PENGETAHUAN PEMANDU WISATA TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN WISATA AIR DI WILAYAH TANJUNG BENOA
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
PENGETAHUAN PEMANDU WISATA TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN WISATA AIR DI WILAYAH TANJUNG BENOA
Ni Luh Ari Sriwandayani1, Ni Luh Putu Eva Yanti*1, Ida Arimurti Sanjiwani1 1 Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis: [email protected]
ABSTRAK
Wisata watersport adalah kegiatan wisata di bawah atau di dalam air dengan menggunakan sarana dan prasarana wisata. Wisata watersport termasuk wisata yang bersifat ekstrim dan berbahaya karena dapat menimbulkan bahaya fisik. Pengetahuan pertolongan pertama yang tepat diperlukan oleh pemandu wisata air untuk mengurangi mortalitas dan morbilitas korban kecelakaan karena tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap teknik penanganan korban kecelakaan sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di watersport Tanjung Benoa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dengan model pendekatan cross sectional. Banyak responden sejumlah 127 orang, dipilih dengan teknik stratified random sampling. Analisis data bivariat dilakukan dengan uji Gamma. Hasil Penelitan didapatkan bahwa lama bekerja (p =0,000, r = 0,51) dan pengalaman pelatihan (p=0,006. R=0,42) memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan pertolongan pertama. Sedangkan usia, tingkat pendidikan dan sumber informasi tidak berhubungaon secara signifikan terhadap pengetahuan pertolongan pertama (p>0,05). Peneliti merekomendasikan agar pihak perusahaan watersport melakukan pelatihan mengenai teknik pertolongan pertama secara berkala bagi pemandu wisata air.
Kata kunci: pemandu wisata air, pertolongan pertama pada kecelakaan, tingkat pengetahuan, watersport
ABSTRACT
Watersport tourism is a tourist activity underwater using tourist facilities and infrastructure. Watersport tourism is tours that are extreme and dangerous because it can cause harm (physical hazard). Appropriate first aid knowledge is needed by watersport tour guides to reduce the mortality and morbidity of victims because the level of knowledge will affect the techniques of handling accident victims before being taken to the hospital. This study aimed to determine factors related to the knowledge level of tour guides about first aid in water tourism accidents at watersport Tanjung Benoa. This research was a descriptive correlational with a crosssectional design. The stratified random sampling technique was used to determine 127 respondents. Data were analyzed using the Gamma test. The results of this study showed that the length of work (p = 0,000, r = 0.51) and training experience (p = 0.006. R = 0.42) have a significant relationship with first aid knowledge. On the other hand age, level of education, and sources of information were not related significantly to first aid knowledge (p> 0.05). It’s recommended that the company of watersport conduct training on first aid techniques regularly for water tour guides.
Keywords: first aid in accidents, knowledge level, watersport, water tour guide
742
PENDAHULUAN
Pariwisata menjadi salah satu pendorong utama perekonomian dunia. Kedatangan dan penerimaan wisatawan internasional dapat meningkatkan perekonomian baik negara maju dan berkembang dari hasil pendapatan pariwisata (World Tourism Organization, 2019). Pada bulan Mei 2019 jumlah kunjungan wisatawan. mancanegara ke Indonesia mengalami kenaikan 1,10 % dibanding jumlah kunjungan pada Mei 2018. Kunjungan wisman dari bulan Januari sampai Mei 2019 ke Indonesia mencapai 6,37 juta kunjungan (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019).
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki kekayaan segala jenis biota laut dan luasnya mencapai 80 persen wilayah Indonesia (Kemenpar, 2013). Potensi kelautan Indonesia yang melimpah ini telah menempatkan posisi pariwisata maritim menjadi tujuan wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. (Dwi & Subekti, 2017). Wisata watersport merupakan kegiatan wisata di bawah atau di dalam air yang melibatkan beberapa tingkat aktivitas fisik dengan menggunakan sarana dan prasarana wisata (McClure et al., 2017). Wisata air watersport termasuk wisata yang bersifat ekstrim atau berbahaya sehingga sering menimbulkan bahaya fisik (physical hazard) seperti kram, patah tulang, luka dan tenggelam yang berujung pada kematian (WHO, 2003).
Hasil penelitian menjelaskan bahwa diantara anak – anak dan remaja yang bermain watersport seperti surfing, water sky dan snorkeling dengan cedera yang paling umum adalah patah tulang kemudian tenggelam dan luka laserasi (Buzzacott & Mease, 2018). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa jenis cedera yang paling umum ada di watersport adalah fraktur dan dislokasi yang terjadi pada ekstremitas, memar pada wajah dan dada serta laserasi. Beberapa orang juga mengalami aspirasi sehingga menyebabkan pneumonia (Kim et al, 2017).
Bali merupakan daerah tujuan wisata internasional dan lokal. Salah satu daya tarik wisatawan datang ke Bali adalah Wisata watersport. Bali saat ini
mempunyai 16 kawasan wisata watersport yang tersebar di seluruh Bali, salah satunya berlokasi di Tanjung Benoa (Souhuwat & Sukana, 2018). Wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal paling banyak ke tempat wisata yang menyediakan tantangan dan keunikan melalui aktivitas yang ada, salah satunya yaitu wisata Watersport Tanjung Benoa yang berlokasi di Nusa Dua (Widuri, 2017). Hasil studi pendahuluan menunjukkan jumlah rata – rata kunjungan wisatawan ke water sport wilayah Tanjung Benoa adalah 100 – 200 orang perhari.
Hasil studi pendahuluan di Klinik Bayu Suta yang merupakan klinik yang dimiliki oleh salah satu watersport di Tanjung Benoa didapatkan bahwa dari bulan Januari sampai bulan November 2019 ada sebanyak 265 orang wisatawan yang tercatat mengalami cedera akibat bermain wahana watersport. Cedera yang sering terjadi adalah luka, dislokasi, fraktur, strain dan sesak napas.
Faktor yang dapat menentukan keputusan wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mendatangi suatu objek wisata adalah kenyamanan dan keamanan dari tempat wisata yang dikunjungi (Khalik, 2014). Pada umumnya di objek wisata tertentu terdapat kejadian gawat darurat yang berisiko terhadap kesehatan pelaku wisata. Kejadian gawat darurat sulit diprediksi kapan terjadinya dan berlangsung secara cepat dan tiba – tiba sehingga harus dibentuk mekanisme bantuan kepada korban untuk mengurangi kecacatan dan kematian tersebut dengan mempunyai pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan (Anwar, 2014).
Pertolongan pertama yang cepat dan tepat di tempat wisata dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas sehingga pemandu wisata watersport perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat. dalam melakukan pertolongan pertama 743
sebelum dirujuk ke Rumah Sakit. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap cara penanganan korban kecelakaan. Pengetahuan yang baik tentang pertolongan pertama kecelakan akan berpeluang menyelamatkan korban dan mengurangi cedera yang lebih parah pada korban (Halajur, 2018).
Berdasarkan uraian tersebut pemahaman pertolongan pertama pada kecelakaan sangat diperlukan. Oleh karena
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional dan model pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemandu wisata watersport yang berada di 10 perusahaan watersport yang berjumlah 182 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 127 orang. Kriteria inklusi penelitian yaitu staff water sport yang berhubungan dengan pemandu dalam melakukan permainan wahana air, mampu membaca dan menulis serta bersedia menjadi responden. Libur/cuti kerja selama penelitian dilakukan menjadi kriteria ekslusi dalam penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan jenis data primer yaitu data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang memiliki beberapa pertanyaan tentang pengetahuan pertolongan pertama kepada pemandu wisata watersport di wilayah Tanjung Benoa. Pernyataan pada kuesioner menggunakan skala guttman yang mengandung pernyataan positif dan negatif dengan menggunakan jawaban
itu peneliti melakukan penelitian terkait dengan topik faktor - faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata. tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air di Wilayah Tanjung Benoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata. tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air di wilayah Tanjung Benoa.
“benar” dan “salah”. Pada penelitian ini dipakai uji validitas terpakai dengan item yang valid yaitu 25 item pernyataan dan nilai Alpha Cronbach = 0,63. Setiap responden memiliki waktu 30 menit untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner.
Pada penelitian ini semua data termasuk kedalam data ketegorik sehingga dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk menggambarkan distribusi frekuensi untuk menggambarkan presentase dan proporsi. Uji analisis bivariat yang digunakan adalah menggunakan uji korelasi Gamma untuk menilai ada tidaknya hubungan dari setiap variabel. Uji Gamma digunakan karena semua data termasuk skala kategorik (ordinal). Data dianalisis menggunakan bantuan komputer dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Pengukuran nilai korelasi dan kekuatan korelasi didapat dengan melihat nilai koefisien korelasi (r). Penelitian ini telah mendapat surat laik etik dari Komisi Etik Penelitan FK Unud/RSUP Sanglah Denpasr dengan nomor kelaikan etik 410/UN14.2.2.VII.14/LP/2020.
744
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian (n=127)
No |
Variabel |
Frekuensi (N) |
Persentase (%) |
1. |
Usia Remaja Akhir (17-25 tahun) |
44 |
34,6 |
Dewasa (26-45 tahun) |
72 |
56,7 | |
Lansia Awal (46 – 55 tahun) |
11 |
8,7 | |
Total |
127 |
100 | |
2. |
Tingkat Pendidikan SD |
9 |
7,1 |
SMP |
28 |
22,0 | |
SMA |
85 |
66,9 | |
Perguruan Tinggi |
5 |
3,9 | |
Total |
127 |
100 | |
3. |
Lama Bekerja < 5 tahun |
63 |
49,6 |
5 – 10 tahun |
32 |
25,2 | |
>10 tahun |
32 |
25,2 | |
Total |
127 |
100 | |
4. |
Pengalaman Pelatihan Pernah |
54 |
42,5 |
Tidak Pernah |
73 |
57,5 | |
Total |
127 |
100 | |
5. |
Sumber informasi mengenai pertolongan pertama Media Cetak |
24 |
18,9 |
Media Elektronik |
77 |
60,6 | |
Media Cetak dan Elektronik |
26 |
20,5 | |
Total |
127 |
100 | |
6. |
Tingkat Pengetahuan Baik |
57 |
44,9 |
Cukup |
63 |
49,6 | |
Kurang |
7 |
5,5 | |
Total |
127 |
100 |
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas usia pemandu wisata air yaitu usia dewasa (26-15 tahun) berjumlah 72 orang (56,7%) dengan jenis kelamin laki – laki berjumlah 105 orang (82,7%). Pendidikan terakhir pemandu wisata air sebagian besar adalah SMA berjumlah 85 orang (66,9%), mayoritas lama bekerja responden sebagai pemandu wisata air di watersport adalah kurang dari lima tahun yang berjumlah 63 orang (49,6%). Sebanyak 73 orang pemandu wisata air
(57,5%) tidak pernah mengikuti pelatihan pertolongan pertama maupun pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Sumber informasi mengenai pertolongan pertama tentang kecelakaan mayoritas bersumber dari media elektronik sebanyak 77 orang (60,6%). Tingkat pengetahuan pemandu wisata air tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air mayoritas memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 63 orang (49,6%).
745
Tabel 2. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Lama Bekerja, Pengalaman Pelatihan, Sumber Informasi dengan Tingkat Pengetahuan Responden (n=127)
Tingkat Pengetahuan |
Total |
r |
p value | |||||||
Baik |
Cukup |
Kurang | ||||||||
N |
% |
n |
% |
n |
% | |||||
Usia |
Remaja Akhir |
14 |
31,8 |
27 |
61,4 |
3 |
6,8 |
44 | ||
Dewasa |
38 |
52,8 |
31 |
43,1 |
3 |
4,2 |
72 |
-0,2 6 |
0,078 | |
Lansia Awal |
5 |
45,5 |
5 |
45,5 |
1 |
9,1 |
11 | |||
Total |
57 |
44.9 |
63 |
49,6 |
7 |
5,5 |
127 | |||
SD |
3 |
33.3 |
6 |
66,7 |
0 |
0 |
9 | |||
Tingkat |
SMP |
14 |
50 |
12 |
42,9 |
2 |
7,1 |
28 |
- | |
pendidikan |
SMA |
36 |
42,4 |
44 |
51,8 |
5 |
5,9 |
85 |
0,0 |
0,67 |
Perguruan Tinggi |
4 |
80 |
1 |
20 |
0 |
0 |
5 |
6 | ||
Total |
57 |
44,9 |
63 |
49,6 |
7 |
5,5 |
127 | |||
Lama Bekerja |
< 5 tahun |
20 |
31,7 |
37 |
58,7 |
6 |
9,5 |
63 | ||
5-10 tahun >10 tahun |
13 24 |
40,6 75 |
19 7 |
59,4 29,1 |
0 1 |
0 3,1 |
32 32 |
0,5 1 |
0,000 | |
Total |
57 |
44,9 |
63 |
49,6 |
7 |
5,5 |
127 | |||
Pengalaman |
Pernah |
31 |
57,4 |
22 |
40,7 |
1 |
1,9 |
54 |
0,4 2 | |
Pelatihan |
Tidak Pernah |
26 |
35,6 |
41 |
56,2 |
6 |
8,2 |
73 |
0,006 | |
Total |
57 |
44,9 |
63 |
49,6 |
7 |
5,5 |
127 | |||
Sumber |
Media Cetak |
6 |
25 |
16 |
66,7 |
2 |
8,3 |
24 | ||
informasi |
Media Elektronik |
43 |
55,8 |
32 |
41,6 |
25 |
2,6 |
77 |
- | |
Media cetak dan elektronik |
8 |
30,8 |
15 |
57,7 |
3 |
11,5 |
26 |
0,0 2 |
0,89 | |
Total |
57 |
44,9 |
63 |
49,6 |
7 |
5,5 |
127 |
*Uji gamma; tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, nilai p > 0,05
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air (r = -0,26 p = 0,078), antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama kecelakaan wisata air tidak memiliki hubungaan yang signifikan (r = -0,06, p = 0,67), ada hubungan yang signifikan kuat yang berpola positif antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air (r =
0,51 p = 0,000), ada hubungan yang signifikan sedang yang berpola positif. antara pengalaman pelatihan dengan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan. pertama pada kecelakanan wisata air (r = 0,42 p = 0,006), tidak memiliki hubungann yang signifikan antara media masa dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air (r = -0,02 p = 0,89). faktor yang memiliki hubungan yang paling kuat adalah variabel lama bekerja sebagai pemandu wisata air dengan (r) = 0,51.
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik penelitian ini mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan wisata air di wilayah Tanjung Benoa. Hal ini didukung oleh penelitian Alfi (2016) membahas mengenai pengetahuan masyarakat tentang
746
pertolongan pertama. pada kecelakaan yang mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan berdasarkan karakteristik demografi masyarakat menurut usia.
Tidak adanya hubungan. antara usia dengan tingkat pengetahuan. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia belum tentu mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi. Pemandu wisata air yang sering menemukan dan melihat kejadian kecelakaan akan mempunyai motivasi untuk mencari sumber informasi mengenai teknik pertolongan yang akan dilakukan baik melalui tenaga kesehatan, teman sebaya, internet dan media sosial. Fitriani (2015) menyatakan bahwa lingkungan sosial seperti teman sebaya, keluarga dan aktivitas dalam masyarakat memberikan dampak terhadap kegiatan belajar baik itu dampak baik atau dampak buruk. Lingkungan sosial juga berdampak pada hasil yang dicapai dalam proses memperoleh pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan. dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama. pada kecelakaan wisata air di wilayah Tanjung Benoa. Penelitian ini bertolak belakang dengan. pernyataan yang dikemukakan oleh (Asdiwinata et al., 2019) yang menyatakan pendidikan berkontribusi terhadap pengetahuan masyarakat dalam menjalankan suatu tindakan karena jenjang pendidikan yang tinggi umumnya akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
Tidak ditemukannya hubungan yang signifikan. antara tingkat pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dikarenakan pendidikan formal tidak menjadi satu – satunya acuan atau sumber informasi mengenai pengetahuan tentang pertolongan pertama. Proporsi tingkat pendidikan terakhir pemandu wisata air terhadap tingkat pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan yang
menunjukkan bahwa pemandu wisata air dengan pendidikan SMP cenderung memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak (50%) dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMA (42,4%).
Tingkat pendidikan formal tersebut tidak ada yang menjelaskan secara spesifik mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air. Sehingga pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air didapatkan dengan mengikuti pendidikan informal seperti mengikuti seminar, mengikuti pelatihan ataupun pengalaman. Kholid (2014) yang menyatakan bahwa pengalaman individu dan pengalaman orang lain dapat dijadikan sumber dalam memperoleh pengetahuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air. Penelitian yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh Rahmah dan Setyawan (2019) menyatakan bahwa responden yang memiliki masa kerja lama atau >10 tahun berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) karena seseorang dalam menguasai bidang tugasnya dipengaruhi oleh lama bekerja karena lama bekerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam memperoleh informasi.
Pemandu wisata air yang mempunyai. masa kerja yang lebih lama akan semakin sering terpapar dengan kecelakaan menimbulkan daya ingat yang kuat terhadap pemandu wisata air untuk melakukan pertolongan yang akan dilakukan dan pemandu wisata air akan berusaha untuk lebih waspada terhadap kejadian kecelakaan dengan mencari sumber informasi mengenai pertolongan pertama kecelakaan yang sering terjadi sehingga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan. (Gross & Rutland, 2017) menyatakan bahwa pengalaman merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran.
747
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengalaman pelatihan dengan. tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaunhary et al (2011) mengungkapkan bahwa mengikuti pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat meningkatkan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Pelatihan dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan.
Adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman. pelatihan dengan tingkat pengetahuan karena melalui pelatihan pemandu wisata air dapat mempraktekkan secara langsung mengenai teknik pertolongan pertama sehingga meningkatkan daya ingat dan keterampilan pemandu wisata air. Menurut Wirawan (2016) usaha jasa pramuwisata seperti wisata watersport diwajibkan mempekerjakan pramuwisata yang memenuhi syarat profesionalisme dalam memberikan jasa kepada wisatawan seperti telah memenuhi. keterampilan yang berlaku dan secara terus menerus melakukan peningkatan keterampilan yang bersangkutan.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata. Hasil analisis lebih lanjut dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pemandu wisata yang mendapatkan sumber
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan. antara usia, tingkat pendidikan dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan. pemandu wisata tentang pertolonngan pertama pada kecelakaan wisata air. Sedangkan lama bekerja dan pengalaman pelatihan menunjukkan ada hubungan dengan tingkat pengetahuan pemandu wisata
informasi melalui media elektronik memiliki pengetahuan yang baik (55,8%). Hal ini didukung oleh penelitian Ningsih dan Atmaja (2019) yang menyatakan bahwa peningkatan keterampilan responden dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar dipengaruhi oleh menyaksikan video edukasi.
Tidak adanya hubungan antara sumber informasi yang diperoleh oleh pemandu wisata air dengan tingkat pengetahuan pertolongan pertama dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti perbedaan frekuensi dalam mengakses informasi dan kejelasan informasi (Wulandari & Ratih, 2015).
Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang memiliki. hubungan paling kuat dengan tingkat pengetahuan adalah lama bekerja dengan r = 0,51 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut sesuai teori yang diungkapkan oleh Kholid (2014) yang menyatakan pengetahuan diperoleh dari dua sumber yaitu pengalaman individu maupun pengalaman orang lain.
Semakin lama masa kerja dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki karena hal tersebut dapat meningkatkan kematangan dalam berpikir. Hal tersebut didukung oleh teori empirisme yang berpandangan bahwa pribadi manusia terbentuk dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Manusia dipandang lahir dalam keadaan kosong dan kekosongan tersebut akan diisi pengalaman yang akan berpengaruh pada pribadi dan pengetahuan manusia (Toenlioe, 2016).
tentang pertolongan pertama pada kecelakaan wisata air.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa. dengan meneliti semua faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan seorang pemandu wisata tentang pertolongan pertama pada kecelakaan.
748
DAFTAR PUSTAKA
Alfi, R. (2016). Perbedaan Pengetahuan Masyarakat Tentang Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Berdasarkan
Karakteristik Demografi Masyarakat (Studi Komparatif Di Desa Genengan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang). Universitas Muhammadyah Malang.
Anwar, K. (2014). Pentingnya Mengetahui Pengetahuan Dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas. 8(1), 1–5.
Asdiwinata, I. N., Yundari, A. A. I. D., &
Widnyana, I. P. A. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas Di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod. Bali Medika Jurnal, 6(1), 64–76.
Https://Doi.Org/10.36376/Bmj.V6i1.67
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2019). Kunjungan Wisatawan Domestik Ke Bali Per Bulan, 2014-2018.
Https://Bali.Bps.Go.Id/Statictable/2018/02 /09/29/Kunjungan-Wisatawan-Domestik-Ke-Bali-Per-Bulan-2004-2018.Html
Buzzacott, P., & Mease, A. (2018). Pediatric and Adolescent Injury in Aquatic Adventure Sports. Research in Sport Medicine, 26(1), 20–37.
Https://Doi.Org/10.1080/15438627.2018.1 438281
Chaunhary, A., Parikh, H., & Dave, V. (2011). Currentscenario: Knowledge of Basic Life Support in Medical College. National Journal of Medical Research, 1(2), 80–82.
Dwi, H., & Subekti, B. (2017). Upaya Indonesia Meningkatkan Pariwisata Maritim Melalui Diplomasi Kebudayaan Di Asia Tenggara. Indonesian Perspective, 1(2), 51–63.
Fitriani, S. (2015). Promosi Kesehatan. Graha Ilmu.
Gross, Z., & Rutland, S. D. (2017). Experiential Learning in Informal Educational Settings. International Review of Education, 63(1), 1–8. Https://Doi.Org/10.1007/S11159-
017-9625-6
Halajur, U. (2018). Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja. Wineka Medika.
Kemenpar. (2013). Laut Indonesia Miliki Potensi Luar Biasa.
Http://Www.Kemenpar.Go.Id/Post/Menpa rekraf-Laut-Indonesia-Miliki-Potensi-Luar-Biasa
Khalik, W. (2014). Kajian Keamanan Dan Kenyamanan Wisatawan Di Kawasan Pariwisata Kuta. Universitas Udayana.
Kholid, A. (2014). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media Dan Aplikasinya Untuk Mahasiswa Dan Praktis Kesehatan. Rajawali Pers.
Kim, N. E., Ahn, M. E., Seo, J. Y., Kim, D. W., Kim, J. H., Kim, H. K., Han, J. H., & Lee, T. H. (2017). The Type Analysis for Safety Accident of Water Sports Happening in River. Journal of Trauma and Injury, 30(4), 186–191.
Https://Doi.Org/10.20408/Jti.2017.30.4.18 6
Mcclure, M., Joan, B., Mateu, P., Rocher, M., Labrador, V., Soller, S., & Ingles, E.
(2017). Watersport Enhanced Together. Programme of The European Union.
Ningsih, M. U., & Atmaja, H. K. (2019). Metode Video Edukasi Efektif Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Melakukan Bantuan Hidup Dasar (Bhd). Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(1), 8.
Https://Doi.Org/10.32807/Jkt.V1i1.17
Rahmah, F. F. N., & Setyawan, D. (N.D.).
Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas Tentang Bantuan Hidup Dasar (Bhd) Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(1), 13.
Souhuwat, E. M., & Sukana, M. (2018).
Pengelolaan Wisata Tirta Pada Pt. Benoa Marine Recreation (Bmr) Keluharan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 5(2), 281.
Https://Doi.Org/10.24843/Jdepar.2017.V0 5.I02.P15
Toenlioe, A. (2016). Teori Dan Filsafat Pendidikan. Gunung Samudera.
WHO. (2003). Guidelines for Safe Recreational
Water Environments. World Health Organization.
Widuri. (2017). Perception Tourism On Water Sport Products in Tanjung Benoa Beach-Bali. 1–7.
Wirawan, I. M. A. (2016). Kesehatan Pariwisata: Aspek Kesehatan Masyarakat Di Daerah Tujuan Wisata. 3(1), 6.
World Tourism Organization (Unwto) (Ed.). (2019). International Tourism Highlights, 2019 Edition. World Tourism
Organization (Unwto).
Https://Doi.Org/10.18111/9789284421152
Wulandari, & Ratih, F. (2015). Dasar - Dasar Informasi. Universitas Terbuka.
749
750
Volume 9, Nomor 6, Desember 2021
Discussion and feedback