HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT DI RUANG LELY 1 DAN 2 RSUD BULELENG
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT DI RUANG LELY 1 DAN 2 RSUD BULELENG
Luh Dea Pratiwi1, I Kadek Saputra2, Meril Valentine Manangkot3
1Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Keperawatan Gawat Darurat, Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3Departemen Keperawatan Intensif, Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Alamat korepondensi: deapratiwi04@gmail.com
ABSTRAK
Perawat merupakan profesi tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit yang harus menangani dan merawat pasien selama 24 jam dengan melakukan asuhan keperawatan melalui tindakan manual material handling seperti perawatan langsung dan memindahkan pasien secara manual. Manual material handling berisiko menimbulkan beban kerja fisik yang ditandai dengan adanya nyeri di daerah otot yang disebut dengan keluhan muskuloskeletal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat di ruang Lely 1 dan 2 RSUD Buleleng. Penelitian ini merupakan deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 responden yang dipilih dengan metode probability sampling yaitu total sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cardiovascular load dengan menggunakan ten pulse method untuk mengetahui beban kerja fisik dan Nordic Body Map untuk menilai keluhan muskuloskeletal. Hubungan beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank karena data tidak berdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki beban kerja fisik kategori sangat ringan (84%) dan keluhan muskuloskeletal kategori rendah (84%). Uji Spearman Rank menunjukkan adanya hasil yang signifikan dengan nilai p yaitu 0,000, r=0,727. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat di ruang Lely 1 dan 2 RSUD Buleleng. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk mempertahankan kondisi lingkungan kerja yang nyaman sehingga meminimalisir munculnya keluhan muskuloskeletal.
Kata kunci: Beban kerja fisik, keluhan muskuloskeletal, perawat
ABSTRACT
Nurses are the most health professions in the hospital that have to handle and treat the patients for 24 hours and give nursing care by using manual material handling. Manual material handling has risk creates a physical workload that is characterized by pain in muscle area called as musculoskeletal disorders. This study aimed to determine the correlation of physical workload and musculoskeletal disorders among nurses in Lely 1 and 2 wards of Buleleng Hospital. This study was descriptive correlational with a cross sectional study design. The sample of this study was 25 respondents who were selected by probability sampling method with total sampling. The research instruments that used in this study was cardiovascular load using ten pulse method to measure the physical workload and Nordic Body Map to measure the musculoskeletal disorders. The correlation of physical workload and musculoskeletal disorders among nurses was analyzed by using Spearman Rank because data not distributed normally. The results showed that most of respondents had very mild physical workload categories (84%) and low category musculoskeletal disorders (84%). Spearman Rank test showed a significant result with p-value=0,000, r = 0,727. In conclusion, there is a positive relationship between physical workload and musculoskeletal disorders among nurses in the Lely 1 and 2 wards of Buleleng Hospital. Based on the results of this study, it is recommended to maintaining environment so that musculoskeletal disorder not increase
Keywords: Musculoskeletal disorder, nurses, physical workload.
440
PENDAHULUAN
Rumah sakit menjadi tempat pelayanan kesehatan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan bermutu melalui tenaga kesehatan yang bekerja secara kompleks (Kemenkes, 2013). Perawat merupakan profesi tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit yang harus menangani dan merawat pasien selama 24 jam yang dikelompokan berdasarkan shift. Kegiatan yang dilakukan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan menerapkan tindakan manual material handling (Elyas, 2012).
Manual Material Handling (MMH) merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu yang dapat menimbulkan masalah pada area muskuloskeletal jika tidak dilakukan secara prinsip ergonomi yang benar (OSHA, 2013). MMH menggunakan tenaga manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, mengangkut, menaikkan, dan menurunkan suatu objek tertentu (Elyas, 2012). Pada perawat, kegiatan MMH meliputi mobilisasi pasien, melakukan perawatan secara langsung yang membutuhkan kegiatan fisik secara statis, dan pengulangan aktivitas yang berlebihan dengan posisi tubuh yang salah (Kurniawidjaja, Purnomo, Maretri & Pujiriani, 2014). MMH merupakan kategori kerja berat, sehingga berisiko menimbulkan beban kerja khususnya secara fisik (Sudiajeng, 2014).
Menurut Kasmarani (2012) beban kerja merupakan masalah yang timbul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas dan lingkungan kerja secara terus-menerus. Beban kerja pada perawat adalah segala sesuatu yang dikerjakan berdasarkan fungsi utamanya sebagai perawat, tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat dan jam kerja yang berlangsung setiap hari (Nursalam, 2013). Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang dirasakan sebagai akibat
dari kumpulan benturan kecil maupun benturan besar yang terakumulasi secara terus- menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot, tulang, dan sendi (Tarwaka, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Habibi, Reza, dan Hsanzadeh (2015) pada 247 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Alzahra di Iran menunjukan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja fisik dengan terjadinya tingkat keluhan muskuloskeletal berupa keluhan pada leher, punggung, tangan, dan kaki dengan nilai p<0,001.
Hasil studi pendahulan yang dilakukan peneliti di ruang Lely 1 dan 2 RSUD Buleleng pada 10 perawat menunjukan bahwa terdapat keluhan muskuloskeletal rendah sebanyak 60% (6 perawat) dan keluhan muskuloskeletal sedang sebanyak 40% (4 perawat) yang dikaji menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Untuk beban kerja terdapat 30% (3 perawat) perawat memiliki beban kerja sedang dan 70% (7 perawat) memiliki beban kerja rendah yang menggunakan metode perhitungan beban kardiovaskular dengan rumus Cardiovasculair Load (%CVL) melalui pengukuran denyut nadi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional yaitu menilai hubungan antara beban kerja fisik terhadap keluhan muskuloskeletal dengan rancangan penelitian cross sectional karena peneliti hanya mengamati kejadian pada akhir shift perawat bekerja.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Buleleng. RSUD Buleleng yang beralamatkan di Jalan Ngurah Rai No. 30, Singaraja, Buleleng. RSUD Buleleng telah memperoleh akreditasi Paripurna pada tahun 2016. Terdapat 30 ruang rawat inap maupun rawat jalan. Salah satu ruang inap di RSUD Buleleng ialah ruang Lely 1 dan 2. Peneliti memilih ruang Lely 1 dan 2 karena menurut data Dinas Kesehatan
441
Buleleng tahun 2017 pasien rawat inap meningkat dari tahun 2013-2017.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penarikan populasi dengan teknik total sampling. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapat dari responden melalui pengisian kuesioner NBM dan melakukan pengukuran denyut arteri radialis atau ulnaris dengan menggunakan ten pulse method yang dimasukan kedalam rumus cardiovasculair load (%CVL). Data sekunder diperoleh peneliti untuk mengetahui jumlah perawat yang bekerja di ruang Lely 1 dan 2 RSUD Buleleng.
menggunakan ten pulse method untuk menghitung denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Denyut nadi istirahat diukur sebelum perawat melakukan kegiatan dan denyut nadi kerja dinilai segera setelelah perawat selesai melakukan pekerjaan. Denyut nadi maksimum pada perempuan ialah 200x/menit, sedangkan pada laki-laki ialah 220x/menit. Kemudian hasil dari penghitungan tersebut dimasukan kedalam rumus cardiovasculair load untuk mengetahui kategori beban kerja fisik. Sedangkan untuk keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang telah dikategorikan berdasarkan keluhan – keluhan pada 28 bagian tubuh .
Metode pengukuran denyut nadi HASIL PENELITIAN
menggunakan penghitungan manual pada arteri radialis atau arteri ulnaris dengan
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (n = 25)
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Usia | ||
21-25 tahun |
7 |
28 |
26-30 tahun |
9 |
36 |
31-35 tahyn |
6 |
24 |
36-40 tahun |
3 |
12 |
Total |
25 |
100 |
Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa rentang usia dari 25 responden didapatkan frekuensi rentang usia
tertinggi berada pada rentang 26 – 30 tahun sebanyak 9 orang (36%)
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (n = 25)
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki laki |
0 |
0 |
Perempuan |
25 |
100 |
Total |
25 |
100 |
Tabel 2 dapat dilihat distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu berjenis kelamin laki-laki tidak ada dan responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (100%).
442
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Beban Kerja Fisik (n = 25)
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Beban Kerja Fisik | ||
Sangat ringan |
21 |
84 |
Ringan |
3 |
12 |
Berat |
1 |
4 |
Total |
25 |
100 |
sangat ringan dengan persentase 84% (21
Tabel 3 dapat disimpulkan sebagian orang).
perawat di Ruang Lely 1 dan 2 memiliki
tingkat beban kerja fisik pada kategori
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal (n = 25)
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Keluhan Muskuloskeletal | ||
Rendah |
21 |
84 |
Sedang |
3 |
12 |
Tinggi |
1 |
4 |
Total |
25 |
100 |
Tabel 4 dapat disimpulkan sebagian perawat di Ruang Lely 1 dan 2 memiliki tingkat keluhan muskuloskeletal pada
kategori rendah dengan persentase 84% (21 orang).
Tabel 5
Hasil Uji Kolerasi Bivariat Spearman Rank.
Variabel |
r |
P value | |
Beban Kerja Muskuloskeletal |
Fisik dengan Keluhan |
0, 727 |
0,000 |
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa p value = 0,000 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Sehingga ada hubungan antara beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal. Arah hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian jika beban kerja fisik meningkat, maka keluhan muskuloskeletal juga mengalami peningkatan. Dilihat dari analisis kuat hubungan antara kedua variabel yang ditentukan oleh nilai r sebesar 0,727. Pada rentang nilai tersebut maka hubungan bernilai kuat.
PEMBAHASAN
Beban kerja fisik merupakan seluruh aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama melakukan asuhan keperawatan dalam suatu unit pelayanan kesehatan. Kategori ringan dan berat suatu beban kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja, tingkat ketergantungan pasien, dan jumlah perawat yang tersedia dalam satu shift (Marquish & Huston, 2010).
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat di Ruang Lely 1 dan 2 memiliki beban kerja dengan kategori sangat ringan sebanyak 21 perawat (84%), kategori ringan sebanyak 3 perawat (12%), dan beban kerja fisik kategori berat 1 perawat (4%). Keluhan muskuloskeletal merupakan gangguan yang mempengaruhi fungsi normal otot 443
rangka akibat paparan yang berulang dari berbagai faktor risiko di tempat kerja. Muskuloskeletal menyebabkan masalah kerja yang signifikan akibat peningkatan kompensansi biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan rendahnya kualitas hidup (Sekaaram, 2017).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar perawat di Ruang Lely 1 dan 2 mengalami keluhan muskuloskeletal pada kategori rendah yang berjumlah 21 perawat (84%).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat di Ruang Lely 1 dan 2 RSUD Buleleng. Kekuatan hubungan yang terbentuk mengidentifikasikan adanya hubungan yang kuat dengan interpretasi hubungan bersifat positif yang berarti semakin tinggi nilai beban kerja fisik, maka keluhan muskuloskeletal pada perawat di Ruang Lely 1 dan 2 akan semakin meningkat.
Beban kerja fisik yang berlebihan akan mengakibatkan stres kerja secara fisik berupa merupakan keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang (Siswiyanti, 2011). Beban kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga.
Setiap manusia memiliki beban kerja masing-masing untuk lakilaki maksimal 40 kg beban yang dapat diangkat dan untuk perempuan separuh dari beban kerja laiki-laki yakni 20 kg, jika penggunaan otot dalam durasi lebih dari 1 jam maka akan mempercepat timbulnya keluhan muskuloskeletal, dalam Marinawati (2016). Keluhan otot tidak akan terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar 15%-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20% peredaran darah ke otot akan berkurang dan suplai oksigen ke otot
menurun, sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang menimbulkan rasa nyeri pada otot (Tarwaka, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriasari, Harmilah dan Maryana (2017) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan keluhan low back pain pada perawat di RSUD Kota Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut, low back pain merupakan bagian dari keluhan muskuloskeletal. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Desriana & Febi (2017) bahwa tidak terdapat, karena beban kerja perawat berada pada kategori ringan dan tidak banyak melakukan aktivitas berulang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rerata skor beban kerja fisik pada perawat di Ruang Lely 1 dan 2 sebesar 20,84. Sebagian besar beban kerja fisik pada perawat berada pada kategori sangat ringan dengan persentase 84% (25 orang). Rerata skor keluhan muskuloskeletal pada perawat di Ruang Lely 1 dan 2 sebesar 40,44. Sebagian besar keluhan muskuloskeletal pada perawat berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 84% (25 orang).
Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja fisik dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat. Korelasi antara kedua variabel memiliki kekuatan hubungan yang kuat dan positif yang artinya semakin tinggi skor beban kerja fisik maka keluhan muskuloskeletal pada perawat akan semakin meningkat.
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memotivasi perawat untuk menerapkan standar operasional prosedur dengan sikap ergonomi yang sesuai standar dalam melakukan asuhan keperawatan agar beban kerja fisik dan keluhan muskuloskeletal tidak meningkat.
444
DAFTAR PUSTAKA
Desriana, M. L., & Febi, K. K. (2017). Hubungan antara beban kerja dengan keluhan low back pain pada perawat di ruang rawat inap RS Bhayangkara Manado. Skripsi. Manado: Fakultasoj Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Elyas, Y. (2012). Gambaran tingkat risiko musculockeletalkmkdisorder pada perawat saat melakukan aktifitas kerja di ruang ICU PJT RSCM berdasarkan metode REBA. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Univesitas
Indonesia.
Hidayat, A. A.A. (2011). Metode penelitiall keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.
Indriasari, J., Harmilah., Maryana. (2017). Hubungan beban kerja perawat ruang operasiK dengan kejadia low back pain pada perawat di RSUD Kota Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Poltekes Kementrian Yogyakarta.
Kasmarani, M. (2012). Pengaruh beban kerjam fisik dan
mentaluiyterhadap stress kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2).
Kemenkes RI. (2013). Profilkkkesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Kurniawidjaja L.M., Purnomo E, Maretri N dan Pujiriani. (2014). Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Painty pada
Perawat di Rumah Sakit. Jurnal Kesmas UI. Jakarta: 46(4).
Marinawati. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan denganXkeluhan muskuloskeletal padakokpekerja pemanen kelapa sawitu di Desa Rantau Kecamatan RasauK
Kabupaten Tanjung JabungN
Timur. Jurnal Stikes Prima, 5(2).
Marquis, B.L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan danopManajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi Edisi 4. Jakarta: EGC
Nursalam. (2013). Manajemen
keperawatan: aplikasi dalam
keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika.
OSHA. (2013). Safe patientklhandling.
Diakses dari
http://www.osha.gov/SLTC/healt hcarefacilities/safepatienthandling .html.
Sekaaram, V., & Ani, L. S. (2017).
Prevalensi (MSDs) pada
pengemudi angkutan umumj di terminal mengwi, Kabupaten Badung-Bali. Intisari Sains Medis. 8(2), 118-124.
Siswiyanti, L. (2011). Beban kerja dan keluhan sistem muscoloskeletal pada pembatiku tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Skripsi. Universitas Pancasakti Tegal.
Sudiajeng, L. (2014). Kesehatan keselamatan kerja dan
produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen dan implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
445
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Discussion and feedback