SINTESIS DAN KARAKTERISASI ARANG DARI LIMBAH BAMBU DENGAN AKTIVATOR ZnCl2
on
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ARANG DARI LIMBAH BAMBU
DENGAN AKTIVATOR ZnCl2
Manuntun Manurung*, Oka Ratnayani, Rizgyandhaka Artha Prawira
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia *manuntun_manurung@unud.ac.id
ABSTRAK: Bambu merupakan salah satu bahan baku pembuatan arang yang dapat diaktivasi secara fisika atau kimia untuk menghasilkan arang aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi arang aktif dari limbah batang bambu dengan aktivator ZnCl2. Penelitian diawali dengan membuat arang bambu melalui karbonisasi pada suhu 650oC selama 90 menit. Kemudian arang diaktivasi dengan penambahan larutan ZnCl2 dengan berbagai konsentrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi optimum aktivator ZnCl2 adalah 0,02 M. Arang aktif yang diperoleh memiliki kadar air 5,00%, kadar zat mudah menguap 6,00%, kadar abu 7,33%, kadar karbon 81,67 %, daya serap terhadap Iod 1091,426 mg/g, dan daya serap methylene blue 198,724 mg/g. Karakteristik ini telah memenuhi baku mutu SNI 06-3730-1995 tentang arang aktif teknis. Luas permukaan arang aktif sebesar 737,74 m2/g dan keasaman permukaannya sebesar 0,5122 mmol/g. Analisis gugus fungsi terhadap arang aktif menunjukkan adanya gugus fungsi O-H, karbonil, alkuna, dan ester.
Kata kunci: aktivasi, karakterisasi, arang aktif, limbah bambu.
ABSTRACT: Bamboo can be used as a raw material for making carbon that can be activated physically or chemically to get activated carbon. The purpose of this research was to synthesize and characterize activated carbon from bamboo stem waste by using ZnCl2 solution as activator. The research was started by preparing the bamboo carbon through carbonization at a temperature of 650oC for 90 minutes. Activation was carried out by adding ZnCl2 with various concentration ratios. The results showed that the optimum concentration of ZnCl2 activator was 0.02 M. The activated carbon had a moisture content of 5.00%, volatile substance of 6.00%, ash content of 7.33%, carbon content of 81.67 %, iodine absorbtion capacity of 1091.426 mg/g, and methylene blue absorbtion capacity of 198.724 mg/g. These characteristics had met the SNI 06-3730-1995 standard about technical activated carbon. The surface area and surface acidity of this carbon was of 737.74m2/g and 0.5122 mmol/g respectively. The functional group analysis of the activated carbon showed the presence of O-H, carbonyls, alkynes, and esthers.
Keywords: activation, characterization, activated carbon, bamboo stem waste.
Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang diproduksi dari bahan mengandung
karbon tinggi, melalui proses karbonisasi. Karbon aktif mempunyai kapasitas adsorpsi yang baik terhadap gas dan polutan dalam
cairan sebab permukaannya yang luas. Karbon aktif saat ini sangat intensif digunakan sebagai adsorben, sebab kapasitas adsorpsinya tinggi dan stabil secara termal serta mudah didapatkan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karbon aktif dapat berupa limbah pertanian, batu bara, tempurung kelapa, bambu, dan lain-lain [1].
Pembuatan karbon aktif dilakukan melalui dua proses, yaitu karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi melalui pemanasan pada suhu 300-800oC, dengan oksigen terbatas pada waktu tertentu. Arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi memiliki sifat lentur, tetapi luas permukaannya rendah dan daya adsorpsinya sangat kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan proses aktivasi untuk memperbesar luas permukaan dan membangun porositas.
Aktivasi dapat dilakukan secara fisika ataupun kimia. Secara fisika dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi dan dialiri gas inert seperti CO2, N2 atau uap air. Sedangkan aktivasi kimia dilakukan melalui penambahan asam, basa atau garam seperti HCl, H3PO4, KOH, K2CO3, ZnCl2 dan lain-lain [2].
Tujuan aktivasi pada arang adalah untuk menghilangkan atau melarutkan senyawa sisa hasil pemanasan yang terdapat pada por-pori arang, yang menyebabkan daya adsorpsi arang menjadi kecil. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut adsorbat, sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Sifat proses adsorpsi terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang,
menyebabkan padatan cenderung menarik molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan [3].
Bambu merupakan salah satu tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan masuk dalam keluarga rumput-rumputan family Poaceae Dalam kondisi normal tinggi tanaman bambu berkisar antara 0,3-30 m, dengan diameter batang 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai 25 mm [4].
Penelitian kandungan kimia pada bambu yang telah dilakukan oleh Gusmailina dan Sumadiwangsa menunjukkan bahwa bambu memiliki kadar selulosa 42,2 % -53,6 %, lignin 19,8% - 26,6 %, dan pentosan 1,24% - 3,77% [5].
Karbon aktif dapat ditingkatkan mutu nya dengan aktivator seperti zink klorida (ZnCl2). Pengaktifan karbon aktif dari biji jambu batu dengan aktivator ZnCl2 dapat mengadsorpsi zat warna Methylene Blue sebesar 98%, sedangkan tanpa aktivator kimia hanya 50% [6]. Untuk karbon aktif dari bambu sendiri sudah ada yang melakukannya terlebih dahulu, Penelitian lain telah dilakukan untuk membuat arang aktif dari bambu apus (Gigantochloa apus) dengan aktivator H3PO4 20%, didapatkan kadar karbon sebesar 83,40%. Daya serap terhadap Methylene Blue konsentrasi 1000 ppm sebesar 427,88 mg/g [7].
Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan arang aktif dari limbah bambu dengan aktivator ZnCl2 yang selanjutnya disingkat dengan ABAZ. Arang aktif yang di peroleh dikarakterisasi sesuai SNI 06 – 3730 – 1995 tentang arang aktif teknis. Gugus fungsi ABAZ ditentukan dengan FTIR.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah batang limbah bambu. Bahan-bahan kimia yang digunakan meliputi ZnCl2 (p.a), kertas saring, aquades, zat warna Methylene Blue, Na2S2O3.5H2O, amilum 1%, KI, Iodida dan indikator penolphtalein.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, penyaring stainless 200 mesh (0,074 mm), cawan porselin, kaca arloji, oven, desikator, mortar, magnetic stirrer, pH meter, alat -alat gelas, buret, statif, klem, stopwatch, tanur, Spektrofotometer FTIR Shimadzu Prestige-1, Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800 dan AAS Shimadzu AA-7000.
-
2.2 Metode
-
2.2.1 Preparasi Sampel Batang Limbah Bambu
-
Sampel limbah bambu dipotong kecil-kecil hingga ukuran ± 1 cm, lalu limbah bambu dicacah agar ukurannya menjadi lebih kecil. Sampel dicuci kembali dengan air hingga bersih, dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C hingga bobot konstan.
Ditimbang 1000 gram sampel kering dikarbonisasi selama 90 menit dalam tanur tertutup pada suhu 650oC. Sampel yang telah menjadi arang didinginkan dalam desikator dan ditimbang untuk menentukan persentase rendemen [7].
Sampel hasil karbonisasi digerus hingga halus dan diayak dengan penyaring stainless 200 mesh. Hasil ayakan dibagi menjadi dua dan diberi kode sampel B0 dan BA. Sampel arang dengan kode B0 sebagai pembanding dan tidak diaktivasi kimia, sedangkan kode BA diaktivasi ZnCl2. Ke dalam 4 buah Erlenmeyer 100 mL, ditimbang masing-masing 10 g arang, serta masing-masing variasi ditambahkan 25 mL ZnCl2 dengan konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,08 M dan 0,12 M. Campuran tersebut didiamkan selama 4 jam sambil diaduk dengan magnetic stirrer, kemudian disaring dan dibilas dengan aquades hingga diperoleh pH netral.
Masing-masing sampel arang dengan kode B0 dan BA dipanaskan dalam tanur pada suhu 900oC selama 1 jam. Arang aktif yang terbentuk didinginkan hingga mencapai suhu ruangan. Konsentrasi Zn sisa dalam filtrat ditentukan dengan AAS.
Prosedur analisis arang aktif mengacu pada Standar Nasional Indonesia 06 – 3730 – 1995 tentang arang aktif teknis [8]
Penentuan Keasaman Permukaan Arang Teraktivasi dan Tanpa aktivasi
Ditimbang masing-masing 1 gram arang teraktivasi ZnCl2 konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,08 M; dan 0,12 M dan tanpa aktivasi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 15 mL NaOH 0,1 M. Diaduk dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Masing-masing campuran arang BA ZnCl2 dan B0 dengan NaOH ditambahkan 3-4 tetes indikator pp 0,2% lalu dititrasi dengan HCl 0,1 M dari warna merah muda menjadi tidak berwarna. Dicatat volume HCl yang digunakan. Situs asam permukaan yang paling tinggi digunakan sebagai arang bambu teraktivasi ZnCl2 (ABAZ).
Kadar Air
Ditimbang 1 g ABAZ dan arang B0, lalu ditempatkan dalam cawan yang telah diketahui massanya lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC hingga diperoleh massa konstan, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air (K.A.) dihitung dengan rumus:
Kadar air = ^)x 100% (2.1)
a
dimana a = massa sebelum pengeringan b = massa setelah pengeringan
Kadar Zat Mudah Menguap
Ditimbang 1 g ABAZ dan arang B0 yang telah diuji kadar airnya dipanaskan dalam tanur 900oC selama 15 menit, selanjutnya didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Kadar zat mudah menguap (KZMM) dihitung dengan rumus:
KZMM = ^)x 100% (2.2)
Dimana b = massa bahan awal (g)
c = massa setelah penentuan kadar air (g)
Kadar Abu Total
Ditimbang 1 g ABAZ dan arang B0 yang telah diuji kadar air dan kadar zat mudah menguapnya dimasukkan ke dalam tanur dan diabukan pada suhu 650oC selama 4 jam, lalu didinginkan dalam desikator. Abu yang terbentuk ditimbang.Kadar abu total (KAT) dihitung dengan rumus:
KAT= (⅛ x 100% (2.3)
dimana a = massa sebelum pengabuan d = massa setelah pengabuan
Kadar karbon terikat
Kadar karbon terikat dalam arang aktif limbah bambu adalah selisih dari hasil proses pengarangan kadar air, kadar zat mudah menguap, dan kadar abu total.Kadar karbon terikat (KK) dapat ditentukan dengan rumus:
KK = 100% - (kadar air + kadar zat mudah menguap + kadar abu total) (2.4)
Daya Serap terhadap Iod
Ditimbang 0,25 g 1 g ABAZ dan arang B0, kemudian ditambahkan 25 ml larutan iodium 0,125 M. Campuran diaduk selama 15 menit lalu erlemeyer ditutup dan disimpan ditempat yang gelap selama 2 jam. Campuran disaring, lalu filtratnya dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang bersih dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda. Sebanyak 1 mL indikator amilum 1% ditambahkan pada filtrat dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Volume larutan Na2S2O3 yang digunakan dicatat dan dihitung daya serap arang aktif terhadap iodin dalam mg/g.
Daya Serap terhadap Methylene Blue dan Luas Permukaan Arang Limbah Bambu
Ditimbang ABAZ dan arang B0 sebanyak 0,5 gram yang ditempatkan dalam Erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan larutan Methylene Blue sebanyak 50 mL konsentrasi 2000 ppm. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer selama 240 menit. Setelah itu, campuran disaring, lalu diukur absorbansinya. Nilai absorbansi yang diperoleh, diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800 pada λmax Methylene Blue yaitu 664,5 nm.
Gugus Fungsi
Arang aktif yang menunjukkan karakteristik terbaik dibandingkan dengan arang tanpa aktivasi dianalisis spektra infra merahnya sehingga dapat diketahui gugus-gugus fungsinya. Analisis spektroskopi infra merah dalam penelitian ini menggunakan Spektrofotometer FT-IR Shimadzu Prestige-1.
Limbah bambu sebanyak 1000 gram dipanaskan dalam tanur pada suhu 650oC selama 90 menit dihasilkan arang sebanyak 274,7 g dengan rendemen sebesar 27,47 %. Arang limbah bambu diayak menggunakan ayakan stainless berukuran 200 mesh untuk mendapatkan ukuran yang homogen.
Karakterisasi arang teraktivasi ZnCl2 (BA) dan tanpa aktivasi (B0) yang dilakukan meliputi situs keasaman permukaan, kadar air (KA), kadar zat mudah menguap (KZMM), kadar abu total (KAT), kadar karbon terikat (KK), daya serap terhadap iod, daya serap terhadap MB serta gugus fungsinya.
Perlakuan ini dilakukan dengan metode titrimetri. Situs asam dari arang aktif
Tabel 1. Keasaman Permukaan Arang Aktif
Sampel (M) |
Ka (mmol/g) Rata-rata |
Jumlah situs aktif (1020 atom/g) |
B0 BA 0,02 M BA 0,04 M BA 0,08 M BA 0,12 M |
0,4156 ± 0,0239 0,5122 ± 0,0221 0,4917 ± 0,0264 0,4741 ± 0,0152 0,3834 ± 0,0309 |
2,5019 3,0834 2,9600 2,8541 2,3081 |
direaksikan dengan NaOH berlebih dan sisa dari OH-yang tidak bereaksi dengan situs asam adsorben direaksikan dengan HCl 0,1 M. Hasil yang diperoleh untuk berbagai konsentrasi aktivator disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil yang didapatkan, arang BA dengan konsentrasi ZnCl2 0,02 M mempunyai jumlah situs aktif tertinggi dan digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis dari arang aktif. Kadar air yang ditunjukkan oleh ABAZ lebih besar dibandingkan dengan arang B0, yaitu sebesar sebesar 3,67% dan 5,00%. Dengan demikian kedua jenis arang tersebut telah memenuhi baku mutu SNI 06-3730-1995 tentang kadar air arang aktif teknis dalam bentuk serbuk yang baik memiliki kadar karbon maksimal 15%.
Kadar zat mudah menguap merupakan kandungan senyawa yang mudah menguap selain air pada arang aktif [9]. Berdasarkan Tabel 2, ABAZ memiliki kadar zat mudah menguap paling rendah, yaitu 6%, sedangkan arang B0 sebesar 6,23%. Perbedaan kadar zat mudah menguap antara kedua arang tersebut, dapat disebabkan oleh terbentuknya gugus fungsi pada saat aktivasi menggunakan ZnCl2. Peningkatan kadar zat mudah menguap diperkirakan akibat putusnya ikatan atomatom seperti oksigen, nitrogen dan hidrogen pada gugus-gugus yang terbentuk dan menguap akibat pemanasan yang diberikan
-
[10] . Dengan ini, kadar zat mudah menguap rata-rata arang aktif yang dihasilkan dari kedua arang tersebut telah memenuhi baku mutu SNI 06-3730-1995 tentang kadar zat mudah menguap arang aktif teknis, yaitu maksimal 25%.
Penentuan Kadar Abu Total bertujuan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif. Kadar abu total arang aktif merupakan sisa yang tertinggal pada saat arang dibakar pada suhu 6000C-9000C selama 3 - 16 jam [11].
Berdasarkan Tabel 2, ABAZ dan B0 memiliki kadar abu sebesar 7,33%. Menurut SNI 06 – 3730 – 1995 tentang arang aktif teknis, arang aktif dalam bentuk serbuk memiliki kadar abu total maksimal sebesar 10%. Dengan demikian, kadar abu total dalam kedua jenis arang tersebut telah memenuhi baku mutu kadar abu total arang aktif.
Penentuan kadar karbon terikat pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kadar karbon murni yang terkandung dalam arang aktif. Fraksi karbon dalam arang aktif merupakan hasil dari proses pengarangan selain air, abu, dan zat mudah menguap. Sehingga kadar karbon dapat ditentukan dalam perhitungan melalui selisih presentase total dari arang aktif [12].
Kadar karbon terikat yang diperoleh untuk kedua jenis ABAZ dan B0 yaitu sebesar 81,67% dan 82,44%.Berdasarkan Tabel 2, kedua jenis arang tersebut memenuhi baku mutu SNI 06 – 3730 – 1995 tentang arang aktif teknis, arang aktif dalam bentuk serbuk yang baik memiliki kadar karbon minimal 65%.
Penentuan daya serap terhadap iod bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul kurang
Tabel 2 Perbandingan Karakteristik ABAZ dan B0 dengan Baku Mutu SNI 06 –3730 – 1995 Tentang Arang Aktif Teknis
Karakteristik |
Arang B0 |
ABAZ |
SNI |
Kadar Air (%) |
3,67 ± 0,5773 |
5,00 ± 1 |
Mak 15 |
Kadar Zat Mudah Menguap |
6,23 ± 1,0017 |
6,00 ± 0,6083 |
Mak 25 |
Kadar Abu Total (%) |
7,33 ± 0,5748 |
7,33 ± 0,5748 |
Mak 10 |
Kadar Karbon (%) |
82,44 |
81,67 |
Min 65 |
Daya Serap iod (mg/g) |
1015,28 ± 25,3819 |
1091,426 ± 25,3819 |
Min 750 |
Daya Serap MB (mg/g) |
104,4226 |
198,724 |
Min 120 |
Luas Permukaan Arang Aktif (m2/g) |
387,09 |
737,74 |
- |
dari 10 Å atau 1 nm. Daya serap iodin diperoleh dari analisis filtrat campuran iodin dan arang aktif [9].
Hasil perhitungan daya serap ABAZ dan B0 masing-masing sebesar 1091,426 mg/g dan 989,898 mg/g yang mana keduanya telah memenuhi baku mutu arang aktif. Menurut SNI 06 – 3730 – 1995 tentang arang aktif teknis daya serap terhadap iod arang aktif dalam bentuk serbuk minimal 750 mg/g arang aktif.
-
3.9 Penentuan Daya Serap terhadap Methylene Blue dan Luas Permukaan Arang Limbah Bambu
Penetapan daya serap terhadap Methylene Blue bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif dalam menyerap larutan berwarna yang berukuran 15-25Å atau 1,5–2,5 nm [9]. Panjang gelombang maksimum dari Methylene Blue yang digunakan adalah 664,5 nm. Arang aktif dalam bentuk serbuk yang baik memiliki daya serap Methylene Blue minimal 120 mg/g menurut SNI 06-37301995 tentang arang aktif teknis. Dari Tabel2 terlihat bahwa daya serap ABAZ dan B0 masing-masing sebesar 198,724 mg/g dan 104,4226 mg/g arang aktif
terhadap Methylene Blue berbanding lurus dengan luas permukaan adsorben.
Kemudian didapatkan nilai luas permukaan arang aktif dengan metode Methylene Blue pada waktu 240 menit. Semakin luas permukaan adsorben, semakin besar kapasitas adsorpsinya. Banyaknya Methylene Blue yang dapat di adsorpsi akan sebanding dengan luas permukaan arang aktif tersebut. Untuk ABAZ dan B0 masing-masing didapatkan 737,74 m2/g dan 387,09 m2/g. Kenaikan luas permukaan arang aktif ini disebabkan karena aktivator ZnCl2 dapat melarutkan pengotor yang menutupi pori. Pengotor pada pori dapat menghambat proses adsorpsi, sehingga dengan melarutnya pengotor dari arang maka pori-porinya menjadi lebih terbuka dan pada akhirnya menambah situs aktif.
Gugus-gugus yang terdapat pada arang aktif dapat memberikan pengaruh pada karakter yang dimiliki oleh arang aktif. Saat proses aktivasi, terjadi reaksi kimia antara aktivator dengan arang sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan gugus fungsi. Oleh karena itu, analisis spektra inframerah perlu


Gambar 1. Spektra FTIR ABAZ (atas) dan B0 (bawah)
Tabel 3 Data Spektrum Inframerah ABAZ dan B0
Bilangan Gelombang (cm-1) |
Perkiraan Gugus Fungsi | ||
Arang B0 |
ABAZ |
Arang |
ABAZ |
665,44 |
623,01 |
C-H |
C-H luar bidang |
1697,36 |
1273,02 |
-C=C |
Ester |
2355,08 |
1475,54 |
-C≡N |
CH3 |
3469,94 |
1701,22 |
OH |
C=O karbonil |
2331,94 |
alkuna | ||
2779,42 |
-COOH | ||
3043,67 |
-C-H aromatik | ||
3400,5 |
-OH terikat |
dilakukan untuk membandingkan gugus fungsi yang terdapat pada ABAZ dan B0.
Gambar spektra inframerah arang BA ZnCl2 0,02 M dan B0 dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 3.
Berdasakan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: konsentrasi optimum ZnCl2 untuk mengaktivasi arang bambu adalah 0,02 M dengan karakteristik terbaik yaitu: kadar air 5,00%, kadar zat mudah menguap 6,00%, kadar abu 7,33%, kadar karbon 81,67 %, daya serap terhadap Iod 1091,426 mg/g, daya serap terhadap methylene blue 198,724 mg/g yang secara umum telah memenuhi baku mutu SNI 063730-1995 tentang arang aktif teknis. Sedangkan keasaman permukaannya sebesar 0,5122 mmol/g, luas permukaan didapatkan 737,74 m2/g, serta mempunyai gugus fungsi O-H, karbonil, alkuna dan ester.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung penelitian, sumber pendanaan maupun dalam penulisan artikel.
-
[1] Hesas, R. H., Niya, A. A., Mohd Ashri Wan Daud, Sahu, J. N. 2013. Preparation and Characterization of Activated Carbon from Apple Waste by Microwave-Assisted Phosphoric Acid Activation: Application in Methylene Blue Adsorption.
Bioresources 8(2): 2950-2966.
-
[2] Sunarsih, S., Hastutiningrum, S., Nisa, T. D. 2016. Activated Carbon from Jackfruit Peel Waste ss Decolouring Agent of Screen Printing Waste Water. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta.
-
[3] Tandy, E., Hasibuan, I. F., Harahap, H. 2012. Kemampuan Adsorben Limbah Lateks Karet alam Terhadap Minyak Pelumas Dalam Air. Jurnal Teknik Kimia USU, 1 (2):34 – 38
-
[4] Winarto dan Ediningtyas. 2012. Mau Tahu Tentang Bambu?. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
-
[5] Gusmailina, dan Sumadiwangsa.
-
1988. Analisis Kimia Sepuluh Jenis Bambu dari Jawa Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 5(5): 290
293.
-
[6] Rahman, I., A., dan Saad. B. 2003. Utilization of Guava Seeds as a Source of Actived Carbon for Removal of Methylene Blue from Aqueous Solution. Malaysian Journal of Chemistry, 5(1): 008 – 014.
-
[7] Manurung, M., Sahara, S., Sihombing, P. 2019. Pembuatan dan Karakterisasi Arang aktif dari Batang Bambu Apus (Gigantochloa apus) dengan Aktivator H3PO4. Jurnal
Kimia (Journal of Chemistry), 13 (1): 16-21.
-
[8] SNI. 1995.SNI 06-3730-1995: Arang Aktif Teknis. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
-
[9] Pari, G. 2009. Laporan Mengikuti 1St Asia Pasific Biochar Conference Gold Coast. Australia. 17-20 Mei 2009. Tidak diterbitkan.
-
[10] Sudirjo, M. 2006. Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Kacang Tanah (Arachis Hypogeae) dengan Aktivator Asam Sulfat. Laporan Tugas Akhir. Universitas Diponegoro. Semarang.
-
[11] Jankowska, H., Swiatkowski, A., dan Choma, J. 1991. Active Carbon. Horwood. London.
-
[12] Sudrajat, R., dan Pari, G. 2011.Arang Aktif: Teknologi Pengolahan dan
Masa Depannya. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Bogor.
129
Discussion and feedback