Volume 9 No.1: 60-66

Pebruari 2017

DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.60

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet

Sensitivitas Isolat Escherichia coli Patogen dari Organ Ayam Pedaging Terinfeksi Koliseptikemia terhadap Oksitetrasiklin, Ampisilin dan Sulfametoksazol

(SENSITIVITY ISOLATE ESCHERICHIA COLI PATHOGEN OF BROILER ORGANS THAT INFECTED COLISEPTICAEMIA AGAINTS OXYTETRACYCLINE, AMPICILLIN AND SULFAMETHOXAZOLE)

Yusmaniar Galuh Adi Luhung1, I Gusti Ketut Suarjana2, Ketut Tono Pasek Gelgel2

1 Praktisi Dokter Hewan di Kabupaten Jember Jawa Timur 2Laboratorium Mikrobiogi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali, Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan Escherichia coli (E. coli) penyebab koliseptikemia terhadap antibiotik oksitetrasiklin, ampisilin dan sulfametoksasol pada ayam pedaging di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah E. coli yang diisolasi dari organ ayam pedaging penderita koliseptikemia sebanyak 15 sampel. Tahap pertama dalam penelitian ini ialah sampel diisolasi pada media EMBA yang kemudian diidentifikasi dengan pewarnaan Gram dan uji biokimia dengan TSIA, SIM, SCA dan MRVP. Isolat yang positif E. coli diuji kepekaanya terhadap antibiotik oksitetrasiklin, ampisilin dan sulfametoksasol dengan metode Kirby-Bauer dan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kepekaan E. coli yang diisolasi dari organ ayam pedaging penderita koliseptikemia menunjukan bahwa 73,3% resisten, 20% intermediet, dan 6,7% sensitif terhadap antibiotik oksitetrasiklin, 100% resisten terhadap antibiotik ampisilin, 53,3% resisten dan 46,7% intermediet terhadap sulfametoksasol.

Kata kunci: ayam pedaging, E. coli, koliseptikemia, oksitetrasiklin, ampisilin, sulfametoksasol.

ABSTRACT

This study aims to determine the sensitivity pattern pathogenic E. coli against antibiotics: oxytetracycline, ampicillin and sulfamethoxazole, in broilers in the Mangesta Village, Penebel, Tabanan Regency. The samples used in this research were 15 samples of colisepticaemia infected broiler’s organs . Sampels were isolated on media EMBA then identified with a Gram staining and biochemical tests with a TSIA, SIM, SCA and MRVP. Positive isolates of the bacterium E. coli were tested sensitivity to antibiotics oxytetracycline, ampicillin and sulfamethoxazole. The results showed that the sensitivity test of E. coli bacteria were isolated from the organs broilers suffered from colisepticaemia: 73.3% of E. coli resistant, 20% intermediate, and 6.7% was sensitive to the antibiotic oxytetracycline, 100% resistant to the antibiotic ampicillin, 53.3% and 46.7% intermediate resistance against sulphamethoxazole.

Keywords: broiler, E. coli, colisepticaemia, ampicillin, oxytetracycline, sulphamethoxazol.

PENDAHULUAN

Ayam pedaging merupakan unggas yang banyak diternakkan oleh peternak, karena memiliki nilai gizi tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya yang terjangkau serta memiliki masa panen yang singkat.

Masalah yang sering dihadapi oleh para peternak ayam pedaging ialah ayam terserang oleh penyakit terutama penyakit infeksius. Salah satu penyakit infeksius yang menyerang ayam adalah koliseptikemia yang disebabkan oleh bakteri E. coli patogen. E. coli merupakan bakteri yang umum berpredileksi di

saluran pencernaan pada manusia dan hewan dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang patogen maupun yang tidak patogen. Pada ayam patogenesis bakteri ini seringkali disebabkan infeksi sekunder yang memperburuk kondisi inang setelah infeksi primer dari agen lain (Nugroho dan Wibowo, 2005).

Sebagian besar strain E. coli tidak berbahaya, namun terdapat beberapa yang bersifat patogen. Strain E.coli merupakan flora normal saluran pencernaan, yang menguntungkan host dengan memproduksi vitamin K, atau mencegah pertumbuhan bakteri lain. Sedangkan bakteri E. coli patogen meliputi Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Verotoxigenic E. coli (VTEC), Urophatogenic E. coli (UPEC). Avian patogen E. coli (APEC), menyebabkan aerosacculitis, poliserositis, septicemia dan penyakit terutama ekstraintestinal lainnya pada ayam, kalkun dan spesies unggas lainnya (Dho-Moulin dan Fairbrother, 1999).

Menurut Tabbu (2000) koliseptikemia terjadi apabila E. coli masuk ke dalam sirkulasi darah dan menginfeksi berbagai jaringan melalui lesi pada usus atau saluran pernafasan. Gejala klinik yang timbul dapat berbentuk gangguan pencernaan dan kadang-kadang gangguan pernafasan. Gejala awal biasanya ditandai oleh penurunan nafsu makan, lalu diikuti oleh kelesuan dan bulu kusam. Ayam yang sakit akan menunjukkan peningkatan frekuensi nafas dan kadang-kadang disertai ngorok. Selama mukosa saluran cerna usus masih utuh, kondisi ini cenderung menghambat translokasi E. coli patogen dari usus ke aliran darah dan organ. Namun, ketika terjadi kerusakan pada usus, maka bakteri patogen akan menginvasi dan menyebabkan septikemia (Zanella et al., 2000).

Laporan Suharsa et al. (2015) kepekaan E. coli yang diisolasi dari feses broiler di Banjar Tangkub, Desa Payangan Kabupaten Badung, Bali menunjukkan

83,33% resisten terhadap antibiotika oksitetrasiklin, 13,33% sensitif, dan 3% intermediet. Terhadap antibiotika ampisilin 86,67% resisten dan 13,33% sensitif sedangkan 96,67% resisten dan 3% intermediet terhadap sulfametoksazol. Berdasarkan penelitian Handriana et al. (2015) menunjukan kuman E. coli yang diisolasi dari feses burung kicau sebagai penyebab diare menunjukkan 83,3% resisten, 13,3% intermediet, dan 3,3% sensitif terhadap sulfametoksazol. Terhadap antibiotika oksitetrasiklin menunjukkan 56,7% resisten, 40% intermediet, dan 3,3% sensitif, terhadap antibiotika ampisilin 63,3% resisten, 23,3% intermediet, dan 13,3% sensitif,. Pola kepekaan E. coli yang diisolasi dari ayam pedaging resisten terhadap antibiotik doksisiklin, kurang peka terhadap antibiotik gentamisin dan sensitif terhadap antibiotik tiamfenikol (Barus et al., 2013).

Dalam penanganan penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri salah satunya adalah dengan pemberian terapi antibiotika. Pemberian terapi antibiotika untuk mengatasi penyakit infeksius pada unggas saat ini merupakan pilihan utama bagi para peternak ayam. Akan tetapi pemakaian dan penggunaan dosis antibiotika yang kurang tepat akan menimbulkan suatu keadaan yang disebut resistensi (Brander et al., 1991). Penyebab resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika antara lain: pemakaian antibiotika yang tidak tepat, pengobatan yang tidak tuntas atau penghentian antibiotika sebelum bakteri benar-benar mati, pemakaian dosis obat antibiotika dibawah dosis terapi, serta bakteri bersifat resisten karena terjadi mutasi (Pratiwi, 2008). Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri E. coli terhadap antibiotik oksitetrasiklin, ampisilin dan sulfametoksazol, dengan tujuan untuk memberikan terapi yang sesuai untuk ternak ayam pedaging khususnya di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet

METODE PENELITIAN

Sampel penelitian

Sampel yang digunakan sebanyak 15 ekor ayam pedaging penderita koliseptikemia dengan gejala klinis kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun dan murung, pertumbuhannya terganggu, diare, bulu kotor atau lengket di sekitar kloaka. Ayam yang memiliki gejala klinis tersebut dibawa ke laboratorium untuk uji laboratorium. Sampel ayam berasal dari peternakan ayam pedaging yang diternakan secara intesif di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

Kultur bakteri

Spesimen yang berasal dari organ patognomonis ayam pedaging penderita koliseptikemia, kemudian diusapkan pada salah satu sisi media EMBA, Kemudian diratakan dengan ossa steril menggunakan metode streak culture ke seluruh bagian media. Koloni E. coli yang tumbuh pada media EMBA menunjukkan warna hijau metalik dengan pusat koloni berwarna gelap (Hemraj et al., 2013).

Uji Sensitifitas

Uji kepekaan E. Coli yang diisolasi dari ayam pedaging yang menderita koliseptikemia terhadap antibiotika oksitetrasiklin, ampisilin dan sulfametoksazol menggunakan metode difusi cakram menurut Kirby-Bauer. Pada uji ini dipergunakan kertas cakram yang mengandung suatu obat dengan konsentrasi tertentu yang diletakkan pada lempeng agar yang telah ditanami bakteri. Daya hambat teramati sebagai indikasi tidak tumbuhnya kuman disekitar cakram.

Hasil dan ukuran daya hambat pertumbuhan bakteri dari masing–masing kertas cakram diamati dengan menggunakan jangka sorong. Besarnya daya hambat antibiotik oksitetrasiklin, amplisilin dan sulfametoksazol yang telah diukur, dicocokkan dengan tabel standar daya hambat antibiotika (Koneman et al., 1983).

Analisis data

Data yang didapat dianalis secara deskriptif dengan mengukur daya hambat (satuan mm) yang dihitung masing-masing persentase resisten, intermediet, dan sensitif pada ketiga antibiotika yang telah dibandingkan dengan standar diameter Kirby-Bauer.

Tabel 1. Standar Diameter Daya Hambat (mm) Antibiotik (Koneman et al., 1983).

Antibiotik

Disk

Daya Hambat (mm)

Sensitif

Resisten

Intermediet

Oksietrasi klin

30 μg

< 14

15 – 18

> 19

Ampisillin

10 μg

< 11

12 – 13

> 14

Sulfameto ksasol

30 μg

< 12

13 – 16

> 17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Organ yang diambil dari ayam pedaging penderita koliseptikemia mempunyai patologi anatomi yang menciri antara lain: radang kantong hawa, radang kantong jantung berat, radang hati berat, radang paru-paru berat disertai lapisan fibrin yang menutupi sebagian besar atau seluruh permukaan organ. Selain mengalami radang dengan diselimuti lapisan fibrin, organ hati juga mengalami granuloma yang disebut dengan koligarnuloma.

Gambar 2. Patologi Anatomi Organ Ayam Penderita Koliseptikemia Diselimuti Lapisan Fibrin (A) dan Koligranuloma Pada Hati (B).


Hasil isolasi dan identifikasi E. coli yang diisolasi dari organ ayam pedaging penderita koliseptikemia memiliki sifat: koloninya berwarna gelap dengan kilat logam pada media EMBA, dengan diameter 2-3 mm dengan inti berwarna hitam (Suardana et al., 2014), berbentuk batang Gram negatif, menghasilkan asam dengan gas, H2S negatif, simmons citrate negatif, indol positif dan bersifat motil. Peneguhan koloni E.coli dengan uji IMVIC menunjukkan hasil uji sulfida (-), indol (+), motility (+), methyl red (+), voges proskauer (-) dan citrate (-). Sifat yang ditunjukan ini merupakan sifat bakteri E. Coli (Besung, 2010). Uji kepekaan E. coli yang diisolasi dari organ ayam pedaging penderita koliseptikemia terhadap antibiotik ampsilin, oksitetrasiklin, sulfametoksazol disajikan pada Tabel 2.

Dari hasil uji kepekaan 15 isolat E. coli dari ayam pedaging penderita koliseptikemia di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan menunjukkan bahwa 11 isolat (73,3%) resisten, 3 isolat (20%) intermediet, dan 1 isolat (6,7%) sensitif terhadap antibiotik oksitetrasiklin. Sedangkan terhadap antibiotik ampisilin, menunjukkan seluruh isolat (100%) resisten terhadap antibiotik ampisilin. Terhadap antibiotik sulfametoksazol bakteri E. coli menunjukkan 8 isolat (53,3%) resisten dan 7 isolat (46,7%) intermediet.

Tabel 2. Hasil Uji Pola Kepekaan E. coli yang diisolasi dari Organ Ayam Pedaging Penderita Koliseptikemia terhadap Antibiotik Oksitetrasiklin, Ampisilin dan Sulfametoksazol

Oksitetrasiklin

Jenis Antibiotik Ampisilin

Sulfametoksazol

22 mm (S)

6 mm (R)

14 mm (I)

11 mm (R)

7 mm (R)

12 mm (R)

12 mm (R)

7 mm (R)

11 mm (R)

14 mm (R)

6 mm (R)

13 mm (I)

13 mm (R)

6 mm (R)

12 mm (R)

13 mm (R)

10 mm (R)

11 mm (R)

13 mm (R)

0 mm (R)

0 mm (R)

15 mm (I)

7 mm (R)

14 mm (I)

12 mm (R)

6 mm (R)

13 mm (I)

17 mm (I)

7 mm (R)

14 mm (I)

14 mm (R)

7 mm (R)

11 mm (R)

13 mm (R)

7 mm (R)

13 mm (I)

15 mm (I)

6 mm (R)

13 mm (I)

0 mm (R)

7 mm (R)

0 mm (R)

9 mm (R)

0 mm (R)

0 mm (R)

Resisten (R):

Resisten (R):

Resisten (R):

11 (73,3%)

15 (100%)

8 (53,3%)

Intermediet (I):

Intermediet (I):

Intermediet (I):

3 (20%)

0 (0%)

7 (46,7%)

Sensitif (S):

Sensitif (S):

Sensitif (S):

1 (6,7%)

0 (0%)

0 (0%)

Isolat E. coli sebagai penyebab koliseptikemia menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi, dalam penelitan ini resistensi kuman E. coli menunjukkan 73,3% resisten, 20% intermediet, dan 6,7% sensitif terhadap antibiotik oksitetrasiklin. Hal ini sesuai dengan penelitian Poernomo et al. (1992) dalam Tarmudji (2003) yang menyatakan bahwa E coli yang berasal dari wilayah peternakan ayam di Jawa dan Bali resisten terhadap antibiotik oksitetrasiklin. Terhadap antibiotik ampisilin isolat E. coli

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet penyebab koliseptikemia pada ayam pedaging menunjukkan resistensi mencapai 100%. Resistensi E. coli terhadap antibiotik ampisilin dapat disebabkan oleh kemampuan bakteri menghasilkan enzim b-lactamase yang disandi oleh gen dalam plasmid faktor R. Mekanisme resistensi terhadap Ampisilin yang berhubungan dengan permeabilitas membran, termasuk terjadinya mutasi membran terluar yang umumnya disandi secara kromosomal sehingga lebih stabil dibandingkan dengan sifat resistensi yang disandi oleh gen pada plasmid (Krisnaningsih et al., 2005).

Kepekaan E. coli terhadap antibiotika Sulfametoksasol menunjukkan 53,3% resisten dan 46,7% intermediet. Hasil ini sesuai dengan penelitian Suardana et al. (2014) yang menyatakan bahwa hampir seluruh isolat menunjukkan sifat resisten terhadap antibiotika sulfametoksazol-trimetroprim. Sulfametoksasol merupakan antibiotika golongan sulfonamide yang bersifat bakteriostatik yang bekerja dengan cara menghambat Para amino benzoate acid (PABA), sehingga asam folat tidak terbentuk. Sifat resistensi sulfametoksasol terdapat dalam plasmid atau DNA ekstra kromosom bakteri. Sifat resistensi dapat dipindahkan ke bakteri lain melalui konjugasi antara bakteri yang resisten kepada bakteri yang belum resisten (Brander et al., 1991).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa E. coli multi resisten terhadap ketiga antibiotika yang digunakan, yaitu terhadap oksitetrasiklin, ampisilin dan Sulfametoksasol. Ketidakmampuan antibiotika tersebut melawan E. coli, disebabkan obat-obatan tersebut sering digunakan oleh peternak untuk pengobatan penyakit bakterial pada ayam. Selain itu, jenis obat tersebut secara umum juga digunakan sebagai imbuhan pakan (Tarmudji, 2003). Pemakaian antibiotika yang monoton dan tanpa prosedur yang benar akan menimbulkan peningkatan resistensi bakteri. Penggunaan antibiotika oleh peternak untuk terapi maupun sebagai

Volume 9 No.1: 60-66 Pebruari 2017 DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.60 imbuhan pakan, menyebabkan ternak tumbuh lebih cepat, dan disisi lain juga dapat meningkatkan resistensi organisme saluran pencernaan terhadap antibiotika (Bhaskara et al., 2012).

Hasil penelitian Jiang et al. (2009) menunjukkan sifat resisten E. coli terhadap antibiotika ampisilin 99,5%, doksisiklin 95,6%, tetrasiklin 93,4%, trimetrophim-sulfametoksasol 74,3%, amoksisilin 65,1%, streptomisin 54,7% dan kloramfenikol 50,2%. Disamping itu, hasil penelitiannya juga menemukan 81% dari jumlah isolat yang diuji menunjukkan sifat resistensi berganda terhadap 5-6 jenis antibiotika. Penggunaan antibiotika dalam pakan ternak yang tidak sakit diduga sebagai penyebab terjadinya resistensi E. coli terhadap antibiotika. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dosis pada pakan ternak unggas dengan tujuan pencegahan penyakit, dapat menyebabkan terganggunya dan matinya bakteri flora normal yang sensitif terhadap antibiotika tersebut. Sementara kelompok yang resisten dan patogen akan tetap tumbuh. Pemakaian antibiotika sebagai pakan tambahan pada unggas (ayam) merupakan suatu permasalahan mendasar yang harus ditangani secara berkelanjutan, karena akan berdampak pada terjadinya resistensi berganda terhadap berbagai obat-obatan antimikrobial (Miranda et al., 2008; Suardana et al., 2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kepekaan E. coli yang diisolasi dari organ broiler penderita koliseptikemia di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan menunjukan bahwa 73,3% resisten, 20% intermediet, dan 6,7% sensitif terhadap antibiotik oksitetrasiklin, 100% resisten terhadap antibiotik ampisilin, 53,3% resisten dan 46,7% intermediet terhadap sulfametoksasol. Bakteri E. coli patogen penyebab koliseptikemia pada broiler di daerah

tersebut sudah resisten terhadap antibiotika oksitetrasiklin, ampisilin dan sulfametoksazol.

Saran

Penggunaan              antibiotika

oksitetrasiklin, ampisilin, dan sulfametoksazol haruslah berdasarkan anjuran dokter hewan, dan sangat perlu diperhatikan oleh para peternak, mengingat angka resisten antibiotika tersebut tinggi. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dan tidak sesuai dosis yang melalui pakan, minum maupun secara parenteral untuk pencegahan maupun untuk tujuan pengobatan infeksi bakteri pada unggas harus dihentikan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. drh. I Nengah Kerta Besung, M.Si atas saran dan masukan yang diberikan selama penelitian, disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada peternak broiler di Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan yang telah memberikan izin, bantuan dan kerjasama selama pengambilan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Barus DO, Gelgel KTP, Suarjana IGK.

2013. Uji kepekaan bakteri Esherichia coli asal ayam pedaging terhadap antibiotik doksisiklin, gentamisin dan tiamfenikol. Indon Med Vet 2(5): 538545.

Bhaskara IBM, Budiasa K, Tono Pg K.

2012. Uji kepekaan Escherichia coli sebagai penyebab kolibasilosis pada babi muda terhadap antibiotika oksitetrasiklin,           streptomisin,

kanamisin dan gentamisin. Indon Med Vet 1(2): 186 - 201

Besung INK. 2010. Kejadian kolibasilosis pada anak babi. Majalah Ilmiah Peternakan, 13(1): 1-12.

Brander GC, Pugh RJ, Bywater WL. 1991.

Veterinary Applied Pharmacology

and Therapeutics. 5th Ed. Bailliere Tindall ELBS. 436: 467-473.

Dho-Moulin M and Fairbrother JM. 1999. Avian Pathogenic Escherichia coli. Vet Res 30(2-3): 299-316.

Handriana IKJ, Gelgel KTP, Suarjana IGK. 2015. Pola kepekaan E. coli yang diisolasi dari feses burung kicau penderita diare terhadap antibiotik sulfametoksazol, ampisilin, dan oksitetrasiklin. Bul Vet Udayana 7(2):157-163.

Hemraj V, Diksha S, Avneet G. 2013. A review on commonly used biochemical test for bacteria. Innovare J Life Sci 1(1): 1-7.

Jiang HX, Lu DH, Chen ZL, Wang XM, Chen JR, Liu YH, Liao XP, Liu JH, Zeng ZL. 2009. High prevalence and widespread distribution of multiresistant Escherichia coli isolates in pigs and poultry in China. Vet J 187(1): 99-103.

Koneman EW. 1983. Color atlas and textbook of diagnostic microbiology, 5th Ed. Philadelphia, Lippincott.

Krisnaningsih FMM, Widya A, Wibowo MH. 2005. Uji sensitivitas isolat E. coli patogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotik. J Sain Vet 1(1): 13-18.

Miranda JM, Guarddon M, Vazuquez BI, Fente CA, Barros-Velazquez J, Cepeda A, Franco CM. 2008. Antimicrobial resistance in enterobacteriaceae strains isolated from organic chicken, conventional chicken and conventional turkey meat; a comparative survey. J Food Control 19(4): 412-416.

Nugroho WS, Wibowo MH. 2005. Uji sensitivitas bakteri E. coli isolat asal ayam pada media congo red terhadap preparat ampisilin, streptomisin dan enrofloksasin. J Sain Vet 1(1): 19-23.

Suardana IW, Utama IH, Putriningsih ASP, Rudyanto MD. 2014. Uji kepekaan antibiotika isolat Escherichia coli O157:H7 asal feses ayam. Bul Vet Udayana 6(1): 19-27.

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet

Suharsa IWA, Suarjana IGK, Gelgel KTP.

2015. Pola kepekaan E. coli yang diisolasi dari feses broiler penderita diare terhadap sulfametoksazol, ampisilin dan oksitetrasiklin. Bul Vet Udayana 7(2): 101-106.

Tabbu CR. (2000). Penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Vol. I. Kanisius. Yogyakarta. Firdiana.

Tarmudji. 2003. Kolibasilosis pada ayam: etiologi, patologi dan pengendaliannya. Wartazoa 13(2): 65-73.

Zanella A, Alborali GL, Bardotti M, Candotti P, Guadagnini PF, Martino PA,           Stonfer          M.

2000. Severe Escherichia coli O111 septicaemia and polyseositis in hens at start of lay. Avain Pathol 29(4): 311-317.

66