurang baik

110

47,0%

JUMLAH

234

100,0%


Berdasarkan tabel 2 di atas sebanyak 94,4% responden dalam penelitian ini diketahui mengalami kecanduan internet dari perilaku penggunaan internet selama sebulan terakhir. Frekuensi kecanduan internet tertinggi yang dialami oleh responden adalah kecanduan sedang sebanyak 135 orang (57,7%).

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa sebanyak 128 orang (54,7%) memiliki interaksi yang baik dengan orangtua dan 106 orang (45,3%) memiliki interaksi yang kurang baik dengan orangtua mereka, sebanyak 126 orang (53,8%) memiliki interaksi yang baik dengan teman sebaya mereka sedangkan 108 orang (46,2%%) memiliki interaksi

yang kurang baik dengan teman sebaya mereka, sebanyak 137 orang (58,5%) memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungan kampusnya sedangkan 97 orang (41,5%) memiliki interaksi sosial yang kurang baik dengan lingkungan kampusnya, dan sebanyak 124 orang (53,0%) memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungan masyarakatnya sedangkan 110 orang (47,0%) memiliki interaksi sosial yang kurang baik dengan lingkungan masyarakatnya.

Tabel 4. Hubungan Perilaku Penggunaan Internet Terhadap Interaksi Sosial Dengan Orangtua, Teman Sebaya, Lingkungan Kampus Dan Lingkungan Masyarakat

Variabel

Perilaku Penggunaan Internet

r

R

p value

Interaksi sosial dengan orangtua

-0,082

-

0,198

Interaksi sosial dengan teman sebaya

-0,355

0,114

0,000

Interaksi sosial dengan lingkungan kampus

-0,040

-

0,540

Interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat

-0,002

-

0,977


Berdasarkan tabel 4 hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman maka didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan orangtua pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan hasil analisis statistik p=0,198 dengan koefisien korelasinya adalah r=-0,082. Sedangkan ada hubungan antara perilaku penggunaan internet dengan interaksi sosial dengan teman sebaya pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan hasil analisis statistik p=0,000 dengan koefisien korelasinya adalah r=-0,355 dan korefisien determinannya adalah R=0,114 atau 11,4%.

Selain itu didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan kampus pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan hasil analisis statistik p=0,540 dengan koefisien korelasinya adalah r=-0,040. didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar

dengan hasil analisis statistik p=0,977 dengan koefisien korelasinya adalah r=-0,002.

PEMBAHASAN

Perilaku penggunaan internet pada penelitian ini berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang perilaku penggunaan internetnya tidak mengalami kecanduan hanya sebanyak 5,6%, kecanduan ringan sebesar 28,2%, kecanduan sedang sebesar 57,7% dan kecanduan berat sebesar 8,5%. Pada responden yang mengalami kecanduan internet yang berat sebagian besar memiliki karakteristik menggunakan paket data dan Wifi dalam mengakses internet. Oleh karena itu, responden tersebut juga menghabiskan biaya untuk mengakses internet selama sebulan mencapai lebih dari Rp 200.000 dalam sebulan. Selain itu, responden yang kecanduan berat juga banyak yang tujuan utamanya dalam mengakses internet adalah untuk bersosial media.

Untuk kemampuan interaksi sosial dengan orangtua dalam penelitian ini sebagian besar masih baik. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan berbagai aspek baik objektif maupun subjektif. Aspek 544

objektif adalah keadaan nyata atau peristiwa ketika terjadinya interaksi antara orangtua dan anak, sedangkan aspek subjektif adalah keadaan nyata yang dipersepsikan oleh anak saat berinteraksi langsung dengan orangtua (Ali dan Asrori, 2010). Selain itu, dengan kondisi pandemi yang ada dapat menyebabkan intensitas dalam berinteraksi dengan orangtua akan meningkat. Hal itu dikarenakan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sehingga menyebabkan banyak orangtua yang bekerja dari rumah. Oleh sebab itu, kemampuan remaja dalam hal ini mahasiswa keperawatan untuk berinteraksi sosial dengan orangtuanya tidak mengalami masalah.

Nilai atau skor interaksi sosial dengan teman sebaya dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan (Muna, 2016). Selain itu, data lainnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan internet untuk mengakses sosial media. Alasan banyak remaja menggunakan sosial media adalah untuk memperoleh informasi, memperluas jaringan pertemanan dan sebagai sarana berekspresi (Izzati, 2017). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moslehpour dan Batjargal (2013) yang mengemukakan bahwa remaja yang mengalami kecanduan internet dapat mengurangi interaksi sosialnya di dunia nyata dan lebih nyaman dengan teman-teman di dunia maya.

Berdasarkan hasil penelitian ini kemampuan interaksi sosial dengan teman sabaya sebagian besar masih dalam kategori baik. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya

seperti dari segi keterbukaan dan kerjasama. Hal ini sejalan dengan hasil kuesioner interaksi sosial dengan teman sebaya dimana responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki sikap yang terbuka dan mau berbagi informasi dengan teman sabayanya serta sebagian besar responden juga merasa lebih baik mengerjakan tugas secara berkelompok daripada secara individu. Oleh karena itu interaksi mahasiswa dengan teman sebaya dalam penelitian ini masih dalam kategori baik.

Interaksi sosial yang baik antara mahasiswa keperawatan dengan lingkungan kampus dapat terjadi apabila kampus menyediakan lingkungan yang kondusif dan tidak ada pertentangan. Lestari (2014) mengemukakan bahwa interaksi sosial dengan lingkungan sekolah dalam hal ini kampus yaitu komunikasi, kerjasama, dan pertentangan. Walaupun kondisi ketika dilakukan penelitian ini masih menghadapi pandemi, hal tersebut tidak terlalu memengaruhi adanya interaksi antara mahasiswa keperawatan dengan lingkungan kampus dalam hal ini dosen hingga pegawai kampus dikarenakan sistem perkuliahan ketika pengambilan data dilakukan sudah mengalami penyesuaian dengan peraturan yang berlaku.

Remaja yang dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan kampusnya cenderung aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus yang diadakan secara daring. Selain itu, mahasiswa yang memiliki interaksi sosial yang baik juga aktif bertanya dan berdiskusi ketika mengikuti kegiatan perkuliahan yang diadakan secara daring. Sebaliknya, remaja dalam hal ini mahasiswa yang

memiliki interaksi sosial yang kurang baik di lingkungan kampus cenderung tidak berminat mengikuti kegiatan perkuliahan yang diadakan secara daring seperti menghindari adanya pertanyaan dan kurang aktif dalam kegiatan kampus lainnya yang diadakan secara daring.

Dalam kehidupan bermasyarakat, remaja diharapkan belajar untuk mengenal berbagai macam karakteristik dan latar belakang yang beragam dari setiap individu sehingga dalam masa perkembangannya, remaja mampu menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya agar tercipta hubungan sosial yang positif di dalam kehidupan bermasyarakat (Ali dan Asrori, 2010).

Interaksi sosial yang baik penting untuk dilakukan oleh mahasiswa keperawatan. Kemampuan mahasiswa keperawatan dalam berinteraksi sosial seperti komunikasi terapeutik akan berdampak pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Menurut Kusumo (2017) komunikasi terapeutik pada tahap orientasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien di IGD RSUD Jojga. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Transyah dan Toni (2018) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penerapan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap interne RSUD dr. Rasidi Padang tahun 2017. Oleh sebab itu, kemampuan dalam berinteraksi sosial dari mahasiswa keperawatan sangat penting guna pemberian pelayanan kesehatan yang optimal.

Pada hasil uji korelasi Spearman perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial

dengan orangtua menunjukkan hasil p=0,198 dan r=-0,082 yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada saat pengambilan data ini masih dalam masa pendemi. Sebagian besar aktivitas pendidikan berlangsung secara daring. Hal ini menyebabkan mahasiswa akan cenderung berada di rumah, dan memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan orangtuanya.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecanduan internet dengan interaksi remaja dengan orangtua. Selain itu, hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Xu (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kecanduan internet terhadap interaksi remaja dengan orangtua. Kualitas komunikasi antara orangtua dengan ramaja sangat erat kaitannya dengan remaja yang mengalami kecanduan internet di mana faktor ibu lebih terkait terhadap kejaidan kecanduan internet daripada faktor ayah (Xu, 2014).

Selain itu, Wahib (2015) berpendapat bahwa seorang anak mendapatkan pendidikan melalui apa yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-harinya di dalam keluarga. Peran orangtua dalam mendidik tata karma anaknya dapat memengaruhi kemampuan berinteraksi sosial. Adanya dukungan orangtua juga dapat memengaruhi tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri dari remaja baik dukungan secara emosional, penghargaan, instrumental, informasi ataupun kelompok (Irmansyah dan Apriliawati, 2018).

Berdasarkan analisis data dan uji korelasi Spearman perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan teman sebaya menunjukkan hasil p=0,000 dan r=-0,355 yang berarti ada hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan teman sebaya pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan kekuatan korelasi lemah dan arah hubungan korelasinya negatif. Hubungan korelasi negatif berarti semakin tinggi tingkat perilaku penggunaan internet maka interaksi sosial dengan teman sebaya akan semakin rendah atau sebaliknya, semakin rendah tingkat perilaku penggunaan internet maka interaksi sosial dengan teman sebaya akan semakin tinggi. Selain itu, nilai koefisien determinan menunjukkan hasil R=0,114 yang berarti variabel perilaku penggunaan internet memiliki pengaruh sebesar 11,4 % terhadap interaksi sosial dengan orangtua pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar sedangkan sisa 88,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2013) yang menyatakan bahwa remaja yang tidak dapat mengontrol dirinya dalam bermain internet akan menimbulkan dampak negatif bagi perkembangannya yaitu kesulitan dalam berkonsentrasi dan sulit untuk bersosialisasi (Rachmawati, 2019). Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Nugroho (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesepian dan kecenderungan kecanduan internet dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja pengguna warnet. Untuk meningkatkan interaksi sosial pada

remaja dapat dilakukan pemberian bimbingan dan konseling dengan cara bimbingan    kelompok     guna

meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada remaja (Utami dan Nurhayati, 2019).

Berdasarkan analisa data dan uji korelasi Spearman menunjukkan hasil p=0,540 dan r=-0,040 yang berarti tidak ada hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan kampus. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Sinkkonen (2014) yang menyatakan bahwa kecanduan internet memiliki minat yang kurang terhadap kehidupan sekolahnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga bertolak belakang     dengan     penelitian

Rachmawati (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kecanduan internet terhadap interaksi sosial remaja dengan lingkungan sekolah.

Menurut Widiana, Retnowati dan Hidayat (2004) seorang yang mengalami kecanduan internet tidak akan merasa dirinya kecanduan internet karena tidak menyadari bahwa perilaku onlinenya berlebihan (Raj dan Hakim, 2017). Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan komunikasi yang persuasif. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan oleh pendidik untuk mengajak dan membantu mahasiswa memperoleh materi yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas (Ulfiana, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian ini kemungkinan kemampuan responden dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan kampusnya dapat dipengaruhi oleh adanya kedudukan atau posisi yang lebih tinggi atau program perkuliahan yang diberikan. Dari sistem perkuliahan daring 547

berubah menjadi perpaduan daring dan luring. Untuk kegiatan pemberian teori dilakukan secara daring sedangkan untuk praktik dilakukan secara luring. Peneliti berasumsi dengan sistem demikian, interaksi sosial mahasiswa dengan lingkungan kampusnya tetap akan terjaga dengan baik. Mahasiswa yang menjalani sistem pembelajaran daring tentunya akan melakukan interaksi sosial yang lebih banyak dikarenakan informasi yang diterima secara langsung berbeda dengan tidak langsung.

Berdasarkan analisis data dan uji korelasi Spearman menunjukkan hasil p=0,977 dan r=-0,002 yang artinya tidak terdapat hubungan antara perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salainty (2015) yang menyatakan bahwa internet memiliki dampak buruk yaitu membuat seseorang malas untuk berkomunikasi di dunia nyata sehingga mengakibatkan berkurangnya perasaan empati terhadap lingkungan di sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti berasumsi bahwa penyebab Ha ditolak dikarenakan dalam kehidupan bemasyarakat di Indonesia menganut adat ketimuran yang memiliki ciri khas, menjunjung tinggi nilai, moral, dan etika dalam masyarakat menyebabkan interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat akan berjalan dengan baik (Budiarto, 2020). Oleh sebab itu, interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat pada mahasiswa keperawatan tidak memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan internet dikarenakan sudah menjadi kebiasaan atau adat

istiadat dalam masyarakat dalam berinteraksi satu sama lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar perilaku penggunaan internet pada responden penelitian ini termasuk ke dalam kategori kecanduan internet sedang sebanyak 135 responden (57,7%). Selain itu, sebagian besar interaksi sosial   mahasiswa keperawatan

dengan orangtua, teman sebaya lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat memiliki kategori baik yaitu lebih dari 50%.

Hasil analisis bivariate pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat     hubungan     perilaku

penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan teman sebaya pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan p value = 0,000, r=-0,355 dan R=11,4%. Namun tidak terdapat hubungan pada perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan orangtua dengan p value = 0,161, pada perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan kampus dengan p value = 0,540, dan pada perilaku penggunaan internet terhadap interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat pada mahasiswa keperawatan di Kota Denpasar dengan p value = 0,977.

Saran yang dapat peneliti berikan untuk tenaga kesehatan khususnya perawat kesehatan jiwa, komunitas dan anak diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap     masalah     perilaku

penggunaan internet yang buruk dengan memberikan edukasi terkait masalah tersebut. Sedangkan untuk mahasiswa keperawatan sebaiknya perilaku dalam penggunaan internet yang buruk dapat dikurangi dan lebih 548

meningkatkan hubungan interaksi sosial dengan teman sebaya. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memerhatikan faktor-faktor atau aspek-aspek lain yang memengaruhi interaksi sosial pada mahasiswa keperawatan dan juga dapat memperluas populasi dengan memperbanyak    sampel    agar

generalisasi penelitian menjadi lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori, M. (2010). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

APJII. (2017). Infografis penetrasi & perilaku    pengguna    internet

Indonesia survey 2017. Diakses dari https://www.apjii.or.id/survei

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2020).

Diakses                      dari

https://bali.bps.go.id/statictable/201 8/04/13/95/persentase-penduduk-usia-5-tahun-ke-atas-yang-mengakses-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-dalam-3-bulan-terakhir-menurut-kabupaten-kota-2019.html pada 26 Desember 2020

Budiarto, G. (2020). Indonesia dalam Pusaran      Globalisasi      dan

Pengaruhnya Terhadap Krisis Moral dan Karakter. Pamator Journal, 13(1), 50-56.

Cholik, C. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 21-30.

Dahlan, S. (2014). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 6 ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Ginanjar, W. (2016). Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Internet Dengan Perilaku Sosial Siswa Jurusan Multimedia SMK Saraswati Salatiga Tahun 2015 (Doctoral dissertation, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan).

Irmansyah, D., & Apriliawati, A. (2018). Hubungan Dukungan Orangtua dengan Resiliensi Remaja Dalam Menghadapi Perilaku Bullying di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta       Pusat       Tahun

2016. Indonesian Journal of Nursing      Sciences      and

Practice, 1(1), 8-17.

Izzati, A. N. (2017). Hubungan Kecanduan Media Sosial Terhadap Tingkat Stres Pada Remaja di SMAN 2 Surabaya. Surabaya.

Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan    RSUD     Jogja. Jurnal

Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 72-81.

Lestari, F., A. (2014). Perbedaan Kemampuan Interaksi Antara Siswa Yang Mengikuti    Organisasi

Kesiswaan Di SMP Negeri 4 Kalasan Tahun Ajaran 2013/2014. Yogyakarta

Moslehpour, M. & Batjargal, U. (2013). Factors Influencing Internet Addiction among Adolencents of Malaysia and Mongolia. Jurnal Administrasi Bisnis. 9(2), hal. 5-20.

Muna, K. (2016). Pengaruh Interaksi Teman Sebaya    Terhadap    Perilaku

Penggunaan Internet Pada Siswa Kelas XI di SMKN 2 Yogyakarta. Yogyakarta.

Nugroho, A. (2011). Hubungan antara Kesepian   dan Kecenderungan

Internet     Addiction     dengan

Kemampuan Interaksi Sosial pada Remaja Pengguna Warung Internet y! Online.

Prasojo, R. A., Maharani, D. A.,  &

Hasanuddin, M. O. (2018). Mengujikan Internet Addiction Test (IAT) ke Responden Indonesia.

Rachmawati,    D.     (2019). Hubungan

Kecanduan Internet Terhadap Interaksi Sosial Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Raj, A. A., & Hakim, S. N. (2017). Perilaku Kecanduan Internet terhadap Interaksi Sosial pada Remaja di Lingkungan        Kos (Doctoral

dissertation,             Universitas

Muhammadiyah Surakarta).

Sa’adah, F. H. (2018). Pengaruh Intensitas Penggunaan Internet Terhadap Interaksi Sosial Pada Siswa MAN 3 Sleman. Skripsi

Salainty, F. R. (2015). Pengaruh Permainan Internet Terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Karombasan Utara, Journal Acta diurnal, IV(1)

Stockdale, L., & Coyne, S. M. (2018). Video game addiction in emerging adulthood: Cross-sectional evidence of pathology in video game addicts as compared to matched healthy controls. Journal of affective disorders, 225, 265-272.

Transyah, C. H.,  & Toni, J. (2018).

Hubungan Penerapan Komunikasi Terapeutik    Perawat    Dengan

Kepuasan          Pasien. Jurnal

Endurance:    Kajian    Ilmiah

Problema Kesehatan, 3(1), 88-95.

Ulfiana, N. (2018). Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan (Doctoral

dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Utami, T. W., & Nurhayati, F. (2019).

Kecanduan Internet Berhubungan Dengan Interaksi Sosial Remaja. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 3338.

Wahib, A. (2015). Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak. Jurnal Paradigma,2(1).

Xu, J. et. al. (2014). Parents-adolescent interaction and risk of adolescent internet addiction : a populationbased studi in Shanghai. BMC Psychiatry. 14.doi: 10.1186/1471-

244X-14-112.

550

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021