HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA
Putu Maya Ratih Suryadi*1, Meril Valentine Manangkot1, Made Oka Ari Kamayani1, Ni Putu Emy Darma Yanti1
1Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: mayaminglie@gmail.com
ABSTRAK
Kepercayaan diri adalah sikap yakin pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan hal yang ingin dicapainya. Kepercayaan diri sangat penting dimiliki oleh remaja sebagai pelajar untuk mengembangkan prestasi yang dimilikinya. Remaja cenderung memiliki perasaan labil dan lebih emosional, sehingga rentan untuk memiliki kepercayaan diri yang rendah. Intensitas penggunaan media sosial dapat mempengaruhi kepercayaan diri penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 154 siswa di kelas XII pada jurusan MIPA dan IPS. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah teruji valid dan reliabel untuk mengukur intensitas penggunaan media sosial dan kepercayaan diri melalui google form. Uji analisis yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji analisis menggunakan Spearman Rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat dengan arah hubungan yang negatif antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri (p < 0,001, r = - 0,430). Dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan media sosial berhubungan dengan kepercayaan diri dimana semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka semakin rendah kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja, begitu juga sebaliknya. Remaja diharapkan dapat menggunakan media sosial dengan baik dan bijak untuk mencegah terjadinya penurunan kepercayaan diri.
Kata kunci: intensitas, kepercayaan diri, media sosial, remaja
ABSTRACT
Self-confidence is an attitude of belief in one's own abilities seeing about to achieve something. Self-confidence is a key for everyone to promote the performance, specifically the adolescents. Adolescents are prone to having low self-confidence since they are more unstable to their feelings. They are prone to have insecurities while regarding something on social media. The intensity of using social media, thus can affect the confidence of its users. This research aims at determining the relationship between the intensity of social media use and self-confidence on the students at SMA Kristen Harapan Denpasar. This research used the correlative descriptive study with the quantitative method with a cross sectional approach. The sampling uses a simple random and stratified sampling techniques from the 154 students in class XII in the Science and Social science as the respondents. Data collection uses the questionnaire spread to respondents via google form had tested as the valid and reliable survey to measure the variable of the data. The analysis test used was a Spearman Rank correlation test with a 95% confidence level. The results shows that there was a fairly close relationship in the direction of a negative relationship between the intensity of social media use and confidence (p < 0,001, r = - 0,430). It can be deduced that when using social media too intense can give the impacts to adolescent’s self-confidence. It means that the higher of the intensity in using social media then the lower of self-confidence possessed by the adolescents, and vice versa. An adolescent is expected to use social media well and wisely to avoid the prospect of a lower self-confidence.
Keywords: adolescents, confidence, intensity, social media
PENDAHULUAN
Manusia mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Setiap orang tentunya akan mengalami perubahan peralihan perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang biasa dikenal sebagai masa remaja (Putro, 2017). Remaja dapat didefinisikan sebagai sebuah tahap perkembangan dan transisi periode dalam pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa (Munthe, 2021). Seorang individu akan mengalami perubahan pada emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan terkadang mereka merasa bahwa hidupnya penuh dengan masalah pada masa remaja (Karlina, 2020).
Masa pubertas merupakan perubahan yang terjadi selama masa remaja. Hal ini dapat memengaruhi fisik dan psikologis pada remaja. Pubertas biasanya dialami pada awal masa remaja yang ditandai dengan kematangan kerangka dan seksual yang pesat pada individu (Hidajahturrokhmah dkk, 2018). Perubahan fisik yang tampak pada remaja yaitu perubahan bentuk tubuh serta kematangan seksual, sedangkan perubahan psikologis yang dialami oleh remaja yaitu peningkatan, perubahan, dan ketidakstabilan emosi akibat perubahan hormon (Putro, 2017).
Salah satu perubahan aspek psikologis yang terjadi saat masa pubertas adalah perubahan pandangan terhadap citra tubuh seseorang. Perubahan aspek psikologis menurut Iswari dan Wilani (2019) menyatakan bahwa ketika mengalami pubertas remaja lebih menaruh perhatian terhadap bentuk tubuhnya. Remaja yang merasakan ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya menyebabkan mereka seringkali merasa kurang percaya diri dan tidak bahagia (Dianningrum & Satwika, 2021). Juwita (2020) berpendapat bahwa seseorang yang memiliki mekanisme emosi yang baik akan menumbuhkan kepercayaan diri yang baik. Gratitude merupakan salah satu contoh emosi positif yang dimiliki oleh seseorang. Jika seseorang memiliki gratitude yang baik tentunya akan memiliki citra tubuh yang positif, dengan kata lain hal ini tentunya akan meningkatkan rasa optimisme dan kepercayaan diri.
Kepercayaan diri merupakan sebuah modal utama bagi remaja untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya
(Komara, 2016). Remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya pada proses pencarian jati diri, sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri terhadap keyakinan dan kemampuan yang dimilikinya (Rais, 2022).
Remaja yang tidak percaya diri sebagai pelajar akan susah untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, pendapat, dan aspirasinya kepada orang lain. Jika rasa percaya diri itu diabaikan, seorang remaja akan selalu merasa takut dan ragu untuk mengambil langkah dalam mewujudkan impiannya. Amri (2018) menyatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah cenderung memiliki prestasi atau hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan oleh perasaan pesimis terhadap potensi atau kemampuan dirinya.
Remaja cenderung merasa tertekan, khawatir, dan tidak percaya diri secara berlebihan sehingga timbul rasa insecure (Sabil & Karnita, 2022). Hasil penelitian Irawan dan Dewi (2022) didapatkan bahwa tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh pelajar SMA di Kabupaten Lampung Timur mayoritas berada pada kategori rendah. Selain itu, penelitian Sabil dan Karnita (2022) di klinik rumah sakit Boromeus Bandung menemukan sekitar 80% remaja dengan rentang usia 17-21 tahun melakukan konsultasi akibat perasaan insecure yang berlebihan. Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada remaja mayoritas berada di tingkat rendah sehingga perlu untuk meningkatkan kepercayaan diri pada remaja saat ini.
Kepercayaaan diri pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dewi (2018) menyatakan bahwa lingkungan sosial dapat memengaruhi dan membentuk kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang mengalami penolakan dari lingkungannya akan membuatnya merasa cemas dan tidak percaya diri. Hal lain yang dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang yaitu status ekonomi dan harga diri yang dimiliki oleh
seseorang. Amalia (2020) menyatakan bahwa faktor lain yang memengaruhi kepercayaan diri seseorang yaitu body image. Body image memungkinkan seseorang untuk membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan tidak percaya diri dan malu terhadap bentuk tubuhnya. Aristantya dan Helmi (2019) juga menyatakan bahwa ketidakpuasaan akan body image yang dirasakan oleh individu dapat diakibatkan oleh paparan dari bentuk tubuh ideal yang dimiliki oleh orang lain, hal ini merupakan dampak negatif dan sebuah risiko akibat interaksi dalam penggunaan media sosial.
Media sosial sangat popular di semua kalangan. Media sosial menurut Pane, Fitri, dan Siregar (2020) merupakan suatu platform digital yang mempermudah para penggunanya untuk mencari dan berbagi informasi, serta saling berkomunikasi dengan orang lain dimanapun dan kapanpun. Sebuah penelitian Prakash, Yadav, dan Singh (2020) didapatkan bahwa sebanyak 74,5% pelajar sangat gemar memakai internet. Hal ini juga ditimpali dengan pendapat dari Ratu, Ratu, dan Windhi (2020) yang menyatakan bahwa remaja merupakan salah satu populasi aktif terbesar pengguna media sosial. Hasil Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2022) menunjukkan bahwa konten yang paling sering diakses yaitu media sosial sebanyak 98,02% dan pengguna internet pada tingkat SMU/SMA adalah sebanyak 93,75%.
Intensitas penggunaan media sosial seseorang dapat ditentukan dari kuantitas perhatian dan ketertarikannya saat mengakses media sosial yang dilihat dari durasi dan frekuensi penggunaannya (Gunawan, Anggraeni, & Nurrachmawati, 2021). Hasil penelitian Yuliana (2019) menyatakan bahwa keterikatan remaja dengan media sosial ditemukan sebanyak 75 orang (21,9%) mengalami keterikatan pada media sosial dalam kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa hampir seluruh remaja dalam penelitian ini menggunakan media sosial setiap hari saat 15 menit sebelum tidur dan setelah bangun tidur. Hal ini dapat dikhawatirkan karena remaja termasuk pengguna media sosial yang berlebihan (Ulfah, 2020).
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti adanya perasaan cemburu akan kehidupan orang lain yang terlihat baik di media sosial, serta perilaku insecure atau kurangnya rasa percaya diri yang kerap dirasakan oleh remaja saat ini (Alfiati, 2021). Penelitian Kramer, Guillory, dan Hancock (2014) juga membuktikan bahwa penggunaan media sosial dapat memengaruhi emosi para penggunanya. Penggunaan media sosial membuat individu membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan cemburu dan iri hati. Perasaan itu disebabkan karena sering melihat postingan atau foto orang lain yang memiliki bentuk tubuh yang ideal, pencapaian akademik atau non akademik, kehidupan keluarga yang harmonis, melakukan traveling, bepergian ke tempat yang sedang hits atau trend di sosial media (Farida & Abdillah, 2021; Fitri dkk, 2018; Taufikurahman, 2021).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 18 Januari 2023 pada 24 siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar didapatkan seluruh siswa tersebut memiliki dan menggunakan media sosial. Ada beberapa jenis media sosial yang digunakan oleh para siswa yaitu Instagram, TikTok, Line, WhatsApp, YouTube, Twitter, Facebook. Alasan para siswa menggunakan media sosial adalah untuk berkomunikasi, mencari informasi, mengikuti trend, mengisi waktu luang, berbisnis/berwirausaha, dan berbagi pengalaman atau moment. Lamanya durasi penggunaan media sosial pada beberapa siswa dapat dikategorikan tinggi karena sebanyak 13 orang (54,1%) menggunakan media sosial lebih dari 5 jam dalam sehari. Selain itu, sebanyak 15 orang (62,5%) mengatakan pernah merasa insecure selama menggunakan media sosial karena tingginya standar hidup di media sosial membuat para siswa merasa harus memenuhi standar tersebut dan kerap menjadi pembanding bagi dirinya. Para siswa juga mengatakan bahwa penggunaan media sosial terkadang membuat kepercayaan diri mereka menurun. Hal paling menonjol yang
dapat menyebabkan para siswa tidak percaya diri di media sosial yaitu bentuk tubuh, penampilan, dan juga prestasi yang dimiliki oleh orang lain. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan data dilakukan di bulan Mei selama satu minggu di SMA Kristen Harapan Denpasar. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XII yang terdiri dari jurusan MIPA dan IPS di SMA Kristen Harapan Denpasar. Sampel dari penelitian ini adalah 154 siswa kelas XII di SMA Kristen Harapan Denpasar dengan metode stratified random sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII yang menggunakan media sosial dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent.
Kedua kuesioner penelitian ini telah dinyatakan valid dan reliabel untuk mengukur variabel. Peneliti memodifikasi beberapa kata dalam kuesioner yang disusun oleh Sabekti (2019) sehingga telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali pada kuesioner Intensitas Penggunaan Media Sosial. Didapatkan sebanyak 20 item telah dinyatakan valid dengan nilai N = 154 (jumlah total responden) yang memiliki r tabel 0,158-0,207 untuk mengukur intensitas penggunaan media sosial (Novikasari, 2016). Selain itu, kuesioner ini juga dinyatakan reliabel
menganalisis hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar.
dengan nilai alpha cronbach 0,790. Sedangkan kuesioner Kepercayaan Diri sebanyak 40 item telah dinyatakan valid dengan nilai corrected item-total correlation 0,480-0,836. Adapun kuesioner ini juga telah dinyatakan reliabel dengan alpha cronbach 0,899.
Pengumpulan data dilakukan secara online dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas XII dalam bentuk google form melalui grup WhatsApp. Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengecekan, ditabulasi dan kemudian dilakukan analisa. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran dari data demografi responden, variabel terikat dan bebas yang telah diperoleh dalam bentuk tendensi sentral dan tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank karena kedua data tidak terdistribusi normal. Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan laik etik dari Komisi Etik Penelitian FK Unud no: 1362/UN14.4.2.2.VII.14/LT/2023.
Tabel 1. Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (n = 154) | |||
Variabel Minimum |
Maksimum Mean |
Median |
Modus |
Usia (tahun) 16 |
20 17,69 |
18,00 |
18 |
Berdasarkan data pada |
tabel 1 | ||
menggambarkan bahwa rata-rata usia |
responden | ||
dalam penelitian ini adalah 18 tahun. |
Tabel 2. Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jurusan, dan Jenis Media Sosial (n = 154)
Variabel |
Frekuensi (f) |
Persentase | |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
84 |
54,5% |
Perempuan |
70 |
45,5% |
Jurusan |
MIPA |
76 |
49,4% |
IPS |
78 |
50,6% | |
Total |
154 |
100% | |
Tiktok |
113 |
73,4% | |
|
154 |
100% | |
Line |
57 |
37% | |
Jenis Media Sosial |
|
147 |
95,4% |
YouTube |
124 |
80,5% | |
|
62 |
40,3% | |
|
36 |
23,4% |
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 84 orang (54,5%). Sebagian besar responden berada pada jurusan IPS
yaitu sebanyak 78 orang (50,6%). Jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh responden yaitu WhatsApp sebanyak 154 orang (100%).
Tabel 3. Tendensi Sentral dan Kategorisasi Intensitas Penggunaan Media Sosial
Variabel X Min-Maks Median |
Standar Deviasi Kategori Frekuensi |
Intensitas Penggunaan Media 35-70 53 Sosial |
Tinggi (> 61,61) 0 (0%) 6,706 (48,S0e6d-a6n1g,61) 0 (0%) (<Re4n8d,0ah6) 154 (100%) |
Tabel 3 menunjukkan bahwa data intensitas penggunaan media sosial didapatkan nilai minimum sebesar 35 dan nilai maksimumnya 70. Nilai tengah intensitas penggunaan media sosial |
sebesar 6,706. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa seluruh responden berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 154 orang (100%). |
pada responden yaitu 53 dan standar deviasi
Tabel 4. Tendensi Sentral dan Kategorisasi Kepercayaan Diri
Variabel X Min-Maks Median |
Standar Deviasi Kategori Frekuensi |
Kepercayaan Diri 79-143 109 |
(>T1i2n1g,g1i6) 23 (14,9%) 11,374 (98,4S1e-da1n2g1,16) 115 (74,7%) Rendah (< 98,41) 16 (10,4%) |
Tabel 4 menunjukkan bahwa data kepercayaan diri nilai minimum sebesar 79 dan nilai maksimumnya 143. Nilai tengah kepercayaan diri pada responden yaitu sebesar 109 dan standar |
deviasi sebesar 11,374. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan sebagian besar responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 115 orang (74,7%). |
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank antara Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kepercayaan Diri pada Siswa
di SMA Kristen Harapan Denpasar
Variabel |
Correlation Coefficient |
p-value |
Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kepercayaan Diri |
- 0,430 |
0,000 |
Hasil analisis pada tabel 5 diperoleh data bahwa dari 154 responden didapatkan nilai p sebesar < 0,001 (p-value < 0,05) yang berarti H0
ditolak, terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan
Denpasar. Nilai correlation coefficient sebesar -0,430 memiliki arti bahwa kedua variabel memiliki kekuatan hubungan yang cukup erat. Selain itu nilai correlation coefficient yang menunjukkan hasil negatif, memiliki arti bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang berlawanan arah. Hal ini berarti jika semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka
PEMBAHASAN
Mayoritas responden pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 18 tahun. Begitupun pernyataan yang disampaikan oleh Priyanti dan Syalfina (2017) bahwa usia 18 tahun termasuk dalam klasifikasi remaja akhir dan biasanya berada pada tingkat pendidikan SMA/SMK. Remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa yang mengalami perubahan dalam hidupnya berupa fisik, psikologis, sifat, dan pola perilaku. Hal ini membuat remaja cenderung lebih sering memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. Remaja rentan mengalami gangguan baik dalam pikiran, perasaan, dan perilaku akibat perkembangan intelektual, stres, dan harapan yang dialaminya (Latifah, Zwagery, Safithry, dan Ngalimun, 2023). Usia pada kalangan remaja sangat mudah terpengaruh oleh pandangan orang lain dan sekitarnya sehingga mudah mengalami perasaan insecure (Umami, 2021). Selain itu, Ratu dkk (2020) menyatakan salah satu populasi terbesar pengguna media sosial adalah remaja.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin pada responden laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 84 orang dan responden perempuan sebanyak 70 orang. Keseluruhan siswa kelas XII di SMA Kristen Harapan Denpasar mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 134 orang, sedangkan perempuan sebanyak 115 orang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardamean dan Lazuardi (2019) yang menunjukkan bahwa siswa SMA X Tangerang mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Begitupun dengan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2022) bahwa jumlah remaja laki-laki lebih banyak daripada remaja perempuan. Hal ini yang menyebabkan siswa laki-laki memiliki
semakin rendah kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar. Begitu juga dengan sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat intensitas penggunaan media sosial maka semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar.
peluang lebih besar dibandingkan siswa perempuan untuk terpilih sebagai responden.
Jurusan pada SMA Kristen Harapan Denpasar dibagi menjadi dua peminatan yaitu MIPA dan IPA. Mayoritas responden dalam penelitian ini berada pada jurusan IPS. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh responden penelitian ini adalah media sosial WhatsApp. Jumlah responden yang menggunakan WhatsApp sebanyak 149 orang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Sari (2020) didapatkan hasil bahwa media sosial yang paling banyak digunakan adalah media sosial WhatsApp. Trisnani (2017) menyatakan bahwa aplikasi WhatsApp merupakan media sosial yang dominan digunakan masyarakat sebagai media untuk bertukar informasi satu sama lain. Adapun media sosial yang paling sedikit digunakan dalam penelitian ini adalah Facebook yang berjumlah 36 orang. Saat ini media sosial Facebook mulai ditinggalkan oleh kalangan remaja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartawan (2019) yang menyatakan bahwa Facebook lebih disukai kalangan orang tua daripada kalangan anak muda.
Tingkat kedalaman dan kekuatan dalam menggunakan atau memanfaatkan fitur-fitur yang ada di media sosial dengan memperhatikan durasi waktu serta frekuensi pada seseorang merupakan pengertian dari intensitas penggunaan media sosial (Annisa, Yuliadi, dan Nugroho, 2020). Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Kristen Harapan Denpasar mengenai intensitas penggunaan media sosial pada siswa kelas XII berada pada tingkat kategori rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aprilia, Sriati, & Hendrawati (2020) didapatkan bahwa tingkat intensitas penggunaan media sosial di SMAS Plus Al-Falah mayoritas berada dalam kategori rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muna dan Astuti (2014) juga menunjukkan bahwa tingkat intensitas penggunaan media sosial pada remaja akhir juga mayoritas berada pada tingkat rendah.
Intensitas penggunaan media sosial pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar masih dalam kategori rendah disebabkan karena adanya pembatasan penggunaan smartphone saat di sekolah. Pembatasan penggunaan smartphone atau media sosial pada siswa SMA kelas XII bertujuan untuk memfokuskan siswa dalam mempersiapkan ujian. Sejalan dengan pendapat Indraswari (2019) yang menyatakan bahwa pembatasan penggunaan smartphone dilakukan agar tidak mengganggu konsentrasi para siswa selama proses pembelajaran di kelas. Penggunaan smartphone hanya diizinkan apabila telah mendapat izin atau instruksi dari guru yang mengajar sebagai media penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 75 orang (48,7%) menyatakan bahwa siswa hanya mengakses media sosial saat dibutuhkan saja.
Pembatasan penggunaan smartphone dan media sosial tentunya memberikan dampak yang positif bagi remaja. Intensitas penggunaan media sosial yang rendah membuat remaja dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam hal belajar ataupun pengerjaan tugas di sekolah. Sesuai dengan pernyataan dari Neidi (2021) yang mengungkapkan ketika individu yang memiliki intensitas penggunaan media sosial yang rendah, cenderung akan mudah melakukan prokrastinasi akademik. Remaja juga tentunya akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan interaksi dengan teman sebaya daripada mengakses media sosial. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 81 orang (52,2%) mampu untuk tidak mengakses media sosial dalam sehari dan juga sebanyak 64 orang (41,5) tidak menggunakan media sosial lebih dari 15 kali dalam sehari. Hal ini yang menyebabkan intensitas penggunaan media sosial pada siswa di SMA Harapan Denpasar berada pada kategori
rendah. Intensitas penggunaan media sosial seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, status ekonomi, tipe kepribadian, dan tujuan penggunaan media sosial (Annisa, Yuliadi, dan Nugroho, 2020).
Suatu keyakinan atau sikap yakin akan kemampuan dirinya sendiri dengan menerima segala hal positif atau negatif untuk kebahagiaan dirinya disebut dengan kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga dapat disebut sebagai modal dasar individu dalam memenuhi segala kebutuhan dirinya sendiri (Ramadhani & Krisnani, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Kristen Harapan Denpasar mengenai kepercayaan diri pada siswa kelas XII mayoritas berada pada kategori sedang sebanyak 115 orang (74,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Krisnani (2017) yang menunjukkan bahwa sebagian besar kepercayaan diri pada remaja akhir berada dalam kategori sedang. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Dianningrum dan Satwika (2021) didapatkan bahwa sebagian besar siswa SMAN 1 Kedungadem memiliki kepercayaan diri pada kategori sedang.
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa SMA Kristen Harapan Denpasar dapat disebabkan oleh faktor usia pada remaja akhir. Rais (2022) menyatakan bahwa eksplorasi identitas pada remaja akhir lebih menonjol dari pada usia remaja awal. Keadaan labil dan emosional cenderung dialami oleh remaja akhir. Pengalaman negatif yang dimiliki oleh individu semasa kecil dapat menimbulkan traumatis yang berdampak pada proses pembentukan kepercayaan diri seseorang (Oktania, Lunanta, Adhandayani, & Yusup, 2022).
Seorang pelajar sangat penting untuk memiliki kepercayaan diri. Azzahra, Septyanti, dan Yuliani (2019) menyatakan bahwa kepercayaan diri dapat memudahkan seseorang untuk mengaktualisasikan kemampuan dan potensi yang dimilikinya dalam mengikuti pendidikan di sekolah.
Adapun dua faktor yang memengaruhi rendah atau tingginya kepercayaan diri seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kemampuan individu dalam mengerjakan sesuatu, keberhasilan individu dalam mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai atau dicita-citakan, dan seberapa kuat tekadnya untuk meraih sesuatu merupakan faktor internal dari kepercayaan diri. Sedangkan untuk faktor eksternal, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Salah satu faktor yang paling tinggi memengaruhi kepercayaan diri remaja yaitu lingkungan teman sebaya.
Kepercayaan diri memiliki banyak manfaat bagi kehidupan individu. Mastuti dan Aswi dalam Wulandari dan Hakim (2017) menyatakan bahwa kepercayaan diri dapat membuat seseorang bertanggung jawab atas pekerjaannya, berani mencoba hal baru, dan dapat memutuskan hal yang baik untuk dirinya sendiri. Seseorang yang kehilangan kepercayaan diri dapat menyebabkan perasaan takut untuk mengemukakan pendapat, mengambil keputusan, dan selalu merasa takut berbuat salah ketika melakukan sesuatu. Rasa percaya diri pada seseorang dapat dilatih dan dibentuk dengan percaya dan yakin akan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh diri sendiri, karena kepercayaan diri tidak selalu tumbuh dan ada dalam diri setiap individu. Surya dalam Wulandari dan Hakim (2017) menyatakan bahwa untuk mencapai suatu pencapaian dalam hidup tentunya diperlukan kepercayaan diri, namun sayangnya hal ini tidak selalu dimiliki oleh semua orang.
Beberapa kegiatan pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan atau membantu membentuk kepercayaan diri pada siswa yaitu melakukan presentasi dan mengikuti perlombaan. Presentasi mengenai hasil penugasannya di depan kelas mampu mendorong siswa untuk mampu berbicara di depan umum, begitu juga dengan mengikuti sebuah perlombaan tentu akan meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kusnadi, Irmayanti, Sekaring, Anggoro, dan Agustina (2021) yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kepercayaan diri pada remaja melalui pelatihan public speaking. Mengikuti sebuah organisasi yang ada di sekolah juga merupakan
upaya dalam melatih keterampilan berbicara di depan umum yang dapat mengasah kepercayaan diri remaja (Sholiha & Aulia, 2020). Beberapa kegiatan di atas merupakan hal yang mampu membantu atau membentuk kepercayaan diri pada remaja di sekolah.
Remaja akan lebih fokus dan memerhatikan masa depan saat memasuki tahap perkembangan di usia remaja akhir (Batubara, 2016). Perubahan psikososial yang dialami oleh remaja akhir biasanya ditandai dengan memiliki identitas diri yang lebih kuat, namun tidak semua remaja memiliki identitas diri yang baik. Identitas diri dapat berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada individu. Identitas diri yang tidak jelas dapat menurunkan kepercayaan diri individu sehingga akan berdampak pada kemampuannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 16 orang (10,4%) berada pada kategori kepercayaan diri yang rendah, hal ini tentunya perlu menjadi perhatian untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri pada remaja. Kepercayaan diri merupakan suatu hal yang penting dari perkembangan kepribadian seseorang dalam bertindak, mengambil keputusan, dan bertingkah laku. Selain itu, kepercayaan diri juga sangat perlu untuk membantu tahap perkembangan dan kesuksesan remaja dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Kristen Harapan Denpasar didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri, dan juga memiliki arah hubungan yang negatif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat intensitas penggunaan media sosial maka semakin rendah kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar. Begitu juga sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat intensitas penggunaan media
sosial maka semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa siswa SMA Kristen Harapan Denpasar memiliki intensitas penggunaan media sosial berkategori rendah yang diiringi dengan kepercayaan diri kategori sedang membuktikan bahwa kedua variabel memiliki arah hubungan yang negatif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Sahu (2013) yang juga menunjukkan bahwa terdapat arah hubungan negatif antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri seseorang, yang berarti bahwa penggunaan media sosial yang tinggi berpengaruh terhadap penurunan kepercayaan diri bagi penggunanya. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahputra dan Rifandi (2021) bahwa terdapat hubungan signifikan dengan arah yang cukup kuat antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada remaja.
Intensitas penggunaan media sosial tergantung pada tujuan penggunaannya. Individu yang menggunakan media sosial untuk berkomunikasi akan menggunakan waktu yang relatif singkat, tetapi individu yang menggunakan media sosial untuk mencari informasi atau menelusuri konten akan cenderung menghabiskan waktu lebih banyak dan memicu penurunan kepercayaan diri pada remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian Khoerunnisa, Selian, dan Nurvikarahmi (2021) yang menyatakan semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial akan semakin banyaknya konten yang dilihat dapat menyebabkan individu tersebut mulai membandingkan dirinya dengan pengguna lain. Micheal dan Azeharie (2020) menyatakan bahwa
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terkait hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Intensitas penggunaan media sosial pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar berada pada kategori rendah. Kepercayaan diri pada siswa di SMA
dampak buruk dari penggunaan media sosial yang berlebihan, yaitu menimbulkan rasa malu, kurang mencintai diri sendiri, dan menurunkan kepercayaan diri penggunanya. Hal ini dapat terjadi karena tindakan body shaming dari orang lain yang mengomentari segala aspek mengenai tubuh seseorang dengan kalimat negatif.
Salah satu faktor penyebab kurangnya rasa percaya diri yang dialami oleh remaja adalah karena penggunaan media sosial. Terkadang konten yang ada di media sosial kurang sesuai untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada remaja, hal itu disebabkan karena media sosial sering menonjolkan wajah dan bentuk tubuh ideal seseorang (Fitri dkk, 2018). Hal ini menimbulkan efek yang cukup besar bagi seorang remaja pada masa pencarian identitas diri.
Berdasarkan uraian di atas, pentingnya kesadaran diri pada remaja terkait penggunaan media sosial yang bijak untuk menghindari terjadinya penurunan kepercayaan diri pada remaja. Peneliti berpendapat bahwa intensitas penggunaan media sosial berpengaruh bagi kepercayaan diri pada remaja. Intensitas penggunaan media sosial dalam kategori rendah pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar perlu dipertahankan untuk menghindari dampak buruk dari kecanduan atau penggunaan media sosial yang berlebihan. Kepercayaan diri yang sedang pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar perlu ditingkatkan lagi karena sangat penting bagi remaja dalam tahap perkembangannya dan proses pembelajarannya di sekolah.
Kristen Harapan Denpasar mayoritas berada pada kategori sedang. Hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kepercayaan diri pada siswa di SMA Kristen Harapan Denpasar menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan kekuatan korelasi yang cukup erat dengan arah hubungan yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiati, N. W. (2021). Analisis Wacana Mengatasi Perasaan Insecure dalam Buku Insecurity is My Middle Name Karya Alvi Syahrin. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Amalia, S. (2020). Hubungan antara Body Image dengan Kepercayaan Diri pada Korban Body Shaming. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Amri, S. (2018). Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Sma Negeri 6 Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 03(02), 156–170.
Annisa, A. S. A. N., Yuliadi, I., & Nugroho, D. (2020). Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri dengan Intensitas Penggunaan Media Sosial Whatsapp pada Mahasiswa Kedokteran 2018. WACANA, 12(1), 86– 109. https://doi.org/10.13057/wacana.v12i1.170.
Aristantya, E. K., & Helmi, A. F. (2019). Citra Tubuh pada Remaja Pengguna Instagram. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 5(2), 114–128.
https://doi.org/10.22146/gamajop.50624
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2022). Profil Internet Indonesia 2022.
Azzahra, D. R., Nur Septyanti, R., & Yuliani, W. (2019). Pengaruh Clien-Centered Therapy dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SMA. FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling dalam Pendidikan), 2(1), 30-36.
https://doi.org/10.22460/fokus.v2i1.4174
Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9
Dianningrum, S. W., & Satwika, Y. W. (2021). Hubungan antara citra tubuh dan kepercayaan diri pada remaja perempuan. Jurnal penelitian psikologi, 8(7), 194203.
Dewi, R. A. (2018). Hubungan Popularitas di Sosial Media dengan Rasa Percaya Diri pada Management Putri Hijab Provinsi Lampung Angkatan 2017. UIN Raden Intan.
Farida, & Abdillah, R. (2021). Kepercayaan Diri dan Rasa Iri pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram. Jurnal Spirits, 12(1), 1–8.
https://doi.org/10.30738/spirits.v12i1.12707
Fitri, E., Zola, N., & Ifdil, I. (2018). Profil Kepercayaan Diri Remaja serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 4(1), 1–5.
https://doi.org/10.29210/02017182
Gunawan, H., Anggraeni, I., & Nurrachmawati, A. (2021). Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kesehatan Mental Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19. Preventf: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2), 282.
https://doi.org/10.22487/preventif.v12i2.283
Hartawan, Y. (2019). Fenomena Kalangan Pengguna Media Sosial di Kota Bandung (Studi Fenomenologi
Kalangan Pengguna Media Sosial Facebook Generasi X di Kota Bandung). Paradigma POLISTAAT Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2(1).
https://doi.org/10.23969/paradigmapolistaat.v2i1.16 62
Hidajahturrokhmah, N., Kemuning, D. R., Rahayu, E. P., Araujo, P. A., Taqwim, R. A., & Rahmawati, S. (2018). Sosialisasi Hiv atau Aids dalam Kehamilan Di Rt 27 Rw 10 Lingkungan Tirtoudan Kelurahan Tosaren Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Journal Of Community Engagement in Health, 1(1), 14–16. https://doi.org/10.30994/10.30994/vol1iss1pp16.
Indraswari, P. P. (2019). Dampak Penggunaan Gadget terhadap Perilaku Belajar pada Siswa SMA Rama Sejahtera Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. University of Muhammadiyah Malang.
Irawan, M. A., & Dewi, A. D. A. (2022). Hubungan Berat Badan Berlebih, Pemilihan Makanan dengan
Kepercayaan Diri pada Pelajar SMA di Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ilmu Gizi Indonesia
(JIGZI), 3(1).
Iswari, N. K. A. S., & Wilani, N. M. A. (2019). Pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri pada remaja awaldi SMPN 1 Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana.
Juwita, L. (2020). Hubungan Pengaturan Emosi Positif Antara Citra Tubuh Dan Kualitas Hidup Pada Wanita Masa Menopause. JKP (Jurnal Kesehatan Primer), 5(2), 78–88.
Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1), 12.
Khoerunnisa, R., Selian, T. M., & Nurvikarahmi, T. (2021). Peranan Penggunaan Instagram terhadap Kepercayan Diri Remaja. 5.
Komara, I. B. (2016). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi Belajar dan Perencanaan Karir Siswa. Jurnal Psikopedagogia, 5(1), 33–42.
Kramer, A. D. I., Guillory, J. E., & Hancock, J. T. (2014). Experimental evidence of massive-scale emotional contagion through social networks. Proceedings of the National Academy of Sciences, 111(24), 8788– 8790. https://doi.org/10.1073/pnas.1320040111.
Kusnadi, S. K., Irmayanti, N., Ayumeida Kusnadi, S., Anggoro, H., & Berlian Agustina, K. S. (2021). Pelatihan Public Speaking Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Remaja Komunitas Kappas Surabaya. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 4,
1093–1098.
Latifah, Zwagery, R. V., Safithry, E. A., & Ngalimun. (2023). Konsep Dasar Pengembangan Kreativitas Anak dan Remaja Serta Pengukurannya dalam Psikologi Perkembangan. EduCurio Journal, 1(2), 426–439. https://qjurnal.my.id/index.php/educurio
Micheal, M., & Azeharie, S. S. (2020). Perlawanan Penyintas Body Shaming Melalui Media Sosial. Koneksi, 4(1), 138.
https://doi.org/10.24912/kn.v4i1.6642.
Muna, R. F., & Astuti, T. P. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Akhir. Jurnal EMPATI, 3(4), 481–491.
https://doi.org/10.14710/empati.2014.7610.
Munthe, A. K. (2020). Perkembangan Jiwa Agama pada Masa Remaja (Al-Murahiqah). Ittihad, 4(2), 11.
Novikasari, I. (2016). Uji Validitas Instrumen. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto, 56.
Oktania, L., Lunanta, L. P., Adhandayani, A., & Yusup, A. (2022). Hubungan Kekerasan Verbal Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Awal Di Smk Muhammadiyah 9 Jakarta. Jurnal Impresi Indonesia, 1(7), 747-763.
Pane, D. N., Fikri, M. E., & Siregar, N. (2020). Upaya Peningkatan Repurchase Intention melalui Sosial Media dan Word of Mouth terhadap Hotel Parbaba Beach di Daerah Pariwisata Kabupaten Samosir. Jumant, 12(1), 12–20.
Pardamean, E., & Lazuardi, M. J. (2019). Hubungan Jenis Kelamin Dengan Stres Psikologis Pada Siswa-Siswi Kelas Xi Jurusan Ipa Di Sma X Tangerang. Nursing Current, 7(1).
Prakash, S., Yadav, J. S., & Singh, T. B. (2020). An online cross-sectional study to assess the prevalence of Internet Addiction among people staying at their home during Lockdown due to COVID-19. Int J Indian Pspychol, 8(3), 10.
Pratama, B. A., & Sari, D. S. (2020). Dampak Sosial Intensitas Penggunaan Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Berupa Sikap Apatis di SMP Kabupaten Sukoharjo. Gaster, 18(1), 65.
https://doi.org/10.30787/gaster.v18i1.487.
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25–32.
https://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia
Rais, M. R. (2022). Kepercayaan Diri (Self Confidence) dan Perkembangannya pada Remaja. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling, 12(1), 8.
https://doi.org/10.30829/alirsyad.v12i1.11935
Ramadhani, T. N., & Putrianti, F. G. (2017). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Citra Diri pada Remaja Akhir. Jurnal Spirits, 4(2), 22.
https://doi.org/10.30738/spirits.v4i2.1117.
Ratu, N. W., Ratu, L. M. B. P., & Windhi, T. S. (2020). Penggunaan Media Sosial Sehat untuk Mencegah Gangguan Mental. Ikraith-Abdimas, 3(3), 189–197.
Sabekti, R. (2019). Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial (Jejaring Sosial) dengan Kecenderungan Narsisme dan Aktualisasi Diri Remaja Akhir. Universitas Airlangga.
https://repository.unair.ac.id/84034/4/FKP.N.%204 1-19%20Sab%20h.pdf
Sabil, R., & Karnita, R. (2022). Perancangan Buku Jurnal Interaktif untuk Membantu Mengelola Rasa Insecure pada Remaja. Institut Teknologi Nasional Bandung, 10, 15.
Sholiha, S., & Aulia, L. A.-A. (2020). Hubungan Self Concept dan Self Confidence. Jurnal Psikologi: Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas
Yudharta Pasuruan, 7(1), 41–55.
https://doi.org/10.35891/jip.v7i1.1954.
Syahputra, A., & Rifandi, D. (2021). Hubungan Intensitas Media Sosial dan Kepercayaan Diri pada Remaja Awal the Relationship Between Social Media Intensity and Self-Confidence in Early Adolescents. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 7(2).
Taufikurahman, M. (2021). Dampak Penggunaan Media Sosial Terhadap Keharmonisan Keluarga Perspektif Sdd Al-Dzari’ah (Studi Kasus di Desa Blumbungan Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan). Institut Agama Islam Negeri Madura.
Trisnani, T. (2017). Pemanfaatan Whatsapp Sebagai Media Komunikasi dan Kepuasan dalam Penyampaian Pesan Dikalangan Tokoh Masyarakat. Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, 6(3).
https://doi.org/10.31504/komunika.v6i3.1227.
Ulfah, A. (2020). Pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA), 4(1), 14.
Umami, M. (2021). Hubungan intensitas penggunaan media sosial dan self awareness pada remaja Lombok Timur. (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Wulandari, S., & Hakim, S. N. (2017). Hubungan Antara Komunikasi Keluarga Dan Persepsi terhadap Pola Asuh Demokratis Orangtua dengan Kepercayaan Diri pada Remaja. Universitas Muhammadiyah.
Yuliana, A. (2019). Hubungan Ketergantungan Media Sosial Dengan Konsep Diri Mahasiswa di Iain Kendari. Media Sosial Dan Masyarakat Pesisir: Refleksi Pemikiran Mahasiswa Bidikmisi.
Volume 11, Nomor 4, Agustus 2023
320
Discussion and feedback