HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK X NEGARA
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK X NEGARA
Gede Surya Adi Pratama1, I Made Suindrayasa 2, Meril Valentine Manangkot 3 1,2,3Program Studi Sarjana Keperawatn dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]
Abstrak
Pengetahuan seksual pranikah merupakan segala sesuatu yang diketahui mengenai tindakan seksual sebelum menjalin ikatan pernikahan. Pengetahuan seksual pranikah remaja yang kurang akan membuat remaja salah dalam bersikap dan berperilaku seksual yang tidak baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan seksual pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMK Negeri X Negara. Jenis dari penelitian ini adalah deskripstif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan total sampling. Sampel terdiri dari 100 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui skor pengetahuan seksual pranikah dan perilaku seksual. Berdasarkan uji Korelasi Spearman didapatkan p value = 0,005 dan r = -0,277. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan seksual pranikah dengan perlaku sksual remaja, dengan arah hubungan negatif dan kekuatan korelasi lemah. Semakin baik pengetahuan seksual pranikah maka semakin rendah risiko remaja untuk berperilaku seksual yang menyimpang. Namun masih ada beberapa faktor lain yang berpengaruh pada perilaku seksual selain pengetahuan. Diharapkan para siswa mencari informasi mengenai seksualitas dengan benar dan dari sumber yang terpercaya agar dapat terhindar dari perilaku seksual yang menyimpang.
Kata kunci: Pengetahuan seksual pranikah, perilaku seksual, remaja
Abstract
Premarital sexual knowledge is informatian about sexual before marriage. Inadequate adolescents understanding about premarital sex may lead to inappropriate sexual behavior. This study aims to determine the corelation between premarital sexual knowledge and adolescent sexual behvior in SMK Negeri X Negara. This research is a descriptive correlative study with cross sectional aproach. The sample consisted of 100 students selected by total sampling. Data collected with a questionnaire to determin the score of premarital sexual knowledge and sexual behavior. Based on the Spearman Correlation test obtained p value = 0.005 (α ≤ 0.05) and r = -0.277. It can be concluded that there is a corelation between premarital sexual knowledge and adolescent sexual behavior with the direction of a negative relationship and the strength of the two variable is statistically weak. The better premarital sexual knowledge, the lower the risk of adolescents to inappropriate sexual behavior. But there are still other factors that influence sexual behavior besides knowledge. It is expected that students seek information about sexuality correctly and from trusted sources to avoid inappropriate sexual behavior.
Keywords: Adolencent, premarital sexual knowledge, sexual behavior
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya peralihan dari masa kanak-anak menuju kedewasaan. Masa remaja begitu rentan akan pengaruh-pengaruh dari luar yang bisa mengubah perilaku individu tersebut (Kasim, 2014). Remaja dapat dibedakan berdasarkan tahap perkembangannya menjsdi tiga kelompok, yaitu remaja awal dari umur 10 sampai 13 tahun, remaja pertengahan dari umur 14 sampai 16 tahun, dan remaja akhir dari umur 17 sanpai 19 tahun (WHO, 2014). Remaja pertengahan merupakan tahap yang paling rentan mengalami masalah karena cenderung sangat membutuhkan teman, berada dalam kondisi kresahan dan kbingungan karena pertentangan yang terjadi dalam dirinya, ingin mencoba hal-hal yang tidak/belum diketahui, dan berkeinginan menjelajah ke sekitarnya. Sifat inilah yang menjadikan remaja pertengahan rentan untuk melakukan perilaku berisiko (Putro, 2017).
Salah satu cara agar remaja terhindar dari perilaku berisiko adalah dengan memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan diperlukan sebagai dasar dalam membentuk perilaku dari remaja, sehingga pengetahuan merupakan salah satu faktor yang membentuk perilaku remaja (Notoatmodjo, 2010).
Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki seorang remaja adalah pengetahuan seksual pranikah. Pengetahuan seksualitas yang baik dapat membimbing seseorang menuju perilaku seksual yang baik, begitu pula sebaliknya (Sebayang, Sidabutar, & Gultom, 2018). Perilaku seksual remaja yang menyimpang akan mengarah kepada perilaku seksial pranikah. Perilaku seksual pranikah merupakan semua tingkah laku dan perbuatan yang berhubungan dengan seksualitas yang dilakukan sebelum terjalinnya ikatan pernikahan (Soebagijo, 2011).
Menurut Depkes (2015), di Indonesia 5,26% pelajar telah melakukan hubungan intim sebelum menjalin ikatan pernikahan.
Sebesar 1,22% melakukannya dengan multipartner. Umumnya laki-laki lebih banyak mengatakan pernah berhubungan intim sebelum menikah dibandingkan perempuan. Alasannya karena penasarn/ingin tahu dengan persentase 57,5% laki-laki, terjadi begitu saja dengan persentase 38% perempuan dan terpaksa karena diminta pasangannya dengan persentase 12,6% perempuan.
Merurut penelitian Rahyani, Utarini, Wilopo, & Hakimi (2012), 4,26% remaja di Bali mengaku sudah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangannya. Pada bulan September 2018 Bali dihebohkan dengan beredarnya video asusila yang diduga diperankan oleh siswa dari SMK Negeri X Negara (Tribun Bali, 2018). Hal ini mencerminkan perilaku seksual remaja yang kurang baik dari beberapa remaja di Bali khususnya di Jembrana.
Hasil studi pendahuluan di SMK Negeri X Negara didapatkan semua dari 10 siswa sudah pernah berpacaran dan menonton film porno, delapan dari 10 siswa pernah melakukan cium pipi, tujuh dari 10 siswa pernah melakukan ciuman bibir, dua dari 10 siswa sudah pernah meraba bagian sensitif pasangannya, dan dua dari 10 siswa pernah melakukan hubungan seksual.
Penelitian mengenai perilaku seksual remaja memang telah dilakukan diberbagai daerah. Namun penelitian-penelitian tersebut sebagian besar dilakukan pada siswa SMA dan jarang pada siswa SMK yang memiliki pengetahuan dan karakteristik yang berbeda. Hal itu karena siswa SMK memang tidak mendapatkan pelajaran mengenai sistem reproduksi di sekolah. Siswa SMK juga memiliki pergaulan yang berbeda karena menjalani training di hotel ataupun restoran yang sebagian besar diisi oleh turis dari luar negeri yang memiliki budaya seksual yang lebih bebas. Hal tersebut dapat berdampak terhadap sudut pandang siswa mengenai seksualitas. Berdasarkan uraian masalah yang telah disampaikan, penulis ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan
seksual pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMK Negeri X Negara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatif dengan pendekatan menggunakan cross sectional. Penelitian ini dinyatakan lulus kelayakan etik dengan nomor etik 1761/un14.2.2.VII.14/LP/2019. Populasi mengambil siswa kelas X Akomodasi Perhotelan (AP) SMK Negeri X Negara
dengan jumlah 108 siswa. Teknik Total Sampling digunakan untuk mengambil sampel dari populasi. Jumlah sampel adalah 100 siswa yang hadir pada saat pengambilah data. Delapan siswa drop out karena absen pada saat pengisian kuesioner. Data pengetahuan seksual pranikah dan perilaku seksual dikumpulkan melalui kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas di salah satu SMK yang memiliki karakteristik yang serupa.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Seksual Pranikah di SMK Negeri X Negara
Variabel Pengetahuan Frekuensi (n) Seksual Pranikah |
Persentase (%) |
Kurang 2 Cukup 40 Baik 58 |
2,0 40,0 58,0 |
Jumlah 100 |
100 |
Berdasarkan hasil tabel 1 dari 100 siswa memiliki pengetahuan seksual pranikah
yang menjadi responden, paling banyak yang baik dengan persentase 58,0%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Seksual Remaja di SMK Negeri X Negara
Variabel Perilaku |
Frekuensi (n) |
I Persentase (%) |
Seksual | ||
Tidak Baik |
25 |
25,0 |
Baik |
75 |
75,0 |
Jumlah |
100 |
100 |
Berdasarkan hasil tabel 2 dari 100 |
siswa |
memiliki perilaku seksual yang baik |
yang menjadi responden, paling banyak |
dengan persentase 75,0 |
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Seksual Pranikah dengan Perilaku Seksual Remaja di SMK Negeri X Negara
Pengetahuan Seksual Pranikah |
Perilaku Seksual Remaja |
Koefisien Korelasi (r) |
Hasil Uji Korelasi Spearman | |||||
Baik |
Tidak Baik |
Total | ||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% | |||
Kurang |
1 |
1,0 |
1 |
1,0 |
2 |
2,0 |
-0,277 |
0,005 |
Cukup |
25 |
25,0 |
15 |
15,0 |
40 |
40,0 | ||
Baik |
49 |
49,0 |
9 |
9,0 |
58 |
58,0 | ||
Jumlah |
75 |
75,0 |
25 |
25,0 |
100 |
100,0 |
*Tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, nilai p < 0,05
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis antara pengetahuan seksual pranikah dengan perilaku seksual remaja bahwa ada sebanyak 49 siswa (49,0%) yang mendapatkan skor baik pada pengetahuan
seksual pranikah memiliki perilaku seksual yang baik, dan 9 siswa (9,0%) memiliki perilaku seksual tidak baik. Sebanyak 25 siswa (25,0%) yang mendapatkan skor pengetahuan seksual pranikah cukup
memiliki perilaku seksual yang baik, dan 15 siswa (15,0%) memiliki perilaku seksual tidak baik. Sebanyak satu siswa (1,0%) yang mendapatkan skor pengetahuan seksual pranikah kurang memiliki perilaku seksual baik, dan satu siswa (1,0%) memiliki perilaku seksual tidak baik.
Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p = 0,005 yang berarti H0 ditolak sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara pengetahuan seksual pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMK Negeri X Negara. Nilai korelasi (r) = -0,277 yang berarti semakin tinggi skor pengetahuan seksual pranikah yang didapat maka semakin rendah risiko remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 siswa menggunakan kuesioner pengetahuan seksual pranikah menunjukkan paling banyak memiliki pengetahuan seksual pranikah yang baik sebanyak 58 (58,0%). Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa pernah mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asiah (2016), penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja.
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan seksual pranikah, soal yang paling banyak salah adalah soal yang membahas mengenai jenis-jenis perilaku seksual. Hal ini mencerminkan kebanyakan siswa masih belum paham mengenai perilaku-perilaku yang termasuk dalam perilaku seksual. Hal tersebut memungkinkan remaja melakukan tindakan seksual tanpa tahu jika hal tersebut merupakan perilaku seksual. Oleh karena itu diperlukan Pendidikan kesehatan yang lebih menekankan pada jenis-jenis perilaku seksual agar siswa dapat menghindari melakukan perilaku tersebut.
Perilaku Seksual Remaja di SMK Negeri X Negara dari hasil analisa data didapatkan
bahwa dari 100 siswa yang menjadi responden, sebagian besar memiliki perilaku seksual yang baik sebanyak 75,0%. Sebagian besar yang memiliki perilaku baik adalah siswa dengan pengetahuan seksual pranikah yang baik sebanyak 49,0%. Hal ini sejalan dengan penelitian Kartika dan Kamidah (2013) yang menyatakan semakin baik pengetahuan remaja maka semakin rasional perilaku seksual pranikah remaja.
Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak sembilan siswa siswa yang memiliki pengetahuan seksual pranikah baik memiliki kategori perilaku seksual yang tidak baik, dan satu siswa dengan pengetahuan sksual dalam kategori kurang namun memiliki perilaku seksual dalam kategori yang baik. Hal ini menunjukkan jika perilaku seksual mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya selain pengetahuan. Hal trsebut sesuai dengan Sarwono (2010) yang mengatakan perilaku seksual dipngaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi kepribadian, motif, sikap, dan pengetahuan, dan faktor eksternal yaitu lngkungan pergaulan, keluarga, dan teknologi.
Hasil karakteristik yang juga ditunjukkan dari penelitian ini adalah kebanyakan siswa yang memiliki perilaku seksual tidak baik adalah laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rosdani, Dasuki, dan Waluyo (2015) yang menyimpulkan jenis kelamin berpengaruh pada perilaku seksual pranikah. Remaja laki-laki mempunyai peluang sebesar 1,4x lebih besar untuk berperilaku seksual yang menyimpang. Hal tersebut juga sesuai dengan dengan penelitian dari Mahmudah, Yaunin, dan Lestari (2016) yang mengatakan bahwa risiko seksual pranikah lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Hal tersebut karena laki-laki memiliki kecenderungan lebih bebas disbanding remaja perempuan.
Berdasarkan hasil kuesioner perilaku seksual, ternyata 38 siswa (38,0%) pernah berciuman bibir, 13 siswa (13,0%) pernah meraba alat kelamin pasangannya, 36 siswa
(36,0%) menyatakan pernah berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual, dan 9 siswa (9,0%) pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Namun dua siswa perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual menyatakan tidak pernah berkeinginan untuk berhubungan seksual. Hal ini terjadi mungkin karena mereka dipaksa oleh pasangannya.
Selain itu, hasil dari kuesioner perilaku seksual menunjukkan 73 siswa (73,0%) menyatakan pernah menonton film porno. Hal ini menunjukkan bahwa film porno sangat mudah diakses oleh kalangan remaja. Sesuai dengan Soebagijo (2011) yang menyatakan pornografi dapat dijangkau dengan sangat mudah oleh siapapun termasuk remaja.
Berdasarkan hasil yang didapatkan, hampir seluruh siswa yang memilki pengetahuan seksual pranikah baik memiliki perilaku seksual yang baik. Selain itu, hasil uji korelasi antara variabel pengetahuan seksual pranikah dan perilaku seksual remaja di SMK Negeri X Negara didapatkan hasil p value = 0,005. Hal ini menandakan ada hubungan antara pengetahuan seksual pranikah dan perilaku seksial remaja di SMK Negeri X Negara.
Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan nilai r = -0,277 dan R2 sebesar 0,077. Hal tersebut berarti kekuatan hubungan lemah dan sebanyak 7,7% perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh pengetahuan seksual pranikah. Didapatkan arah hubungan negatif karena pada variabel pengetahuan seksual pranika, semakin besar skor maka semakin baik pengetahuan seksual pranikah. Sedangkan pada variabel perilaku seksual semakin kecil skor yang didapat maka akan semakin baik perilaku seksualnya. Jadi arah hubungan negatif berarti semakin tinggi pengtahuan seksual maka akan semakin baik dalam berperilaku seksual atau sebaliknya, semakin kurang pengetahuan seksualnya maka semakin tidak baik perilak seksualnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitiannya Sari (2014) mengatakan bahwa adanya hubungan pengetahuan
mengenai seksual pranikah dan perilaku seksual remaja dengan hasil dari p value = 0,005. Hal yang serupa diungkapkan oleh penelitian dari Pratama, dkk (2014) yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan remaja tentang seksualitas dengan perilaku seksual remaja.
Pengetahuan seksual pranikah yang diterima dari sumber yang benar dapat menjadi dasar bagi remaja dalam berperilaku khususnya perilaku seksual. Menurut Amrillah, Prasetyaningrum, & Hertinjung (2016), remaja yang tahu risiko dan konsekuensi berhubungan seksual sebelum menikah cenderung sangat hati-hati dan bertanggung jawab trhadap perilaku yang dilakukannya. Hal ini berarti remaja yang tidak mempunyai pengetahuan seksual pranikah yang baik akan memiliki peluang untuk berperilaku seksual pranikah (Maryatun, & Purwaningsih, 2012).
Pemahaman tentang seksualitas merupakan hal yang perlu diketahui untuk menghindari perilaku seksual yang menyimpang. Kurangnya pemahaman tentang seksualitas sangat merugikan maik bagi remaja ataupun keluarganya (Maryatun, & Purwaningsih, 2012). Hal itu dikarenakan pada masa ini remaja sedang mengalami perkmbangan yang penting untuk masa depan remaja itu sendiri (Sari, 2014).
Namun ironisnya tidak sedikit remaja yang tidak mengetahui cara untuk mendapatkan informasi yang valid terkait seksualitas dan menganggap hal tersebut tabu (Yafie, 2017). Hal ini didukung dengan penelitian Aras, Semin, Gunay, & Ozan (2017) yang menyatakan bahwa remaja yang tidak mengetahui cara mendapatkan informasi tentang seksualitas akan menganggap bicara mengenai seksualitas itu merupakan hal yang tabu sehingga semakin jarang untuk melakukan diskusi mengenai seksual pranikah dengan orang yang tepat.
Berdasarkan hasil studi ini disimpulkan bahwa perilaku seksual remaja tidak hanya dipengruhi oleh pengtahuan seksual pranikah, ada faktor-faktor lain seperti
kepribadian, motif, sikap, lingkungan pergaulan, keluarga, dan teknologi (Sarwono, 2010). Oleh karena itu, selain menanamkan pengetahuan seksual pranikah sejak dini, remaja juga harus memiliki kepribadian, motif, sikap, lingkungan pergaulan, keluarga, dan media yang terkontrol agar dapat terhindar dari perilaku seksual pranikah yang menyimpang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengetahuan seksual pranikah dapat menjadi dasar dan tolak ukur remaja untuk berperilaku khususnya dalam perilaku seksual. Hasil uji Korelasi Spearman mendapatkan nilai p value = 0,005 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan seksual pranikah dengan perilaku seksual remaja di SMK Negeri X Negara. Nilai r = -0,277 berarti tingkat korelasi lemah dan arah hubungannya negatif. Arah hubungan negatif artinya semakin baik pengetahuannya mengenai seksual pranikah maka semakin rendah risiko remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang.
Bagi Siswa disarankan agar mencari informasi mengenai seksualitas dengan benar dan dari sumber yang terpercaya agar para siswa lebih memahami mengenai seksualitas dengan benar. Bagi sekolah disarankan membuat sebuah program untuk mendatangkan petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai seksualitas pada siswa setidaknya setahun sekali. Bagi peneliti yang ingin meneliti mengenai perilaku seksual remaja dapat mempertimbangkan faktor-faktor lainnya seperti kepribadian, motif, sikap, lingkungan pergaulan, keluarga, dan teknologi. Selain itu, disarankan untuk menggunakan kuesioner online melalui smartphone agar tidak bisa dilihat oleh orang lain. Hal tersebut dilakukan agar responden menjadi lebih nyaman untuk mengisi kuesioner dengan jujur sehingga memperoleh hasil yang lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA
Aras, S., Semin, S., Gunay, T., & Ozan, S.
(2017). Sexual Attitudes and RiskTaking Behaviors of High School Student in Turkey. J Sch Health. Vol 77(7). P 359-366
Asiah, N. (2016). Pengruh Penyuluhan Dalam Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Pengurus Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa UHAMKA. Jurnal Arkesmas. Vol 1(2). P 97-101
Departemen Kesehatan. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Kartika, R, C., & Kamidah. (2013).
Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa Kelas XI di SMA Colomadu. Jurnal Gaster. Vol 10(1). P 77-84
Kasim, F. (2014). Dampak Perilaku Seksual Berisko terhadap Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanganannya. Jurnal Study Pemuda. Vol 3(1). P 39-48
Mahmudah., Yaunin, Y., & Lestri, Y.
(2016). Faktor-fktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 5(2). P 448-455
Maryatun, & Purwaningsih, W (2012). Hubungan Pengetahuan dan Peran Keluarga dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Anak Jalanan di Kota Surakarta. Jurnal Gaster. Vol 9(7). P 22-29
Notoatmodjo, S. (2010) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rneka Cipta
Putro, K, Z. (2017). Memahami Ciri-ciri dan Tugas Perkmbangan Masa
Remaja. Jurnal Aplikasia. Vol 17(1). P 25-32
Rahyani, K, Y., Utarini, A., Wilopo, S, A., & Hakimi, M (2012). Perilaku Seks Pranikah Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7(4). P 180-185
Rosdarni., Dasuki, D., & Walyo, S, D. (2015). Pengaruh Faktor Personal terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 9(3). P 214-221
Sari, D, N. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Seksual Pranikah dengan Perilaku Seksual. Jurnal Obstretika Scientia. P 1-6
Sarwono, S, W (2010). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafndo Persada
Sebayang, W., Sidabutar, E, R., & Gultom, D, Y. (2018). Perilaku Seksual Remaja. Yogyakarta : CV Budi Utama
Soebagijo, A. (2011). Pornografi : Dilarang Tapi Dicari. Jakarta : Gema Insani
Tribun Bali. (2018). Video Mesum Pelajar SMK Jembrana Viral, Polisi: Kedua Pemeran Video Mesum Bisa Saja Jadi Tersangka. 2 September 2018
World Health Organization. (2014). Adolescent Health. Retrieved from : http://www.who.int/topics/adolescen t_health/en/. Diakses pada 4 Oktober 2018
Yafie,E. (2017). Peran Orang Tua dalam Memberkan Pendidikan Seksualitas Anak Usia Dini. Jurnal Children Advisory Research and Eduction. Vol 4(2). P 18-30
286
Volume 9, Nomor 3, Juni 2021
Discussion and feedback