OPTIMASI SUHU, pH DAN AMOBILISASI SELULASE DARI KONSORSIUM MIKROBA SELULOLITIK (KMS.UU1a) PADA KALSIUM ALGINAT
on
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Volume 8 Nomor 2, Oktober 2020
Il Cafya 11 ; Kimia ∣
OPTIMASI SUHU, pH DAN AMOBILISASI SELULASE DARI KONSORSIUM MIKROBA SELULOLITIK (KMS.UU1a) PADA KALSIUM ALGINAT
Ro’yal Aini1, I Nengah Wirajana1,2*, Ketut Ratnayani1,2
-
1Program Studi Magister Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia 80361 [email protected]
-
2 Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia 80361 *[email protected] [email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu dan pH optimum selulase dari konsorsium mikroba selulolitik KMS.UU1a dalam kondisi bebas dan terambobilisasi, konsentrasi kalsium alginat optimum untuk amobilisasi selulase, serta keberulangan (reusability) dan efisiensi selulase terambilisasi. Pengukuran aktivitas selulase dilakukan berdasarkan kandungan gula pereduksi sebelum dan sesudah reaksi enzimatis dengan metode Dinitrosalycilic acid (DNS). Aktivitas selulase KMS.UU1a baik dalam kondisi bebas dan teramobilisasi diuji pada suhu 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 oC; dan pH 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Konsentrasi sodium alginat yang digunakan dalam proses amobilisasi selulase KMS.UU1a adalah 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, 2,5 dan 3,0 % (b/v) dalam CaCl2 0,15 M. Uji keberulangan dilakukan dengan mengukur aktivitas selulase KMS.UU1a amobil pada 4 (empat) kali pemakaian enzim, sedangkan efisiensi diketahui dari uji aktivitas selulase bebas sebelum dan setelah amobilisasi. Konsentrasi kalsium alginat optimum untuk amobilisasi selulase KMS.UU1a adalah 2,0 % (b/v). Suhu optimum selulase KMS.UU1a bebas lebih rendah (40 oC) dibandingkan dengan selulase amobil (45 oC), dengan aktivitas selulase bebas 0,005636 U/mL, lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas selulase amobil 0,003617 U/mL. Selulase KMS.UU1a bebas dan amobil sama-sama memiliki pH optimum 6,0 dengan aktivitas selulase berturut-turut sebesar 0,006444 U/mL dan 0,003771 U/mL. Keberulangan dilihat dari besarnya aktivitas selulase KMS.UU1a amobil pada pemakaian kedua, ketiga, dan keempat terhadap pemakaian pertama berturut-turut sebesar 70,53; 61,66; dan 23,92 %. Efisiensi amobilisasi selulase KMS.UU1a pada kalsium alginate diperoleh sebesar 63,8711 %.
Kata kunci: Selulase KMS.UU1a, amobilisasi, alginat.
ABSTRACT: The purpose of this study was to determine the optimum temperature and pH of cellulase from the KMS.UU1a cellulolytic microbial consortium in free and immobilized conditions, the optimum percentage of calcium alginate used for cellulase immobilization, reusability and efficiency of immobilized cellulase. The enzyme activity was determined by the Dinitrosalycilic acid (DNS) method KMS.UU1a cellulase activity in both free and immobilized conditions was tested at temperatures of 35, 40, 45, 50, 55 and 60 oC; and pH 4, 5, 6, 7, 8, and 9. The concentration of alginate used in the immobilization process of KMS.UU1a cellulase was 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 2.5 and 3.0% (w/v) in 0.15 M CaCl2, was done by measuring the immobilized KMS.UU1a cellulase activity in 4 (four) enzyme usage cycles, while the efficiency was known from the cellulase free activity test before and after immobilization. The optimum concentration of calcium alginate for immobilization of KMS.UU1a cellulase was 2.0% (w/v). The optimum temperature of free KMS.UU1a cellulases was lower (40 oC) compared to immobilized cellulases (45 oC), with free cellulase activity of 0.005636 U / mL, higher than that of immobilized cellulases of 0.003617 U / mL.
Both free and immobilized KMS.UU1a cellulases had an optimum pH of 6.0, with cellulase activity of 0.006444 U/mL and 0.003771 U/ mL, respectively. Repetition can be seen from the immobilized KMS.UU1a cellulase activity in the second, third, and fourth cycles of the first cycle respectively of 70.53; 61.66; and 23.92%. The immobilization efficiency of KMS.UU1a cellulase on calcium alginate was 63.8711%.
Keywords: KMS.UU1a cellulase, immobilization, alginate
Selulase merupakan enzim yang banyak dimanfaatkan dan memiliki potensi yang sangat luas dalam bidang teknologi enzim. Faktanya, selulase sangat sulit di recovery sehingga hanya bisa digunakan untuk satu kali proses pemakaian dan memiliki kestabilan yang rendah pada suhu dan pH yang ekstrim.
Amobilisasi enzim merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan selulase dalam aplikasinya. Penggunaan enzim amobil memiliki beberapa kelebihan yaitu reusable, dapat dipisahkan dengan pelarutnya dan mudah di recovery, mengurangi biaya produksi, memudahkan pengendalian enzim, stabil pada kondisi ekstrim, proses hidrolisa enzimatis yang dapat menghasilkan produk lebih besar, selektifitas lebih tinggi, membutuhkan lebih sedikit energi, kondisi operasi yang lebih moderat dan ramah lingkungan [1].
Berbagai metode amobilisasi enzim seperti teknik entrapment telah dikembangkan pada berbagai matriks polimer, salah satunya pada kalsium alginat karena memiliki mekanisme kestabilan dan porositas yang tinggi, prosedurnya sederhana dan relatif lebih murah. Alginat merupakan polisakarida yang bisa membentuk struktur gel ketika bereaksi dengan kation divalen seperti ion Ca2+. Gel terbentuk melalui reaksi kimia antara kalsium dengan alginat dan mengikat molekul-molekul alginat yang panjang sehingga terbentuk struktur gel [3].
Peneliti sebelumnya telah memperoleh konsorsium mikroba selulolitik yang diisolasi dari fermentasi ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.) dalam tanah. Salah
satu konsorsium mikroba selulotik tersebut diberi kode KMS.UU1a, yang memiliki aktivitas selulase tertinggi. Konsorsium mikroba ini dapat menghasilkan selulase setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan yang mengandung Carboxymethyl Cellulose (CMC) [4]. CMC merupakan substrat terbaik untuk menginduksi sintesis enzim selolitik ekstraseluler [5].
Selulase dari konsorsium mikroba selulotik (KMS.UU1a) yang diamobilisasi belum pernah ditentukan suhu dan pH optimumnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan suhu dan pH optimum, baik selulase bebas maupun selulase amobil. Selain itu, keberulangan (reusablility) dan efisiennya juga dilakukan pengujian untuk tujuan aplikasi (riset selanjutnya) dari selulase amobil ini.
Selulase dari konsorsium mikroba selulolitik dengan kode KMS-UU1a, yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, yaitu hasil fermentasi ubi jalar ungu dalam tanah [4], glukosa anhidrat, Carboxymethyl cellulose (CMC), bacto peptone, natrium klorida, serbuk ubi jalar ungu, kalsium klorida (CaCl2), natrium alginat, aquades, CMC (Carboxymetil Cellulose), NaOH, DNS (Asam dinitrosalisilat), K-Na tartarat, etanol, asam sitrat, fenol, sodium sulfit, buffer sitrat 0,1 M pH 5,0, Buffer fosfat 0,05 M pH 6, buffer sitrat fosfat 0,05 M pH 4, 6 dan 7, buffer Tris HCl 0,05 M pH 8 dan 9.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alumunium foil,
jarum ose, neraca analitik, incubator shaker, magnetik stirrer, lemari pendingin, sentrifugasi, jarum suntik, mikropipet, waterbath, termometer, spatula, hot plate, microtube, kertas whatman, dan instrumen BioELISA.
-
2.2 Metode
Optimasi Suhu dan pH Selulase (KMS.UU1a)
Suhu dan pH optimum selulase dari konsorsium mikroba selulolitik KMS.UU1a ditentukan dengan mengukur aktivitas selulase menggunakan metode DNS berdasarkan estimasi jumlah glukosa (gula pereduksi) yang terbentuk. Kadar gula pereduksi sampel ditentukan berdasarkan kurva standar glukosa, maka pada tahap pertama dibuat larutan standar glukosa dengan konsentrasi larutan stok glukosa 5000 ppm. Sebanyak 0,5 gram glukosa dilarutkan dengan aquades dan ditera sampai 100 mL dalam labu ukur [6]. Larutan stok tersebut diencerkan dengan konsentrasi 80, 100, 120, 140, 180, 160 dan 200 ppm. 1 mL dari masing-masing larutan standar glukosa ditambahkan dengan 1 mL reagen DNS, dihomogenkan dan dipanaskan selama 5 menit pada suhu 90100 oC sampai larutan berwarna merah-coklat. Selanjutnya ditambahkan 1 mL K-Na tartarat, didinginkan lalu ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 10 mL dan dihomogenkan. Absorbansi tiap larutan diukur dengan menggunakan instrument BioELISA pada panjang gelombang 490 nm untuk mengetahui konsentrasi glukosa (x) dari sampel yang diukur absorbansinya [7].
Optimasi suhu dan pH selulase KMS.UU1a
Optimasi suhu dan pH selulase KMS.UU1a dilakukan dengan mengukur aktivitas selulase menggunakan metode DNS seperti pada prosedur diatas (Halaman…). Perlakuan suhu yang digunakan adalah (35, 40, 45, 50, 55 dan 60 oC), yang diinkubasi selama 60 menit dengan instrumen waterbath. Suhu
optimum selulase digunakan untuk menentukan pH optimum. Perlakuan pH yang digunakan adalah (4, 5, 6, 7, 8 dan 9). Kontrolnya adalah campuran antara substrat CMC 1 % dan enzim selulase KMS.UU1a tanpa inkubasi yang ditambahakan dengan DNS. Sedangkan blankonya adalah campuran antara substrat CMC 1 %, DNS dan aquades [8].
Satu unit aktivitas selulase dinyatakan sebagai jumlah µmol produk glukosa hasil hidrolisis selulase tiap satu menit pada kondisi pengujian. Nilai aktivitas selulase ditentukan berdasarkan perhitungan berikut [9]:
AE =
C H
--------- × -
B M G Iuko sa × t E
(1)
Dimana
AE = aktivitas enzim (Unit/mL)
C = konsentrasi glukosa
BM = berat molekul glukosa (180 g/mol) t = waktu inkubasi (menit)
H = volume total enzim-substrat (mL)
E = volume Enzim (mL)
Optimasi Konsentrasi Kalsium Alginat 0.5-3.0 % (b/v)
Amobilisasi selulase dengan alginat dibuat dengan cara mencampurkan 2 ml enzim selulase dengan 6 ml larutan pada berbagai konsentrasi alginat yaitu 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, 2,5 dan 3,0 %, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian campuran tersebut dimasukkan kedalam jarum suntik dan diteteskan dalam gelas kimia yang berisi CaCl2 0,15 M sebanyak 100 mL sambil digoyang-goyang hingga terbentuk gel kalsium alginat yang berisi enzim dan disimpan dalam fryzer selama 20 menit. Selanjutnya dicuci dengan akuades sebanyak tiga kali, lalu dikeringkan pada suhu kamar [10].
Optimasi suhu dan pH selulase
KMS.UU1a amobil
Penentuan suhu dan pH optimum selulase KMS.UU1a amobil ditentukan dengan mengukur aktivitas enzim menggunakan metode DNS seperti
prosedur diatas dengan perlakuan suhu dan pH yang sama dengan selulase KMS.UU1a.
Keberulangan (reusability) dan efisiensi selulase KMS.UU1a amobil
Penentuan aktivitas keberulangan dan efisiensi KMS.UU1a amobil diukur dengan menggunakan metode DNS seperti prosedur diatas (Halaman…). Pengukuran dilakukan pada kondisi optimum selulase amobil yaitu suhu 45 oC, pH 6 dan waktu inkubasi 60 menit serta pada konsentrasi alginat 2,0 % (b/v) dalam CaCl2 0,15 M. Perlakuan dilakukan sampai empat kali siklus dan dihitung aktivitas enzim pada setiap siklus. Selanjutnya untuk mengetahui efisiensi selulase KMS.UU1a amobil dilakukan pengukuran aktivitas
menggunakan metode DNS (Halaman….) dengan cara menghitung % selulase teramobil terhadap selulase bebas awal dan selulase bebas sisa (tidak teramobilisasi) dengan rumus sebagai berikut:
A-R
% selulase teramobil = — × 100 % (2)
dimana
A = aktivitas selulase bebas awal
B = aktivitas selulase bebas sisa (yang tidak ter amobil)
Suhu optimum selulase KMS.UU1a adalah 40 oC dengan nilai aktivitas tertinggi sebesar 0,005636 U/mL (Gambar 1). Pada suhu 35-40 oC terjadi kenaikan aktivitas selulase yang tajam disebabkan karena semakin tinggi suhu dapat meningkatkan energi kinetik sehingga menambah intensitas tumbukan antara substrat dengan enzim. Pada suhu optimum, tumbukan antara enzim dan substrat sangat efektif, sehingga pembentukan kompleks enzim substrat semakin mudah dan produk yang dihasilkan meningkat [11]. Penurunan aktivitas selulase pada kisaran suhu (45-60 oC) disebabkan karena penambahan suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikatan
hidrogen putus pada rantai polipeptida dan kurangnya frekuensi tumbukan antara enzim dan substrat sehingga produk glukosa yang dihasilkan sedikit [12].
0,007
0,006
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
30
35 40 45 50 55 60
Suhu (oC)
Gambar 1. Aktivitas selulase KMS.UU1a pada suhu 35-60 oC.
0,007
0,006
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
3 4 5 6 7 8 9 10
pH
Gambar 2. Aktivitas selulase KMS.UU1a pada pH 4-9
pH optimum selulase KMS.UU1a adalah pH 6 dengan nilai aktivitas tertinggi sebesar 0,006444 U/mL (Gambar 2). Perubahan pH dapat menyebabkan perubahan muatan pada molekul enzim sehingga dapat mempengaruhi aktivitas enzim, baik dengan perubahan struktur maupun dengan perubahan muatan [13]. Pada kondisi pH asam (pH 4-6), asam amino dapat terionisasi sehingga dapat mengaktifkan sisi aktif enzim dan dapat meningkatkan aktivitas enzim. Sedangkan pada kondisi basa tinggi (pH 8-9), asam amino dalam kondisi ion zwitter tidak
membentuk sisi aktif sehingga aktivitas enzim mengalami penurunan.
tersebut porositas gel alginat semakin membaik sehingga kontak selulase dengan substrat juga semakin optimal.
≡
C W
cz> cs -w
0.003259
S 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi Ca-alginat (%)
Gambar 3. Aktivitas selulase KMS.UU1a
pada konsentrasi Ca-alginat 0,5-3,0 %
0,007
5 0,006
S
P 0,005 0,004
S 0,,003 ∞ 0,002 S 0,001 ⅛5 0
35 40 45 50 55 60
Suhu (oC)
→∙ bebas
amobil
65
Gambar 4. Aktivitas selulase KMS.UU1a amobil pada suhu 35-60 oC.
-
3.2 Persentase Kalsium Alginat Optimum untuk Amobilisasi Selulase dari Konsorsium Mikroba Selulolitik KMS.UU1a
Konsentrasi optimum kalsium alginat untuk amobilisasi selulase KMS.UU1a terdapat pada konsentrasi 2,0 % (b/v)
dengan aktivitas tertinggi sebesar 0,003259 U/mL (Gambar 3). Pada konsentrasi 0,5 % terjadi kebocoran maksimum pada gel alginat sehingga aktivitasnya paling rendah, konsentrasi kalsium alginat pada 0,5-1,5 %, distribusi selulase dalam matriks alginat terlalu padat, tidak rigid dan ukuran pori porinya besar sehingga menyebabkan selulase keluar dan tidak bisa ditahan oleh matriks alginat. Sedangkan pada konsentrasi Ca-alginat 2,0 %, porositas gel akan semakin rendah sehingga enzim akan tertahan didalam alginat dan banyaknya selulase yang terperangkap dalam alginat sudah optimum, konsentrasi alginat 2,5%, ukuran matriks alginat semakin kecil sehingga menghambat difusi substrat hidrofobik kedalam matriks alginat yang bersifat hidrofilik, konsentrasi alginat 3,0 % terjadi kenaikan aktivitas selulase disebabkan karena pada konsentrasi
Gambar 5. Aktivitas selulase KMS.UU1a
amobil pada pH 4-9.
Suhu optimum selulase dari konsorsium mikroba selulotik (KMS.UU1a) yang telah diamobilisasi pada kalsium alginat terdapat pada suhu 45 oC dengan aktivitas tertinggi selulase sebesar 0,003617 U/mL (Gambar 4). Selulase KMS.UU1a amobil memiliki stabilitas suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan selulase KMS.UU1a bebas karena bahan pendukung Ca-alginat
dalam mengamobilisasi selulase secara entrapment dapat mempertahankan struktur tersier enzim pada suhu yang lebih tinggi dan mampu mempertahankan aktivitasnya setelah 60 menit masa inkubasi. Aktivitas selulase bebas lebih tinggi dibandingkan dengan selulase amobil karena kontak enzim dengan substratnya lebih tinggi atau leluasa sehingga produk yang dihasilkan juga lebih banyak. Kisaran suhu 45-80 oC termasuk kedalam golongan enzim termofilik [14], sehingga enzim selulase dari konsorsium mikroba (KMS.UU1a) amobil termasuk golongan enzim termostabil (tahan terhadap panas).
pH optimum selulase dari konsorsium mikroba selulotik (KMS.UU1a) yang telah diamobilisasi pada kalsium alginat dengan selulase KMS.UU1a bebas sama-sama terdapat pada pH 6 dengan nilai aktivitas tertinggi sebesar 0,003771 U/mL dan 0,006444 U/mL (Gambar 5). pH optimum selulase KMS.UU1a bebas dan amobil berada pada pH yang sama yaitu pH asam (pH 6) karena pada permukaan pori-pori kalsium alginat tidak mempengaruhi sisi aktif enzim. Penambahan pH asam dan basa menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas enzim selulase.
-
3.4 Persentase keberulangan (reusability) dan efisiensi selulase KMS.UU1a amobil
Persentase keberulangan (reusability) selulase KMS.UU1a amobil dapat digunakan hingga 4 kali pemakaian dengan aktivitas selulase amobil sisa yaitu sebesar 0,000425 U/mL atau 23,92 % aktivitas selulase relatifnya. Penggunaan berulang selulase amobil dapat menurunkan aktivitasnya disebabkan karena rusaknya pori-pori Ca-alginat akibat pemakaian berulang-ulang. Rusaknya pori-pori ini menyebabkan selulase yang awalnya terjebak dapat terlepas dari matriksnya dan jumlah selulase semakin sedikit untuk berikatan dengan substrat. Enzim amobil dikatakan masih baik digunakan jika memiliki nilai efisiensi diatas 50 %,
sehingga selulase KMS.UU1a cukup baik
digunakan berulang kali dengan nilai % teramobil sebesar 63.8711 %.
Selulase KMS.UU1a amobil memiliki suhu optimum yang lebih tinggi (45 oC) dibandingkan dengan selulase bebas (40 oC), sedangkan pH optimum selulase bebas dan amobil sama-sama berada pada pH 6, walaupun dengan nilai aktivitas yang lebih rendah. Konsentrasi optimum alginat untuk amobilisasi selulase KMS.UU1a dengan metode entrapment terdapat pada konsentrasi 2,0 % dalam 0,15 M CaCl2 dengan nilai aktivitas sebesar 0,003259 U/mL. Persentase keberulangan
(Reusability) selulase KMS.UU1a amobil dapat digunakan hingga 4 kali penggunaan dengan aktivitas selulase amobil pada siklus kedua, ketiga, dan keempat terhadap siklus pertama berturut-turut sebesar 70,53; 61,66; dan 23,92 %. Efisiensi amobilisasi selulase KMS.UU1a pada kalsium alginat diperoleh sebesar 63.8711 % yang artinya masih cukup baik digunakan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Staf Laboratorium Mikrobiologi Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana serta pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
-
[1] Chen, M., Zhao, J. and Xia, L. (2008) ‘Enzymatic hydrolysis of maize straw polysaccharides for the production of reducing sugars’, Carbohydrate Polymers, 71(3): 411– 415.
doi: 10.1016/j.carbpol.2007.06.011.
-
[2] Anwar A., Shah Ali U. Q., Samina I., dan Abid A. 2009. Calcium Alginate
:Support Material for Immobilization of Proteases from Newly Isolated Strain of Bacilus subtilis KIBGE-HAS. World Applied Science Journal, 7(10): 1281-1286.
-
[3] Chaudhary, Majneesh. et al. (2019) ‘Immobilization of Amylase by Entrapment Method in Different Natural Matrix’, International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 8(5): 1097-1103. ISSN: 2319-7706.
-
[4] Wirajana, I.N., Ratnayani, K., Bogoriani, I.W. dan Laksmiwati, A.A.I.A.M. 2020. Selulase Mikroba Selulolitik dari Fermentasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir) dalam Tanah, Jurnal Kimia (in press).
-
[5] Alam, M.Z., Manchur, M.A.,
&Anwar, M.N.2004. Isolation, purification, characterization of cellulolytic enzymes produced by Streptomycesomiyaensin. Journal of Biologi Science, 10: 1647-1653.
-
[6] Mukminin, A. 2015. Isolasi Bakteri Selulotik Termofilik dari Sumber Air Panas Pacet Mojokerto dan Pengujian Aktivitas Enzim Selulase. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
-
[7] Rosyada, N. 2015. Isolasi Bakteri Asam Laktat dengan Aktivitas Selulotik pada Saluran Pencernaan Mentok (Cairina moschata).
Skripsi. Surakarta: Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret.
-
[8] Maranatha, B. 2008. Aktivitas
Enzim Selulase Isolat Asal Indonesia pada Berbagai Substrat Limbah Pertanian. Skripsi. Bogor: Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institus Pertanian Bogor.
-
[9] Kombong, H. 2004. Evaluasi Daya Hidrolitik Enzim Glukoamilase dari
Filtrat Kultur Aspergilus niger. Jurnal Ilmu Dasar, 5: 16-20.
-
[10] Aliya, R., Shah Ali, Abida, A., and Samina, I, 2009. Immobilization of a thermostable α-amylase on calcium alginate beads from Bacillus subtilis KIBGE-HAR. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 3(3). 2883-2887.
-
[11] Tarigan, W. F., Sumardi., Setiawan, W.A. 2015. Karakterisasi Enzim Selulase dari Bakteri Selulotik Bacillus sp. Seminar Nasional Sains dan Teknologi VI.
-
[12] Sari, R. F. 2010. Optimasi Aktivitas Selulase Ekstraseluler dari Isolat Bakteri RF-10. Skripsi. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
-
[13] Dali, S., Arfah, R., Karim, A.,
Patong, A.R. 2013. Eksplorasi Enzim Amilase dari Mikroba yang Diisolasi dari Sumber Air Panas di Sulawesi Selatan dan Aplikasinya dalam Produksi Maltodekstrin. Laporan Akhir. Makassar:
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanudin.
-
[14] Nam. E.S. 2004. B-galactosidase Gene of Thermus thermophilus KNOUC112 Isolated from Hot
Springs of a Volcanic Area in New Zealend: Identification of the
Bacteria, Cloning and Expression of the Gene in Eschericia coli. Asian-Aust J Anim Sci. 17: 1591-1598.
72
Discussion and feedback