KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT HASIL EKSTRAKSI TERMAL DARI TULANG LIMBAH DAN APLIKASINYA UNTUK ADSORPSI ION SELEKTIF BIRU METILEN
on
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)
Volume 6 Nomor 2, Desember 2018

KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT HASIL EKSTRAKSI TERMAL DARI TULANG LIMBAH DAN APLIKASINYA UNTUK ADSORPSI ION SELEKTIF BIRU METILEN
I Made Sutha Negara*, I Nengah Simpen
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia
ABSTRAK: Tujuan penelitian adalah mempelajari karakteristik hidroksiapatit (TA) yang diekstraksi secara termal dan aplikasinya untuk adsorpsi ion selektif biru metilen. Karakteristik TA yang dipelajari adalah rasio Ca/P, kristalinitas dan ukuran partikel, keasaman dan kebasaan permukaan, situs aktif, serta luas permukaan. TA diekstraksi secara termal pada variasi suhu 400, 750, 950, dan 1100oC. Karakterisasi yield TA ditentukan secara gravimetri, Ca/P dianalisis secara laser induced breakdown spectroscopy (LIBS), kristalinitas dan ukuran kristal secara difraksi sinar-X (X-ray diffraction, X-RD), keasaman dan kebasaan permukaan ditentukan secara titrasi asam-basa, situs aktif secara fourier transform infrared (FTIR), serta luas permukaan secara spektrometri UV-vis dari methylene blue method. Sementara, jumlah ion selektif biru metilan yang teradsorpsi ditentukan secara spektrometri UV-vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TA yang diekstraksi secara termal pada suhu 400oC paling baik karakteristiknya, yaitu rasio Ca/P paling mendekati standar (1,64 dibandingkan standar 1,67), berfasa kristal dengan ukuran rata-rata paling kecil (6,79 nm), jumlah situs aktif tertinggi (21,94 x 1020 situs/g), dan luas permukaan (Langmuir surface area) tertinggi (31,49 m2/gram) serta jumlah ion selektif biru metilen yang teradsorpsi rata-rata juga tertinggi yaitu 85,89%. TA tersebut potensial digunakan sebagai adsorben untuk ion biru metilen.
Kata kunci: tulang sapi, hidroksiapatit, biru metilen, adsorpsi
ABSTRACT: The aim of this research to study the characteristics of hydroxyapatite (TA) which was extracted thermally from bovine bone waste and its application to adsorption of methylene blue selective ions. Characteristics of TA were studied are Ca/P ratio, crystallinity and crystalline size, surface acidity and basicity, active sites, and Langmuir surface area. The TA is extracted thermally on temperatures variation of 400, 750, 950, and 1100oC. Characterization of Ca/P was done by laser induced breakdown spectroscopy (LIBS), crystallinity and crystalline size analyzed by X-ray diffraction (X-RD), surface acidity and basicity by acid-base titrations, fuctional groups by fourier transform infrared (FTIR), as well as Langmuir surface area with the methylene blue method analyzed by UV-vis spectrometric. Meanwhile, the amount of adsorbed methylene blue selective ions was determined by UV-vis spectrometric. The results showed that the TA extracted thermally at 400°C was the best characteristic, the Ca/P ratio was 1.64 closed to the standard (1.67), average crystalline size (6.79 nm), the highest amount of active sites (21.94 x 1020 sites/g), and the highest Langmuir surface area (31,49 m2/g) and the highest average amount of adsorbed methylene blue selective ions was 85.89%.
Keywords: bovine bone, hydroxyapatite, methylene blue, adsorption
Salah satu bahan yang menarik untuk digunakan sebagai adsorben alternatif adalah tulang sapi limbah kerajinan (ukiran tulang) yang telah diekstraksi menghasilkan hidroksiapatit. Penyusun tulang sapi lebih dari 70% adalah
hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Hidroksiapatit (TA) dapat digunakan sebagai adsorben karena memiliki pori, inert, dan tahan aus. Selain itu, hidroksiapatit dapat digunakan sebagai penukar ion yang mampu menurunkan kadar beberapa logam dalam larutan seperti ion Cd2+, Hg2+, Zn2+, dan Pb2+ [1].
Keunggulan adsorben berbahan baku tulang dari limbah kerajinan dibandingkan adsorben yang lain adalah mudah didapat (secara ekonomi harganya sangat murah), cukup melimpah jumlahnya karena dapat diperbaharui (renewable), tidak toksik (tergolong biomaterial), serta ramah lingkungan (biodegradable) [1,2]. Mineral hidroksiapatit hasil sintesis dapat digunakan untuk menjerap logam toksik Pb(II) yang terkontaminasi pada tanah [3] dan sebagai adsorben logam toksik Pb, Cd, dan Zn [4]. Donadel et al. [5] mempreparasi hidroksiapatit hasil sintesis secara kimiawi tersalut Fe2O3 melalui teknik semprot kering untuk menghasilkan produk medis. Namun, ketiga penelitian tersebut hanya menggunakan mineral hidroksiapatit buatan (sintetis) dan belum memanfaatkan potensi hidroksiapatit alam atau dari limbah kerajinan, tentunya biaya menjadi relatif lebih mahal serta cenderung tidak renewable dan non biodegradable.
Ekstraksi biohidroksiapatit dapat berasal dari tulang sapi limbah menggunakan beberapa metode yang berbeda telah dipelajari, antara lain cara kalsinasi [6], waktu dan suhu sintering [7], proses subkritis air, hidrolisis alkali hidrotermal dan dekomposisi termal [2], serta kombinasi alkali hidrotermal dan dekomposisi termal [8]. Berdasarkan metode sintesis dan ekstraksi hidroksiapatit yang telah dipelajari tersebut, perlu upaya untuk mencoba cara lain yang lebih ekonomis, ramah lingkungan, aman dari sisi biologi dan menyederhanakan rumitnya produksi hidroksiapatit dengan cara sintesis. Disisi lain, biru metilen merupakan pewarna sintetik yang dominan diaplikasikan sebagai pewarna tekstil dan pencelupan (dyes). Selain berguna sebagai pewarna yang kuat, bila limbah biru metilen dibuang ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu kemudian terpapar dan terkonsumsi dapat membahayakan mahluk hidup akuatik dan manusia, karena bersifat karsinogenik, mutagenik, dan efek teratogenik [9]. Mahdy et al. (2008), menyebutkan bahwa biru metilen yang
terkonsumsi 2 mL konsentrasi 1% oleh tikus uji dapat mengakibatkan inflamasi, infertilitas, dan komplikasi pada organorgan intra-abdomen [10].
Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk dilakukan penelitian tentang ekstraksi hidroksiapatit dari tulang limbah kerajinan secara termal dan mengkarakterisasinya. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi termal. Metode ini dipilih karena lebih ekonomis, lebih praktis, dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan relatif singkat, dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya sehingga dimungkinkan cocok diproduksi dalam skala besar. Karakteristik hidroksiapatit yang dipelajari adalah rendemen TA yang diperoleh (yield TA), rasio Ca/P, kristalinitas dan ukuran partikel yang mengacu pada nano-material (partikel berukuran 1-100 nm), keasaman dan kebasaan permukaan, situs aktif, serta luas permukaan. Karakterisasi Ca/P dilakukan secara laser induced breakdown spectroscopy (LIBS), kristalinitas dan ukuran kristal (partikel) secara difraksi sinar-X (X-ray diffraction, X-RD), keasaman dan kebasaan permukaan secara titrasi asam-basa, situs aktif secara fourier transform infrared (FTIR), serta luas permukaan secara UV-vis dari methylene blue method. Selanjutnya, TA diaplikasikan untuk adsorpsi ion selektif biru metilen.
-
2. PERCOBAAN
Preparasi Serbuk Tulang
Tulang sapi limbah kerajinan yang berupa serbuk direndam dengan 10% natrium hipoklorit (NaOCl) selama 24 jam, untuk menghilangkan bau lalu dicuci dengan aquades sampai bersih. Selanjutnya, direndam lagi dalam larutan 10% hidrogen peroksida (H2O2) selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan lemak. Serbuk tulang kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 160oC selama 12 jam [2]. Serbuk tulang yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan berukuran
250-500 µm. Selanjutnya, serbuk tulang ditempatkan dalam wadah botol kaca dan diberi kode T0 serta disimpan dalam desikator untuk eksperimen lebih lanjut.
Ekstraksi Termal Hidroksiapatit dari Serbuk Tulang
Sebanyak 100 gram serbuk tulang (T0) ditempatkan pada cawan porselin, kemudian dikalsinasi di dalam furnace pada variasi suhu 400, 750, 900, dan 1100oC selama 6 jam [1-2]. Setelah itu, masing-masing serbuk tulang hasil ekstraksi termal diberi kode TA1, TA2, TA3, dan TA4. Produk antara (hidroksiapatit, TA) yang diperoleh ditentukan karakteristiknya, yaitu rendemen TA (yield TA), rasio Ca/P, kristalinitas dan ukuran partikel yang mengacu pada nanomaterial (partikel berukuran 1-100 nm), keasaman dan kebasaan permukaan, situs aktif, serta luas permukaan.
Aplikasi Hidroksiapatit (TA) untuk Adsorpsi Ion Selektif Biru Metilen
Disediakan 8 buah erlenmeyer 100 mL, erlenmeyer diisi dengan 0,3 gram TA1. Pada erlenmeyer tersebut ditambahkan 20,0 mL larutan biru metilen 50 ppm, kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama waktu kontak bervariasi, yaitu 5, 10, 15, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit untuk mengetahui waktu kontak optimum adsorben dengan metilen biru. Larutan hasil interaksi disaring menggunakan kertas saring Whatman 42, kemudian diukur absorbansinya untuk mendapatkan kapasitas adsorpsi (Qads, mg/g) menggunakan persamaan
= (C0 - Ce )V
Qads
m
% Q = (C0 Ce) 100%.
ads
C0
Dimana, Co dan Ce adalah konsentrasi biru metilen mula-mula dan saat kesetimbangan tercapai, V adalah volume larutan, serta Qads sebagai jumlah adsorbat (mg) yang
teradsorpsi oleh m gram adsorben [11,12]. Cara yang sama dilakukan juga untuk adsorben TA2, TA3, dan TA4 serta dengan T0 (sebagai pembanding).
Rasio Ca/P hidroksiapatit
Rasio Ca/P penyusun hidroksiapatit adalah perbandingan dari unsur Ca dan P yang dinyatakan dalam arbitrary units (a.u). Hasil analisis LIBS, dapat dihitung rasio Ca/P yang dirangkum dalam Tabel 1. Data menunjukkan bahwa nilai rasio Ca/P dalam hidroksiapatit hasil ekstraksi termal suhu 400oC lebih mendekati nilai rasio Ca/P sesuai standar, yaitu 1,67 [13],
sementara dengan kenaikan suhu kalsinasi, rasio Ca/P menurun. Hal ini diduga
disebabkan oleh tidak stabilnya unsur Ca dan P pada peningkatan suhu kalsinasi.
Tabel 1. Rasio Ca/P Hidroksiapatit Ekstraksi Termal Variasi Suhu
Adsorben |
Rasio Ca/P |
T0 |
1,4514 |
TA1 |
1,6425 |
TA2 |
1,4964 |
TA3 |
1,5109 |
TA4 |
1,5941 |
Kristalinitas dan ukuran kristal hidroksiapatit
Pola difraktogram XRD dari serbuk tulang asal (T0) menunjukkan terbentuknya puncak melebar, yang diduga kristalinitasnya tidak uniform atau cenderung berstruktur amorf. Ini berarti, masih adanya kontaminan atau belum menunjukkan hidroksiapatit murni. Berbeda halnya dengan pola difraktogram XRD dari serbuk tulang yang telah mengalami ekstraksi termal (Gambar 1), menunjukkan puncak tajam dengan intensitas yang relatif tinggi. Seiring dengan kenaikan suhu kalsinasi, terutama suhu kalsinasi di atas 400oC (TA2, TA3, dan TA4) yang menandakan struktur hidroksiapatit dengan kristalinitas uniform atau cenderung berstruktur kristal. Artinya,

Gambar 1. Difraktogram difraksi sinar-X (XRD) dari adsorben
telah sesuai dengan struktur hidroksiapatit murni. Sedangkan, defraktogram hiroksiapatit hasil ekstraksi suhu 400oC (TA1), masih menyerupai tulang asal (kristalinitas relatif belum uniform). Pola difraksi sinar-X sesuai Betancur et al. [14] bahwa hidroksiapatit murni adalah berstruktur kristal dengan peak yang tajam (tidak melebar) dan memiliki pola teratur. Apabila struktur hidroksiapatit yang bercampur kontaminan atau dekomposisi belum terjadi secara optimal, maka peak yang dihasilkan cenderung melebar. Pola ini juga sesuai dengan Parahita et al. [8] yang berbeda hanya pada persentase intensitasnya.
Tabel 2. Ukuran Kristal Rata-rata dari Hidroksiapatit Hasil Ekstraksi Termal Variasi Suhu
Adsorben |
Ukuran kristal rata-rata (nm) |
T0 |
8,25 |
TA1 |
6,79 |
TA2 |
64,02 |
TA3 |
55,25 |
TA4 |
49,97 |
Ukuran kristal rata-rata (mean crystal size) dihitung menggunakan persamaan Scherrer L = , dimana L adalah ukuran kristal rata-rata, k adalah konstanta Scherrer (maksimum 1,0), λ
Tabel 3. Nilai Keasaman dan Kebasaan Permukaan Hidroksiapatit Hasil Ekstraksi Termal
Adsorben |
Keasaman permukaan Kebasaan permukaan Jumlah situs aktif (mmol/g) (mmol/g) (x 1020 situs/g) |
T0 TA1 TA2 TA3 TA4 |
1,4025 2,0625 20,8662 0,9316 2,7113 21,9376 0,0000 2,2135 13,3297 0,0000 2,0512 12,3523 0,0000 2,0000 12,0440 |
adalah panjang gelombang radiasi sinar-X, β adalah full width at half maximum (FWHM), dan Ɵ adalah sudut difraksi [15]. Dari Tabel 2, diperoleh bahwa ukuran kristal rata-rata terkecil adalah hidroksiapatit TA1 dan ukuran kristal
terbesar pada hidroksiapatit TA2. Hal ini menunjukkan bahwa hasil ekstraksi termal dapat mengalami peningkatan ukuran kristal, oleh karena peningkatan suhu ekstraksi mengakibatkan proses aglomerasi terjadi. Ukuran kristal terbesar ditunjukkan oleh TA2, kemudian menurun seiring
dengan kenaikan suhu kalsinasi. Hal ini diduga karena pada suhu 750oC,
hidroksiapatit mencapai titik aglomerasi tertinggi dan pada suhu yang lebih tinggi menyebabkan ukuran kristal hidroksiapatit menjadi menurun. Hal ini sesaui dengan penelitian yang dilakukan Bailliez dan Nzihou (2003), yang menyatakan bahwa pada suhu kalsinasi 780oC hingga 1100oC struktur hidroksiapatit mengalami
penyusutan [16].
Keasaman dan kebasaan permukaan
hidroksiapatit
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai kebasaan permukaan hidroksiapatit dengan kenaikan suhu, situs basa yang dimiliki hidroksiapatit mengalami penurunan. Sementara,
keasaman permukaan tertinggi pada T0, kemudian pada TA1 menurun sedangkan TA2, TA3 dan TA4 tidak memiliki nilai keasaman permukaan. Nilai kebasaan permukaan dan situs aktif tertinggi dimiliki oleh hidroksiapatit hasil ekstraksi termal suhu 400oC (TA1) yaitu 2,7113 mmol/g dan jumlah situs aktifnya 21,9376 x 1020
situs/g, yang kemudian mengalami penurunan pada suhu yang lebih tinggi, yaitu ekstraksi termal suhu 750oC (TA2) menjadi 2,2135 mmol/g dan jumlah situs aktifnya 13,3297 x 1020 situs/g, ekstraksi termal suhu 950oC (TA3) yaitu 2,0512 mmol/g dan jumlah situs aktifnya 12,3523 x 1020 situs/g dan hidroksiapatit hasil ekstraksi termal suhu 1100oC (TA4) yaitu 2,0000 mmol/g dan jumlah situs aktifnya 12,0440 x 1020 situs/g. Adanya penurunan kebasaan permukaan hidroksiapatit ini diduga disebabkan telah terjadi penutupan situs aktif akibat perubahan struktur hidroksiapatit seiring dengan kenaikan suhu.
Gugus fungsional hidroksiapatit
Spektra FTIR pada adsorben yang terdiri atas serbuk tulang asal (T0), hidroksiapatit hasil ekstraksi termal 400oC (TA1), 750oC (TA2), 950oC (TA3, dan 1100oC (TA4) ditunjukkan pada Tabel 4. Puncak dari gugus O-H yang terbentuk semakin tajam berbanding lurus dengan kenaikan suhu ekstraksi, sesuai penelitian Ooi et al. [13] menyatakan bahwa peningkatan suhu kalsinasi mengakibatkan penyempitan lebar puncak dan intensitas meningkat sehingga O-H semakin tajam. Gugus Ca-O pada TA1 muncul pada bilangan gelombang 1421,54 cm-1, 1469,76 cm-1 dan 1633,71 cm-1, pada TA2 muncul pada bilangan 1415,75 cm-1 dan 1462,04 cm-1, pada TA3 muncul pada bilangan gelombang 1411,89 cm-1, 1456,26 cm-1 dan 1451,12 cm-1, pada TA4 muncul pada bilangan gelombang 1456,26 cm-1. Gugus PO43- juga dikonfirmasi pada TA1 yang muncul pada bilangan gelombang 574,79
Tabel 4. Bilangan Gelombang Spektra FTIR Hidroksiapatit Hasil Ekstraksi Termal Variasi Suhu
Dugaan gugus |
Bilangan gelombang (cm-1) untuk adsorben: |
fungsional |
T0 TA1 TA2 TA3 TA4 |
O-H |
638,44; 655,8; 629,58; 630,72; 648,08; 3568,31; 3570,24; 3400,1 3568,31 3643,53 3570,24 3643,53 |
Ca-O |
1415,75; 1421,54; 1411,89; 1544,98; 1469,76; 1415,75; 1456,26; 1456,26 1670,35 1633,71 1462,04 1541,12 |
PO43- |
569; 960,55; 960,55; 960,55; 607,58; 574,79; 1012,63; 1012,63; 1012,63; 1039,56 960,55 1080,14 1080,14 1082,07 |
CO32- |
m 75∙ 873,75; 873,75 879,54 - - |
cm-1 dan 960,55 cm-1, pada TA2 muncul pada bilangan gelombang 960,55 cm-1, 1012,63 cm-1 dan 1080,14 cm-1, pada TA3 muncul pada bilangan gelombang 960,55 cm-1, 1080,14 cm-1 dan 1082,07 cm-1, pada TA4 muncul pada bilangan gelombang 960,55cm-1, 1012,63 cm-1 dan 1082,07cm-1. Sementara gugus CO32- hanya ditemui pada TA1, yaitu pada bilangan gelombang 873,75 cm-1 dan pada TA2 pada bilangan gelombang 879,54 cm-1. Hal ini disebabkan bahwa peningkatan suhu mengakibatkan CO32- semakin berkurang hingga akhirnya tidak muncul pada TA3, yang dikalsinasi pada suhu 950oC dan TA4 yang diekstraksi termal pada suhu 1100oC. Fenomena ini sesuai Shaltout et al.[17] bahwa pada suhu kalsinasi lebih tinggi dari 800oC terjadi reaksi dekarboksilasi pada struktur hidroksiapatit.
Luas permukaan spesifik hidroksiapatit
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa luas permukaan (Langmuir surface area) tertinggi dari hidroksiapatit yang diekstraksi pada suhu 400oC (TA1). Hal ini disebabkan bahwa diduga masih mengandung karbon yang relatif tinggi, sehingga dapat mengadsorpsi adsorbat lebih banyak dibandingkan hidroksiapatit yang dikalsinasi dengan suhu lebih tinggi. Hidroksiapatit hasil ekstraksi termal pada suhu yang berbeda, diekstraksi pada suhu di atas 400oC (suhu 750, 950, dan 1100oC) cenderung memiliki luas permukaan
(Langmuir surface area) menurun, bahkan lebih rendah dibandingkan tulang asal (T0). Hal ini disebabkan bahwa pada suhu yang lebih tinggi, kandungan karbon dalam hidroksiapatit relatif semakin berkurang, sehingga atom H+ yang terikat jumlahnya relatif semakin menurun, akibatnya situs aktif yang terbentuk juga menurun, sehingga adsorbat yang terjerap juga menurun.
Tabel 5. Luas Permukaan (Langmuir surface area) Hidroksiapatit
Adsorben |
Luas permukaan (S, m2/g) |
T0 |
31,2907 |
TA1 |
31,4908 |
TA2 |
25,9477 |
TA3 |
26,6970 |
TA4 |
25,8930 |
Adsorpsi hidroksiapatit terhadap ion selektif metilen biru
Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah biru metilen yang teradsorpsi pada variasi waktu interaksi, adsorben TA1 (hidroksiapatit yang diekstraksi termal 400oC) memiliki kemampuan tertinggi (Qads, 85,89%) kemudian disusul oleh adsorben T0 (serbuk tulang asal, kontrol) yaitu 83,99%, TA3 (hidroksiapatit yang diekstraksi termal 750oC) sebesar 70,29%, TA2 (hidroksiapatit yang diekstraksi termal 900oC) yaitu

■ T0
■ TA1
■ TA2
■ TA3
Gambar 2. Kemampuan adsorpsi hidroksiapatit terhadap ion selektif biru metilen
72,34%, dan TA4 (hidroksiapatit yang diekstraksi termal 1100oC) adalah 70,18%. Kemampuan adsorpsi adsorben berkorelasi dengan karakteristiknya terutama jumlah situs aktif dan luas permukaannya, bahwa semakin banyak jumlah situs aktif dan luas permukaan (Langmuir surface area) maka kemampuan adsorpsinya juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Waktu interaksi optimum dari masing-masing adsorben diperoleh pada interaksi 30 menit. Ini berarti bahwa waktu interaksi 30 menit memberikan kemampuan tertinggi, namun setelah waktu interaksi ˃30 menit kemampuan adsorpsi adsorben telah mencapai keadaan kesetimbangan (keadaan jenuh).
Hidroksiapatit (TA) yang diekstraksi secara termal pada suhu 400oC paling baik karakteristiknya, yaitu rasio Ca/P paling mendekati standar (1,64 dibandingkan standar 1,67), kristalinitas berfasa kristal dengan ukuran rata-rata paling kecil (6,79 nm), jumlah situs aktif tertinggi (21,94 x 1020 situs/g), dan luas permukaan (Langmuir surface area) terbesar (31,49 m2/gram). Aplikasi adsorben untuk adsorpsi ion selektif biru metilen, TA yang diekstraksi secara termal pada suhu 400oC tertinggi kemampuan adsorpsi rata-rata, yaitu 85,89% dan
menurun dengan kenaikan suhu ekstraksi. Hidroksiapatit tersebut potensial digunakan sebagai adsorben untuk ion biru metilen.
Diucapkan terimakasih kepada LPPM Universitas Udayana melalui Fakultas MIPA atas penelitian tahun 2017, serta kepada teman sejawat di Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Udayana atas kontribusi pemikirannya dan untuk Andika atas bantuan
karakterisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
-
[1] Wahl, D.A. and Czernuszka, J.T. 2006.
Collagen-Hydroxyapatite Composites for Hard Tissue Repair. European Cell and Materials, 11: 43-56
-
[2] Barakat, N.A.M., Khil, M.S., Omran, A.M., Sheikh, F.H. and Kim, H.Y.
2009. Extraction of Pure Natural Hydroxyapatite From The Bovine Bones Bio Waste by Three Different Methods. Journal of Materials Processing Technology, 209: 3408–
3415
-
[3] Laperche, V., Traina, S.J., Gaddam, P. and Logan, T.J. 1996. Chemical and Mineralogical Characterizations of Pb in a Contaminated Soil: Reactions with Syntetic Apatite. Environ. Sci. Technol., 30: 3321-3326
-
[4] Chen, X., Wright, J.V., Conca, J.L., and Peurrung, L.M. 1997. Effect of pH on Heavy metal Sorption on Mineral Apatite. Environ. Sci. Technol., 31(3): 624-631
-
[5] Donadel K, Felisberto, MDV, Laranjeira MCM. 2009. Preparation and Characterization of
Hydroxyapatite-coated Iron Oxide Particles by Spray-drying Technique. An Acad Bras Cienc 81(2): 179-186.
-
[6] Sobczak, A., Kowalski, Z., and
Wzorek, Z. 2009. Preparation of Hydroxyapatite from Animal Bones. Acta of Bioengineering and Biomechanics. 11(4): 23-28
-
[7] Kusrini, E. and Sontang, M. 2012. Characterization of X-Ray Diffraction and Electron Spin Resonance: Effects of Sintering Time and Temperature on Bovine Hydroxyapatite. Journal of Rad. Physical and Chem., 81: 118-125
-
[8] Parahita, IG.A.A., Simpen, IN., dan Suastuti, N.G.A.M.D.A. 2016. Ekstraksi dan Karakterisasi
Hidroksiapatit dari Limbah Kerajinan Tulang Sapi Menggunakan Metode Kombinasi Alkali Hidrotermal dengan Dekomposisi Termal. Jurnal Kimia, 10(1): 228-235
-
[9] Oladoja, N.A., Aboluwaye, C.O. and Oladimeji, Y.B. 2008. Kinetics and Isoterm Studies on Methylene Blue Adsorption onto Ground Palm Kernel Coat. Turkish J. Eng. Sci. 32: 303-312.
-
[10] Mahdy, T., Mohamed, G. and Elhawary, A. 2008. Effect Methylene Blue on Intra-abdominal Adhesion Formation in Rats. International Journal of Surgery, 6: 452-455
-
[11] Babarinde, N.A.A., Oyesiku, O.O. and Dairo, O.F. 2007. Isoterm and Thermodynamic Studies of the Biosorption of Cooper (II) Ions by Erythrodontium barteri. International Journal of Physical Sciences, 2(11): 300-304
-
[12] Hong, S., Wen, C., He, J., Gan, F. and Ho, Y-H. 2009. Adsorption Thermodynamics of Methylene Blue onto Bentonite. Journal of Hazardous Materials, 167: 630-633
-
[13] Ooi, C.Y., Hamdi, M., and Ramesh, S. 2007. Properties of Hydroxyapatite Produced by Annealing Of Bovine Bone. Ceramics International, 33:
1171-1177
-
[14] Betancur, A.I.G., Arbelaez, D.G.E., Lopez, A.d-R., Malo, E.M.M., Monoz, E.M.R., Cortez, E.G., Gomez, P.P., Sandoval, S.J, and Garcia, M.E.R. 2013. Comparison of physicochemical properties of bio and commercial hydroxyapatite. Current Applied Physics, 13 (7): 1383-1390
-
[15] Kongsri, S., Janpradit, K., Buapa, K., Techawongstien, S., and Chanthai, S. 2013. Nanocrystalline Hydroxyapatite From Fish Scale Waste: Preparation, Characterization and Aplication for Selenium Adsorption in Aqueous
Solution. Chemical Engineering Journal. 215-216: 522-532
-
[16] Bailliez, S. and Nzihou, A. 2003. The Kinetics of Surface Area Reduction During Isothermal Sintering of Hydroxyapatite Adsorbent. Journal of Chemical Engineering. 98: 141-152
-
[17] Shaltout, Abdallah A., Allam, Moussa A., Moharrama, and Mohamed A. 2011. FTIR Spectroscopic, Thermal and XRD Characterization of Hydroxyapatite from New Natural Sources. Journal of Spectrochimica Acta, 83 (1): 56-60
130
Discussion and feedback