HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI
Evi Heriyanti*, Triana Arisdiani, Yuni Puji Widyastuti
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
*Email : eviimut039@gmail.com
ABSTRAK
Kanker merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran dan jaringan penunjang payudara tetapi tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara dapat dideteksi dini salah satunya dengan SADARI. Saat ini remaja yang berpengetahuan SADARI masih begitu rendah karena terlalu sibuk dengan tugas-tugas dari sekolah dan belum tahu tentang SADARI. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Motivasi Dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri Di Desa Kumpul Rejo. Penelitian ini menggunakan Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive sampling dengan sampel berjumlah 58 dengan usia 19-21 tahun. Hasil penelitian didapatkan dengan nilai p value 0,000 (p value p < 0,05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat remaja yang memiliki pengetahuan dan tindakan SADARI yang kurang serta motivasi yang rendah. Remaja tersebut disarankan untuk mencari informasi melalui buku atau media informasi kesehatan untuk menekan angka peningkatan penderita kanker, melalui deteksi dini kanker.
Kata kunci: tingkat pengetahuan, motivasi, SADARI
ABSTRACT
Breast cancer is cancer derived from glands, tissues, pectoral fat pad but it does not include breast skin. Breast cancer can be early detected breast self examination. At the moment, teenagers still lack knowledge of breast self examination as they are so busy with their school assignments that they do not know breast self examination.
The objective of this study is to see the relationship between the teenagers’ activities of online games and their social behavior. This study used a descriptive correlation study design with cross sectional approach. Purposive sampling was used to collected the data. The participants of this research were 58 teenagers at the age of between 19 and 21 years. This study showed that there was a significant relationship between the teenagers’ knowledge level and the action of breast self examination with ρ value 0,000 (ρ value< 0,05). As the result of this research showed the teenagers’ low motivation and knowledge level and the action of BREAST SELF EXAMINATION, it is suggested that teenagers search information from the books and health information media to reduce the number of people with cancer through early detection of cancer.
Key words: level of knowledge, motivation, breast self examination
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. Tumor ganas ini berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang, tetapi tidak termasuk kulit payudara (Mulyani, 2013).
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, diketahui terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di
seluruh dunia, menunjukkan bahwa dalam kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker. Pada penduduk perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (Primadi, 2015).
Kanker payudara kini menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Setiap
tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk yang ada di Indonesia (Rasjidi, 2010). Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%) (Departemen Kesehatan. 2010).
Kanker payudara dapat muncul pada usia berapapun di luar usia masa kanak-kanak yaitu 18 tahun, namun insidennya rendah selama 10 tahun pertama dan meningkat secara bertahap setelahnya secara keseluruhan, resiko pada perempuan seumur hidupnya untuk berkembang kanker payudara adalah 1 berbanding 8, dari 8 orang yang sehat terdapat 1 orang memiliki risiko kanker payudara, kanker payudara sering kali ditemukan pertama kali oleh perempuan melalui pemeriksaan payudara sendiri (Price dan Wilson, 2012).
Pemeriksaan payudara sendiri merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk menemukan resiko kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan secara massal (Rasjidi, 2010). Tindakan pemeriksaan payudara sendiri penting karena 75-85 % keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (Purwoastuti, 2008).
Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Terbukti 95% wanita yang terdiagnosa pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita melakukan SADARI (RSIA Lembayung Husada, 2013). SADARI dianggap sebagai cara termurah, aman dan sederhana. Dengan SADARI, bukan tidak mungkin akan lebih banyak kanker payudara stadium dini yang dapat terdeteksi.
Wanita usia 10-21 tahun masih sulit untuk melakukan deteksi kanker payudara
dengan SADARI karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya SADARI dilakukan pada usia 20 tahun karena pada usia tersebut jaringan pada wanita sudah terbentuk sempurna (Sari, 2013). Berdasarkan program American Cancer Society (2001) untuk deteksi dini kanker payudara sebaiknya dilakukan pada usia diatas 20 tahun dengan pemeriksaan SADARI setiap bulan, 20-39 tahun melakukan pemeriksaan payudara klinis setiap 3 tahun dan diatas 40 tahun dilakukan pemeriksaan payudara Klinis dan mamografi setiap tahun (Price dan Wilson, 2012).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2016 terhadap 5 orang remaja di Kumpul Rejo dengan metode wawancara, didapatkan hasil sebagian besar (4 orang) belum mengetahui SADARI dan hanya 1 orang yang sudah mengetahui SADARI. Empat orang remaja yang belum pernah melakukan SADARI menyampaikan alasan tidak melakukan SADARI karena terlalu sibuk dengan tugas-tugas di sekolahan, ada yang menyatakan baru mendengar istilah dari sadari itu sendiri dan banyak yang tidak tau cara-caranya untuk melakukan sadari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri di Desa Kumpul Rejo.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja akhir usia 19-21 di Desa Kumpul Rejo yaitu berjumlah 58 remaja. Sampel penelitian sebanyak 58 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan remaja putri tentang SADARI, Kuesioner motivasi pemeriksaan
payudara sendiri dan kuesioner tindakan pemeriksaan payudara sendiri. Analisa menggunakan dua analisa yaitu univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji Chi Square Test dengan fisher exact test.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja putri di Desa Kumpul Rejo Kabupaten
Kendal sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 22 (37,9%) responden, berpendidikan sebagian besar Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 51 (87,9%) responden, pengetahuan sebagian baik yaitu sebanyak 44 (75,9%) responden, motivasi sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 42 (72,4%) responden, tindakan SADARI sebagian besar baik yaitu sebanyak 41 (70,7%) responden.
Tabel 1.
Karakteristik responden (n=58)
Karakteristik |
f |
% |
Usia | ||
19 tahun |
22 |
37.9 |
20 tahun |
16 |
27.6 |
21 tahun |
20 |
34.5 |
Pendidikan | ||
SMA |
7 |
12,1 |
PT |
51 |
87,9 |
Pengetahuan | ||
Kurang |
6 |
10,3 |
Cukup |
8 |
13,8 |
Baik |
44 |
75,9 |
Motivasi melakukan SADARI | ||
Rendah |
5 |
8,6 |
Sedang |
11 |
19,0 |
Tinggi |
42 |
72,4 |
Tindakan Pemeriksaaan SADARI | ||
Kurang |
5 |
8,6 |
Cukup |
12 |
20,7 |
Baik |
41 |
70,7 |
Tabel 2.
Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (n=58) Tindakan Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SADARI) Total P
Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik Value
f%f%f%f % | |
Kurang Cukup Baik |
5 8,6 1 1,7 0 0 6 10,3 0 0 7 12,1 40 69,0 8 13,8 0,000 0 0 4 6,9 40 69,0 44 75,9 |
Tabel |
2 hasil tabel silang untuk transformasi data pada tabel 3. Tabel 3 |
mencari Hubungan Tingkat Pengetahuan menunjukkan bahwa dari 14 (24,1%) dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara remaja putri yang memiliki pengetahuan Sendiri (SADARI) menunjukkan hasil uji cukup dan kurang, sebanyak 44 (75,9%) chi square dengan fisher’s exact test remaja putri yang tindakan pemeriksaan terdapat sel 6 sel (66,7%) yang memiliki SADARI cukup dan kurang.
expected count <5, kemudian dilakukan
Tabel 3 menunjukkan hasil uji chi Sehingga terbukti ada hubungan yang
square dengan fisher’s exact test karena signifikan antara tingkat pengetahuan
tidak terdapat sel yang memiliki nilai dengan tindakan pemeriksaan payudara
expected count <5 setelah dilakukan sendiri (SADARI) pada remaja putri di
penggabungan kategori dan diperoleh nilai Desa Kumpul Rejo Kecamatan Kaliwungu
ρ value 0,000 lebih kecil dari pada taraf Kabupaten Kendal.
signifikan 0,05 atau 5% maka Ha diterima.
Tabel 3.
Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri pada remaja
putri (n=58) | |
Tingkat Pengetahuan |
Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Total P OR (95% CI) Cukup+ Kurang Baik Va ue f % f%f% |
Cukup+ Kurang Baik |
13 22,4 1 1,7 14 24,1 130,000 4 6,9 40 69,0 44 75,9 0,000 (13, 312 – 1269, 563) |
Tabel 4. |
Hubungan Motivasi Melakukan SADARI dengan Tindakan Pemeriksaan SADARI
Motivasi melakukan SADARI |
Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Total Kurang Cukup Baik ρ f%f % f % f % |
Rendah Sedang Tinggi |
5 8,6 0 0 0 0 5 8,6 0,000 0 0 11 19,0 0 0 11 19,0 0 0 1 1,7 41 70,0 42 72,4 |
Motivasi |
Melakukan SADARI terdapat sel 1 sel (25,0%) yang memiliki |
dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara expected count <5, kemudian dilakukan
Sendiri (SADARI) menunjukkan hasil uji transformasi data sebagai berikut :
chi square dengan fisher’s exact test
Tabel 5.
Hubungan motivasi melakukan SADARI dengan tindakan peemriksaan sadari pada remaja
putri (n=58) | |
Motivasi melakukan SADARI |
Tindakan Pemeriksaan Payudara P Sendiri (SADARI) Total Value Cukup+ Kurang Baik OR (95% CI) f %f% f% |
Sedang+ Rendah Tinggi |
16 27,6 0 0 16 27,6 42.000 0,000 (6,057-291,444) 1 1,7 41 70,7 42 72,4 |
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 16 hasil uji chi square dengan fisher’s exact (27,6%) responden yang motivasi test karena tidak terdapat sel yang melakukan SADARI sedang dan rendah, memiliki nilai expected count <5 setelah sebanyak 16 (27,6%) responden tindakan dilakukan penggabungan kategori dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diperoleh nilai ρ value 0,000 lebih kecil cukup dan kurang. Tabel 5 menunjukkan dari pada taraf signifikan 0,05 atau 5%
maka Ha diterima. Sehingga terbukti ada hubungan yang signifikan antara motivasi melakukan SADARI dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri.
PEMBAHASAN Karakteristik Subjek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja karakteristik responden sebagian besar berusia 19-21 tahun adalah berjumlah 58 orang. Remaja tersebut termasuk kategori remaja akhir (late adolescnce). Hasil penelitian disimpulkan sebagian besar remaja di Desa Kumpul Rejo pada tahap remaja akhir (late adolescnce).
Sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Disebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Semakin bertambah usia seorang wanita, semakin tinggi pula resiko terkena kanker payudara, oleh karena itu kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan kanker payudara dengan menggunakan teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai upaya deteksi lebih dini kanker payudara perlu ditingkatkan. Sebagaimana rekomendasi dari American Cancer Society, menganjurkan wanita yang akan mulai memasuki usia 20 tahun ke atas untuk melakukan pemeriksaan klinik sekurang-kurangnya 3 tahun sekali dan mendapat informasi tentang keuntungan dan keterbatasan SADARI sehingga wanita yang memilih melakukan SADARI dapat melakukan SADARI dengan tepat sesuai dengan tekniknya (Smith, et al, 2013).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2010) tentang hubungan usia dan tingkat
pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar wanita yang melakukan SADARI berusia 20 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Vitro Darma Yusra1, Rizanda Machmud, dan Yenita (2016) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang SADARI di Nagari Painan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar wanita yang pengetahuannya baik tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berusia 19 tahun.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan remaja putri sebagian besar berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 51 (87,9%) responden. Hal ini sejalan dengan teori (Notoatmojo, 2010) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalah untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Remaja putri di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal sebagian besar berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini berarti akan mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi dan pengetahuan tentang kanker payudara khususnya informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Remaja yang berpendidikan tinggi mudah berespon terhadap informasi tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Koenjoroningrat dalam Nursalam (2008) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki, dalam hal ini khususnya pengetahuan tetang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat pengetahuan perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di Desa Kumpul Rejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal sudah menyadari akan pentingnya tingkat pendidikan untuk menjadi manusia yang berkualitas dan menyiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan pengetahuannya tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2010) tentang hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar responden berpendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Abdullah, Jon Tangka, Julia Rottie (2013) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan tentang kanker payudara dengan cara periksa payudara sendiri. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang kanker payudara dalam kategori baik, berpendidikan tinggi
Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagian besar baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan SADARI adalah pemeriksaan payudara untuk dapat menemukan adanya benjolan yang tidak normal, SADARI merupakan cara deteksi dini kanker payudara yang sangat sederhana,murah, dan sangat bermanfaat, SADARI dilakukan untuk mengetahui
adanya kelainan pada payudara, SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik struktur, bentuk ataupun tekstur, SADARI adalah agar tidak terjadi infeksi pada payudara, Melihat bentuk dan keseimbangan bentuk antara payudara (kiri dan kanan) merupakan cara melakukan SADARI tangan disamping badan. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagian besar baik. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan responden yang sebagian besar perguruan tinggi, dimana responden telah memperoleh pengetahuan cukup baik mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang didapat dari berbagai macam sumber informasi seperti media masa, buku, internet, fasilitas di kampus seperti perpustakaan atau lainnya. Sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya pendidikan. Lantasi (2012) menyatakan bahwa status pendidikan mempengaruhi kesempatan informasi mengenai kesehatannya, maka responden dengan pendidikan tinggi cenderung lebih mudah mengadopsi hal-hal baru.
Hasil penelitian terdapat sebanyak 6 (10,3%) responden yang pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden tidak mengetahui tentang pengertian SADARI, tujuan SADARI, manfaat SADARI dan cara melakukan SADARI. Sesuai dengan teori menurut Tombokan (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu mempunyai
pengetahuan baik, karena tidak semua orang mau dan mudah menerima informasi, hal ini mungkin juga disebabkan karena ada variabel lain yang mempengaruhi pendidikan misalnya pengalaman.
Pengetahuan di dapat setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan yang baik akan meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara ebnar sehingga meskipun responden sebelumnya pernah mendapat informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), namun jika responden tersebut tidak melakukan penginderaan atau tidak memperhatikan saat informasi dijelaskan maka akan mengakibatkan pemahaman yang kurang, sehingga kemampuan mengingat seseorang dapat dipengaruhi oleh dimensi waktu (Notoatmodjo (2007).
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyssa Sumiarsih dan Syamsul Rijal (2014) tentang hubungan pengetahuan dan motivasi tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah penyakit Ca Mamae. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah penyakit Ca Mamae. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2010) tentang hubungan usia dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 20-50 tahun tentang periksa payudara sendiri (SADARI). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar pengetahuan responden baik.
Motivasi Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi responden dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam kategori baik. Menurut
Siagian (2008) motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Adanya motivasi yang baik dan respon mendukung perawatan payudara dimungkinkan karena dirasakan perlu untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan pada kondisi payudara. Pentingnya antisipasi ini adalah membentuk motivasi yang baik terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam mencegah kanker payudara. Adanya informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta kanker payudara menjadi motivasi para wanita untuk menambah pengetahuan tentang area payudara. (Sumiarsih dan Rijal, 2014).
Hasil penelitian terdapat sebanyak 5 (8,6%) responden yang memiliki motivasi rendah untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kurangnya motivasi dalam melakukan tindakan sadari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara menyebabkan munculnya sifat malas, enggan dan tidak berkehendak untuk melakukan memeriksa payudara sebagai bentuk deteksi dini kanker payudara seperti malas untuk memeriksa payudara ketika mandi, malas untuk melakukan pemeriksaan payudara di depan cermin dengan lengan diangkat ke atas atau posisi berkacak pingang malas untuk memeriksa payudara dengan cara menekan perlahan-lahan payudara untuk mencari benjolan, dimulai dari tengah melingkar ke luar, malas untuk berbaring dan mengulangi pemeriksaan, dan malas untuk menekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
Motivasi dibagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang didasarkan pada datangnya penyebab suatu
tindakan (Moekijat, 2012). Motivasi ekstrinsik dalam pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang rendah ini disebabkan oleh rendahnya kekuatan yang muncul dari luar diri remaja yang menjadi pendorong dalam melakukan SADARI. Hal ini dikarenakan rangsangan dari luar mempengaruhi individu dalam menetapkan arah yang harus ditempuh. Motivasi ekstrinsik yang rendah ini dipengaruhi oleh dukungan dari teman sebaya terhadap pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan informasi-informasi yang diperoleh yang berhubungan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Hal ini mempengaruhi remaja putri dalam menentukan pikiran-pikirannya, yang selanjutnya membimbing perilakunya dalam melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). (Moekijat, 2012).
Motivasi timbul karena adanya rangsangan, dimana salah satu prosesnya disebabkan karena faktor dari luar diri seseorang yang berpengaruh seperti teman sebaya (Moekijat, 2012). Rendahnya motivasi ekstrinsik berdasarkan dukungan dari teman sebaya ini dikarenakan rendahnya dukungan dari teman sebaya terhadap pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga mengurangi minat remaja dalam melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Rendahnya dukungan dari teman sebaya ini dikarenakan teman yang bersangkutan tidak melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan dengan teratur. (Moekijat, 2012).
Rendahnya motivasi ini disebabkan oleh kurang lengkapnya informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga remaja putri tidak tertarik untuk melaksanakannya. Selain itu kemudahan memperoleh informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) belum merangsang dan meningkatkan semangat remaja putri untuk melaksanakannya. Motivasi intrinsik
mempertimbangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam diri individu baik kebutuhan-kebutuhan maupun keinginan-keinginannya. Motivasi ekstrinsik tidak meniadakan motivasi intrinsik, akan tetapi menambahnya. Motivasi ekstrinsik mengandung kekuatan-kekuatan, baik yang terdapat dalam diri individu maupun faktor-faktor yang dikendalikan oleh luar diri individu (Moekijat, 2012). Informasi yang mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang mudah diperoleh belum tentu meningkatkan semangat remaja putri untuk melaksanakan (SADARI) yang disebabkan oleh belum kuatnya keinginan dan kebutuhan individu untuk melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga, meskipun informasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat diperoleh dengan mudah hal itu belum mempengaruhi individu untuk selalu melaksanakannya.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiarsih dan Rijal (2014) tentang hubungan pengetahuan dan motivasi tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah penyakit Ca Mamae. Hasil peneltiiannya menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah penyakit Ca Mamae. Sumiarsih dan Rijal (2014)
Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam kategori baik. Tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini
dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara (Olfah, Y., Mendri, N. K., & Badi'ah, A. 2013).
Hasil penelitian sebagian besar tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) baik, dilihat dari jawaban kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan melihat perubahan payudara di hadapan cermin, memeriksa perubahan bentuk payudara dengan posisi berbaring, memeriksa payudara dengan menggunakan vertical strip dan pemutaran, memeriksa payudara dengan secara pemutaran, pemeriksaan cairan di puting payudara dan memeriksa ketiak.
Hasil peneltiian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Abdullah, Jon Tangka, Julia Rottie (2013) tentang hubungan pengetahuan tentang kanker payudara dengan cara periksa payudara sendiri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar responden cara melakukan SADARI sudah baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Malendes, Wagey, dan Panelewen (2016) yang meneliti tentang hubungan antara umur, tradisi, promosi kesehatan dan kebijakan instansi dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar responden tindakan pemeriksaan payudara sendiri tidak lengkap.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Semakin baik tingkat pengetahuan maka tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) semakin baik. Pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki dalam praktek SADARI. Jika seorang memiliki pengetahuan yang baik tentang SADARI maka tindakan
untuk melakukan SADARI rutin setiap bulannya akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, apabila seorang tidak memilki pengetahuan yang baik tentang pengertian,tujuan, manfaat, dan cara melakukan SADARI maka tindakan untuk melakukan SADARI tidak akan berjalan dengan baik.
Pemeriksaan payudara sendiri adalah pilihan bagi wanita yang memulai usia 20 tahun. Wanita harus diberikan informasi tentang manfaat dan batasan pemeriksaan tersebut. Wanita harus melaporkan berbagai perubahan pada payudaranya kepada dokter atau petugas medis lainnya dengan benar (Pamungkas, 2011).
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2013) tentang Hubungan Pengetahuan dan Niat Mahasiswa dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Hasil penelitian menyatakan bahwa usia yang >20 tahun sering melakukan tindakan SADARI sehingga pada usia ini mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah sangat penting sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah menderita kanker payudara atau tidak. Adanya informasi tentang SADARI serta kanker payudara menjadi motivasi para wanita untuk menambah pengetahuan tentang area payudara. Hal ini menjadi dasar utama untuk menambah pengetahuan tentang pemeriksaan payudara. Semakin meningkatnya tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri maka akan mempengaruhi sikap para wanita untuk menyadari pentingnya pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah resiko kanker payudara. Hal tersebut meningkatkan kesadaran para wanita khususnya usia dewasa awal untuk memotivasi diri sendiri mempraktekkan secara langsung pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengetahui kondisi payudaranya (Handayani, 2008).
Pentingya mengetahui gejala awal dari CA mamae sangat mempengaruhi
tingkat kesadaran seseorang dalam melakukan tindakan SADARI. Pengetahuan seseorang akan bahaya CA mamae dan manfaat dari tindakan SADARI akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam melakukan pencegahan terhadap CA mamae.
Hasil penelitian terdapat sebanyak 4 responden (3,0%) pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) baik dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) cukup. Remaja yang mempunyai pengetahuan baik namun cukup dalam tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam hal ini disebabkan karena remaja putri tersebut merasa malas dan kurang memperhatikan cara melakukan SADARI sewaktu diterangkan sehingga mereka tidak tahu benar cara melakukannya. Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Adopsi perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus akan membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama.
Dalam bukunya Reeder mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut, beranggapan bahwa dirinya tidak berisiko, malu, tidak tahu car/tekniknya, merasa tidak perlu lagi setelah menopause, lupa dan tabuh (Reeder & Koniak, 2012).
Sesuai hasil penelitian di Iraq tentang pengetahuan, sikap, dan praktik tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri diantara sampel populasi berpendidikan di iraq, tentang SADARI dengan sumber informasi yang utama adalah televisi, namun hanya terdapat 1 (1,7%) responden yang mempraktikan SADARI dengan alasan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana melakukan teknik SADARI yang benar (Alwan, Eliessa, Nadfaie, & Tawfeeq, 2012). Jadi, bisa disimpulkan bahwa
pengetahuan yang tinggi tidak selalu berhubungan dengan perilaku seseorang. Walaupun dalam hal ini perilaku tersebut bisa dikatakan menguntungkan bagi individu tersebut karena dapat mnghindarinya dari penyakit yang sangat berbahaya. Besarnya rasa kemalasan seseorang masih mengalahkan pengetahuannya yang tinggi.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2012) tentang hubungan pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan kanker payudara dini. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan tindakan pemeriksaan kanker payudara dini. Hasil penelitian Nugraheni (2010) tentang hubungan pengetahuan SADARI dengan perilaku SADARI. Hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan SADARI dengan perilaku SADARI. Penelitian Azmeilia (2010) tentang hubungan pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI dengan perilaku sadari. Hasil penelitiannya menyatakan terdapat hubungan positif antara pengetahuan tentang kanker payudara dan sadari dengan perilaku SADARI.
Berbeda dengan penelitian diatas, Baswedan dan Listiowati (2014) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan tentang SADARI dan tumor payudara dengan perilaku SADARI. Hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang SADARI dan tumor payudara dengan perilaku SADARI (p= 0,680) dengan kekuatan korelasi lemah.
Hubungan Motivasi dengan Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan motivasi dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) maka semakin baik tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Menurut Taufik (2007) bahwa tinggi rendahnya motivasi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengetahuan, sikap, jarak, kondisi sosial ekonomi, sumber informasi, sosial budaya, dukungan teman, tenaga kesehatan dan dukungan keluarga.
Hasil penelitian terdapat sebanyak 41 (70,7%) responden, motivasi remaja putri untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tinggi dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) baik. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri merasa butuh untuk mengetahui ada tidaknya kejanggalan dalam payudaranya sehingga remaja putri memiliki motivasi yang tinggi. Adanya motivasi yang tinggi menyebabkan remaja putri melakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara hati-hati dan sesuai dengan prosesdur pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Hal ini sesuai dengan teori Hamzah B Uno (2011), bahwa ada beberapa komponen utama motivasi yaitu kebutuhan. Bila individu merasa membutuhkan maka akan timbul dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dorongan utnuk memenuhi kebutuhan, individu akan melakukan tindakan sebaik mungkin dalam rangka memenuhi harapan dan tujuan yang ingin dicapai oleh individu.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan Basri (2011) tentang hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap tindakan pemeriksaan payudara sendiri. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan motivasi tentang SADARI dengan tindakan SADARI. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI pada wanita usia subur di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa ada hubungan motivasi dengan perilaku SADARI pada wanita usia subur. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Winarni (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek SADARI sebagai uapaya deteksi dini kanker payudara. Hasil penelitiannya menyatakan ada hubungan motivasi dengan perilaku praktek SADARI.
Hasil penelitian juga terdapat sebanyak 5 (8,6%) responden, motivasi rendah dengan tindakan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) juga kurang. Hal ini dikarenakan responden tidak merasa butuh dan tidak adanya kesadaran manfaat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) karena tidak ditemukan adanya kejanggalan dalam payudaranya dan kurangnya dorongan dari keluarga ataupun tokoh agama dan orangorang yang dianggap penting, meskipun tenaga kesehatan setempat sudah melakukan penyuluhan. Sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2010) bahwa kesadaran seseorang yang baik dalam hal kesehatan akan mempengaruhi pembentukan perilaku kesehatan yang benar, karena semakin tingginya kesadaran yang dimiliki orang tersebut semakin tinggi pula motivasi dalam diri orang tersebut.
Hasil penelitian terdapat 1 (1,7%) responden, remaja putri yang memiliki motivasi tinggi dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) cukup. Hal ini disebabkan karena remaja putri tersebut kurang memperhatikan cara melakukan SADARI sehingga mereka tidak tahu benar cara melakukannya meskipun memiliki motivasi yang tinggi. Sesuai dengan teori menurut Alhamda Syukra (2014) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan bertindak untuk memuaskan kebutuhan. Dorongan ini diwujudkan ke dalam tindakan. Remaja yang mempunyai motivasi yang tinggi biasanya akan menghasilkan tindakan yang baik begitu juga sebaliknya motivasi yang rendah biasanya menghasilkan tindakan yang juga kurang benar, akan tetapi
motivasi yang tinggi tidak selalu menghasilkan tindakan yang baik karena motivasi juga dipengaruhi oleh emosi dan kepribadian individu
SIMPULAN
Karakteristik responden sebagian besar remaja putri berusia 19-21 tahun dan berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 22 (37,9%) responden. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagian besar baik yaitu sebanyak 44 (75,9%) responden. Motivasi melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 42 (72,4%) responden. Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagian besar baik yaitu sebanyak 41 (70,7%) responden.Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri dengan p value 0,000. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri dengan p value 0,000.
DAFTAR PUSTAKA
Alwan NA, Eliessa, RA., Nadfaie, ZA., &
Tawfeeq, FN. (2012, April). Knowledge, attitude and practice regarding breast cancer and breast self-examination among a sample of the educated population in Iraq. Eastern Mediterranean Health Journal
American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures 2011-2012. Atlanta: American Cancer Society, Inc.
Azmeilia, Syafitri, (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dan SADARI dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara Angkatan 2008. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Basri, A. H. (2011). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Terhadap Tindakan Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Mahasiswi FKM UNHAS. Skripsi. Universitas Kesehatan Masyarakat, Makassar.
Baswedan and Listiowati (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Non Kesehatan di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.Biomedika vol.6 No.1. Diakses tanggal 25 Januari 2016, dari http://journals.ums.ac.id/index.php/b iomedika/article/…/280
Handayani, Sri. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Para Wanita Dewasa Awal Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Skripsi, Semarang : PSIK FK UNDIP
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in 2012. Diakses melalui
http://globocan.iarc.fr/Pages/ fact_sheets_ population.aspx pada tanggal 16 April 2015.
Moekijat, (2012). Dasar-Dasar Motivasi : Bandung: Pioner Jaya
Mulyani, N.S, & Nuryani, (2013). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh.
Notoatmodjo, (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugraheni A. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Sadari dengan Perilaku Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS Skripsi. Surakarta: UNS
Nurhayati Abdullah, Jon Tangka, Julia Rottie, (2013). Hubungan Pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan Cara Periksa Payudara Sendiri Pada Mahasiswi Semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
Nursalam, (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Olfah, Y., Mendri, N. K., & Badi'ah, A. (2013). Kanker Payudara & SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi dini kanker payudara, kenali sebab-sebab dan cara antisipasinya. Jogjakarta : Buku Biru
Price, S. A. & Wilson, L. M., (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.2. Ed 6. Jakarta: EGC.
Primadi, (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Kemenkes RI
Purwoastuti, Endang. (2008). Kanker Payudara. Yogyakarta: Kanisius
Rasjidi, Imam. (2010). Epidemiologi Kankerpada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Reeder Martin Koniak-Griffin. (2012). Volume 2 Keperawatan Maternitas Kesehatan wanita, Bayi,dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC.
RSIA Lembayung Husada, (2013). Kanker Payudara.
http://www.rsialembayunghusada.co m diakses pada tanggal 13 maret 2014.
Setiawan, F. (2012). Hubungan pengetahuan dan deteksi dini (sadari) dengan keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di rsud kraton kabupaten pekalongan. Skripsi. Diterbitkan. Pekajangan: Program studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhamadiyah Pekajangan. Diunduh dari www.e-
skripsi.stikesmuh.pkj.ac.id.
Setiawati, Novitasari (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku SADARI Pada Wanita Usia Subur di Desa Rowoboni Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang. Jurnal Kebidanan. Kebidanan,
STIKES Ngudi Waluyo
Syukra, Alhamda (2014). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish
Taufik, M. (2007). Prinsip-prinsip promosi kesehatan dalam bidang keperawatan. Jakarta: infomedika.
Winarni. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pratek SADARI Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Skripsi. STIKES Aisiyah Surakarta.
-----------------. 2010. 100 Questions
&Answers Kanker Pada Wanita.
Volume 6, Nomor 3, Desember 2018
156
Discussion and feedback