Kadar Glukosa Darah Anjing Kintamani
on
Buletin Veteriner Udayana
ISSN : 2085-2495
Vol. 5 No. 2
August 2013
Kadar Glukosa Darah Anjing Kintamani
(BLOOD GLUCOSE ON KINTAMANI DOG)
Anak Agung Sagung Kendran 1 , I G.N. Sudisma 2. I Nyoman Sulabda 3, I Wayan Gorda4, Luh Dewi Anggreni1, Bendelin Melda Loekali5
-
1 Laboratorium Patologi Klinik Veteriner,
-
2 Laboratorium Bedah Veteriner
-
3 Laboratorium Fisiologi
-
4 Laboratorium Bedah
-
5 Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana E-mail: sagungkendran@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penentuan kadar glukosa darah anjing kintamani menggunakan Accu-check Active dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Veteriner, Fakultas Kedoktern Hewan Universitas Udayana. Sampel darah diambil dari 50 ekor anjing kintamani untuk menentukan kadar glukosa acak dan 10 ekor untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam setelah makan. Sampel darah diambil dari vena chepalica. Anjing yang dipilih sebagai sampel adalah anjing kintamani milik penduduk di daerah Denpasar dan Kintamani. Hasil penelitian ini menunjukkan rerataan kadar glukosa normal darah anjing kintamani secara acak sebesar 86,62 mg/dl ± 19,09, jantan adalah 84,10 mg/dl ± 19,11 dan betina 89,81 mg/dl ± 19,01.. Pada keadaan puasa kadar glukosa darah anjing kintamani adalah 73,4 mg/dl ± 5,98, jantan 74 mg/dl ± 2,82 betina 73 mg/dl ± 7,69. Kadar glukosa darah anjing kintamani dua jam setelah makan sebesar 75,6 mg/dl ± 6,13, jantan 76,25 mg/dl ± 2,36 dan betina 75,76 mg/dl ± 7,98. Hasil ini masih berada dalam kisaran normal berdasarkan standar acuan Graham. Dengan demikianAccu-check Activedapat dipakai untuk menentukan kadar glukosa darah anjing kintamani.
Kata Kunci: Anjing kintamani, glukosa darah, Accu-check Active.
ABSTRACT
Determination of blood glucose kintamani dog using Accu-check Active performed in the laboratory of Veterinary Clinical Pathology, Faculty of Veterinary Udayana University. Blood samples were taken from 50 kintamani dogs to determine random glucose levels and 10 dogs to determine levels of fasting blood glucose and two hours after eating. Blood sampling was conducted from the home residents who have a kintamani dog in Kintamani region and Denpasar. Results showed that blood glucose levels are random Kintamani dog: 86,62 mg/dl ± 19,09 male 84,10 mg/dl ± 19,11 and female 89,81 mg/dl ± 19,01 , fasting blood glucose levels were: 73,4 mg/dl ± 5,98 male 74 mg/dl ± 2,82 female 73 mg/dl ± 7,69 , and blood levels of two hours after eating are: 75,6 mg/dl ± 6,13 male 76,25 mg/dl ± 2,36 female 75,76 mg/dl ±7,98. This results is in normal range base on Graham method. Therefore, active accu-check can be used to measure blood glucose level in Kintamani dog.
Key words: Kintamani dog, blood glucose, Accu-check Active.
PENDAHULUAN
Anjing kintamani merupakan anjing yang banyak disukai orang karena kepandaiannya, keindahan bulunya, keunikan, serta penanganan dan biaya perawatannya relatif murah. Hal ini yang mendorong keinginan para pemilik untuk selalu menjaga dan memelihara kesehatannya. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan glukosa darah. Di dalam ilmu kedokteran hewan modern, pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu jenis pemeriksaan laboratorium terhadap hewan yang diduga sakit atau yang sakit. Pemeriksaan glukosa darah sama pentingnya dengan pemeriksaan fisik dan anamnesa dari pasien. Glukosa darah merupakan komponen yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Secara teratur glukosa dikirim ke setiap sel sebagai sumber energi utama. Hati merupakan organ yang penting dalam mempertahankan konsentrasi glukosa darah tetap normal. Fungsi hati adalah untuk menyimpan glukoa dalam bentuk glikogen, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa dalam proses glukoneogenesis. Pada penderita penyakit hati yang parah, hampir tidak mungkin mempertahankan glukosa darah (Guyton, 1997).
Hiperglikemia adalah kadar glukosa dalam darah melebihi dari nilai normal dan
hipoglikemia adalah kadar glukosa darah dibawah normal. Kelebihan dan kekurangan kadar glukosa dalam darah, sebagai pertanda terjadinya kelainan metabolik (diabetes) yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor dansimtoma penyakit seperti hipotiroidism, hipertiroidism, sindrom wolfram, dimensia, Cusing, alzaimer, parkinson) (Auroma et al. 2006, Ristow 2010, Roris et al. 2010).
Glukosa dalam darah diatur oleh hormon insulin dan glukagon. Insulin sangat berpengaruh dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Salah satu efek penting insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorpsi sesudah makan digunakan oleh sel-sel sebagai sumber energi dan sisa glukosa yang berlebihan segera disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Bila konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang dan tidak tersedia makanan maka sekresi insulin akan menurunn dengan cepat dan glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang kemudian akan dilepas kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa darah menjadi normal (Guyton, 1997)
Penurunan toleransi akibat berkurangnya sekresi insulin menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus (diabetes melitus tipe I atau diabetes melitus bergantung insulin, Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Manifestasi klinis penyakit ini berupa kenaikan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) dan glikosuria. Kasus penyakit diabetes melitus pernah dilaporkan pada anjing ras jenis Golden Retriever di Amerika Serikat, yang mengalami kelebihan berat badan pada usia tua dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagi dan astenia (kurang energi). Kasus serupa pernah dilaporkan pada anjing ras jenis St. Bernard di Cleveland Ohio (( El-Soud et al. 2007, Murray et al. 2003)
Kadar glukosa darah sangat terkait dengan fisiologi hewan terutama anjing sebagai hewan kesayangan, medorong penulis untuk melakukan pengamatan, apakah dengan alat Accu-check active ini glukosa darah anjing kintamani dapat dianalisis. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menentukan kadar glukosa darah anjing kintamani secara tepat dan cepat.
METODE PENELITIAN
Penentuan Jumlah Sampel Darah
Penentuan jumlah sampel berdasarkan atas jumlah populasi aning kintamani yang mengikuti kontes dan pameran anjing kintamani tahun 2010 dengan jumlah 213 ekor. Sensitifitis dan spesifisitis alat yang digunakan 100%, tingkat kesalahannya 5% pada populasi anjing kintamani dengan jumlah 213 ekor, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah
50 ekor (Cameron 1999). Anjing kintamani yang diambil sampel darahnya secara acak sebanyak 50 ekor, sedangkan 10 ekor anjing kintamani diberikan perlakuan dimana darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah makan. Sampel darah yang dipakai berasal dari anjing kintamani yang secara klinis sehat.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Accu-check active (Roche Diagnostic GmbH, Germany, syringe 3cc, gunting, steteskop, thermometer dan kapas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah setetes darah segar yang diambil dari vena cephalica anjing kintamani, alkohol 75%, dan herpain.
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah pada anjing kintamani yang dipelihara di Denpasar dan Kintamani. Letak pengambilan darah dibagian kaki depan pada vena cephelica. Sebelum darah diambil, bulu sekitar vena cephalica dicukur dengan menggunakan gunting. Pengambilah darah dilakukan dengan cara membendung vena dengan ibu jari tangan kiri dan lokasi tempat pengambilan darah dioleskan alkohol untuk mempermudah menemukan posisi vena. Darah diambil dengan Syringe yang sebelumnya diberikan heparin.
Prinsip dan Cara Kerja Accu-check active
Alat ini bekerja secara enzymatic dengan reaksi reduktase. Accu-check active terdiri dari tiga bagian yaitu Strip test, coding chip dan Accu-check active. Satu strip test memiliki areal yang mengandung enzim glukoce dye oxidoreduktace dan zat lain seperti bis-(2-hidroxyethtl)-(4-hidroximinocyclohexa-2,5-dienylidene) ammonium chloride; 2,18-phosphomolibdic acid; stabilizer. Ketika darah diletakkan ke areal test pad pada strip test maka terjadi reaksi reduktase yang menyebabkan perubahan warna pada test pad tersebut. Perubahan warna ditangkap oleh Coding chip dan Coding chip menghasilkan sinyal yang dikirimkan ke Accu-check active. Accu-check active mencatat perubahan warna pada test pad berdasarkan informasi yang didapat pada coding chip dan menampilkan hasil dalam bentuk angka pada lajur monitor.
Teknik Pemeriksaan Darah
Strip test terlebih dahulu dimasukkan ke dalam Accu-check active sebelum dilakukan pemerikasaan glukosa darah. Darah segar atau yang sudah dicampur dengan heparin diambil sebanyak satu tetes, kemudian dituangkan ke tengah-tengah test pad pada strip test. Strip test yang sudah berisi darah dimasukkan
kedalam Accu-check active untuk dimonitor, dan tunggu selama 5 detik, amati angka nilai glukosa darah yang muncul pada lajar monitor.
Analisis Data
Data yang telah diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif (Steel dan Torrie 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rerataan kadar glukosa darah secara acak dari 50 ekor anjing kintamani dengan menggunakan Accu-check active adalah 86,62 mg/ dl ± 19,09 (67,53–105,71). Rerataan kadar glukosa darah anjing kintamani jantan adalah 84,10 mg/dl ± 19,11 (64,99-103,21) dan betina 89,81 mg/dl ± 19,01 (70,80-108,82) . Anjing kintamani yang mengalami hipoglikemia sebanyak 8% dan 94% anjing kintamani kadar glukosa darah acaknya adalah normal, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerataan kadar glukosa darah anjing kintamani secara acak (mg/dl)
Jumlah Kadar Glukosa
Total Rata – rata Acak Hipoglikemia |
Normal Jantan |
Betina | ||
86,62 ± 19,09 50ekor 4331 (67,53–105,71) |
6% |
84,1± 19,11 94% (64,99-103,21) |
89,81 ± 19,01 (70,80-108,82) | |
Hasil penelitian nilai |
kadar |
diketahui bahwa 94% |
anjing kintamani | |
glukosa darah anjing kintamani |
secara |
memiliki kadar glukosa darah normal dan |
acak sebanyak 50 ekor dengan menggunakan metode Accu-check active berdasarkan standar acuan
sebanyak 6% mengalami hipoglikemia. Begitu pula kadar glukosa darah anjing kintamani baik jantan maupun betina kadar glukosa darah acaknya masih dalam batas kisaran normal seperti anjing ras lainnya.
Graham (1997) masih dalam batas normal (65 mg/dl – 220 mg/dl) . Jadi berdasarkan data yang diperoleh,
Tabel 2. Rerataan kadar glukosa darah angjing kintamani pada keadaan puasa dan dua jam
setelah makan (mg/dl)
No |
Puasa |
2 jam |
Hipoglikemia |
Normal |
Jantan |
Betina | ||||
setelah |
Puasa |
2 jam |
Puasa |
2 jam |
Puasa |
2 jam |
Puasa |
2 jam | ||
makan |
setelah |
setelah |
setelah |
setelah | ||||||
makan |
makan |
makan |
makan | |||||||
1 |
76 |
78 |
76 |
78 |
76 |
78 | ||||
2 |
61 |
63 |
61 |
63 |
61 |
63 | ||||
3 |
66 |
68 |
66 |
68 |
66 |
68 | ||||
4 |
74 |
76 |
74 |
76 |
74 |
76 | ||||
5 |
76 |
77 |
76 |
77 |
76 |
77 | ||||
6 |
76 |
78 |
76 |
78 |
76 |
78 | ||||
7 |
79 |
82 |
79 |
82 |
79 |
82 | ||||
8 |
70 |
73 |
70 |
73 |
70 |
73 | ||||
9 |
80 |
83 |
80 |
83 |
80 |
83 | ||||
10 |
76 |
78 |
76 |
78 |
76 |
78 | ||||
Jumlah total |
734 |
756 |
61 |
63 |
673 |
693 |
296 |
305 |
436 |
305 |
Rerataan |
73,4 |
75,6 |
61 |
63 |
74,77 |
77 |
74 |
76,25 |
73 |
75,76 |
SD |
5,98 |
6,13 |
0 |
0 |
4,35 |
6,72 |
2,82 |
2,36 |
7,69 |
7,98 |
% |
10% |
90% |
Ket : pembagian rentang nilai fisiologis (hipoglikemia, normal dan hiperglikemia) kadar
glukosa darah menurut Peter A.Graham (1997) SD : Standar Deviasi (simpangan baku)
Rerataan kadar glukosa darah klihjrghyfghhbmjkiyanjing kintamani pada keadaaan puasa dengan menggunakan metode Accu-check active adalah 73,4 mg/dl ± 5,98, anjing jantan
74 mg/dl ± 2,82 betina 73 mg/dl ± 7,69. Sedangkan kadar glukosa darah anjing kintamani 2 jam setelah makan adalah 75,6 mg/dl ± 6,13 anjing jantan 76,25 mg/dl ± 2,36 betina 75,76 mg/dl ±7,98.
Hasil penelitian nilai kadar glukosa darah anjing Kintamani pada
keadaan puasa dan dua jam setelah makan baik anjing jantan maupun betina dengan menggunakan alat Accu-check active menurut standar Graham (1997) masih dalam kisaran normal 65 mg/dl – 220 mg/dl. Setelah dianalisis lebih lanjut ternyata ada 10% (1 ekor) anjing kintamani yang mengalami hipoglikemia.
Anjing kintamani yang mengalami hipoglikemia dapat disebabkan karena pada keadaan puasa (belum diberi makan) atau khususnya puasa yang disertai dengan aktivitas yang berlebihan, sehingga dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel – sel otot rangka. Disamping itu keadaan hipoglikemia juga dapat terjadi akibat abnormalitas fungsi hormon. Jika kadar glukosa darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruh adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh dengan segera membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan dihati. Proses ini menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran, shock dan pada akhirnya akan mengalami kematian. Hipoglikemi juga bisa terjadi pada anjing yang menderita penyakit hati , sepsis,
hipoadrenokortism, dan neoplasia sel beta atau insulinoma (Nicole (2009)
Berdasarkan hasil penelitian , nilai kadar glukosa darah anjing kintamani secara acak adalah 86,62 mg/dl ± 19,09 mg/dl, jantan 84,10 mg/dl ± 19,11 dan betina 89,81 mg/dl ± 19, sedangkan pada keadaan puasa adalah 73,4 mg/dl ± 5,98, anjing jantan 74 mg/dl ± 2,82 betina 73 mg/dl ± 7,69 dan 2 jam setelah makan 75,60 mg/dl ± 6,13 , anjing jantan 76,25 mg/dl ± 2,36 betina 75,76 mg/dl ±7,98. Nilai rerataan kadar glukosa darah anjing kintamani pada kedua cara tersebut, masih berada dalam kisaran normal berdasarkan standar acuan Graham (1997) yaitu 65 mg/dl – 220 mg/dl. Hal ini berarti bahwa untuk mengetahui kadara glukosa darah pada anjing kintamani dapat dilakukan dengan menggunakanalat Accu-check active baik secara acak maupun dalam keadaan puasa dan 2 jam setelah makan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata – rata kadar glukosa normal darah anjing kintamani secara acak sebesar 86,62 mg/dl ± 19,09 jantan adalah 84,10 mg/dl ± 19,11 dan betina 89,81 mg/dl ± 19,01.
Rata –rata kadar glukosa normal darah anjing kintamani pada keadaan puasa 73,4 mg/dl ± 5,98 jantan 74 mg/dl ± 2,82 betina 73 mg/dl ± 7,69 dan dua jam setelah makan sebesar 75,6
mg/dl ± 6,13 jantan 76,25 mg/dl ± 2,36 betina 75,76 mg/dl ±7,98
Accu-check active dapat dipakai untuk menentukan kadar gula darah anjing kintamani.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan glukosa darah anjing kintamani dengan sampel yang lebih banyak untuk mengetahui kadar glukosa darah anjing kintamani secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Auroma OI, Neergheen VS, Bahorun T, and Jen LS. 2006. Free radical, antioxidants and diabetes: embryopathy, retinopathy, neuropathy, nephropathy and cardiovascular complications. J. Neuroembryol Aging 4: 117-137.
Cameron A. 1999. Survey Toolbox. A Practical Manual and Software Pachage for Active Surveylence of Livestock Diseases In Developing Countries. ACIAR. Monograph, no 54.
El-Soud NHA, Khalil MY, Husein JS, Oraby FSH, and Farrag ARH. 2007. Antidiabetic Gffeets of Fenugreek Alkaliod Extract in Streptozotocin Induced Hypoglicemic rats. J. of App. Sci. Research, 3 (10): 1073-1083.
Graham, A. P. 1997. Blood Glucose Concentration Chart. Canine Diabetes. www.caninediabetes.org/canine_diabetes _pg.htm diakses [28/02/2012]
Guyton A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 7. EGC. Penerbit Buku Kedokteran.Pp. 187-189.
Murray KR, Granner DK, Mayes PA and Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Nicole JF, Jason B, and Tim S. 2009. Hypoglicemia in a Dog. Can Vet J. 50 (4), 423-426.
Ristow M. 2010. Neurodegenerative Disorders associated with Diabetes Mellitus. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1517586 1. Department of clinical nutrition. German
Steel RGD and Torrie JH. 1992. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik (terjemahan Ir. Bambang Sunantri) Penerbit Gramedia Jakarta.
86
Discussion and feedback