GAMBARAN RESILIENSI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA DI MASA PANDEMI COVID-19
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN RESILIENSI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA DI MASA PANDEMI COVID-19
Made Adi Swandewi*1, Ni Kadek Ayu Suarningsih1, Made Oka Ari Kamayani1 1Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: ayusuarningsih@unud.ac.id
ABSTRAK
Resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan baik saat menghadapi pengalaman yang sulit dan menantang. Resiliensi dapat dilihat baik secara positif maupun negatif. Tingkat ketahanan seseorang dapat bervariasi sangat dipengaruhi oleh keadaan individu dan tantangan yang dihadapi. Pandemi COVID-19 menyebabkan perawat mengalami situasi di bawah tekanan dan kekhawatiran permasalahan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi perawat Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 responden yang diperoleh melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (70,5%) dan sudah menikah (75,6%). Sejumlah 64,1% responden dengan pendidikan terakhir Ners, pengalaman bekerja >3 tahun (80,8%) serta sebagian besar bekerja di ruang isolasi COVID-19 (25,5%). Hanya 6,4% responden memiliki resiliensi dengan kategori rendah. Mayoritas responden memiliki resiliensi sedang adalah perawat pendidikan terakhir Ners (60,0%), sudah menikah (78,3%), lama bekerja >3 tahun (81,7%), dan bertugas di ruang rawat inap (23,3%). Sementara responden yang memiliki resiliensi kategori tinggi sebagian besar bertugas di ruang isolasi COVID-19 (69,2%) dan memiliki pengalaman bekerja >3 tahun (69,2%). Karakteristik responden diprediksi memiliki keterkaitan dengan level resiliensi yang dimiliki oleh perawat dalam penelitian ini.
Kata kunci: covid-19, perawat, resiliensi
ABSTRACT
Resilience is a person's ability to adapt well in the face of difficult and challenging experiences. Resilience can be seen both positively and negatively. The degree to which a person may be resilient varies greatly depending on their unique circumstances and challenges. The COVID-19 pandemic has caused nurses to experience situations of stress and mental problems. This study aimed to describe the resilience of nurses at the Bali Mandara Regional General Hospital during the COVID-19 pandemic. This research was a descriptive-analytic study with a crosssectional design. It included a total of 78 respondents through a simple random sampling technique. The results showed that most respondents were female (70,5%) and married (75,6%). A total of 64,1% of respondents were registered nurses, have worked experience for more than 3 years (80,8%) and most of them worked in COVID-19 isolation room (25,5%). Only 6,4% of respondents were found to have a low resilience category. The majority of respondents who have moderate resilience were registered nurses (60%), married (78,3%), work experience > 3 years (81,7%), and placed inpatient room (23,3%). Meanwhile, respondents who have high category resilience mostly work in the COVID-19 isolation room (69,2%) and have work experience of >3 years (69,2%). Characteristics of respondents are predicted to have a relationship with the level of resilience possessed by nurses in this study.
Keywords: covid-19, nurses, resilience
PENDAHULUAN
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) menjadi permasalahan global selama lebih dari dua tahun sejak 2019. Penyebaran COVID-19 dialami oleh 227 negara di dunia (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2022). Sejak pertama kali kasus ditemukan berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan penyebarannya. Upaya pengendalian virus sudah dilakukan dengan diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat dan digencarkannya vaksinasi di berbagai daerah (Wahyudiyono dkk, 2021). Program vaksinasi dilakukan sebagai upaya pembentukan imunitas di dalam tubuh manusia dan untuk menekan angka paparan dan kematian akibat COVID-19 (Widayanti & Kusumawati, 2021). Seiring dengan meningkatnya jumlah penerima vaksin, angka pertumbuhan kasus harian cenderung melambat. Percepatan vaksinasi dan melandainya kasus menyebabkan melemahnya protokol kesehatan yang dijalani masyarakat (Junaedi dkk, 2022). Melemahnya protokol kesehatan ditambah dengan adanya mutasi virus yang terus terjadi menyebabkan peningkatan kasus yang tidak pasti sehingga rumah sakit masih harus waspada terhadap peningkatan kasus.
Kondisi fluktuatif berpengaruh pada kesiapan pihak rumah sakit dalam menghadapi pandemi. Tempat pelayanan kesehatan di Bali sebagian sudah dijadikan sebagai tempat isolasi pasien COVID-19 termasuk Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara. Lonjakan kasus sempat terjadi seiring dengan kelonggaran protokol yang dijalani masyarakat di Indonesia khususnya di Bali (Dinas Kesehatan Bali, 2021).
Perawat sebagai kelompok yang berinteraksi langsung dengan pasien, memiliki risiko terpapar virus COVID-19 lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain. Berdasarkan hasil penelitian mengenai masalah kesehatan mental yang sering timbul pada perawat pada awal pandemi COVID-19 adalah kekhawatiran berlebih, stres jangka panjang, dan gangguan masalah tidur (Hanggoro dkk,
2020). Penelitian lain menyebutkan perawat dapat mengalami stres yang menyebabkan reaksi seperti sulit untuk fokus, mudah khawatir, gangguan tidur, tidak produktif, emosi tidak stabil, dan konflik sosial (Rosyanti & Hadi, 2020). Berdasarkan penelitian Lai et al (2020) dinyatakan bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan perawat memiliki gejala kesehatan mental lebih parah dibandingkan petugas kesehatan lain.
Pasien COVID-19 memerlukan perawatan sebagai garda terdepan yang diharuskan mampu bertahan dalam kondisi sulit dan mampu menyesuaikan diri dengan segala kesulitan tersebut. Perawat memerlukan koping berupa resiliensi agar mampu beradaptasi dalam situasi pandemi. Resiliensi merupakan ketahanan perawat dalam beradaptasi menghadapi situasi yang sulit (Robertson et al., 2016). Resiliensi digambarkan sebagai proses dinamis yang mencakup adaptasi positif dalam menghadapi kesulitan yang signifikan (Jackson et al., 2007). Resiliensi mampu bertindak sebagai faktor pelindung bagi perawat yang mengalami penyakit mental seperti kecemasan dan depresi (Setiawati dkk, 2021).
Hasil studi pendahuluan pada 10 Januari 2022 kepada lima perawat pada ruang khusus isolasi pasien COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, bahwa empat dari lima (80%) perawat mengalami kecemasan akan menularkan virus kepada keluarga. Sebanyak dua (40%) perawat merasa terlalu banyak pekerjaan tambahan di masa pandemi COVID-19. Sebanyak tiga (60%) perawat merasa khawatir akan keselamatan diri akan terinfeksi COVID-19. Sebanyak dua (40%) perawat menyatakan khawatir akan dikucilkan bila diduga terinfeksi, dan dua (40%) perawat menyatakan pernah mengalami diskriminasi ketika bekerja di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi gambaran resiliensi perawat Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara di masa pandemi COVID-19.
METODE PENELITIAN | ||
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional, dimana resiliensi perawat dilakukan pengukuran dalam satu kali waktu menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale-25 (CD RISC-25) dengan 25 item pertanyaan. Responden merupakan perawat yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara. Responden yang dijadikan sampel sudah diberikan informed consent sebagai bentuk persetujuan terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan informed consent responden menggunakan google form yang berisikan penjelasan mengenai penelitian yang |
kemudian disebarkan melalui grup WhatsApp. Data dikumpulkan menggunakan link google form melalui grup WhatsApp yang berisikan 78 perawat yang sudah dipilih menjadi responden melalui randomisasi dengan teknik simple random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis univariat yang dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Uji kaji etik sudah dilakukan dan telah mendapatkan izin dari Komite Etik Penelitian Kesehatan UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara untuk melakukan penelitian pada bulan Mei 2023. | |
HASIL PENELITIAN | ||
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden (n=78) | ||
Variabel Kategori |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan |
23 55 |
29,5 70,5 |
Pendidikan Terakhir D3 S1 Ners |
25 3 50 |
32,1 3,8 64,1 |
Status Pernikahan Menikah Belum Menikah |
59 19 |
75,6 24,4 |
Lama Bekerja <3 Tahun >3 Tahun |
15 63 |
19,2 80,8 |
Tempat Bertugas ICU IGD Ruang Rawat inap Ruang Isolasi COVID-19 ICCU HCU Perinatologi Hemodialisis |
5 7 15 20 9 6 10 6 |
6,4 9,0 19,2 25,6 11,5 7,7 12,8 7,7 |
Tabel 1 menunjukkan gambaran karakteristik responden penelitian. Jenis kelamin mayoritas adalah perempuan dengan jumlah 55 orang (70,5%), pendidikan terakhir responden didominasi oleh Ners sebanyak 50 orang (64,1%), mayoritas perawat sudah menikah yaitu |
sebanyak 59 orang (75,6%), lama bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara mayoritas sudah bekerja >3 tahun sebanyak 63 orang (80,8%), dan responden paling banyak bekerja di ruang isolasi COVID-19 yaitu sebanyak 20 orang (25,6%). | |
Tabel 2. Gambaran Resiliensi Perawat (n=78) | ||
Resiliensi Perawat Kategori |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Rendah X < 64 |
5 |
6,4 |
Sedang 64 < X < 83 |
60 |
76,9 |
Tinggi X > 83 |
13 |
16,7 |
Tabel 2 menunjukkan gambaran resiliensi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, memiliki resiliensi |
sedang yaitu sebanyak 60 orang (76,9%), hanya sekitar 5 orang (6,4%) memiliki resiliensi rendah. |
Tabel 3. Gambaran Resiliensi Perawat Berdasarkan Karakteristik
Variabel |
Resiliensi Perawat |
Total | |||||
Rendah |
Sedang |
Tinggi | |||||
(f) |
(%) |
(f) |
(%) |
(f) |
(%) | ||
Jenis Kelamin | |||||||
Laki-laki |
1 |
20,0 |
14 |
23,3 |
8 |
61,5 |
23 |
Perempuan |
4 |
80,0 |
46 |
76,7 |
5 |
38,5 |
55 |
Total |
5 |
100,0 |
60 |
100,0 |
13 |
100,0 |
78 |
Pendidikan Terakhir | |||||||
D3 |
1 |
20,0 |
21 |
35,0 |
3 |
23,1 |
25 |
S1 |
0 |
0 |
3 |
5,0 |
0 |
0 |
3 |
Ners |
4 |
80,0 |
36 |
60,0 |
10 |
76,9 |
50 |
Total |
5 |
100,0 |
60 |
100,0 |
13 |
100,0 |
78 |
Status Pernikahan | |||||||
Menikah |
5 |
100,0 |
47 |
78,3 |
7 |
53,8 |
59 |
Belum Menikah |
0 |
0 |
13 |
21,7 |
6 |
46,2 |
19 |
Total |
5 |
100,0 |
60 |
100,0 |
13 |
100,0 |
78 |
Lama Bekerja | |||||||
<3 Tahun |
0 |
0 |
11 |
18,3 |
4 |
30,8 |
15 |
>3 Tahun |
5 |
100,0 |
49 |
81,7 |
9 |
69,2 |
63 |
Total |
5 |
100,0 |
60 |
100,0 |
13 |
100,0 |
78 |
Tempat Bertugas | |||||||
ICU |
1 |
20,0 |
4 |
6,7 |
0 |
0 |
5 |
IGD |
1 |
20,0 |
6 |
10,0 |
0 |
0 |
7 |
Ruang Rawat Inap |
0 |
0 |
14 |
23,3 |
1 |
7,7 |
15 |
Ruang Isolasi COVID-19 |
1 |
20,0 |
10 |
16,7 |
9 |
69,2 |
20 |
ICCU |
0 |
0 |
8 |
13,3 |
1 |
7,7 |
9 |
HCU |
0 |
0 |
5 |
8,3 |
1 |
7,7 |
6 |
Perinatologi |
1 |
20,0 |
9 |
15,0 |
0 |
0 |
10 |
Hemodialisis |
1 |
20,0 |
4 |
6,7 |
1 |
7,7 |
6 |
Total |
5 |
100,0 |
60 |
100,0 |
13 |
100,0 |
78 |
Tabel 3 menunjukkan hasil cross tabulation bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiliensi sedang sejumlah 46 orang (76,7%), sedangkan responden dengan pendidikan terakhir Ners memiliki resiliensi sedang sebanyak 36 orang (60%), responden dengan status pernikahan sudah menikah
PEMBAHASAN
Kemampuan seseorang dalam situasi sulit untuk tetap berusaha, tidak menyerah dan beradaptasi dengan kondisi baru yang krisis disebut dengan resiliensi. Resiliensi atau kekuatan psikologi perawat dibutuhkan bagi perawat untuk meningkatkan perasaan positif dan optimis dari kondisi pandemi COVID-19 (Zaini, 2021). Hasil analisis penelitian pada perawat yang terlibat dalam penelitian ini menunjukkan sebagian kecil responden yaitu 6,4% memiliki resiliensi rendah sementara 76,9% dari 78 responden berada dalam rentang resiliensi sedang. Hasil
sebagian besar memiliki resiliensi sedang sebanyak 47 orang (78,3%), sebagian besar responden dengan lama bekerja >3 tahun memiliki resiliensi sedang sebanyak 49 orang (81,7%), dan responden dengan tempat bertugas di ruang rawat inap paling banyak memiliki resiliensi sedang sebanyak 14 orang (23,3%).
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di Indonesia dimana perawat yang bertugas di masa pandemi sebagian besar berada pada kategori resiliensi sedang (Martini dkk, 2022; Rahayu dkk, 2022). Berbeda dengan hasil penelitian di wilayah Padang Panjang yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki resiliensi yang rendah (Asih dkk, 2019).
Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi karena pengalaman perawat serta karakteristik yang berbeda dalam menghadapi kondisi krisis seperti pandemi tergantung dari cara perawat
mempersepsikan kondisi krisis (Zaini, 2021). Perbedaan hasil juga dapat terjadi karena perbedaan waktu dalam penelitian, penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2022 dimana keparahan kasus positif COVID-19 sudah menurun dan perawat sudah mulai beradaptasi dengan pandemi yang terjadi.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat satu responden dengan nilai resiliensi sempurna dengan nilai 100. Skor resiliensi lebih tinggi menyatakan bahwa responden memiliki resiliensi lebih tinggi (Connor & Davidson, 2003). Karakteristik responden tersebut adalah laki-laki dengan status sudah menikah. Hal ini senada dengan penelitian Martini dkk (2021) dimana resiliensi laki-laki dapat lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Selain jenis kelamin, perawat dengan dukungan sosial dari orang terdekat misalnya keluarga juga akan membantu meningkatkan resiliensinya (Asih dkk, 2019).
Resiliensi memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan hidup dan kesinambungan hidup secara merata. Menurut Priningsih (2022) perawat dapat merasa marah dan sangat sedih saat pekerjaan yang dilakukan tidak dihargai padahal sudah semaksimal mungkin dilakukan dan berpengaruh terhadap resiliensi perawat. Individu dengan resiliensi yang rendah cenderung memerlukan waktu untuk bangkit dari masalah serta menerima keadaan (Nurhidayah dkk, 2021). Banyaknya tekanan yang dialami perawat menyebabkan banyak perawat yang mengundurkan diri karena tekanan dari pekerjaan, banyaknya komplain dari keluarga sehingga perawat merasa tidak dihargai dan sangat stres (Priningsih, 2022). Perawat dengan resiliensi sedang diartikan bahwa cukup mampu untuk tenang dan bertahan dalam menghadapi kondisi yang krisis, sehingga perawat dengan resiliensi sedang cukup mampu untuk tidak berpikir negatif (Khosidah & Andriany, 2021). Perawat yang sudah memiliki resiliensi tinggi mampu mengendalikan emosi ketika menghadapi masalah.
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan memiliki resiliensi sedang sebanyak 46 orang. Sejalan dengan penelitian Rahayu dkk (2022) menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dan memiliki resiliensi sedang. Menurut Papalia dkk (2009) menyatakan bahwa perempuan dapat mengubah pola hidupnya dan meraih kebahagiaan. Hal tersebut menjelaskan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk bangkit dari krisis yang dimiliki.
Berdasarkan hasil analisis pada 78 responden dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden dengan pendidikan terakhir Ners paling banyak memiliki resiliensi sedang dan tinggi sebanyak 46 orang dan seluruh responden dengan pendidikan terakhir S1 memiliki resiliensi sedang. Sejalan dengan teori Stuart dan Laraia (2007) dalam Yaslina & Yunere (2020) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir individu, semakin tinggi pendidikan maka semakin semakin baik pola pikir individu. Responden perawat dengan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki resiliensi lebih tinggi.
Hasil pada penelitian ini adalah responden yang sudah menikah sebagian besar memiliki resiliensi sedang sebanyak 47 orang (78,3%). Sejalan dengan penelitian Asih dkk (2019) didapatkan hasil bahwa perawat dengan dukungan keluarga dan sudah menikah memiliki resiliensi yang lebih tinggi. Resiliensi individu dapat meningkat dengan dukungan dari orang terdekat misalnya dukungan keluarga (Nuari, 2017). Sejalan dengan penelitian Mohamed & Yousuef (2014) dalam Sitanggang dkk (2022) bahwa pada perawat yang sudah menikah memiliki kepuasan dalam pernikahan dapat membangun hubungan baik dan berefek terhadap lingkungan di sekitarnya.
Karakteristik lama bekerja responden pada penelitian ini memiliki hasil sebagian besar memiliki lama bekerja >3 tahun sebanyak 58 orang dengan resiliensi sedang sampai tinggi. Sejalan dengan penelitian mengenai resiliensi pada perawat dimana
diketahui hasil mayoritas perawat memiliki pengalaman kerja selama >4 tahun memiliki resiliensi sedang (Nuari, 2017). Masa kerja perawat diketahui mampu mempengaruhi perawat dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi (Cao & Yu, 2019). Pengalaman dapat membantu perawat untuk beradaptasi dengan keadaan baru (Zaini, 2021).
Pada penelitian ini diketahui hasil paling banyak responden dengan resiliensi tinggi berada pada tempat bertugas di ruang isolasi COVID-19 sebanyak 9 orang (69,2%). Sejalan dengan penelitian Martini dkk (2022), resiliensi lebih tinggi dimiliki oleh perawat yang bekerja di unit kerja isolasi COVID-19. Perawat di ruang isolasi khusus COVID-19 cenderung memiliki resiliensi tinggi meskipun sering memberikan asuhan keperawatan langsung dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 (Martini dkk, 2022).
Perawat unit kerja isolasi COVID-19 dihadapkan dengan virus yang baru pertama kali terjadi. Sejak pertama kali sejak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan,
SIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa resiliensi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara mayoritas adalah resiliensi sedang. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu perbedaan timeline pandemik, sehingga peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Asih, O. R., Fahmy, R., Novrianda, D., Lucida, H., Priscilla, V., & Putri, Z. M. (2019). Cross sectional: Dukungan sosial dan resiliensi perawat. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 421.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.674
Cao, X., & Yu, L. (2019). Exploring the influence of excessive social media use at work: A three-dimension usage perspective. International Journal of Information Management, 46(July 2018), 83–92.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2018.11.0 19
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003).
Development of a new resilience scale : The connor-davidson resilience scale (cd-risc). Depression and Anxiety, 82(September 2002), 76–82.
pemberian pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara diberikan sesuai protokol kesehatan yang ketat (RSUD Bali Mandara, 2021). Perawat di rumah sakit juga diberikan pelatihan mengenai penggunaan APD dan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan mencapai 81,4% (Susiladewi dkk, 2021). Berbagai hal dihadapi perawat dalam melakukan perawatan kepada pasien khususnya di ruang isolasi COVD-19 dimulai dengan tuntutan kerja overtime, overload hingga tekanan psikologis ketika berhadapan dengan pasien COVID-19 yang memicu terjadinya stres tinggi bahkan gangguan psikologis (Martini dkk, 2022).
Adanya pelatihan dan berbekal dengan vaksinasi yang sudah diberikan kepada perawat dapat menjadi faktor yang menyebabkan resiliensi perawat dalam kategori tinggi. Vaksinasi lengkap yang sudah diterima oleh perawat dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri saat melakukan perawatan (Utami, 2021).
disarankan memperhatikan perjalanan pandemi, dimana penelitian ini dilakukan ketika kasus sedang menurun. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai intervensi yang dapat meningkatkan resiliensi perawat.
https://doi.org/10.1002/da.10113
Dinas Kesehatan Bali. (2021). Rumah sakit rujukan di Bali.
Hanggoro, A. Y., Suwarni, L., Selviana, & Mawardi. (2020). Dampak psikologis pandemi covid-19 pada petugas layanan kesehatan : A studi cross-sectional di kota pontianak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), 13– 18.
Jackson, D., Firtko, A., & Edenborough, M. (2007). Personal resilience as a strategy for surviving and thriving in the face of workplace adversity: A literature review. Journal of Advanced Nursing, 60(1), 1–9.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2007.04412.x
Junaedi, D., Arsyadi, M. R., Salistia, F., & Romli, M. (2022). Menguji efektivitas vaksinasi
covid-19 di Indonesia. Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 227–235. https://doi.org/10.47476/reslaj.v4i2.558
Khosidah, K., & Andriany, M. (2021). Resiliensi tahanan: Studi literatur. Holistic Nursing and Health Science, 4(2), 91–100.
https://doi.org/10.14710/hnhs.4.2.2021.91-100
Lai, J., Ma, S., Wang, Y., Cai, Z., Hu, J., Wei, N., Wu, J., Du, H., Chen, T., Li, R., Tan, H., Kang, L., Yao, L., Huang, M., Wang, H., Wang, G., Liu, Z., & Hu, S. (2020). Factors associated with mental health outcomes among health care workers exposed to coronavirus disease 2019. JAMA Network Open, 3(3), 1–12.
https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.20 20.3976
Martini, D. E., Qowi, N. H., & Karsim. (2022). Selfefficacy sebagai faktor resiliensi perawat di ruang covid-19. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 12.
https://doi.org/10.33846/sf12nk325
Nuari, N. A. (2017). Resilience of efficacy perawat berbasis tingkat stres dan kepuasan kerja. Jurnal Kesehatan, 8(3), 375.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.642
Nurhidayah, S., Ekasari, A., Muslimah, A. I., Pramintari, R. D., & Hidayanti, A. (2021). Dukungan sosial, strategi koping terhadap resiliensi serta dampaknya pada
kesejahteraan psikologis remaja yang orangtuanya bercerai. Paradigma Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyakat, 18(1), 60–77.
https://doi.org/10.33558/paradigma.v18i1.26 74
Papalia, D. E., Sally, W. O., & Rut, D. F. (2009). Human development perkembangan manusia edisi 10 buku 2. Salemba Humanika.
Priningsih, F. (2022). Resiliensi perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan di masa pandemi covid-19 di rumah sakit. Dohara Publisher Open Access Journal, 01(06), 220– 226.
Rahayu, T. A., Pratikto, H., & Suhadianto. (2022). Self compassion dan resiliensi pada perawat pasien Covid-19. INNER: Journal of
Psychological Research, 1(3), 103–111.
https://aksiologi.org/index.php/inner/article/ view/291
Robertson, H. D., Elliott, A. M., Burton, C., Iversen, L., Murchie, P., Porteous, T., & Matheson, C. (2016). Resilience of primary healthcare professionals: A systematic review. British Journal of General Practice, 66(647), e423– e433.
https://doi.org/10.3399/bjgp16X685261
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Dampak psikologis dalam memberikan perawatan dan layanan
kesehatan pasien covid-19 pada tenaga profesional kesehatan. Health Information: Jurnal Penelitian, 12(1), 107–130.
https://doi.org/10.36990/hijp.vi.191
RSUD Bali Mandara. (2021). Protokol tatanan kehidupan baru sektor kesehatan di uptd. rsud bali mandara. Pemerintah Provinsi Bali Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara.
https://rsbm.baliprov.go.id/?p=778
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2022). Data sebaran. https://covid19.go.id/
Setiawati, Y., Wahyuhadi, J., Maramis, M. M., & Atika, A. (2021). Anxiety and resilience of healthcare workers during covid-19 pandemic in indonesia. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 1–8.
https://doi.org/http://doi.org/10.2147/JMDH. S276655
Susiladewi, ida A. M. V., Yanti, N. P. E. darma, & Pradiksa, H. (2021). Pengaruh pelatihan dan pemberian video terhadap pengetahuan perawat tentang alat pelindung diri di masa pandemi coronavirus disease 2019. Jurnal Keperawatan, 13(1), 213–226.
Utami, N. L. S. W. (2021). RSUD bali mandara vaksin 1000 nakes dengan moderna, targetkan 3 minggu tuntas. Tribun Bali. https://bali.tribunnews.com/2021/08/05/rsud -bali-mandara-vaksin-1000-nakes-dengan-moderna-targetkan-3-minggu-tuntas
Wahyudiyono, W., Eko, B. R., & Trisnani, T.
(2021). Persepsi masyarakat terhadap covid-19 pasca pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika, 10(2), 102.
https://doi.org/10.31504/komunika.v10i2.44 84
Widayanti, L. P., & Kusumawati, E. (2021).
Hubungan persepsi tentang efektifitas vaksin dengan sikap kesediaan mengikuti vaksinasi covid-19. Hearty, 9(2), 78.
https://doi.org/10.32832/hearty.v9i2.5400
Yaslina, Y., & Yunere, F. (2020). Hubungan jenis kelamin, tempat bekerja dan tingkat pendidikan dengan kecemasan perawat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN: 2622-2256, 3(1), 63-69.
https://www.jurnal.stikesperintis.ac.id/index. php/PSKP/article/view/569/286 [Diakses 5 Juli 2021].
Zaini, M. (2021). Resiliensi perawat selama masa pandemi covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 9(4), 779–786.
Volume 11, Nomor 4, Agustus 2023
327
Discussion and feedback