Gambaran Mual Muntah dan Stres pada Pasien Post Operasi
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN MUAL MUNTAH DAN STRES PADA PASIEN POST OPERASI
Triana Arisdiani *, Ahmad Asyrofi
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Kendal
*Email: arisdian86i@gmail.com
ABSTRAK
Mual muntah merupakan dua efek samping akibat pembedahan yang dapat menimbulkan stres bagi pasien post operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mual muntah dan stres pada pasien post operasi di Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif survey. Sampel penelitian ini adalah 60 orang yang dilakukan operasi di rumah sakit wilayah Kendal. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat. Analisis univariat menggunakan tendensi sentral pada variabel numerik, dan mengunakan distribusi frekuensi dan persentasi pada variabel kategorik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 47 tahun, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 38 (63,3%), berpendidikan SD 27 (45%), pekerjaan wiraswasta 17 (28,3%), tidak pernah merokok 30 (50%), mempunyai riwayat mual muntah post operasi 34 (56,7%), merasakan mual selama 2-4 jam dalam 12 jam terakhir sebanyak 30 (50%) responden, merasakan mual 1-2 kali dalam 12 jam terakhir sebanyak 31 (51,7%), merasakan stres ringan akibat mual yang terjadi sebanyak 34 (56,7%), 13 (21,7%) responden memberikan pernyataan muntah 1-2 kali dan muntah keluar sebanyak <100 cc dalam 12 jam terakhir sebanyak 14 (23,3%) responden, 11 (18,3%) responden mengalami stres ringan dan 3 (5%) stres berat akibat muntah.
Kata kunci: mual muntah, stres, post operasi
ABSTRACT
Nausea, vomiting are two side effects due to surgery that can cause stres for postoperative patients. This study aims to determine the description of nausea, vomiting and stres in postoperative patients in Kendal District. This research uses quantitative research methods using a descriptive survey research design. The sample of this study was 60 people who performed operations at the Kendal regional hospital. The sampling technique in this study uses total sampling. Data analysis was performed univariately. Univariate analysis uses central tendencies on numerical variables, and uses frequency distributions and percentages on categorical variables. The results showed that the average age of respondents was 47 years, most respondents were male (38 (63.3%), primary school 27 (45%), selfemployed 17 (28.3%), not had smoked 30 (50%), had a history of postoperative nausea and vomiting 34 (56.7%), felt nausea for 2-4 hours in the last 12 hours by 30 (50%) respondents, felt nausea 1-2 times in 12 hours last 31 (51.7%), felt mild stres due to nausea that occurred as many as 34 (56.7%), 13 (21.7%) respondents gave vomiting 1-2 times and vomiting came out <100 cc in 12 the last hour were 14 (23.3%) respondents, 11 (18.3%) respondents experienced mild stres and 3 (5%) severe stres due to vomiting.
Keywords: nausea, vomiting, stres, post surgery
PENDAHULUAN
Operasi atau pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif untuk membuka atau menampilkan bagian tubuh seseorang. Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
(Annesi et al., 2014). Dua efek yang tidak menyenangkan dan sering timbul setelah dilakukan operasi atau pembedahan yaitu mual dan muntah. Mual muntah post operasi dikenal dengan sebutan post operative nausea and vomiting (PONV) (Chatterjee, Rudra, & Sengupta, 2011).
PONV terjadi sebanyak 30% kejadian dari 230 juta operasi besar yang dilakukan setiap tahunnya di setiap wilayah, dengan insidensi 69 juta (80%) orang pada kelompok risiko tinggi. Selain itu, sekitar 1% nya terpaksa dilakukan rawat inap semalam guna penangan PONV yang tidak terkendali (Chang & Wong, 2016). Insiden terjadinya PONV belum tercatat secara jelas di Indonesia. Sebuah penelitian oleh Wijaya, Fithrah, Marsaban, & Hidayat, (2014) didapatkan data kejadian PONV pada pembedahan laparatomi dan ginekologi sebesar 31,25% dan pembedahan mastektomi sebesar 31,4% kejadian.
PONV dapat menimbulkan komplikasi medik, efek psikologis, menghambat proses terapi secara keseluruhan sehingga menurunkan tingkat kesembuhan pasien pasca operasi dan memberi dampak peningkatan beban biaya perawatan selama pasien dirawat di rumah sakit (Orewole, Aremu, Bolaji, & Kolawole, 2014). Salah satu efek psikologis yang muncul adalah stres. Stres adalah ketegangan emosional atau fisik yang dapat berasal dari setiap peristiwa atau pikiran yang membuat seseorang merasa frustrasi, marah, atau gugup. Stres merangsang alarm yang terdapat di otak dan memberi respon dengan mempersiapkan tubuh untuk tindakan defensif. Sistem saraf terangsang dan hormon dilepaskan untuk mempertajam indra, mempercepat denyut nadi, memperdalam pernapasan, dan menegangkan otot. Respon ini disebut dengan respon fight or flight, yaitu bertahan atau lari dari ancaman (Deshpande, 2012).
Latar belakang tersebut menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang gambaran mual, muntah dan stres yang terjadi pada pasien post operasi
dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di bidang keperawatan untuk menangani masalah yang timbul akibat pembedahan atau operasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif survei. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Sedangkan metode survei yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Teknik pengambilan sampel dengan total sampling dengan jumlah sampel 60 responden. Tempat penelitian di rumah sakit wilayah Kendal yaitu RSUD dr. H. Soewondo Kendal dan Rumah Sakit Islam Kendal. Penelitian menggunakan kuesioner mual muntah Analisis univariat menggunakan tendensi sentral pada variabel numerik, dan mengunakan distribusi frekuensi dan persentasi pada variabel kategorik. Mual Muntah diukur menggunakan kuesioner mual muntah yang dimodifikasi dari Rhodes Index Nausea, Vomiting And Retching (Rhodes Invr). Kuesioner ini memiliki Realibilitas Internal Dari 0,90 Sampai 0,98 yang diuji dengan Alpha-Cronbach (Rhodes, Watson & Jhonson, 1987). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mual muntah dan stres yang terjadi pada pasien post operasi di Kabupaten Kendal.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n=60)
Variabel |
Mean |
Median |
Min – Maks |
CI 95% for mean |
Usia |
47 |
52 |
16–59 |
42,3 – 51,3 |
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Merokok, Riwayat Mual Muntah Post Operasi, Jenis Operasi dan Jenis Antiemetik (n=60)
Variabel |
f(%) |
Jenis kelamin | |
Laki-laki |
38 (63,3) |
Perempuan |
22 (36,7) |
Total |
60 (100) |
Pendidikan | |
Tidak sekolah |
4 (6,7) |
SD |
27 (45) |
SMP |
10 (16,7) |
SMA |
19 (31,7) |
Total |
60 (100) |
Pekerjaan | |
Tidak bekerja |
12 (20) |
Wiraswasta |
17 (28,3) |
Petani |
15 (25) |
Buruh |
11 (18,3) |
PNS |
1 (1,7) |
Lain-lain |
4 (6,7) |
Total |
60 (100) |
Riwayat merokok | |
Tidak pernah |
30 (50) |
Pernah |
15 (25) |
Aktif |
15 (25) |
Total |
60 (100) |
Riwayat Mual Muntah Post Op | |
Tidak pernah |
34 (56,7) |
Pernah |
26 (43,3) |
Total |
60 (100) |
Jenis operasi | |
Kecil |
5 (8,3) |
Sedang |
34 (56,7) |
Besar |
21 (35) |
Total |
60 (100) |
Jenis antiemetic | |
Indeks terapi dosis rendah |
20 (33,3) |
Indeks terapi dosis tinggi |
40 (66,7) |
Total |
60 (100) |
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Gambaran Mual Muntah dan Stres Responden (n=60)
Pernyataan |
N (%) |
Saya merasakan mual selama ….. dalam 12 jam terakhir | |
Tidak ada |
0 (0) |
< 2 jam |
26 (43,3) |
2-4 jam |
30 (50) |
4-6 jam |
3 (5) |
> 6 jam |
1 (1,7) |
Saya merasakan mual ….. dalam 12 jam terakhir | |
Tidak ada |
2 (3,3) |
1-2 kali |
31 (51,7) |
3-4 kali |
23 (38,3) |
5-6 kali |
2 (3,3) |
≥ 7 kali |
2 (3,3) |
Saya merasakan stres ….. akibat mual yang terjadi | |
Tidak ada |
18 (30) |
Ringan |
34 (56,7) |
Sedang |
8 (13,3) |
Berat |
0 (0) |
Sangat Parah |
0 (0) |
Saya muntah ….. dalam 12 jam terakhir | |
Tidak ada |
43 (71,7) |
1-2 kali |
13 ( 21,7) |
3-4 kali |
4 (6,7) |
5-6 kali |
0 (0) |
≥ 7 kali |
0 (0) |
Setiap muntah keluar sebanyak ….. dalam 12 jam terakhir | |
Tidak ada |
45 (75) |
< 100 cc |
14 (23,3) |
100-400 cc |
1 (1,7) |
400-600 cc |
0 (0) |
> 600 cc |
0 (0) |
Saya merasakan stres ….. akibat muntah yang terjadi | |
Tidak ada |
44 (73,3) |
Ringan |
11 (18,3) |
Sedang |
2 (3,3) |
Berat |
3 (5) |
Sangat Parah |
0 (0) |
PEMBAHASAN |
usia (lansia) awal (46-55 tahun), lansia |
Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia |
akhir (56-65 tahun), dan manusia lanjut |
responden 47 tahun dengan usia termuda |
usia atau manula (65 tahun keatas) |
16 tahun dan tertua 59 tahun. Usia adalah |
(Andrian Ramadhan, 2014). Hasil |
umur individu yang terhitung mulai saat |
penelitian menunjukkan usia rata-rata |
dilahirkan sampai berulang tahun . Umur |
responden dalam kategori lansia awal. |
dikelompokkan menjadi sembilan tahapan |
Insiden mual muntah meningkat pada |
yaitu balita (0-5 tahun), anak-anak (5-11 |
usia anak hingga remaja, konstan pada usia |
tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja |
dewasa, dan akan menurun pada lansia. |
akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 |
Hal tersebut menunjukkan adanya |
tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lanjut |
keterkaitan antara kejadian mual muntah |
dengan usia. Sebuah penelitian mengidentifikasi kelompok usia yang lebih muda (<50 tahun) sebagai faktor risiko yang lebih signifikan terhadap insiden PONV dibandingkan dengan mereka yang berusia 50 tahun ke atas (Apfel et al., 2012). Serupa dengan insiden mual muntah, tingkat stres juga semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia (Suwartika, Nurdin, & Ruhmadi, 2014). Semakin dewasa seseorang biasanya akan semakin menunjukkan kematangan jiwa, dalam arti semakin bijaksana, semakin mampu berpikir rasional, semakin mampu mengendalikan emosi, semakin dapat menunjukkan intelektual dan psikologisnya, dan semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda dari dirinya (Nasrani & Purnawati, 2015)
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 38 (63,3%) responden, berpendidikan SD 27 (45%) responden, pekerjaan wiraswasta 17 (28,3%), riwayat merokok tidak pernah 30 (50%), riwayat mual muntah post operasi 34 (56,7%), jenis operasi sedang 34 (56,7) dan jenis antiemetik indeks terapi dosis tinggi 40 (66,7%).
Hasil yang didapatkan di dalam penelitian terkait kejadian mual muntah berdasarkan jenis kelamin berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti Kinasih, Trisna, & Fatonah, (2019) yang menyebutkan sebanyak 12 (75%) dari 16 responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami mual muntah pasca operasi. Secara keseluruhan kasus mual muntah post operasi diprediksi terjadi pada jenis kelamin perempuan. Mekanisme yang mengaitkan jenis kelamin perempuan dengan peningkatan insiden mual muntah post operasi belum diketahui secara pasti (Apfel et al., 2012).
Stres sebagai akibat mual muntah dapat dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang. Penelitian oleh Meško, Štok, Mijoč, Karpljuk, & Videmšek, (2009) menunjukkan bahwa jenis kelamin
berpengaruh pada tingkat stres, yaitu tingkat stres yang lebih tinggi sering dijumpai pada perempuan. Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stres, Konflik pada perempuan memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut. Sedangkan laki-laki umumnya menikmati adanya konflik dan persaingan, bahkan menganggap bahwa konflik dapat memberikan dorongan yang positif. Dengan kata lain, ketika perempuan mendapat tekanan, maka umumnya akan lebih mudah mengalami stres (Tischler, 2008).
Sebagian besar responden tidak memiliki riwayat merokok. Penelitian oleh Islam & Jain, (2004) didapatkan bahwa non perokok lebih rentan terhadap mual muntah pos operasi daripada perokok. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan. Pekerjaan tersebut tentunya berhubungan dengan status sosial dan ekonomi seseorang. Aktivitas dalam bekerja mengandung unsur suatu menghasilkan sesuatu, dan bertujuan untuk mendapatkan upah atau gaji dari untuk memenuhi kebutuhan demi mempertahankan kelangsungan hidup dan mencapai taraf hidup yang lebih baik (As’ad, 2013). Mual dan muntah yang terjadi jika tidak ditangani akan memperpanjang masa rawat pasien, meningkatkan biaya perawatan dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi seseorang dan dapat meningkatkan masalah psikologis yaitu stres bagi pasien. Sebagian besar responden memiliki riwayat mual muntah post operasi. Seseorang yang memiliki riwayat mual muntah pos operasi atau mabuk perjalanan memilki risiko tiga kali lipat mengalami mual muntah (Lee, Lee, Thinn, Poon, & Liu, 2015).
Jenis operasi yang dilakukan pada responden adalah operasi sedang. Operasi tersebut diantaranya hernia, appendicitis, hemoroid, hidrogel, varicocele, fistel perianal, struma, vesicotomi, cystoscomi,
repair tendon, FAM, polip recti extirpasi, bibir sumbing, boorgat cranial, continous ventricular drainage (VP-sunt), mamae abrance. Pembedahan terkait dengan peningkatan TIK, obstruksi GIT, kehamilan, aborsi atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi lebih berisiko terjadi mual muntah (Islam & Jain, 2004).
Jenis antiemetik sebagian besar mendapatkan indeks terapi dosis tinggi. Jenis obat yang didapatkan adalah Ondansentron. Sebuah penelitian menyatakan Ondansetron dalam menekan mual muntah efektif sebesar 86,7 %, sedangkan kelompok Deksametason dapat menekan mual muntah sebesar 46,7 %. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pengaruh faktor psikologi, perbedaan sensitivitas masing-masing pasien terhadap obat anestesi maupun karena manipulasi saat pembedahan (Nurwinarsih, 2009). Penelitian lain yang meneliti keefektifan Ondansentron sebagai terapi mual muntah juga dilakukan oleh (Fransisca, Fuadi, & Bisri, 2019) didapatkan hasil bahwa pada menit kedua dan kelima setelah perlakuan didapatkan kejadian mual muntah derajat sedang berat lebih banyak pada kelompok ondansetron dibanding dengan kelompok pepermin dengan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Hal tersebut menggambarkan pemberian aromaterapi lebih signifikan mengatasi mual muntah pasien post operasi.
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar merasakan mual selama 2-4 jam dalam 12 jam terakhir sebanyak 30 (50%) responden, merasakan mual 1-2 kali dalam 12 jam terakhir sebanyak 31 (51,7%), merasakan stres ringan akibat mual yang terjadi sebanyak 34 (56,7%), muntah tidak ada dalam 12 jam terakhir sebanyak 43 (71,7). Tiga belas (21,7%) responden memberikan pernyataan muntah 1-2 kali dalam 12 jam terakhir dan 4 (6,7%) reponden muntah 3-4 kali dalam 12 jam terakhir. Sebagian besar responden yang mengalami muntah keluar sebanyak <100 cc dalam 12 jam terakhir dialami oleh 14 (23,3%) responden dan 1 (1,7%) responden
muntah sebanyak 100-400cc. Sebagian besar 44 (73,3%) tidak merasakan stres akibat muntah yang terjadi, 11 (18,3%) stres ringan, 2(3,3%) stres sedang dan 3 (5%) responden merasa stres berat.
Pemberian obat-obatan anestesi sangat erat kaitannya dengan kejadian mual muntah pascabedah saat pasien di ruang pemulihan maupun di ruang rawat inap (Chatterjee et al., 2011). Kejadian mual muntah dapat menimbulkan dampak negatif, baik bagi pihak pelayanan kesehatan maupun pasien. Pelayanan kesehatan akan mengalami pemborosan sumber daya, peningkatan biaya operasional, dan bahkan kehilangan kepercayaan dari pasien. Sementara dampak negatif dari pihak pasien antara lain ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat berdampak lebih lanjut ke masalah dehidrasi, hiponatremi, hipokalemi, ruptur esofagus, tegangan jahitan, dehiscence, perdarahan, dan hipertensi.
Mual muntah yang tidak tertangani dengan baik juga akan menyebabkan isi lambung yang dimuntahkan dapat menyumbat jalan napas dan mengakibatkan asfiksia, hipoksia, dan hiperkapnia. Apabila terjadi aspirasi paru, maka asam lambung yang masuk akan menyebabkan pneumonia aspirasi (sindroma Mendelson) dengan gejala: sesak napas, syok, sianosis, suara ronkhi basah pada kedua paru, edema paru. Sebagian besar pasien meninggal karena gagal jantung dan paru. Selain itu asam lambung yang sampai ke mulut dapat menyebabkan terkikisnya email gigi dan inflamasi mukosa mulut (Kania, 2003).
Stres yang dialami responden jika tidak tertangani dengan baik juga akan menimbulkan rasa kurang/tidak nyaman dalam kehidupan sehari-hari Stres menimbulkan banyak keluhan, dalam keadaan akut dalam bentuk kegelisahan, dalam bentuk khronis, gangguan fisik maupun mental, kebosanan, kelelahan dan akhirnya kematian (Musradinur, 2016).
SIMPULAN
Hasil peneleitian menunjukkan rata-rata usia responden 47 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, tidak pernah merokok, memiliki riwayat mual muntah post operasi, jenis operasi yang dijalani responden sebagian besar sedang, dan jenis antiemetic yang didapatkan adalah indeks terapi dosis tinggi.
Hasil penelitian terkait mual, muntah dan stres yang dialami responden menunjukkan sebagian besar merasakan mual selama 2-4 jam dalam 12 jam terakhir. Sebagian besar responden yang mengalami muntah keluar sebanyak <100 cc dalam 12 jam terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Andrian Ramadhan. (2014). Kategori
Umur Menurut Depkes RI (2009). Departemen Kesehatan RI. Retrieved from
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/da tenpdf.com_arf-komunika-kategori-umur-menurut-depkes-ri-2009pdf-.pdf
Annesi, S. M., Brooks-brunn, J. A., Byers, J. F., Casey, P. E., Cash, J., & Corbin, J. (2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Monographs of the Society for Research in Child Development.
https://doi.org/10.1111/mono.12088
Apfel, C. C., Heidrich, F. M., Jukar-Rao, S., Jalota, L., Hornuss, C., Whelan, R. P., … Cakmakkaya, O. S. (2012). Evidence-based analysis of risk factors for postoperative nausea and vomiting. British Journal of Anaesthesia, 109(5), 742–753.
https://doi.org/10.1093/bja/aes276
As’ad. (2013). Psikologi Industri. Image Rochester NY.
Chang, C. C., & Wong, C. S. (2016).
Postoperative nausea and vomiting
free for all: A solution from propofol? Acta Anaesthesiologica Taiwanica, 54(4), 106–107.
https://doi.org/10.1016/j.aat.2016.12. 002
Chatterjee, S., Rudra, A., & Sengupta, S. (2011). Current concepts in the management of postoperative nausea and vomiting. Anesthesiology Research and Practice.
https://doi.org/10.1155/2011/748031
Deshpande, R. C. (2012). A healthy way to handle Work place stress through Yoga, Meditation and Soothing Humor. Agris On-Line Papers in Economics and Informatics. https://doi.org/10.6088/ijes.0020203 00100
Fransisca, A., Fuadi, I., & Bisri, D. Y. (2019). Perbandingan Aromaterapi Pepermin dengan Ondansetron Intravena sebagai Terapi Rescue Mual Muntah Pascaoperasi Mastektomi. Jurnal Anestesi Perioperatif. https://doi.org/10.15851/jap.v7n1.15 87
Islam, S., & Jain, P. (2004). Post-operative nausea and vomiting (PONV).: A Review Article. Indian Journal of Anaesthesia. Retrieved from http://medind.nic.in/iad/t04/i4/iadt04i 4p253.pdf
Kania. (2003). What’s being done to make ambulatory surgery safer? OR Manager.
Kinasih, A. R., Trisna, E., & Fatonah, S. (2019). PENGARUH
AROMATERAPI JAHE
TERHADAP MUAL MUNTAH PADA PASIEN PASKA OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 171.
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1 302
Lee, Y. Z., Lee, R. Q., Thinn, K. K., Poon, K. H., & Liu, E. H. C. (2015). How patients fare after anaesthesia for elective surgery: A survey of postoperative nausea and vomiting, pain and confusion. Singapore Medical Journal.
https://doi.org/10.11622/smedj.2015 008
Meško, M., Štok, Z. M., Mijoč, P., Karpljuk, D., & Videmšek, M. (2009). Gender differences in stress symptoms among Slovene managers. International Journal of Business and Globalisation.
https://doi.org/10.1504/IJBG.2009.02 3500
Musradinur. (2016). Stres dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif Psikologi. Journal Edukasi. Retrieved from
moraref.kemenag.go.id › documents › article › download%0A
Nasrani, L., & Purnawati, S. (2015). PERBEDAAN TINGKAT STRES ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA PESERTA YOGA DI KOTA DENPASAR. E-Jurnal Medika Udayana.
Notoatmodjo, S. (2012). Rancangan Eksperimen Semu. In Metodologi Penelitian Kesehatan.
Nurwinarsih, F. (2009). Perbandingan efektivitas premedikasi ondansetron dan deksametason dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi, 5– 59. Retrieved from file:///C:/Users/ASUS/Downloads/fit ri.pdf
Orewole, T. O., Aremu, S. K., Bolaji, B. O., & Kolawole, I. K. (2014). Comparative trial of combined metoclopramide and dexamethasone versus dexamethasone in post operative nausea and vomiting in gynaecological surgery. American
Journal of Research Communication. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar ticles/PMC5558365/pdf/TJOD-11-219.pdf
Suwartika, I., Nurdin, A., & Ruhmadi, E. (2014). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stress Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D Iii Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. The Soedirman Journal of Nursing). Retrieved from https://media.neliti.com/media/public ations/105400-ID-analisis-faktor-yang-berhubungan-
Tischler, V. (2008). The female brain. Sexual and Relationship Therapy. https://doi.org/10.1080/14681990701 630179
Wijaya, A. A., Fithrah, B. A., Marsaban, A. H. M., & Hidayat, J. (2014). Efektivitas Pemberian Cairan
Praoperatif Ringer Laktat 2 mL/kgBB/jam Puasa untuk
Mencegah Mual Muntah
Pascaoperasi. Jurnal Anestesi Perioperatif, 2(3), 200–207.
https://doi.org/10.15851/jap.v2n3.33 2
Volume 7, Nomor 3, Desember 2019
132
Discussion and feedback