Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN PERILAKU KESELAMATAN PENYEBERANGAN YANG DILAKUKAN OLEH PENYEDIA JASA SPEED BOAT DI SANUR

Ni Kadek Wirati1, Gusti Ayu Ary Antari2, Indah Mei Rahajeng3

1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2,3 Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Pulau Nusa Penida sebagai tempat yang ramai dikunjungi di Bali. Kunjungan wisatawan saat ini ke Nusa Penida menunjukkan tren yang terus meningkat. Untuk mencapai Nusa Penida diperlukan moda transportasi laut. Saat ini moda transportasi laut yang tersedia adalah speed boat. Untuk mendukung lancarnya aktivitas pariwisata diperlukan penyeberangan yang aman. Studi ini bermaksud untuk mencari tahu gambaran perilaku keselamatan penyeberangan yang dilakukan oleh penyedia jasa speed boat di Sanur. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan deskriptif dengan metode cross-sectional. Partisipan studi diambil melalui kuesioner digital sejumlah 43 orang ditentukan menggunakan teknik consecutive sampling untuk mengetahui perilaku keselamatan penyeberangan. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil partisipan memiliki perilaku lumayan mencukupi yakni sejumlah 24 partisipan (55,8%). Usia responden di dominasi oleh kelompok usia dewasa awal yaitu sebanyak 18 orang (41,9%). Tingkat pendidikan responden di dominasi oleh lulusan SMA yakni sebanyak 24 orang (55,8%). Sebagian besar responden bekerja lebih dari satu tahun yakni sebanyak 25 orang (58,1%). Seluruh responden berjenis kelamin laki-laki. Saran untuk penyedia jasa speed boat agar bisa meningkatkan perilaku keselamatan penyeberangan.

Kata kunci : Perilaku keselamatan penyeberangan, speed boat, penyedia jasa penyeberangan

ABSTRACT

The island of Nusa Penida is one of the few attractions located in the Province of Bali. Currently tourist arrivals to Nusa Penida show an increasing trend. To reach Nusa Penida, a sea transportation mode is speed boat. To Support the smooth running of tourists are needed. This study aims to determine the description of crossing safety behavior carried out by speed boat service providers in Sanur with the characteristic of age, sex, level of education,and lenght of work. The design of this study was a descriptive study using a cross-sectional method. The sample used was 43 people with consecutive sampling technique. Data collection was carried out by distributing questionnaires online to determine crossing safety behavior. The results of this study indicate that the majority of respondents have good enough behavio, as many as 24 people (55.8%). The age of respondents was dominated by the early adult age group of 18 people (41.9%). The education level of the respondents was dominated by high school gaduates as many as 24 people (55.8%). Most respondents worked more than one year, as many as 25 people (58,1%). All respondents were male. Suggestions for speed boat service providers to improve crossing safety behavior.

Keywords: Crossing safety behavior, speed boat, crossing service providers

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki beragam wisata diantaranya wisata budaya, religi, alam, seni dan olahraga (Hidayat, 2018). Salah satu tujuan wisata di Indonesia yang mampu menarik wisatawan domestik dan mancanegara adalah Pulau Bali. Karena keindahan alamnya, wisatawan sering menjuluki Bali sebagai paradise island (Ulung, 2009).

Bali merupakan suatu provinsi di Indonesia yang wilayahnya terbagi menjadi beberapa pulau yakni satu pulau utama, yakni Pulau Bali dan terdapat beberapa pulau kecil di sekitarnya. Diantara pulau kecil disekitarnya, pulau yang memiliki paling banyak penghuni ialah Nusa Penida berlokasi di Kabupaten Klungkung.

Klungkung terdiri dari empat kecamatan salah satunya adalah Nusa Penida yang terbagi menjadi Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan, dengan sumber daya yang dimiliki berupa hutan bakau dan wisata bahari. Selain itu, Nusa Penida juga menawarkan potensi wisata lainnya seperti wisata religius dan pengolahan produk laut. Kepulauan Nusa Penida menjadi tren baru bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, karena memiliki potensi wisata yang dimilikinya tersebut. (Wardhana, 2016).

Kunjungan wisatawan ke Nusa Penida menunjukkan tren yang terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata tahun 2019, dalam satu tahun terakhir kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami peningkatan yakni sebesar 4,86 % (Kementrian Pariwisata, 2019). Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Provinsi Bali pada Bulan Juli 2019 mengalami peningkatan sebesar 9,6 % dibandingkan dengan data Bulan Juni 2019. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung tahun 2016 wisatawan yang melakukan kunjungan ke Nusa Penida dari tahun 20102015 mengalami peningkatan hingga 19,5%-57,7% (Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, 2016). Oleh karena letak Nusa Penida yang terpisah dari Pulau Bali maka wisatawan memerlukan wahana transportasi penyeberangan laut untuk mencapai Nusa Penida.

Moda transportasi laut merupakan salah satu sarana yang turut menjadi bagian penting dalam menunjang aktivitas pariwisata. Saat ini telah berkembang berbagai moda transportasi laut salah satunya adalah speed boat. Speed boat adalah moda transportasi yang biasa digunakan untuk melakukan penyeberangan ke Pulau Nusa Penida melalui beberapa tempat penyeberangan seperti Sanur-Jungut Batu, Sanur-Lembongan, Sanur-Sampalan, Sanur-Banjar Nyuh, Kusamba-Sampalan dan Kusamba-Toya Pakeh (Wardhana, 2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas syahbandar di wilayah penyeberangan Sanur diperoleh data bahwa terjadi peningkatan jumlah penumpang speed boat selama bulan November-Desember 2019 yakni dari 43.911 orang menjadi 56.794 orang.

Tingginya jumlah kunjungan wisatawan yang menggunakan jasa speed boat seharusnya didukung dengan pelayanan keamanan dan kenyamanan sebagai salah satu pertimbangan yang dapat menentukan keputusan wisatawan dalam menggunakan kembali jasa moda transportasi tersebut. Terjadinya kecelakaan adalah hal yang harus dihindari. Sehingga, diperlukan suatu prosedur keselamatan yang terstandar baik untuk wisatawan maupun pelaku wisata (Simon, 2018).

Kecelakaan transportasi laut dapat terjadi karena kesalahan manusia dan faktor alam (Thamrin, 2015). Menurut Kurniati (2014) menyatakan bahwa masih kurangnya pelayanan mengenai aspek keselamatan penyeberangan di Sanur oleh penyedia jasa penyeberangan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti perilaku keselamatan penyeberangan yang dilakukan oleh penyedia jasa speed boat di Sanur. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi karakteristik penyedia jasa penyeberangan speed boat di Sanur dan mengidentifikasi perilaku keselamatan penyeberangan yang dilakukan oleh penyedia jasa penyeberangan speed boat di Sanur.

METODE PENELITIAN

Studi deskriptif dengan desain cross sectional. Komunitas yang digunakan ialah penyedia jasa speed boat di Sanur. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling pada 43 penyedia jasa speed boat. responden merupakan penyedia jasa speed boat, bersedia sebagai responden dan memiliki aplikasi whatsapp pada telepon seluler yang dapat digunakan untuk mengisi google form.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah responden mengundurkan diri dan responden yang tidak bisa

HASIL PENELITIAN

Berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai karakteristik responden, perilaku keselamatan penyeberangan, pengetahuan

mengaplikasikan google form melalui aplikasi whatsapp. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner keselamatan penyeberangan. Kuisioner tersebut dinyatakan valid (0,308-0,932) dan reliabel dengan Cronbach's alpha 0,893. Pengambilan data dilakukan dari tanggal 26 April-10 Mei 2020. Informed consent diisi pada google form sebelum mengisi kuisioner.

Skor perilaku keselamatan penyeberangan dikategorikan berdasarkan nilai median dan kuartil yang terbagi dalam 3 kategori yakni baik > 16, cukup 9-16 dan kurang < 9. Analisis data dengan analisis univariat. Penyajian data perilaku keselamatan penyeberangan menggunakan distribusi frekuensi. Analisis data menggunakan bantuan program komputer.

penyedia jasa speed boat, dan sikap penyedia jasa speed boat

Tabel 1 Karakteristik responden

No

Variabel

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Usia

Remaja akhir

11

25,6

Dewasa awal

18

41,9

Dewasa akhir

14

32,6

2

Tingkat pendidikan SD

3

7

SMP

8

18,6

SMA

24

55,8

Perguruan tinggi

8

18,6

3

Lama bekerja

Kurang dari satu tahun

18

41,9

1-5 tahun

25

58,1

4

Jenis kelamin

Laki-laki

43

100

Perempuan

0

0

Usia responden di dominasi oleh rentang usia dewasa awal, yaitu 18 orang (41,9%), responden dengan lulusan sekolah menengah atas/ kejuruan sebanyak 24 orang (55,8%), lama bekerja responden

sebagian besar lebih dari setahun yaitu sejumlah 25 partisipan (58,1%). Jenis kelamin partisipan secara keseluruhan memiliki jenis kelamin laki-laki yakni 43 orang (100%).

Tabel 2 Distribusi perilaku keselamatan penyeberangan

No

Kategori

Frekuensi(n)

Persentase(%)

1

Perilaku Baik

10

23,3%

2

Perilaku Cukup

24

55,8%

3

Perilaku Kurang

9

20,9%

Total

43

100%

Menurut hasil tersebut menyatakan mayoritas partisipan memiliki

perilaku cukup yakni sebanyak 24 orang (55,8%).

Tabel 3 Distribusi pengetahuan penyedia jasa speed boat

PENGETAHUAN

No

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase(%)

1

Pengetahuan baik

8

18,6%

2

Pengetahuan cukup

33

76,7%

3

Pengetahuan kurang

2

4,7%

Total

43

100%

Menurut   hasil   tersebut

banyaknya      partisipan

menyatakan memiliki

pengetahuan cukup orang (76,7%).

yakni sebanyak 33

Tabel 4 Distribusi sikap penyedia jasa speed boat

SIKAP

No

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Sikap baik

12

27,9%

2

Sikap cukup

30

69,8%

3

Sikap kurang

1

2,3%

Total

43

100%

Menurut  hasil   tersebut  menyatakan

kebanyakan partisipan memiliki

sikap cukup yaitu (69,8%).

sebanyak 30 orang

Tabel 5 Distribusi tindakan penyedia jasa speed boat

TINDAKAN

No

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase(%)

1

Tindakan baik

25

58,1%

2

Tindakan cukup

8

18,6%

3

Tindakan kurang

10

23,3%

Total

43

100%

Menurut tabel 5 hasil tersebut menyatakan mayoritas partisipan memiliki tindakan baik yakni 25 orang (58,1%).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan penyedia jasa speed boat di Sanur mayoritas berada pada tahap usia dewasa awal, yaitu sebanyak 18 orang (41,9%). Penelitian ini mengkategorikan usia yang berada dalam rentang 26-35 tahun sebagai dewasa awal berdasarkan kategori usia menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto (2017) bahwa usia responden berkisar antara 24-56 tahun yang ditemukan pada anak buah kapal.

Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden di dominasi oleh lulusan SMA, yaitu sebanyak 24 orang (55,8). Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Kusuma (2018) menemukan hasil bahwa seorang awak kapal mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari sekolah formal dan mendapatkan tanda kelulusan. Ada juga anak buah kapal yang bekerja karena pengalaman yang dimiliki dan mendapat pengakuan atau sertifikat keahlian/ keterampilan bekerja diatas kapal. Jika seseorang memiliki sertifikat keahlian /keterampilan maka orang tersebut bisa bekerja di kapal.

Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa sebagian besar responden sudah bekerja lebih dari 1 tahun, yakni sebanyak 25 orang (58,1%). Studi sebelumnya yang dilakukan

oleh Sitompul (2015) menemukan hasil bahwa kontrak kerja anak buah kapal tergantung sifat dan kondisi yang terjadi di perusahaan ada yang kontrak dalam 1 tahun dan ada yang lebih atau kurang dari1 tahun. Kontrak pada anak buah kapal memiliki jangka waktu ditujukan agar dengan mudah melakukan evaluasi terhadap awak kapal demi tercapainya efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan.

Temuan peneliti menghasilkan semua partisipan berjenis kelamin laki-laki, yakni sejumlah 43 partisipan (100%). Studi sebelumnya dilakukan oleh Sofiyan (2017) menemukan hasil bahwa karakteristik ABK berjenis kelamin Pria sejumlah 30 peserta (100%). Perilaku keselamatan penyeberangan dapat dilihat dari 3 aspek yaitu pengetahun, sikap serta tindakan. Pemahaman ialah bentuk mengetahui dari cerminan pikiran. Menurut hasil temuan ini diketahui bahwa responden dengan kategori pengetahuan yaitu baik sejumlah 8 (18,6%), cukup sejumlah 33 (76,7%), kurang sejumlah 2 (4,7%). Pengetahuan dibentuk dari faktor internal dan eksternal. Studi sebelumnya dilakukan oleh Purwaningrum (2018) menemukan hasil bahwa kebanyakan pemahaman partisipan cukup yakni 30 orang (50%). Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa tingginya tingkat pendidikan responden maka semakin baik juga pengetahuan yang dimiliki oleh responden.

Suatu reaksi atau respon tertutup seseorang pada stimulus atau objek merupakan definisi sikap. Berdasarkan temuan peneliti partisipan dengan kategori sikap baik sebanyak 12 orang (27,9%), sikap cukup sebanyak 30 orang (69,8%),

sikap kurang sebanyak 1 orang (2,3%). Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Purwaningrum (2018) menemukan hasil bahwa kebanyakan responden memiliki sikap cukup yakni sejumlah 26 partisipan (43,3%). Dari hasil studi ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin baik sikap responden, namun terdapat beberapa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki sikap yang kurang.

Kegiatan yang disengaja bertujuan tertentu kemudian berbentuk siklus kegiatan disebut dengan tindakan. Berdasarkan hasil penelitian ini responden dengan tindakan baik sebanyak 25 orang (58,1%), tindakan cukup sebanyak 8 orang (18,6%), tindakan kurang sebanyak 10 orang (23,3%). Seseorang yang melaksanakan tindakan dengan baik dikarenakan orang tersebut sudah mengetahui pentingnya keselamatan. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Sofiyan (2017) menemukan hasil bahwa sebagian besar anak buah kapal memiliki tindakan baik yakni sebanyak 20 orang (66,7%). Sebagian besar dari hasil studi ini menunjukan semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin baik tindakan responden, namun terdapat beberapa partisipan dengan tingat pendidikan yang tinggi memiliki tindakan kurang.

Suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus disebut dengan perilaku. Menurut temuan yang dilakukan oleh peneliti, menghasilkan responden dengan perilaku cukup sebesar 24 orang (55,8%). Studi ini didukung oleh Suryanto (2018) dengan menemukan mayoritas partisipan yang terlibat dalam studi tersebut dinyatakan cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku tenaga kerja yang menyimpang dari prinsip keselamatan yang beresiko menimbulkan masalah yang dilakukan tenaga bongkar muat kapal termasuk kategori cukup baik yakni sebanyak 48 orang (81,4%).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33 orang (76,7%). Sebagian besar responden memiliki sikap cukup yakni sebanyak 30 orang (69,8%). Sebagian besar responden dengan tindakan baik yakni sebanyak 25 orang (58,1%). Awak kapal jasa speed boat di Sanur mayoritas memiliki perilaku cukup yakni sebanyak 24 orang (55,8%), perilaku baik sebanyak 10 orang (23%) serta perilaku kurang sebanyak 9 orang (21,2%).

Peneliti selanjutnya diharapkan memperbanyak jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dan dilakukan di beberapa titik penyeberangan yang ada di Bali sehingga cakupan menjadi lebih luas untuk     menggambarkan     perilaku

keselamatan penyeberangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, W. P. (2014). Faktor-faktor utama pelayanan     terminal     penumpang

dipelabuhan the main factor of port passenger terminal service. Badan litbang perhubungan. Vol 26(10) retrieved from :ojs.balithttps://www.balitbanghub.dephub .go.id

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2019). Perkembangan pariwisata Provinsi Bali 2019.

Daud,C., Mantjoro, E., Pontoh, O.(2018). Studi aspek sosial ekonomi masyarakat nelayan di desa kema tiga kecamatan kema kabupaten minahasa utara. Journal unsrat. Vol 6(11).

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung. (2016). Data kunjungan wisatawan periode 2010-2015. Retrieved from: https://dispar.klungkungkab.go.id/

Hidayat, S. (2018). Pengembangan pramuwisata olahraga dalam bisnis pariwisata di Provinsi Bali. Jurnal Penjakora. 5(1).

Kurniati, N. L. W. R. (2014). Evaluasi pelayanan penyebrangan   terhadap   keselamatan

penumpang (Studi Kasus: Sanur-Nusa Lembongan).      Jurnal     penelitian

transportasi darat, 16(1), 11-17.

Purwaningrum, S. W., Rini, T. S., Saurina, S. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku warga dalam

pemenuhan komponen rumah sakit. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat. Vol 12(1). Retrieved from :https//.www. journal.uad.ac.id

Sitompul, R. (2015). Perlindungan hukum anak buah kapal dalam kontrak kerja dengan PT. Samudera di Belawan. Jurnal ilmiah. Vol 2(2)162-168.      Retrieved      from:

https://www.ojs.uma.ac.id

Sofiyan., Keman, S. (2017). Sanitasi kapal dan tindakan sanitasi anak buah kapal (ABK) mempengaruhi keberadaan tikus pada kapal kargo di pelabuhan tanjung perak surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan. Vol 9(2). Retrieved from : https://e-journal.unair.ac.id

Suryanto, D. I. B., Widajati, N. (2017). Hubungan karakteristik individu dan pengawasan k3 dengan unsafe action kerja bongkar muat. The Indonesian journal of Public health. Vol 12(1)51-63

Ulung, G. (2009). Liburan murah meriah di Bali. Jakarta: Gramedia.

338

Volume 9, Nomor 3, Juni 2021