Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI UJIAN PRAKTIK LABORATORIUM

Ni Komang Ayu Eka Jayanti1, Komang Menik Sri Krisnawati2, Ni Luh Putu

Shinta Devi3

1MahasiswaaPSSKPN FK Universitas Udayana

2,3Dosen PSSKPN FK[Universitas Udayana

Alamat Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Salah satu bentuk pembelajaran di Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners (PSSKPN) adalah praktik laboratorium. Mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian praktik laboratorium mengalami berbagai kondisi seperti, gelisah, takut, panik, serta membayangkan saat melakukan ujian sehingga menyebabkan terjadinya kecemasan pada mahasiswa. Self-efficacy merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan kecemasan pada mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan metode pengambilan data menggunakan pendekatan restropektif. Sampel terdiri dari 61 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian pada self-efficacy menggunakan General of self-efficacy (GSE) dan instrumen pada kecemasan menggunakan Zung self-rating anxiety scale (ZSAS). Analisis data menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan dengan arah hubungan negatif dan kekuatan sedang (p <0,05; rs = - 0,0443) yang berarti semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecemasan yang dirasakan. Peneliti menyarankan meningkatkan selfefficacy diri pada mahasiswa keperawatan untuk mengurangi kecemasan saat menghadapi ujian praktik laboratorium.

Kata kunci: Kecemasan, Self-Efficacy, Ujian Praktik Laboratorium

ABSTRACT

One form of learning in the PSSKPN is the laboratorium practice. When the Student facing laboratory practice exams, they would experience various conditions such as, anxiety, fear, panic, and imagining how the exam would be causes anxiety to students. Self-efficacy is an effort to prevent anxiety. The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy with anxiety in nursing students when facing laboratory practice exams. This research was a correlative descriptive study with data collection methods that used a retrospective approach. The sample consisted of 61 respondents obtained by the total sampling technique. The research instrument on self-efficacy used General of self-efficacy (GSE) and instruments on anxiety used Zung self-rating anxiety scale (ZSAS). Data analysis was used Spearman rank correlation test. The results of this study showed that there is a significant relationship between self-efficacy and anxiety. The correlation was negative relations and moderate strength (p <0.05; rs = - 0.0443) which means that the higher the self-efficacy the lower anxiety is felt. The researcher suggested that there should increase in self-efficacy in nursing students to reduce anxiety when facing laboratory practice exams.

Keywords: Anxiety, Self-Efficacy, Laboratory Practice Exam

PENDAHULUAN

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat profesional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Praktik laboratoriummerupakan latihanidari pelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional (Munadliroh, 2015). Menurut Mirwanti, Anissa, dan Suryani (2018) menjelaskan bahwa ujian praktik laboratorium pada mahasiswa disebutkan menjadi sumber stress utama yang memicu timbulnya kecemasan.

Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, dan kesulitan ernapas (Ifdil & Annissa, 2016). Syarifah (2013) kecemasan yang timbul pada saat ujian praktik laboratorium diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir serta bertindak saat ujian. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai saat ujian.

Kecemasan merupakan gejala yang normal terjadi pada setiap individu, namun apabila gejala tersebut menetap dapat menganggu kegiatan sehari-hari yang dilakukan individu. Menurut Isrona, Amir, dan Iryani, (2016) kecemasan ditandai kesulitan untuk beristirahat, kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami gangguan tidur dan perasaan tegang yang berlebihan. Hal tersebut diakibatkan karena kecemasan mempengaruhi organ visceral, motorik, pikiran, dan persepsi seseorang, maka dari itu akan timbul kecemasan yang belebihan. Kondisi seperti ini apabila tidak segera diatasi, dapat berkembang ke arah yang lebih negatif dan menimbulkan masalah maupun gangguan kejiwaan dari yang ringan sampai berat (Apriady, Yanis, & Yulistini, 2016). Oleh sebab itu, kecemasan dapat menghambat fungsi pikiran yang berpengaruhpada

performa ketika ujian (Isrona, Amir, & Iryani, 2016).

Jadi sala satu cara untuk menggali potensi yang ada di dalam diri, mahasiswa perlu memiliki kepercayaan diri yang tinggi agar dapat mengurangi kecemasan yang berkaitan dengan melakukan ujian praktik laboratorium, sehingga dapat menyelesaikan ujian praktik laboratorium dengan baik. Kepercayaann iri dikenal dengan istilah self-efficacy (Yodyanti, 2018).

Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan yang dimiliki. Penilaian akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sendiri merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara interaksi antara faktor perilaku danfaktor lingkungan (Deviyanthi & Widiasavitri, 2016). Self-efficacy yang dipersepsikan oleh individu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam performansi yang akan datang (Pamunkas, 2018).

Individu yang memiliki self-efficacy diri yang tinggi tidak akan merasamudah terbebani,         sehingga         tidak

mudahmengalami kecemasan. Tingginya self-efficacy yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih persisten danterarah, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas (Azwar, 1996 dalam Deviyanthi & Widiasavitri, 2016). Sedangkan individu yang memiliki efficacy diri yang rendah akan mudah mengalami kecemasan dikarenakan individu tersebut merasa bahwa segala sesuatu dianggap sebagai sebuah ancaman dan hambatan, sehingga akan sangat baik apabila mahasiswa memiliki tingkat efficacy diriyang tinggi (Holleb, 2016 dalam Duarsa, 2019).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif. Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan 288

pendekatan     retrospektif,     dimana

pengambilan data penelitian berhubungan dengan masa lalu mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Penelitian dilakukan selama dua hari dan dimulai pada tanggal 16-17 Mei 2019.

Populasi dalam penelitian ini disebut dengan subjek penelitian. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan angkatan 2018 yang berjumlah 61 orang, diperoleh menggunakan teknik total smapling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara aktif, pernah mengikuti praktek laboratorium     selama     mengikuti

perkuliahan dan mahasiswa yang bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan secara aktif dan mahasiswa yang tidak pernah mengikuti praktik laboratorium selama mengikuti perkuliahan.

Instrumen pengumpulan datayang digunakandalam penelitianini yaitu kuesioner General of self-efficacy (GSE) untuk mengukur self-efficacy dan kuesioner Zung self-rating anxiety

scale(ZSAS) untuk mengukur kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Kuesioner terdiri dari karakteristik responden, self-efficacy dan kecemasan. Sebelum kuesioner digunakan peneliti melakukan uji validitas terlebih dahulu dan didapatkan pernyataan valid pada kuesioner self-efficacy 15 pernyataan dan pada kuesioner kecemasan 16 pernyataan.

Peneliti mengawali pengambilan data terhadap calon responden dengan menjelaskan prosedur penelitian, tujuan, manfaat serta hak-hak responden sebelum pengisian kuesioner. Jika calon responden bersedia menjadi responden, maka calon responden diminta menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti kurang lebih selama 15-30 menit.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Pada analisis univariat mendeskripsikan variabel menggunakan tabel distribusi frekuensi dan tabel tedensi sentral. Pada analisis bivariat mengunakan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antar dua variabel, eratan hubungan, arah hubungan dan signifikan atau tidaknya hubungan.

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Skor Self-Efficacy dan Kecemasan

No.

Variabel

p-value

1.

Self-Efficacy

0,029

2.

Kecemasan

0,011

Berdasarkan tabel 1 didapatkan nilai signifikansi (p) untuk skor selfefficacy adalah 0,029 dan kecemasan adalah 0,011. Hal ini menunjukkan nilai signifikansi self-efficacy p < α atau 0,029 < 0,05 yang berarti data tidak berdistribusi normal dan nilai signifikansi

kecemasan p < α atau 0,011 < 0,05 yang berarti data tidak berdistribusi normal.

Analisis yang digunakan untukk mengetahui   hubungan   self-efficacy

terhadap    kecemasan    mahasiswa

keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium dilakukan menggunakan uji korelasi non

parametris yaitu uji korelasi Spearman

Rank karena data self-efficacy dan kecemasan tidak berdistribusi normal.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di PSSKPN, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Variabel                          Frekuensi (n)               Persentase (%)

Usia (tahun)

18                                 16

19                              42

20                                3

26,2

68,9

4,9

Total               61

100

JenishKelamin

Laki-laki                              11

Perempuan                       50

18,0

82,0

Total               61

100

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, pada

bulan Juni, tahun 2019 berusia 19 tahun yaitu sebanyak 42 orang (68,9%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 orang (82,0%).

Tabel 3 Hasil Distribusi Self-Efficacy Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2018, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Variabel            Median

Varian          Minimal-Maksimal

Self-Efficacy             42,00

13,282                  35 - 54

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai median skor self-efficacy mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium

pada bulan Juni tahun 2019 adalah 42,00. Skor terendah yang diperoleh adalah 35 dan skor tertinggi 54.

Tabel 4 Gambaran Self-Efficacy Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2018, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Kategori               Skor

Frekuensi (n)          Persentase (%)

Rendah            < 42

26                     42,6

Tinggi              ≥ 42

35                      57,4

Jumlah

61                      100

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat

self-efficacy dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 35 orang (57,4%).

Tabel 5 Hasil Distribusi Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2018, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Variabel

Median

Varian

Minimal-Maksimal

Kecemasan

33,00

50,961

20 - 55

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai median skor kecemasan mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium

pada bulan Juni, tahun 2019 adalah 33,00. Skor kecemasan terendah adalah 20 dan skor tertinggi 55.

Tabel 6 Gambaran Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2018, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Kategori              Skor              Frekuensi (n)          Persentase (%)

Tidak cemas          < 29

11

18,0

Ringan

29 – 33

21

34,4

Sedang

33 – 38

15

24,6

Berat

> 38

14

23,0

Jumlah

61

100

Tabel 6 menunjukkan bahwa      kecemasan dalam kategori kecemasan

mayoritas responden memiliki tingkat      ringan yaitu sebanyak 21 orang (34,4%).

Tabel 7 Hubungan Self-Efficacy dengan Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2018 saat Menghadapi Ujian Praktik Laboratorium, Bulan Juni Tahun 2019 (n=61)

Variabel                N                 rs               p value

Self-Efficacy dengan             61             -   0,443               < 0,001

Kecemasan

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan ada hubunganyang signifikan sedang dan berpola negatif antara self-efficacy dengan kecemasan (rs = - 0,443 ; p value < 0,001 ; α = 0,05). Hal ini dilihat dari nilai koefisien korelasi yaitu (r) sebesar – 0,443 yang menyatakan kekuatan hubungan sedang dan arah hubungan negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium maka semakin rendah kecemasan mahasiswa keperawatan

angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini responden berada dalam kategori usia dari 18 tahun hingga 20 tahun. Bandura (1997) menyebutkan bahwa semakin tinggi usia seseorang, semakin banyak pengalaman yang dimiliki sehingga semakin tinggi pula self-efficacy yang dimiliki. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriati (2018) yang menjelaskan bahwa individu yang memiliki usia lebih tuaakan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam

hidupnya dibandingkan dengan individu yang memiliki usia lebihmuda, hal inijuga berkaitandengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.

Selain hal tersebut, semakin tinggi usia seseorang dapat mempengaruhi kematangan emosional seseorang. Ramaiah, (2007 dalam Jannah, 2019) menjelaskan bahwa kriteria diagnostik seseorang mengalami gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18 tahun atau lebih.

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jumlah ini dapat dipengaruhi oleh total seluruh mahasiswa keperawatan yang secara keseluruhan lebih banyak perempuan.

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kaplan, Sadock, dan Grebb (2010) menyatakan bahwa perempuan lebih sering mengalami kecemasan daripada laki-laki. Halini dikarenakan bahwa perempuan lebih sensitif dengan emosinya yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya.

Self-Efficacy merupakan suatu keyakinan individu atas kemampuan dirinya untuk mampu mengendalikan fungsi dirinya. Syah (2015) menyatakan hal yang dapat mempengaruhi pembelajaran pada mahasiswa keperawatan salah satunya adalah praktik laboratorium. Praktik laboratorium merupakan kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa keperawatan. Penelitian Zulfikar (2017) juga menyebutkan bahwa kelulusan dalam kompetensi praktik laboratorium dapat meningkatkan kesiapan praktik klinik mahasiswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Hal ini mungkin didapatkan karena

mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana sebelum menghadapi ujian sudah diberikan penjelasan materi (lecture) yang berhubungan dengan ujian praktik laboratorium yang akan diujiankan dan diberikan latihan praktik laboratorium (skill lab), sehingga dapat memberikan kesiapan untuk mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian praktik laboratorium.

Selain hal tersebut, mahasiswa keperawatan angkatan 2018 sudah pernah melakukan ujian praktik laboratorium sebelumnya, maka menyebabkan mahasiswa keperawatan memiliki nilai self-efficacy yang tinggi. Tinggi rendahnya skor tersebut dapat dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman yang didapatkan, tingkat kesulitan, dan keyakinan dari individu sendiri (Duarsa, 2019).

Pengalaman seseorang dalam melaksanakan ujian merupakan faktor lain yang dapat memengaruhi kemampuan belajar mahasiswa. Mahasiswa yang pernah mengikuti ujian sebelumnya, cenderung mampu melakukan ujian berikutnya dengan baik (Rafiki, 2017). Menurut Bandura (1997) salah satu hal yang mendasar yang dapat meningkatkan self-efficacy salah satunya adalah pengalaman pribadi dari individu tersebut, pengalaman keberhasilan yang telah banyak diperoleh ataupun pengalaman kegagalan yang diperoleh dapat meningkatkan self-efficacy. Feist dan Gregory (2011) juga menyatakan bahwa keberhasilan yang diperoleh individu dimasa lalu akan memperbesar kemungkinan untuk terulang keberhasilan dimasa kini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan memiliki tingkat kecemasan dalam kategori ringan saat menghadapi ujian praktik laboratorium.

Hal ini dikarenakan sebelum mahasiswa keperawatan angkatan 2018 menghadapi ujian praktik laboratorium, mahasiswa keperawatan melakukan belajar secara mandiri. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rafiki (2017) yang menjelaskan bahwa terjadinya kecemasan ringan dilatarbelakangi situasi ujian dapat teratasi dengan adanya sistem belajar mandiri mahasiswa sebelum ujian praktik laboratorium.

Belajar mandiri dengan sistem simulasi terbukti mengurangi stress mahasiswa yang pada akhirnya berpengaruh pada performa yang lebih baik ketika melakukan ujian. Menurut Colbert-Getz (2013, dalam Adji, 2019) menjelaskan bahwa mahasiswayang mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan ringan mempunyai performa dan prestasi yang lebih baik dibanding dengan mahasiswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang dan tinggi.

Kecemasan merupakan hal yang alamiah yang pernah dialami oleh setiap orang dan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi individu (Adji, 2019).

Kecemasan merupakan keadaan khawatir terhadap suatu situasi tertentu yang mengancam dan menyebabkan adanya ketidakpastian serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Agustiar dan Asmi (2010) mengatakan bahwa timbulnya kecemasan saat menghadapi ujian karena ujian dipersepsikan sebagai suatu yang sulit, menentang dan mengancam, individu memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang tidak sanggup atau tidak mampu mengerjakan ujian.

Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN, Universitas Udayana menunjukkanklbahwa ada hubungan antaraaaself-efficacy dengan kecemasan

mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Kekuatan hubungan pada penelitian ini sedang dan arah hubungan negatif antara self-efficacy dengan kecemasan, artinya semakin tinggi selfefficacy mahasiswa maka semakin rendah kecemasan mahasiswa.

Bandura (1997) menjelaskan bahwa self-efficacy sangat menentukan seberapa kuat usaha, kegigihan, keuletan yang dikerahkan seseorang dalam sebuah pekerjaan. Kecemasan merupakan terganggunya diri individu berupa ketakutan yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu yang akan terjadi dengan diikuti beberapa gangguan fisik maupun psikis. Permana, Harahap, dan Astuti (2016) menjelaskan bahwa mahasiswa sering mengalamijkecemasan ketika mahasiswa mengalami konflik dalam menghadapi persoalan akademik.

Konflik tersebut muncul akibat dari ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan oleh mahasiswa dan kenyataan yang terjadi pada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademik. Sehingga dalam hal ini mahasiswa merasatertekan dalam menyelesaikan persoalan akademik. Persoalan akademik tersebut dapat menimbulkan kecemasan (Permana, Harahap, dan Astuti 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2012) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat self-efficacy mahasiswa akan semakin menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah tingkat self-efficacy mahasiswa akan semakin meningkat kecemasan mahasiswa. Hartono juga menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi memiliki kemapuan sosial yang baik sehingga seseorang tersebut akan mudah melewati tantangan, sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy rendah merasa pesimis terhadap hasil yang akan dicapai.

Individu yang memiliki selfefficacy tinggi tidak mudah merasa terbebani, sedangkan individu yang memiliki self-efficacy rendah merasa segala sesuatu adalah ancaman. Zacacova (2005) (dalam Hartono, 2012) juga mengatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi situasi yang memberikan ancaman, hal tersebut dikarenakan selfefficacy mengatur kemampuan sosial dalam mengelola situasi yang sulit, bertahan dalam situasi penuh stressor, dan memberikan kepuasan sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Permana, Harahap, dan Astuti (2016) menjelaskan bahwa self-efficacy dengan kecemasan merupakandua variabel yang saling berkaitan, karena ketika seseorang yangmemiliki self-efficacy rendah dalam menyelesaikan persolan ujian maka seseorang tersebut dapat mengalami kecemasan. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi dalam menyelesaikan persoalan ujian maka seseorangtersebut tidak akan mengalamikecemasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Mayoritas responden pada penelitian ini berada pada rentang usia 19 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Nilai self-efficacy mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN memiliki nilai median yaitu 42,00. Skor terendah adalah 35 dan skorrr tertinggi 54. Self-efficacy mahasiswa keperawatan angkatan 2018 berada pada kategori tinggi. Nilai kecemasan mahasiswa keperawatan angkatan 2018 PSSKPN memiliki nilai median yaitu 33,00. Skor terendah adalah 20 dan skor tertinggi 55. Mayoritas mahasiswa keperawatan angkatan 2018 memiliki tingkat kecemasan dalammm kategori ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungann dengan kekuatan sedang dan berpola negatif antara self-efficacy

dengan     kecemasan     mahasiswa

keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecemasan mahasiswa keperawatan angkatan 2018 saat menghadapi ujian praktik laboratorium.

Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa     keperawatan     dapat

mempertahankan self-efficacy diri dalam mengikuti perkuliahan khususnya saat menghadapi ujian praktik laboratorium sehingga dapat meminimalkan terjadinya kecemasan saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Instansi pendidikan khususnya tempat penelitian yaitu PSSKPN Universitas Udayana dapat melakukan pemantauan mengenai kejadian kecemasan pada mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian praktik laboratorium sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengurangi kecemasan.

Penelitian ini juga diharapkan dapatjkmenjadi      acuan      untuk

menganalisis variabel-variabel lainnya seperti pengalaman keberhasilan dari orang lain dan emosional yang berhubungan dengan kecemasan mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian praktik laboratorium. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan     penelitiannnn     dan

pengambilan data pada saat mahasiswa keperawatan akan melakukan ujian praktik laboratorium. Lebih lanjut dapat dilakukan identifikasi alat ukur Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) untuk mendukung proses pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, D. S. (2016). Hubungan antara kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi ujian objective structured clinical examination (OSCE) terhadap skor OSCE. (Skripsi. tidak dipublikasikan):

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.       Diunduh      dari:

http://repository.umy.ac.id/bitstream/ha ndle/123456789/6434/11%20NASKAH %20PUBLIKASI.pdf?sequence=12&is Allowed=y. (diakses pada 10 Desember 2018).

Agustiar, W.,   & Asmi, Y. (2010).

Kecemasan menghadapi ujian nasional dan motivasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri “X” Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi.

Apriady, T., Yanis, A., & Yulistini. (2016).

Prevalensi ansietas menjelang ujian tulis pada mahasiswa Kedokteran Fk Unand tahap akademik. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3). (tidak dipublikasikan):

Fakultas Kedokteran Unand. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk a/article/viewFile/596/484.     (diakses

pada 10 Desember 2018).

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: WHhh Freeman Company.

Born, A., Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1997). Indonesian adaptation of the general self-efficacy scale. Diunduh dari: http://userpage.fuberlin.de/~health/indo nese.htm. (diakses pada 16 April 2019).

Dahlan, M. S. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,dan Multivariat, dilengkapi Aplikasii dengan Menggunakan SPSS. Seri 1 Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Deviyanthi, N. M. F. S., & Widiasavitri, P. N. (2016). Hubungan antara self- efficacy dengan kecemasan komunikasi dalam mempresentasikan      tugas      di

depan kelas. Jurnal psikologi Udayana, 3(2), 2354-5607.

Duarsa, H. A. P. (2019). Hubungan efikasi diri dengan tingkat kecemasan mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Tahun 2018. (Skripsi. tidak dipublikasikan): Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Diunduh                         dari:

http://digilib.unila.ac.id/55513/3/SKRIP SI%20TANPA%20BAB%20PEMBAH ASAN.pdf. (diakses pada 10 Maret 2019).

Feist & Gregory. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Fitriati, A. N. (2018). Hubungan Antara SelfEfficacy dengan Hasil Evaluasi Osca Mahasiswa    Prodi    Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Hartono, D. R. (2012). Pengaruh self-efficacy (efikasi diri) terhadap tingkat kecemasan mahasiswa      fakultas kedokteran

universitas sebelas maret. (Skripsi. tidak dipublikasikan):  Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh                         dari:

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/downl oad/29533/NjIyNTM=/Pengaruh-Self-Efficacy-Efikasi-Diri-Terhadap-Tingkat-Kecemasan-Mahasiswa-Fakultas-Kedokteran-Universitas-

Sebelas-Maret-abstrak.pdf.     (diakses

pada 24 Juni 2019).

Ifdil., & Annissa, D. F. (2016). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia (lansia). Ejournal konselor, 5(2). (tidak dipublikasikan):   Universitas Negeri

Padang.         Diunduh        dari:

ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/ar ticle/download/6480/5041.     (diakses

pada 10 Desember 2018).

Isrona, L., Amir, D. P., & Iryani, D. (2016). Hubungan tingkat kecemasan dalam menghadapi objective structured clinical examination (OSCE) dengan kelulusan OSCE pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(1). (Skripsi. tidak dipublikasikan):  Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk a/article/view/458. (diakses pada 10 Desember 2018).

Jannah, A. (2019). Hubungan antara efikasi diri dengan    kecemasan    mahasiswa

keperawatan saat osca. v (Skripsi. tidak dipublikasikan):     Program    Studi

Keperawatan      Fakultas      Ilmu

Keperawatan              Universitas

Muhammadiyah  Surakarta. Diunduh

dari: (diakses pada 19 Juni 2019).

Kaplan, H. I, Sadock, B. J, & Grebb, J. A. 2010.

Sinopsis psikiatri jilid 1. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Mirwanti., Anissa., & Suryani. (2018). Tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian berbasis computer based test. Jurnal ilmiah ilmu-ilmu kesehatan,    16(2). (tidak

dipublikasikan): Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung. Diunduh                         dari:

jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/med

isains/article/download/2522/2064. (diakses pada 10 Desember 2018).

Munadliroh, S. (2015). Gambaran penerapan metode pembelajaran klinik pada mahasiswa praktik klinik keperawatan di RSI sultan agung semarang. (Skripsi. tidak     dipublikasikan):     Fakultas

Kedoteran  Universitas Diponegoro.

Diunduh                         dari:

http://eprints.undip.ac.id/51955/2/SKRI PSI-SITIMUNADLIROH-22020111130099.pdf. (diakses pada 10 Februari 2019).

Nursalam. (2017). Buku metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Pamunkas, C. D. P. (2018). Penyesuaian diri ditinjau dari self-efficacy pada mahasiswa baru. (Skripsi. tidak dipublikasikan).     Diunduh     dari:

http://eprints.ums.ac.id/66040/11/NASK AH%20PUBLIKASI.pdf. (diakses pada 10 Maret 2019).

Permana, H., Harahap, F., & Astuti, B. (2016). Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi ujian pada siswa kelas ix di MTS Al Hikmah Bresbes. (Skripsi. tidak dipublikasikan).

Rafiki, D. M. (2017). Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping menghadapi objective structured clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.       (Skripsi.       tidak

dipublikasikan): Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.       Diunduh      dari:

http://repository.unjaya.ac.id/2203/2/D AENG%20MUHAMMAD%20RAFIKI _2213080_pisah.pdf. (diakses pada 10 Desember 2018).

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syah, M. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Syarifah, S. N. (2013). Gambaran tingkatan kecemasan mahasiswa keperawatan saat menghadapi ujian skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. (Skripsi. tidak dipublikasikan): Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. (diakses pada 10 Desember 2018).

Yodyanti, I. R. A. (2018). Hubungan self-efficacy dengan tingkat kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan

semester 4 FIKES UMP. (Skripsi. tidak dipublikasikan).

Zulfikar, M. S. (2017). Pengaruh penerapan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination) terhadap kesiapan praktik mahasiswa. Journal Umm, 8,

177–183.

296

Volume 9, Nomor 3, Juni 2021