Buletin Veteriner Udayana                                                 Volume 15 No. 6: 1035-1042

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712                                                Desember 2023

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet        https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i06.p01

Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Viroterapi dengan Virus Newcastle Disease Memperbaiki Gambaran Histopatologi Paru-Paru Tikus Model Fibrosarkoma

(VIROTHERAPY WITH NEWCASTLE DISEASE VIRUS IMPROVES HISTOPATHOLOGICAL PICTURE OF RATS LUNGS WITH FIBROSARCOMA)

Ni Kadek Shita Amelia1, Anak Agung Ayu Mirah Adi2*, Ida Bagus Oka Winaya2

  • 1Mahasiswi Sarjana Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234;

  • 2Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234.

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Fibrosarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat fibrosa yang umumnya tumbuh pada jaringan lunak bagian dalam atau subkutan. Pengobatan umum kanker saat ini seperti kemoterapi memiliki efek samping terhadap sel-sel yang sehat. Salah satu altenatif terapi yang banyak diteliti saat ini yaitu viroterapi menggunakan virus Newcastle Disease. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh viroterapi dengan virus Newcastle Disease terhadap gambaran histopatologi paru tikus penderita fibrosarkoma. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas dua perlakuan. Kelompok perlakuan 0 (P0) adalah kelompok tikus yang diinjeksi dengan PBS sejumlah 0,5 mL dan kelompok perlakuan 1 (P1) adalah kelompok tikus yang diinjeksi dengan virus Newcastle Disease dengan dosis 0,5 mL/28 HA unit. Dua minggu pasca perlakuan dilakukan eutanasia. Sampel paru-paru kemudian dibuat preparat histopatologi dan diamat secara mikroskopis adanya lesi hemoragi, nekrosis, dan edema. Hasil pengamatan mikroskopis kedua kelompok ditemukan lesi nekrosis dan hemoragi, sedangkan lesi edema tidak ditemukan. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney. Pada analisis ditemukan perbedaan rerata lesi nekrosis dan hemoragi antar P0 dengan P1 (P=0,050) dimana jumlah lesi tersebut mengalami penurunan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa viroterapi dengan virus Newcastle Disease dapat memperbaiki gambaran histopatologi paru-paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang membandingkan efektivitas viroterapi dengan terapi konvensional dalam menekan fibrosarkoma.

Kata kunci: fibrosarkoma; paru-paru; tikus galur Sprague Dawley; virus Newcastle Disease

Abstract

Fibrosarcoma is a malignant tumor that originates from fibrous connective tissue which generally grows in the soft tissue inside or subcutaneously. Common cancer treatments today, such as chemotherapy, have side effects on healthy cells. One of the alternative therapy that has been extensively researched today is virotherapy using the Newcastle Disease virus. This study aimed to determine the effect of virotherapy with Newcastle Disease virus on the histopathological appearance of the lungs of rats with fibrosarcoma. This study used a completely randomized design (CRD) which consisted of two treatments. Treatment group 0 (P0) was then injected with PBS in the amount of 0.5 mL and treatment group 1 (P1) was injected with the Newcastle Disease virus in a dose of 0.5 mL/28 HA units. Two weeks after treatment, euthanasia was performed. Lung samples were then made histopathological slides and observed microscopically for hemorrhagic lesions, necrosis, and edema. From the results of both treatments, were found necrosis and hemorrhage, with no edema lesions. Data analysis used the Mann-Whitney test. The analysis found a difference in the mean necrotic and hemorrhagic lesions between P0 and P1 (P=0.050) where the number of these lesions decreased. Based

on the results obtained, it can be concluded that virotherapy with Newcastle Disease virus can improve the histopathological picture of the lungs. Therefore, it is necessary to conduct research that compares the effectiveness of virotherapy with conventional therapy in suppressing fibrosarcoma.

Keywords: fibrosarcoma; lungs; Newcastle Disease virus; Sprague Dawley rats

PENDAHULUAN

Fibrosarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sel mesenkim yang terdiri dari fibroblas ganas dengan latar belakang kolagen. Tumor ini dapat terjadi sebagai massa jaringan lunak atau sebagai tumor tulang primer atau sekunder (Rengkung et al., 2020). Pengobatan umum untuk kanker saat ini seperti kemoterapi memiliki efek samping dikarenakan berpengaruh terhadap sel-sel yang sehat (Effendi dan Anggun, 2019). Maka dari itu beberapa waktu terakhir, terdapat penemuan yang menjanjikan dalam upaya pengobatan kanker yaitu dengan viroterapi. Viroterapi merupakan pemanfaatan virus dengan aktivitas onkolitik sebagai terapi kanker. Dipilihnya virus onkolitik untuk pengembangan terapi kanker dikarenakan virus ini dapat secara selektif menginfeksi dan membunuh sel kanker tanpa merusak sel normal (Darma et al., 2021).

Virus yang menunjukkan aktivitas onkolitik, salah satunya adalah virus Newcastle Disease. Virus Newcastle Disease atau yang disebut dengan avian orthoavulavirus 1 (AOAV-1) diklasifikasikan sebagai famili paramyxoviridae genus orthoavulavirus (Amarasinghe et al., 2019). Virus Newcastle Disease memiliki morfologi bulat, beramplop, tidak bersegmen, dan merupakan genom RNA untai tunggal yang mengkode enam protein (Lamb dan Parks, 2007). Beberapa waktu terakhir sebuah penelitian menyatakan bahwa selain menginduksi apoptosis dan memicu respon imun inang, virus Newcastle Disease juga dapat menekan proses angiogenesis dari kanker. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa virus strain AMHA1 berhasil menekan proses

angiogenesis dari tumor adenokarsinoma mammae (Al-Shammari et al., 2020).

Virus Newcastle Disease bereplikasi lebih cepat pada sel kanker dibandingkan dengan sel normal lainnya (Volker Schirrmacher dan Fournier, 2009). Virus Newcastle Disease juga mampu bereplikasi secara selektif pada sel kanker dan membunuh sel kanker tanpa merusak sel yang sehat. Sebagai agen viroterapi virus Newcastle Disease memiliki kemampuan dalam melakukan perlekatan dengan permukaan sel kanker melalui glycoprotein di permukaan virus, virus akan bereplikasi pada sel kanker, yang mengakibatkan peningkatan ekspresi antigen virus pada permukaan sel kanker, kemudian kemampuan virus untuk menginduksi sintesis sitokin, merangsang sistem imun, yang meningkatkan kemampuan sel imun, dan yang terpenting virus tidak bersifat patogen bagi manusia (Kalyanasundram et al., 2018).

Paru-paru adalah organ yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada banyak kapiler darah di paru-paru yang memungkinkan zat beracun yang masuk ke aliran darah, terbawa dan menyebabkan gangguan pada paru-paru.

Latar belakang tersebut menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah viroterapi dengan virus Newcastle Disease isolat lokal Gianyar-1/AK/2014 strain virulen (Wijaya et al., 2018) dapat memperbaiki gambaran histopatologi paru-paru tikus putih galur Sprague Dawley yang mengidap fibrosarkoma. Lesi yang ditemukan seperti hemoragi, nekrosis, dan edema pada histopatologi paru-paru tikus didalam setiap perlakuannya, dijadikan sebagai indikator penilaian.

METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan enam ekor tikus putih jantan model fibrosarkoma galur Sprague Dawley dengan bobot badan 100-150 gram. Tikus tersebut dipelihara dan diberikan perlakuan di Laboratorium Patologi Veteriner, Universitas Udayana.

Rancangan Penelitian

Tikus model fibrosarkoma ini dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang terdiri dari tiga kali pengulangan yaitu kelompok perlakuan 0 (P0) yang diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS) dan kelompok perlakuan 1 (P1) diinjeksi dengan virus Newcastle Disease isolat lokal Gianyar-1/AK/2014 strain virulen. Pemberian virus Newcastle Disease dilakukan secara intratumoral dan diberikan sekali sehari selama empat hari (Sewoyo et al., 2021; Yurchenko et al., 2018) dengan dosis 0,5 mL 28 HA unit. Dua minggu pasca perlakuan dilakukan eutanasia. Tikus di eutanasia dengan pemberian lima kali dosis normal (dosis normal: 50 mg/kg BB dan 5 mg/kg BB, masing-masing) secara intraperitoneal (Leary et al., 2020).

Pembuatan Preparat Histologi

Sampel berupa organ paru-paru diambil lalu dimasukkan dalam pot plastik yang berisi larutan neutral buffered formalin (NBF) 10% sesegera mungkin. Selanjutnya didehidrasi dengan alkohol secara bertingkat dengan lama perendaman ± 2 jam pada masing-masing perendaman. Kemudian proses clearing dilakukan dengan merendam jaringan dalam larutan xylene. Setelah itu dilakukan embedding set dan blocking menggunakan parafin cair kemudian didinginkan. Blok parafin kemudian dipotong dengan microtome dengan ketebalan 4-5 mikron. Potongan organ tersebut kemudian diwarnai dengan pewarnaan Harris Hematoksilin-Eosin. Blok spesimen yang telah diwarnai kemudian diletakkan dalam object glass, direkatkan menggunakan media mounting,

dan ditutup menggunakan cover glass. Selanjutnya, sediaan dapat diamati dibawah mikroskop

Parameter Penelitian

Selanjutnya dilakukan pengamatan gambaran histopatologi paru-paru pada preparat histopatologi tikus seluruh perlakuan. Pengamatan menilai derajat kerusakan histopatologi paru-paru dengan menilai hemoragi, nekrosis, dan edema. Lalu di skoring menggunakan metode dari Hansel dan Barnes, (2004) yaitu “Skor Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Paru-paru”.

Analisis Data

Data dikumpulkan berupa derajat kerusakan histopatologi yaitu lesi hemoragi, nekrosis, dan edema dari pengamatan secara mikroskopis. Kemudian dilakukan analisis dengan uji non parametrik Mann-Whitney.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pemeriksaan histopatologi pada organ paru-paru tikus perlakuan 0 (P0), ditemukan adanya hemoragi, dan nekrosis pada daerah septa alveoli. Pada tikus perlakuan 1 (P1), hemoragi dan nekrosis masih ditemukan namun jumlahnya mengalami penurunan. Sedangkan edema tidak ditemukan pada kedua kelompok perlakuan. Hasil pengamatan preparat histopatologi dikonversikan dalam bentuk skoring dan variabel yang diuji statistik yaitu hemoragi, nekrosis, dan edema. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan uji Mann- Whitney. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan hemoragi, pada tikus P0 dibandingkan dengan tikus P1 (P=0,050) juga ada perbedaan rerata. Sama halnya dengan nekrosis pada tikus P0 dibandingkan dengan tikus P1 (P=0,050) adanya perbedaan rerata. Sedangkan edema, pada tikus P0 dibandingkan dengan tikus P1 (P=1,000) tidak ada perbedaan rerata.

Pembahasan

Hasil interpretasi pengamatan preparat histopatologi paru-paru tikus perlakuan 0 (P0) ditemukan adanya hemoragi dan nekrosis. Hal yang sama ditunjukkan juga pada tikus perlakuan 1 (P1) dimana ditemukan hemoragi serta nekrosis pada gambaran histopatologi paru-paru tikus tersebut, namun tingkat keparahannya lebih rendah. Sedangkan edema tidak ditemukan pada kedua paru-paru kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut didapatkan bahwa terapi virus Newcastle Disease isolat lokal Gianyar-1/AK/2014 pada tikus penderita fibrosarkoma secara intratumoral tidak menimbulkan kerusakan yang bermakna pada paru-paru. Selain itu gambaran histopatologi paru-paru tikus pengidap fibrosarkoma yang diterapi dengan virus Newcastle Disease isolat lokal      Gianyar-1/AK/2014      juga

menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan tikus yang tidak diterapi. Terapi virus Newcastle Disease pada tikus dengan fibrosarkoma tidak memberi pengaruh yang buruk terhadap gambaran histopatologi paru-paru karena ketidakmampuan virus Newcastle Disease bereplikasi pada sel normal paru-paru. Hal tersebut dikarenakan sel normal dapat memicu produksi interferon (IFN) tipe 1 sehingga sel normal tidak terdampak oleh injeksi virus Newcastle Disease (Yurchenko et al., 2018). Interferon (IFN) merupakan sitokin yang memiliki peran penting sebagai pertahanan. Salah satunya adalah IFN tipe 1 (IFN-α dan IFN-β), yang berperan dalam infeksi virus. Sebagai obat antivirus, IFN-α dan β memiliki tiga fungsi. Yang pertama adalah menghambat replikasi virus dengan mengaktifkan gen seluler yang menyebabkan kerusakan mRNA dan penghambatan translasi protein. Keduanya mengaktifkan sel natural killer (NK), yang membunuh virus yang menginfeksi sel. Yang ketiga adalah induksi MHC (mayor histocompatibility complex) kelas 1 dan keberadaan antigen di semua sel (Mansjoer, 2005).

Sedangkan pada sel kanker virus Newcastle Disease dapat tumbuh dengan baik dan menginduksi onkolisis akibat respon IFN yang menyimpang sehingga menyebabkan lebih sensitif terhadap infeksi dan replikasi dapat ditingkatkan (Schwaiger et al., 2017). Penyimpangan IFN diakibatkan karena adanya mutasi pada gen-gen seperti retinoic acid inducible protein 1  (RIG-1), interferon

alpha receptor (IFNAR), interferon regulatory factor (IRF)-3, IFN-B dan IRF-7. Mutasi pada gen-gen tersebut mengakibatkan efektivitas pada sistem respons       interferon       terganggu

(Schirrmacher et al., 2019). Setelah virus Newcastle Disease berhasil bereplikasi pada sel tumor, kemudian virus ini akan menginduksi onkolisis yang menekan pertumbuhan tumor.

Penurunan tingkat keparahan lesi pada gambaran histopatologi paru-paru tikus pengidap fibrosarkoma yang diterapi dengan virus Newcastle Disease, sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Darma et al., (2021) bahwa lesi pada paru-paru tikus penderita fibrosarkoma yang diterapi menggunakan virus Newcastle Disease isolat Tabanan 1/ARP/2017 lebih ringan jika dibandingkan dengan tikus non terapi. Kondisi ini dapat terjadi selajan dengan penurunan volume fibrosarkoma secara signifikan akibat aktivitas virus Newcastle Disease. Dengan penurunan volume fibrosarkoma status kesehatan tikus menjadi lebih baik sehingga lesi di berbagai organ berkurang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sewoyo et al., (2021), tikus penderita fibrosarkoma yang diterapi dengan virus Newcastle Disease mengalami penyusutan masa tumor yang signifikan. Penyusutan masa tumor erat kaitannya dengan keberhasilan virus Newcastle Disease bereplikasi pada sel tumor sehingga dapat menginduksi onkolisis yang menekan pertumbuhan kanker. Selain itu pada penelitian tersebut juga didapati bahwa terapi virus Newcastle Disease pada tikus penderita fibrosarkoma dapat menghambat proses angiogenesis

(Sewoyo et al., 2021). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Shammari et at., (2020) yang menunjukkan virus Newcastle Disease strain AMHA1 dapat menghambat angiogenesis model adenokarsinoma mammae.

Mekanisme onkolisis virus Newcastle Disease memiliki beberapa aspek. Pertama virus secara selektif menginfeksi dan bereplikasi pada sel tumor. Kedua, efek tidak langsung respon imun bawaan dan adaptif dari sistem imun hospes, yang melibatkan sel Natural Killer (NK) dan limfosit T sitotoksik yang menargetkan antigen virus. Ketiga, protein dari amplop virus juga berpartisipasi dalam onkolisis. Keempat, jalur apoptosis mempromosikan efek onkolitik. Kelima, virus menginduksi kematian imunogenik, nekrosis, dan autofagi (Song et al., 2019).

Pada penelitian yang dilakukan Pradnyandika et al., (2022) juga menunjukkan viroterapi dengan virus Newcastle Disease terbukti secara signifikan dapat menurunkan ekspresi gen p53 mutan pada tikus model fibrosarkoma. Penurunan ekspresi gen p53 mutan dapat menyebabkan aktivitas Gain of Function (GOF) menjadi rendah pada fibrosarkoma. Aktivitas GOF yang rendah akan mengurangi proliferasi, migrasi, dan metastasis sel kanker, yang akan memengaruhi keganasan kanker. Secara tidak langsung, viroterapi dengan virus Newcastle Disease dapat menurunkan keganasan fibrosarkoma dengan menurukan ekspresi gen p53 mutan.

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat dipastikan bahwa terapi virus Newcastle Disease isolat lokal Gianyar-1/AK/2014 pada tikus dengan fibrosarkoma tidak menimbulkan kerusakan yang bermakna dan memperbaiki gambaran histopatologi paru-paru sehingga penggunaan virus Newcastle Disease relatif aman digunakan sebagai agen viroterapi pada sel kanker. Yang mana virus Newcastle Disease ini tidak menimbulkan kerusakan yang bermakna

pada mamalia, sesuai dengan pernyataan para peneliti sebelumnya bahwa virus Newcastle Disease merupakan virus RNA beramplop dan memiliki sifat patogen terhadap unggas, namun tidak patogen terhadap mamalia (Motalleb, 2013; Yurchenko et al., 2018).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa viroterapi dengan virus Newcastle Disease isolat lokal Gianyar-1/AK/2014 pada tikus penderita fibrosarkoma dapat memperbaiki gambaran histopatologi paru-paru tikus.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan antara viroterapi dengan terapi konvensional seperti kemoterapi untuk membandingkan efektivitasnya      dalam      menekan

fibrosarkoma.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada staf Balai Besar Veteriner Denpasar, Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Shammari AM, Al-Mudhafr MA, Al-Grawi EDC, Al-Hili ZA, Yaseen N. 2020. Newcastle disease virus suppresses angiogenesis in mammary adenocarcinoma models. Bulgarian J. Vet. Med. 25(1): 33-45.

Amarasinghe GK, Ayllón MA, Bào Y, Basler CF, Bavari S, Blasdell KR, Briese T, Brown PA, Bukreyev A, Balkema-Buschmann A, Buchholz UJ, Chabi-Jesus C, Chandran K, Chiapponi C, Crozier I, Swart RL, Dietzgen RG, Dolnik O, Drexler JF, Kuhn JH. 2019. Taxonomy     of     the     order

Mononegavirales: update 2019. Arc. Virol. 164(7): 1967-1980.

Darma NKNES, Adi AAAM, Winaya

IBO. 2021. Efek viroterapi virus newcastle      disease      terhadap

histopatologi paru-paru tikus penderita fibrosarkoma. Indon. Med. Vet. 10(3): 355-364.

Effendi JAJ, Anggun N. 2019. Studi efek samping penggunaan obat kemoterapi pasien kanker payudara (carcinoma mammae) di RSUD Kraton Pekalongan. Pena Medika J. Kes. 9(2): 48-54.

Hansel TT, Barnes PJ. 2004. An atlas of chronic obstructive pulmonary disease. 1st Ed. Parthenon Publishing Group. London. Pp. 298

Kalyanasundram J, Hamid A, Yusoff K, Chia SL. 2018. Newcastle disease virus strain AF2240 as an oncolytic virus: A review. Acta Trop. 18: 1-35.

Lamb RA, Parks GD. 2007. Paramyxoviridae: the viruses and their replication. In: Fields BN, Knipe DN, Howley PM (ed.) Fields virology: Fifth Edition. Lippincott, Williams, and Wilkins. Pp. 1449-1496.

Leary S, Pharmaceuticals F, Ridge H, Underwood W, Anthony R, Cartner S, Grandin T, Collins F, Greenacre C, Gwaltney-brant S, Network I, Mccrackin MA, Meyer R, Miller D, Shearer J, State I, Turner T, Equine T, Medicine S, Mader D. 2020. AVMA guidelines  for the euthanasia of

animals. 2020 Edition. Schaumburg.

Mansjoer S.  2005. Klasifikasi,   efek

farmakologi dan indikasi interferon. 1–7.

Motalleb G. 2013. Virotherapy in cancer. Iran J. Can. Prev. 6(2): 101-107.

Pradnyandika IPKA, Astawa INM, Adi AAAM. 2022. Newcastle disease virus as virotherapy agent targetin p53 in rat fibrosarcoma models. J. Adv. Vet. Res. 13(1): 65-69.

Rengkung TG, Munir MA, Maelissa RD, Program MP, Humanities H, Surgery T, Hospita UG, Hospital UG. 2020.

The recurrent of fibrosarcoma in deltoid sinistra of a man 61 year old. J. Med. Prof. 2(3): 212-216.

Schirrmacher V, Gool S, Sturcker W. 2019. Breaking therapy resistance: an update on oncolytic newcastle disease virus for improvements of cancer therapy. Biomedicines. 7(3): 66.

Schirrmacher V, Fournier P. 2009. Newcastle disease virus: a promising vector for viral therapy, immune therapy, and gene therapy of cancer. In Methods in Molecular  Biology.

Humana Press. Pp. 565-605

Schwaiger T, Knittler M, Grund C, Oberdoefer R, Kapp J, Lerch M, Mettenleiter T, Mayerle J, Blohm U. 2017. Newcastle disease virus mediates pancreatic tumor rejection via NK cell activation and prevents cancer replapse by prompting adaptive immunity. Int. J. Cancer. 141: 25052516.

Sewoyo PS, Adi AAAM, Winaya IBO, Sampurna IP, Bramardipa AAB. 2021. The potency of virulent newcastle disease virus Tabanan-1/ARP/2017 as virotherapy agents in rat fibrosarcoma models. J. Adv. Vet. Res. 11(2): 64-68.

Song H, Zhong LP, He J, Huang Y, Zhao YX. 2019. Application of newcastle disease virus in the treatment of colorectal cancer. World J. Clin. Cases. 7(16): 2143-2154.

Wijaya AAGO, Adi AAAM, Winaya IBO. 2018. Perubahan histopatologi embrio ayam pascainokulasi dengan avian paramyxovirus      tipe-1      isolat

G1/AK/2014. Indon. Med. Vet. 7(4): 335.

Yurchenko KS, Zhou P, Kovner AV, Zavjalov EL, Shestopalova LV, Shestopalov AM. 2018. Oncolytic effect of wild-type Newcastle disease virus isolates in cancer cell lines in vitro and in vivo on xenograft model. PLoS ONE. 13(4): 1-19.

Gambar 1. (A, B) Gambaran histopatologi paru-paru tikus perlakuan 0 (P0) adanya hemoragi (→), dan nekrosis (N). (C, D) Gambar histopatologi paru-paru tikus perlakuan 1 (P1) adanya hemoragi (→), dan nekrosis (N) yang jumlahnya mengalami penurunan. Pembesaran 400x, pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE).

Tabel 1. Frekuensi lesi mikroskopik pada kelompok P0 dan P1

Lesi

Kelompok Perlakuan

Kode

Tikus

Mean

Keterangan

Hasil Uji Mann Whitney.

Hemoragi

P0

T1

2.4

Multifokal

T2

2.8

Multifokal

T3

2.0

Multifokal

0,050

P1

TT1

0.8

Normal

TT2

1.4

Fokal

TT3

1.6

Fokal

Nekrosis

P0

T1

2.4

Multifokal

T2

2.8

Multifokal

T3

2.0

Multifokal

0,050

P1

TT1

0.8

Normal

TT2

1.4

Fokal

TT3

1.6

Fokal

Edema

P0

T1

0.0

Normal

T2

0.0

Normal

T3

0.0

Normal

1,000

P1

TT1

0.0

Normal

TT2

0.0

Normal

TT3

0.0

Normal

1042