PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP PENGETAHUAN DRIVER WISATA DI UNITED BALI DRIVER (UBD) DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN PADA KEGAWATDARURATAN WISATA
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP PENGETAHUAN DRIVER WISATA DI UNITED BALI DRIVER (UBD) DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN PADA KEGAWATDARURATAN WISATA
Sang Putu Sipo Adnyana1, I Gusti Ngurah Juniartha2, Meril Valentine Manangkot3
1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2, 3 Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]
Abstrak
Industri pariwisata telah mengalami perkembangan pesat ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tiap tahunnya. Kegawatdaruratan wisata banyak terjadi akibat perkembangan industri pariwisata, sehingga driver wisata penting mengetahui cara pemberian BHD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian pelatihan BHD bagi pengetahuan driver wisata di UBD dalam memberikan pertolongan pada kegawatdaruratan wisata. Penelitian ini tergolong pra-eksperimen dengan pendekatan satu grup pre-test dan post-test. Sampel penelitian berjumlah 37 driver wisata yang tergabung dalam organisasi UBD dan dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Intervensi yang diberikan berupa pelatihan BHD dalam dua pertemuan selama 1 jam setiap 1 kali pertemuan yang diberikan oleh trainer tersertifikasi. Pengumpulan data pengetahuan menggunakan kuesioner. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Wilcoxon (95% CI; α=0,05). Hasil analisis memaparkan terdapat peningkatan skor pengetahuan driver wisata sesudah diberikan pelatihan BHD (p=0,001; p≤0,05). Hal tersebut memaparkan adanya efek pemberian pelatihan BHD bagi pengetahuan driver wisata di UBD. Peneliti merekomendasikan untuk melakukan pelatihan BHD secara berkala bagi driver wisata di UBD.
Kata kunci: Driver Wisata, Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), Pengetahuan
Abstract
Tourism industry development by increasing number of tourist arrivals each year. There are a lot of tourism emergency caused by tourism industry development, so that important for tourist drivers to know how to administer BLS. The aimed of this study is to determine the effect of BLS training on tourist drivers knowledge at UBD in providing assistance to tourism emergency. Design of this study is a pre-experiment with one group pre-test and post-test. Amounted 37 tourist drivers who are the members of UBD organization used the samples in this study and were selected using purposive sampling technique. The intervention that given is providing BLS training in two sessions for 1 hour every 1 time a meeting given by a certified trainers. Knowledge data collected by a questionnaire. The Wilcoxon test used to analized bivariate data (95% CI; α=0.05). That are enhancement in knowledge score of tourist drivers after BLS training in the results of this study (p=0,001; p≤0.05). Its represented that are an effect of providing BLS training on tourist drivers knowledge in UBD. Researchers recommend to conduct regular BLS training for tourist drivers in UBD.
Keywords: Basic Life Support (BLS) Training, Knowledge, Tourist Drivers
PENDAHULUAN
Aspek penting bagi kemajuan ekonomi suatu negara di dunia salah satunya adalah perkembangan industri pariwisata. Perkembangan industri pariwisata dilihat dari penambahan kedatangan turis di dunia tiap tahunnya, dimana penambahan kedatangan turis mengalami peningkatan sebanyak 6% menjadi 1,4 miliar tahun 2018 (UNWTO, 2019). Tahun 2030, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan internasional diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga 1,8 miliar. Asia Tenggara sebagai kawasan di Asia-Pasifik yang paling sering dikunjungi wisatawan mengalami peningkatan sebesar 7% pada tahun 2017. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan juga terjadi di Indonesia sebesar 2,94% dari tahun ke tahun menjadi 1,55 juta kunjungan pada Agustus 2019, sehingga menempati peringkat ke-4 kunjungan terbanyak di Asia Tenggara (UNWTO, 2019).
Bali merupakan tempat unggulan pariwisata dunia atau disebut pulau seribu Pura dengan sejuta daya tarik wisatanya (Putra & Paturusi, 2017). Destinasi alam dan budaya yang dimiliki Bali seperti pantai, air terjun, hutan wisata, bukit, tebing, pegunungan, sungai, bendungan, danau, wisata air panas, pura, monumen, museum bersejarah, desa wisata, dan pasar seni (Wirawan et al., 2017). Kunjungan wisatawan internasional di Bali mengalami peningkatan sebesar 7,64% (615 ribu kunjungan) dari tahun sebelumnya (Putra & Paturusi, 2017). Hal ini tentu akan menimbulkan kondisi menguntungkan dan merugikan bagi Bali.
Kondisi menguntungkan dan merugikan akan timbul akibat industri pariwisata Bali. Keuntunganya adalah terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Bali baik sebagai pejual pernak-pernik, pelaku seni, staf hotel, penjaga keamanan, dll (Febianti & Urbanus, 2017). Sedangkan kerugiannya adalah timbulnya kecelakaan wisata yang menyebabkan
kondisi kegawatdaruratan seperti cedera dan kematian pada wisatawan (Putra & Paturusi, 2017). Bagi masyarakat Bali, keuntungannya tentu sangat menguntungkan, sedangkan kerugiannya harus ditangani sebagai upaya menurunkan prevalensi kejadian kegawatdaruratan wisata di Bali.
Prevalensi kejadian kegawatdaruratan wisata seperti kecelakaan lalu lintas di Bali sangat tinggi yaitu sebanyak 1.489 kasus dengan 437 kehilangan nyawa, 334 kasus cidera parah, serta 1.938 kasus cidera tidak parah (Febianti & Urbanus, 2017). Kejadian tenggelam pada wisatawan juga dilaporkan terjadi di Bali pada tanggal 15 Maret 2017 dan 28 Juli 2017 di kawasan objek wisata Tegenungan Waterfall, Sukawati, Gianyar (Nusa Bali, 2017). Hal ini dikarenakan keterlambatan pertolongan kegawatdaruratan wisata yang diberikan.
Keterlambatan pertolongan kegawatdaruratan wisata sangat dipengaruhi oleh peran seorang bystander atau orang yang berpotensi menyaksikan langsung kejadian kegawatdaruratan wisata (Tri, 2015). Pada kenyataannya, saat terjadi kegawatdaruratan wisata, kebanyakan orang hanya akan menyaksikan kejadian tersebut tanpa memberikan pertolongan karena beberapa faktor yaitu kurangnya perasaan memiliki tanggung jawab, ketakutan dihakimi publik ketika membantu, dan keyakinan bahwa ketika tidak ada orang lain yang membantu, maka situasi tidak benar-benar darurat (Hortensius, 2018). Driver wisata merupakan salah satu orang yang sangat berpotensi menjadi bystander, sehingga perlu dibekali kemampuan memberikan pertolongan pertama.
Tindakan pertolongan pertama yang sering dilakukan dalam kasus henti nafas dan jantung adalah pemberian Bantuan Hidup Dasar. Tindakan BHD sangat penting dilakukan pada kejadian kecelakaan lalu lintas dan tenggelam (Rahardiantomo et al.,
2015). Pemberian BHD sangat memerlukan pengetahuan yang baik bagi penolongnya dalam upaya mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi (Tyas, 2016).
Beranjak dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui efek pelatihan BHD bagi pengetahuan driver wisata di UBD. Kebaharuan pada penelitian ini adalah merujuk pada kegawatdaruratan wisata sebagai orisinalitas penelitian.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian tergolong pra-eksperimen melalui pendekatan desain satu grup pre-test dan post-test untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh driver wisata aktif di UBD dengan jumlah sampel 37 driver wisata. Sampel dipilih berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian. Variabel independen penelitian ini adalah pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan variabel dependent adalah pengetahuan. Tempat penelitian di United Bali Driver (UBD). Proses penelitian dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2020 dengan membutuhkan waktu dua hari dalam pemberian pelatihan BHD dan langsung dilakukan pengumpulan data pada hari yang sama.
Kuesioner pengetahuan yang digunakan terdiri atas 17 item pernyataan,
terdapat 8 item pernyataan positif dan 9 item pernyataan negatif. Skala pengukuran instrumen menggunakan skala Guttman dengan pilihan ‘benar’ dan ‘salah’. Pengetahuan ‘Baik’ jika X≥Median (8,5) dan pengetahuan ‘Kurang’ jika X<Median (8,5).
Pengumpulan data memerlukan waktu dua hari, pada tanggal 29 Januari 2020 terdapat 26 driver wisata yang mengikuti pelatihan BHD dan pada tanggal 2 Januari 2020 terdapat 11 driver wisata yang mengikuti pelatihan BHD dengan driver wisata berbeda pada setiap pertemuan, sehingga terdapat 37 driver wisata yang mengikuti pelatihan BHD. Pelatihan BHD berlangsung selama 1 jam (15 menit presentasi materi BHD oleh trainer tersertifikasi, 45 menit praktik langsung oleh responden) setiap pertemuan. Informed consent diisi sendiri oleh responden penelitian setelah diberikan penjelasan oleh peneliti. Nomor ethical clearance penelitian sebagai berikut: 352/UN14.2.2.VII.14/LP/2020. Uji Wilcoxon digunakan untuk analisis data melalui SPSS versi 23 (95% CI; p≤0,05) dengan data tidak terdistribusi normal.
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir di UBD (n=37)
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
35 |
94,6 |
Perempuan |
2 |
5,4 |
Total |
37 |
100,0 |
Pendidikan Terakhir | ||
Tidak Sekolah |
1 |
2,7 |
SD |
0 |
0 |
SMP |
0 |
0 |
SMA |
25 |
67,6 |
Perguruan Tinggi |
11 |
29,7 |
Total |
37 |
100,0 |
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Lama Bekerja di Sektor Pariwisata sebagai Driver Wisata di UBD (n=37)
Variabel |
Mean ± SD |
Min-Max |
95%CI |
Usia Responden (tahun) |
40,24±7,247 |
23-57 |
37,83;42,66 |
Lama Bekerja di Sektor Pariwisata sebagai Driver Wisata (tahun) |
13,14±6,106 |
3-25 |
11,10;15,17 |
Hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi jenis kelamin responden mayoritas laki-laki sebanyak 35 responden (94,6%) dan pendidikan terakhir responden mayoritas SMA sebanyak 25 responden (67,6%). Hasil penelitian ini juga menemukan rerata responden berada pada usia 40,24 tahun. Rerata responden bekerja di sektor
pariwisata sebagai driver wisata selama 13,14 tahun, dengan waktu tersingkat selama 3 tahun dan terlama selama 25 tahun.
Hasil analisis gambaran pengetahuan dan perbedaan pengetahuan driver wisata di UBD sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. Gambaran Pengetahuan Driver Wisata di UBD (n=37) | |||
Variabel |
n |
Skor Rerata | |
Pengetahuan |
Pre Test |
37 |
10,14 |
Post Test |
37 |
12,95 |
Tabel 4. Perbedaan Pengetahuan Driver Wisata di UBD (n=37)
Variabel |
Median n 95%CI P (Min-Max) |
Pengetahuan |
37 Pre Test 11,00 (6-14) 9,44;10,83 37 Post Test 13,00 (8-17) 12,25;13,64 0,001 |
Sebelum diberikan pelatihan BHD, rata-rata skor pengetahuan driver wisata di UBD berada dalam kategori Baik (10,14 ≥ 8,5) dan rata-rata skor pengetahuan driver wisata di UBD sesudah diberikan pelatihan BHD termasuk kategori Baik (12,95 ≥ 8,5). Sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD, kategori pengetahuan driver wisata di UBD tergolong Baik, namun terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan driver wisata.
Hasil uji Wilcoxon (95% CI; α=0,05) didapatkan nilai signifikansi 0,001 (p≤0,05). Nilai tersebut berarti ada efek pemberian pelatihan BHD bagi pengetahuan driver wisata di UBD dalam memberikan pertolongan pada kegawatdaruratan wisata.
PEMBAHASAN
Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (94,6%), dimana berdasarkan pernyataan dari Ketua UBD bahwa mayoritas driver wisata yang mendaftarkan diri ke UBD adalah laki-laki. Dilihat dari keterampilan berkendara, laki-laki dinyatakan lebih terampil dalam berkendara dibandingkan perempuan (Haryanto, 2016). Pendidikan terakhir responden didapatkan mayoritas SMA sebanyak 25 responden (67,6%). Hal tersebut berkaitan dengan Program Indonesia Pintar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 19 Tahun 2016 yaitu wajib belajar 12 tahun. Penelitian ini mendapatkan rerata umur responden adalah 40,24 tahun. Umur tersebut tergolong umur produktif yaitu 15-64 tahun (Bappenas, 2018). Ditinjau dari lama bekerja
di sektor pariwisata sebagai driver wisata, diketahui rata-rata responden bekerja selama 13,14 tahun. Hal ini berkaitan dengan perkembangan pariwisata Bali yang berkembang sejak awal tahun 1900-an sampai tahun 2020 yaitu sekitar 100 tahun lebih (Putra & Paturusi, 2017).
Skor pengetahuan driver wisata di UBD sebelum dan sesudah diberikan pelatihan BHD berada pada kategori Baik, namun terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan dari 10,14 menjadi 12,95 (X ≥ 8,5). Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh beberapa hal yaitu tingkat pendidikan, usia, pengalaman, media masa, sosial budaya dan lingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2010). Ditinjau dari tingkat pendidikan, SMA menjadi tingkat pendidikan paling banyak yaitu 25 orang (67,6%), dimana berdasarkan penelitian dari Erawati (2019), menyatakan bahwa 52,8% masyarakat di Jakarta Selatan memiliki pengetahuan baik mengenai BHD dan sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMA (55,3%). Perkembangan kognitif juga sangat dipengaruhi oleh umur seseorang. Rerata responden tergolong dalam umur produktif. Umur produktif adalah umur/usia yang masih aktif dalam segala hal dan memiliki kognitif baik. Studi yang dilakukan oleh Firmansyah (2014), rerata responden yang digunakan berada pada umur 20-45 tahun dengan kemampuan kognitif baik mengenai pencegahan bencana.
Faktor eksternal demikian halnya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang seperti pengalaman, media masa, sosial budaya dan lingkungan sekitar. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa, rata-rata responden bekerja di sektor pariwisata selama 13,14 tahun. Penelitian dari Sesrianty (2018), menyebutkan adanya hubungan pengalaman kerja dan tindakan BHD perawat di RSUD Lubuk Sikaping. Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa orang yang terkena pengaruh media masa, lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi pengetahuannya.
Hasil uji Wilcoxon (95% CI; α=0,05) didapatkan nilai signifikansi 0,001 (p≤0,05), yang berarti terdapat pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan driver wisata di UBD dalam memberikan pertolongan pada kegawatdaruratan wisata. Hal ini diperkuat dengan pendapat Oktarina & Nushusna (2018), dimana pada penelitian ini melibatkan 40 responden. Diketahui rerata responden berusia 31-40 tahun sebanyak 23 orang (57,5%) dan berpendidikan SMA sebanyak 22 orang (55%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pre-test pada responden sebelum diberikan pelatihan didapatkan jumlah responden dengan pengetahuan baik sebanyak 12 responden (30%). Sesudah diberikan pelatihan dan dilakukan post-test didapatkan hasil responden dengan pengetahuan baik sebanyak 30 responden (75%).
Teori Edgar Dale’s Cone of Experience atau teori kerucut pengalaman dari Edgar Dale’s, menyatakan bahwa seseorang yang belajar melalui mendengarkan ceramah dapat menyerap dan mengingat materi sebesar 20%, sedangkan melalui metode eksperimen dengan simulasi secara langsung dapat menyerap dan mengingat materi pembelajaran sebesar 90% (Sari, 2019). Hal tersebut sesuai dengan konsep penelitian ini yang menggunakan metode presentasi dan praktik BHD secara langsung oleh responden. Kesimpulannya adalah terdapat efek pemberian pelatihan BHD bagi pengetahuan driver wisata di UBD dalam memberikan pertolongan pada kegawatdaruratan wisata.
SIMPULAN DAN SARAN
Pelatihan BHD dengan metode ceramah dan simulasi secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan driver wisata di UBD dalam memberikan pertolongan pada kegawatdaruratan wisata. Hasil uji Wilcoxon (95% CI; α=0,05) didapatkan nilai signifikansi 0,001 (p≤0,05), yang berarti terdapat pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan driver wisata di UBD dalam
memberikan pertolongan pada
kegawatdaruratan wisata.
Bagi pihak UBD agar mengadakan pelatihan BHD secara rutin dan bekerjasama dengan BPBD Provinsi Bali dalam upaya meningkatkan pengetahuan driver wisata mengenai BHD. Bagi pihak instansi kesehatan, penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber informasi terkait pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan seseorang khususnya driver wisata. Bagi peneliti selanjutknya agar menambahkan kelompok kontrol dengan intervensi sejenis dalam upaya mencari perbedaan keefektifan pelatihan BHD dengan intervensi sejenis terhadap tingkat pengetahuan driver wisata. Bagi driver wisata agar secara rutin mengikuti pelatihan BHD supaya pengetahuan tentang BHD semakin meningkat dan keselamatan wisatawan terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. (2018). Demografi pembangunan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Erawati, S. (2019). Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Febianti, F., & Urbanus, N. (2017). Analisis dampak perkembangan pariwisata terhadap perilaku konsumtif masyarakat wilayah Bali Selatan. Jurnal Kepariwisataan Dan Hospitalitas, 1(2), 118–133.
Firmansyah, I. (2014). Hubungan pengetahuan dengan perilaku kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir dan longsor pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
Haryanto, H. C. (2016). Keselamatan dalam berkendara: kajian terkait dengan usia dan jenis kelamin pada pengendara. 7(2), 92–106.
Hortensius, R. (2018). From empathy to apathy: the bystander effect revisited. Association for Psychological Science, 27(4), 8.
https://doi.org/DOI: 10.1177/0963721417749653
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.
Nusa Bali. (2017). Wisatawan tewas di air terjun tegenungan.
https://www.nusabali.com/berita/163 01/wisatawan-tewas-di-air-terjun-tegenungan
Oktarina, Y., & Nushusna. (2018). Pelatihan penanganan kegawatdaruratan henti jantung bagi kader dan masyarakat. 1(2), 90–96.
Putra, I. N. D., & Paturusi, S. A. (2017). Metamorfosis pariwisata Bali tantangan membangun pariwisata berkelanjutan. Pustaka Larasan.
Rahardiantomo, E., Istiningtyas, A., &
Sunardi. (2015). Pengetahuan life guard tentang Bantuan Hidup Dasar pada wisatawan tenggelam di Pantai Klayar, Pacitan.
Sari, P. (2019). Analisis terhadap kerucut pengalaman Edgar Dale dan keragaman gaya belajar untuk memilih media yang tepat dalam pembelajaran. 1, 21.
Sesrianty, V. (2018). Hubungan pendidikan dan masa kerja dengan keterampilan perawat melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal), 5(2), 139–144.
https://doi.org/10.33653/jkp.v5i2.14 3
Tri, W. (2015, March 27). “Bystander Effect” tak hanya terjadi pada orang dewasa. CNN Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/gaya -hidup/20150327130618-255-42332/bystander-effect-tak-hanya-terjadi-pada-orang-dewasa
Tyas, M., D., C. (2016). Keperawatan
kegawatdaruratan & manajemen
bencana.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdik sdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawat an-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-Komprehensif.pdf
UNWTO. (2019). International tourist arrivals reach 1.4 billion two years ahead of forecasts.
Wirawan, I. M. A., Putri, W. C. W. S., Mulyawan, K. H., Kurniasari, N. M. D., Duana, I. M. K., & Suharlim, C. (2017). Kesehatan dan keselamatan wisata direktori hazard, risiko, dan layanan kesehatan wisata di Bali (1st ed.). ANDI.
https://docplayer.info/94090703-Kesehatan-dan-keselamatan-wisata.html
235
Volume 9, Nomor 2, April 2021
Discussion and feedback