HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP “ ENAM TEPAT” DALAM PEMBERIAN OBAT
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP “ ENAM TEPAT” DALAM PEMBERIAN OBAT
Setianingsih1*, Ria Septiyana2
1Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 2Program studi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Kegagalan proses pengobatan (Medication error) melalui pemberian obat memiliki potensi membahayakan pasien dalam proses perawatan maupun pengobatan, yang dapat menyebabkan resiko fatal dari suatu penyakit. Perawat bertugas untuk mengetahui setiap komponen dari perintah pemberian obat termasuk aspek “enam tepat”. Enam tepat terdiri dari tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat pendokumentasian. Ketepatan tersebut harus didasari dengan keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “Enam Tepat” dalam pemberian obat. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Alat ukur menggunakan kuesioner penerapan prinsip “enam tepat” yang terdiri dari 20 pernyataan dan kuesioner karakteristik responden. Sampel berjumlah 124 perawat RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan prinsip enam tepat dilakukan analisa bivariate dengan menggunakan uji Sperman’s rho dengan hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat “dalam pemberian obat (p value 0,390) dan ada hubungan antara lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat (p value 0,028).
Kata kunci: enam tepat, obat, tingkat pendidikan, lama kerja
ABSTRACT
Failure of the treatment process (Medication error) through drug administration has the potential to endanger the patient in the process of treatment and treatment, which can cause a fatal risk of an illness. The nurse is tasked with knowing each component of the drug administration order including the "six right" aspect. The right six consists of the right patient, the right medicine, the right dose, the right time, the right way, and the right documentation. This accuracy must be based on skills, education, and knowledge. The research aims to determine the relationship of the level of education and length of work of nurses with the application of the principle of "six right" in drug administration. The research method uses descriptive correlative with cross sectional design. The measuring instrument uses a questionnaire applying the principle of "six right" consisting of 20 statements and questionnaire characteristics of respondents. The sample consisted of 124 nurses Soewondo Hospital Kendal. The relationship between the level of education and the length of service of nurses with the six principles is appropriate to do a bivariate analysis using the Sperman's rho test with the result that there is no relationship between the level of education of nurses and the application of the "six right" principle in drug administration (p value 0.390) and there is a relationship between the length of work of nurses by applying the "six right" principle in drug administration (p value 0.028).
Keywords: Six-right, drug, level education, length o f working
PENDAHULUAN
Kegagalan proses pengobatan (medication error) memiliki potensi membahayakan pasien dalam proses perawatan maupun pengobatan, yang dapat menyebabkan resiko fatal dari suatu penyakit (Perwitasari, 2010). Bentuk-bentuk kegagalan proses pengobatan
berupa peresepan yang tidak rasional, kesalahan perhitungan dosis pada peracikan, dan kesalahan penentuan jenis sediaan obat.
Perawat ikut bertanggung jawab dalam memastikan bahwa pemberian obat tersebut aman dan mengawasi efek dari pemberian obat tersebut pada pasien.
Perawat adalah orang yang mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit, yang bertugas membantu mengatasi penderitaan pasien dan berupaya agar penyakit pasien tidak lebih parah, sehingga perawat diharapkan tidak melakukan kesalahan dalam prosedur perawatan kepada pasien. Salah satu peran perawat yang erat kaitannya dengan keselamatan pasien adalah pemberi asuhan keperawatan baik secara mandiri maupun kolaborasi. Rencana pengobatan merupakan bentuk kolaborasi perawat dengan tim medis (Potter, 2010).
Perawat bertugas untuk mengetahui setiap komponen dari perintah pemberian obat termasuk aspek enam tepat. Enam tepat terdiri dari tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat pendokumentasian. Ketepatan tersebut harus didasari dengan keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan. Masih terdapat ketidakpatuhan perawat dalam menggunakan prinsip enam tepat di beberapa rumah sakit yaitu 17, 6 % tidak melakukan tepat dokumentasi di RS Surya Husada (Made, 2012) dan 52,8 % di RS M. Jamil Padang, sedangkan 58,6 % tidak melakukan tepat waktu di RS M. Jamil Padang (Yulhelmi, 2009).
Pemberian obat merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan oleh perawat, jadi ketelitiannya sangat penting untuk mendapatkan efek terapeutik yang paling maksimal. Pengelolaan obat sangatlah penting dalam proses keperawatan, selain keamanan pasien, pemborosan juga dapat dihindari (Smith, 2010). Perawat juga harus memastikan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tersebut aman bagi pasien dan memperhatikan efek samping dari obat yang telah diberikan (Karch, 2010).
Kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor internal seperti karakteristik perawat (umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan lama kerja) dan faktor eksternal seperti pengawasan dari kepala ruang, ketersediaan peralatan dan adanya SOP. Pengalaman dan
lamanya kerja dapat mempengaruhi kinerja dalam melakukan asuhan keperawatan, yaitu semua tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan (Ince, 2011).
Penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “Enam Tepat” dalam pemberian obat sudah pernah dilakukan dengan hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “Enam Tepat” dalam pemberian obat (Armiyati, 2007). Faizin dalam penelitiannya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan lama kerja dengan kinerja perawat (Faizin, 2008). Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Penerapan Prinsip “Enam Tepat” dalam Pemberian Obat di RSUD dr Soewondo Kendal”. RSUD dr Soewondo Kendal dipilih karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit terbesar di Kendal dan merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal sebanyak 192 perawat. Sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling sebanyak 124 responden.Penelitianini dilaksanakan pada bulan Juli 2019. Tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal.Variabel dependen pada penelitian ini adalah penerapan prinsip “ enam tepat” dalam pemberian obat sedangkan variabel independen meliputi tingkat pendidikan dan lama kerja perawat. Penerapan prinsip “ enam tepat” pemberian obat diukur dengan menggunakan kuesioner dengan nilai reliabilitas 0,918 yang terdiri dari 20 item pernyataan. Analisis data menggunakan distribusi
frekuensi dan presentasi serta analisa bivariate dengan menggunakan uji Sperman’s rho.
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang mencakup karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja) dan penerapan “enam tepat” pemberian obat.
Tabel 1 menunjukan sebagian besar responden berada pada usia 25-35 tahun yaitu sebanyak 79 responden atau 63,7 %, dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 83 perawat (66,9 %). Tingkat pendidikan perawat sebagian besar adalah Diploma III sebanyak 49,2 % (61 orang), dan sebagian besar perawat sudah bekerja > 10 tahun sebanyak 51 responden (41,1 %).
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n = 124).
Karakteristik Responden |
f |
% |
Usia | ||
25-35 tahun |
79 |
63,7 |
36-45 tahun |
36 |
29,0 |
>45 tahun |
9 |
7,3 |
Jenis Kelamin | ||
Perempuan |
83 |
66,9 |
Laki-laki |
41 |
33,1 |
Lama Kerja | ||
<6 tahun |
28 |
22,6 |
6-10 tahun |
45 |
36,3 |
>10 tahun |
51 |
41,1 |
Tingkat Pendidikan | ||
D3 |
61 |
49,2 |
S1 |
18 |
14,5 |
Ners |
45 |
36,3 |
Tabel 2. | ||
Penerapan prinsip “Enam tepat” pemberian obat (n = 124). | ||
Penerapan “ Enam tepat” |
f |
% |
Tidak tepat |
50 |
40,3 |
Tepat |
74 |
59,7 |
Tabel 3. | ||
Hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan prinsip | ||
“Enam |
tepat” dalam pemberian obat (n=124) | |
Enam Tepat P value | ||
Spearman's rho Tingkat |
Correlation Coefficient |
,078 0,390 |
Pendidikan |
Sig. (2-tailed) |
,390 |
N |
124 | |
Lama kerja |
Correlation Coefficient |
,197* 0,028 |
Sig. (2-tailed) |
,028 | |
N |
124 |
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 2 menunjukan bahwa perawat yang telah memenuhi aspek tepat dengan nilai skor 20 sejumlah 74 perawat atau 59,7%, sedangkan yang tidak tepat sejumlah 50 perawat atau 40,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa belum 100 % perawat menerapkan sepenuhnya prinsip enam tepat dalam pemberian obat ke pasien.
Tabel 3 menunjukan hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat “dalam pemberian obat (p value 0,390) dan ada hubungan antara lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat (p value 0,028).
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden paling banyak berada pada rentang usia 25-35 tahun yaitu sebanyak 79 responden atau 63,7 %. Umur dikaitkan dengan produktivitas kerja karena ada keyakinan bahwa kinerja dan produktivitas akan menurun dengan bertambahnya umur, dengan alasan menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan, meningkatnya kejenuhan dan kurangnya rangsangan intelektual (Riani, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami, Wijaya dan Rahmawati dengan hasil penelitian yang menyebutkan usia perawatpaling banyak yaitu pada usia 2535 tahun sebanyak 34 responden(66,7 %) (Utami, 2015).
Jenis kelamin responden paling banyak didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 83 responden atau 66,9 %. Jumlah responden perempuan dua kali lipat lebih banyak daripada responden laki-laki. Jenis kelamin termasuk dalam faktor penting kepatuhan pemberian enam obat secara tepat. Perempuan memiliki sifat lebih teliti dan penuh perhatian ketika bekerja, hal ini sejalan dengan penelitian Mahfudhah dan Mayasari yang menyebutkan faktor lain mempengaruhi kepatuhan yaitu jenis kelamin, dimana responden terbanyak di RSUD Meuraxa di
dominasi oleh perempuan, dimana perempuan lebih teliti dan penuh perhatian ketika bekerja (Mahfudhah, 2018).
Penerapan Prinsip “ Enam Tepat”
Prinsip dasar dalam pemberian obat yang aman dan akurat dengan memperhatikan prinsip “enam tepat” (six rights) penting untuk diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan. Ketepatan dalam pemberian obat dilihat dari enam aspek meliputi tepat pasien (right client), tepat obat (right drug) tepat dosis (right dosis) , tepat waktu (right time), tepat cara (right route) dan tepat dokumentasi (right documentation). Oleh karena itu apabila satu aspek tidak tepat maka akan membuat “enam tepat” menjadi tidak tepat lagi (Fatimah, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan perawat yang telah menerapkan enam tepat dengan nilai skor 20. Perawat yang telah memenuhi aspek tepat sejumlah 74 perawat atau 59,7 %, sedangkan yang tidak tepat sejumlah 50 perawat atau 40,3 %. Dari hasil penelitian ini juga tampak bahwa penerapan “enam tepat” dalam pemberian obat lebih dipengaruhi faktor internal perawat yaitu salah satunya lama bekerja perawat yang ikut menentukan. Sebagian besar perawat telah tepat menerapkan “enam prinsip” dikarenakan obat dari apotik sudah dikelompokkan berdasarkan nama pasien dan terdapat etiket yang jelas pada setiap obatnya.
Faktor internal lain yang belum teridentifikasi dalam penelitian ini dan dinilai penting dalam hal mempengaruhi penerapan “enam tepat” yaitu motiasi, persepsi dan sikap perawat dalam penerapan “enam tepat” pemberian obat.Terlepas dari faktor internal yang mendukung suksesnya penerapan “enam tepat” pemberian obat oleh perawat, juga tidak terlepas dari faktor eksternal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi “enam tepat” pemberian obat adalah ketersediaan fasilitas pemberian obat, supervisi dari masing-masing kepala ruang terhadap perawat pelaksana, kebijakan
institusi dalam dalam pemberian obat (penerapan SOP/Standar Operating Prosedure). Faktor eksternal tersebut belum teridentifikasi dengan jelas oleh peneliti, karena peneliti hanya melakukan observasi sekilas (Hilmawan, 2014).
Tingkat penerapan “enam tepat” dalam pemberian obat yang sudah baik oleh perawat pada penelitian ini perlu diperhatikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuntarti yang menyebutkan usaha mempertahankan dan meningkatkan penerapan prinsip ‘enam tepat’ ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, mengadakan pendidikan keperawatan berkelanjutan (continuing nursing education) yang memasukkan tindakan tindakan yang penting dilakukan oleh perawat dalam menerapkan prinsip ‘enam tepat’. Kedua, peningkatan aspek pengawasan dan supervisi dari ketua tim dan kepala ruangan kepada pelaksana dalam pemberian obat. Ketiga, melengkapi fasilitas dasar yang penting untuk pemberian obat, terutama untuk penerapan ‘universal precaution’, seperti: sarung tangan(handschoen), tempat khusus pembuangan jarum suntik, dan obat-obat untuk keadaan gawat darurat. Serta yang keempat, menyusun SOP tentang pemberian obat serta penanganan kesalahan pemberian obat untuk diterapkan (Kuntarti, 2014).
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penerapan Prinsip “ Enam Tepat”
Hasil penelitian hubungan tingkat pendidikan perawat dengan penerapan “enam tepat” pemberian obat yang diuji dengan uji Sperman’s rho menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penerapan “enam tepat” dalam pemberian obat. Hal ini karena p-value untuk uji ini > 0,05. hasil uji Sperman’s rho menunjukkan p-value 0,390 ( > α = 0,05) yang berarti Ha ditolak artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Armiyati, Ernawati dan Riwayati dengan hasil penelitian yang menyatakan artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat di ruang rawat inap RSUP Dr.Kariadi Semarang (Armiyati, 2007).
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmojo terbentuknya perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dari domain kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorangtermasuk diantaranya perilaku perawat dalam pemberian obat. Semua jenjang pendidikan perawat harus memiliki 12 kompetensi dasar yang sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional, salah satunya adalah memberikan obat dengan cara aman dan tepat. Berdasarkan hal tersebut maka pada semua level tingkat pendidikan perawat menerapkan prinsip yang sama dalam pemberian obat secara aman dan tepat (AIPNI, 2016).
Terkait dengan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat ini kemungkinan juga karena ada faktor-faktorlain yang mempengaruhi. Faktor internal yang lain seperti motivasi dan persepsi perawat juga bisa mempengaruhi perilaku.
Hubungan Lama Kerja dengan Penerapan Prinsip “ Enam Tepat”
Hasil penelitian hubungan lama kerja perawat dengan penerapan “enam tepat” pemberian obat yang diuji dengan uji Sperman’s rho menunjukkan ada hubungan antara lama kerja dengan penerapan “enam tepat” dalam pemberian obat. Hal ini karena p-value untuk uji ini < 0,05. hasil uji Sperman’s rho menunjukkan p-value 0,028 ( < α = 0,05) yang berarti Ha diterima artinya ada hubungan antara lama kerja perawat
dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama kerjaperawat dengan penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjobahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial kebudayaan. Pengalaman kerja seseorang mempengaruhiperilaku termasuk dalam hal ini adalah perilaku dalam pemberian obat.Semakin lama masa kerja perawat akan berpengaruh dalam perilaku ketepatan pemberian obat karena perawat akan semakin terlatih dengan hal yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama, banyak pengalaman dan banyak belajar dari kesalahan pemberian obat . Ketepatan pemberian obat yang dimaksud adalah penerapan prinsip “enam tepat” yaitu tepat obat, tepat dosis,tepat waktu, tepat pasien, tepat cara pemberian dan tepat pendokumentasian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Robbin dan Judge yang mengatakan semakin lama bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja. Sebaliknya, makin singkat masakerja, makin sedikit pengalaman yang diperoleh (Robbins, 2008). Orang yang mempunyai pengalaman akan selalu lebih pandai dalam menyikapi hal dibandingkan mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman.Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati, Ernawati dan Riwayati dengan hasil penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberianobat di ruang rawat inap RSUP Dr.Kariadi Semarang.
SIMPULAN
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat “dalam pemberian obat
(p value 0,390) dan ada hubungan antara lama kerja perawat dengan penerapan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat (p value 0,028)
DAFTAR PUSTAKA
Armiyati, Yunie,Ernawati, & Riwayati.
(2007). Hubungan Tingkat
Pendidikandan Lama Kerja Perawat dengan Penerapan Prinsip
EnamTepatdalamPemberian Obat di Ruang Rawat Inap RS Dr. Kariadi Semarang
JurnalKeperawatan,Volume 1, No.1,Oktober 2007: 1-18.
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia. (2016). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia. Jakarta : AIPNI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia.
Faizin, Achmad & Winarsih. (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Volume 1 Nomor 3.
Fatimah, F.S. & Rosa, E.M. (2014). Efektifitas Pelatihan Patient Safety; Komunikasi S-BAR pada Perawat dalam Menurunkan Kesalahan
Pemberian Obat Injeksi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Volume 2 Nomor 1.
Hilmawan, Febri Adhi, dll. (2014). Hubungan antara Penerapan Standart Operational Procedure (SOP) Pemberian Obat Prinsip Enam Benar dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Ungaran. Jurnal Ilmi
Keperawatan dan Kebidanan Volume 2 Nomor 1.
Ince, M, dan Erlin, K. (2011). Hubungan Kepatuhan Perawat IGD dalam Melaksanakan Standar
Prosedur Operasional Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis di RS Baptis Kediri.
Karch, M. A. (2010). Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kuntarti. (2014). Tingkat Penerapan Prinsip'EnamTepat' Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang Rawat lnap. Jurnal Keperawatan lndonesia 1 Maret 2015, 19(1) : 19-25.
Made, K. V. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan staf perawat dan staf farmasi menggunakan enam benar dalam menurunkan kasus kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera di Rumah Sakit Umum Surya Husada. http://lontar.ui.ac.id
Mahfudhah, N.A., dan Mayasari, P. (2018). Pemberian Obat Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Banda Aceh, JIM FKEP Volume III, 4 : 49-54.
Perwitasari, Dyah Aryani, et all. (2010). Medication Errors in Outpatients of a Government Hospital in Yogyakarta Indonesia. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research Page 8 Volume 1, Issue 1,Article 002.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Riani. (2011).Budaya organisasi, Graha Ilmu:Yogyakarta.
Robbins, P.S., & Judge, T.A. (2008). Perilaku organisasi. ed:12. Jakarta: Salemba Medika
Smith, T. J. & Johnson, J.Y. (2010). Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5.Jakarta : EGC.
Utami, R., Wijaya, D., dan Rahmawati, I. (2015). Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Prinsip 12 Benar dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap RSU dr. H Koesnadi Bondowoso. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 3 (3) :457-463.
Yulhelmi. (2009). Gambaran pelaksanaan prinsip enam benardalam pemberian obat oleh perawat di Irna B RSUP DR. M. Djamil Padang. http://www.repository.unand.ac.id
Volume 7, Nomor 2, Agustus 2019
118
Discussion and feedback