Buletin Veteriner Udayana                                                              Volume 15 No. 5: 905-914

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712                                                            Oktober 2023

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet                    https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i05.p26

Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Tingkat Penerapan Biosekuriti pada Peternakan Ayam Broiler di Kota Palangka Raya

(THE LEVEL OF APPLICATION OF BIOSECURITY IN BROILER FARMS IN THE CITY OF PALANGKA RAYA)

Ardi Sandriya1*, Heri Sujoko1, Satrio Wibowo1, Lisnawaty Silitonga1, Iis Yuanita1, Nopita Aritonang2

  • 1Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya, Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia;

  • 2Mahasiswa Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya, Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia.

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi penerapan biosekuriti yang dilakukan oleh para peternak ayam broiler di kota Palangka Raya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) menggunakan metode survey dan pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan kedekatan, keterjangkauan, dan jumlah peternak ayam broiler terbanyak di wilayah tersebut. Koresponden yang diambil sebanyak 17 peternakan ayam broiler, pengelola peternakan diwawancarai dan dilakukan observasi penerapan biosekuriti pada peternakannya. Variabel penelitian ini adalah penerapan biosekuriti isolasi, penerapan biosekuriti pengendalian lalu lintas; dan penerapan biosekuriti sanitasi kandang dan lingkungan. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, dengan penilaian kategori penerapan biosekuriti dibagi menjadi 3 yaitu baik: Xx+ SD, cukup: x-SD<X≤x + SD, dan kurang: X≤x-SD. Hasil penelitian menunjukan karakteristik peternak ayam broiler di kota Palngka Raya sangat beragam, dapat diamati dari pendidikan, pengalaman berternak, dan jumlah ternak tiap periode produksi. Penerapan biosekuriti isolasi dalam kategori kurang sebanyak 3 peternakan (18%), cukup 4 peternakan (82%), baik 0 peternakan (0%). Penerapan sanitasi kandang tergolong kurang 4 peternakan (24%), cukup 8 peternakan (47%), baik 5 peternakan (29%). Penerapan biosekuriti pengendalian lalu lintas termasuk kategori kurang 3 peternakan (18%), cukup 10 peternakan (58%), baik 4 peternakan (24%). Disimpulkan bahwa penerapan keseluruhan biosekuriti di Kota Palangka Raya tergolong dalam kategori cukup. Perlu adanya peningkatan penerapan biosekuriti untuk mencegah masuk dan keluarnya penyakit dalam suatu peternakan.

Kata kunci: Ayam broiler; biosekuriti; isolasi; lalu lintas ternak; sanitasi kandang

Abstract

This study aims to determine the implementation of the application of biosecurity carried out by broiler breeders in the city of Palangka Raya. This research is field research using a survey method and location selection was carried out by purposive sampling taking into account proximity, affordability, and the largest number of broiler breeders in the area. This research was conducted in 17 broiler chicken coops, the coop managers were interviewed and the coops were the object of observation for the application of biosecurity. The variables of this study are the application of biosecurity isolation, the application of biosecurity in controlling the traffic of people, livestock, and vehicles; as well as the application of cage sanitation and environmental biosecurity. The data analysis used was descriptive statistical

analysis with an assessment of the biosecurity implementation category which was divided into 3, namely good: X > x + SD, enough: xSD < X ≤ x + SD, and poor: X ≤ x — SD. The results showed that the characteristics of broiler breeders in the city of Palangka Raya were very diverse, which could be observed from education, experience in raising livestock, and the number of livestock in each production period. The application of biosecurity isolation in the less category is 3 cages (18%), 4 cages (82%) is sufficient, and 0 cages (0%) is good. The implementation of cage sanitation was lacking 4 cages (24%), 8 cages (47%) were sufficient, and 5 cages were good (29%). The application of traffic control biosecurity is in the category of less than 3 cages (18%), enough 10 cages (58%), and good 4 cages (24%). It was concluded that the overall application of biosecurity in the City of Palangka Raya was in the sufficient category. It is necessary to increase the application of biosecurity to prevent the entry and exit of diseases on a farm.

Keywords: Biosecurity; broiler chickens; cage sanitation; livestock traffic; isolation

PENDAHULUAN

Ayam pedaging merupakan salah satu komoditi peternakan yang sudah dikembangkan di masyarakat dan merupakan sumber protein hewani utama bagi masyarakat (Widyantara et al., 2013). Produksi ternak unggas sangat diminati, karena lebih cepat dan lebih murah dibandingkan sumber daging lainnya. Peternakan unggas merupakan faktor kunci dalam pembangunan banyak negara, baik untuk alasan gizi dan ekonomi (Goualie et al., 2020). Terbukti produksi daging ayam di Indonesia telah jauh meningkat jika pada tahun 2015 sebanyak 1.628.307 ton menjadi 3.275.325,72 ton pada tahun tahun 2020 (Utami dan Samudra, 2021). Kemunculan dan penyebaran penyakit menular dapat berdampak buruk pada industri unggas komersial, terutama jika penyakit tersebut bersifat zoonosis atau bawaan makanan dengan potensi implikasi besar pada kesehatan masyarakat (Greening et al., 2020). Langkah yang dapat dilakukan untuk menghindarkan ayam broiler dari serangan penyakit adalah dengan penerapan biosekuriti (Widyantara et al., 2013).

Biosekuriti didefinisikan sebagai semua tindakan yang diambil untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi di lahan peternakan, sehingga merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit dan penggunaan antimikroba (Cuc et al., 2020). Biosekuriti

juga dapat diartikan sebagai langkah inisiatif untuk menjaga kesehatan dan menjamin kelangsungan produksi unggas dan produk unggas yang aman (Utami dan Samudra, 2021). Peternakan yang menerapkan program biosekuriti dapat menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti (Mappanganro et al., 2018). Penerapan biosekuriti sangat menentukan keberhasilan program pencegahan penyakit pada suatu peternakan. Tanpa diterapkannya biosekuriti yang baik maka program pencegahan penyakit juga akan gagal.

Biosekuriti mencakup tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh peternak yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas dan sanitasi. Isolasi berarti menjauhkan ayam dari orang, kendaraan dan benda yang dapat membawa patogen. Menciptakan lingkungan tempat ayam terlindung dari pembawa bakteri patogen (orang, hewan lain, udara dan air). Pengendalian lalu lintas diharapkan dapat mencegah penularan dan penyebaran penyakit baik melalui pekerja, alat, barang maupun hewan lain ke peternakan. Sanitasi merupakan tindakan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi untuk membunuh kuman. Sanitasi juga berarti upaya pengendalian hama yang bertujuan untuk mencegah penyebaran patogen (Mappanganro et al., 2018).

Penerapan biosekuriti umumnya dinilai menggunakan kuesioner, dengan menjawab

sejumlah pertanyaan mengenai langkah-langkah biosekuriti yang diterapkan (Tilli et al. 2022). Melihat kompleksnya dampak yang dapat ditimbulkan dari serangan penyakit baik dari segi ekonomi namun menjadi ancaman bagi kesehatan manusia, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana implementasi biosekuriti yang dilakukan oleh para peternak ayam broiler di kota Palangka Raya.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) menggunakan metode survey dan pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan kedekatan, keterjangkauan, dan jumlah peternak ayam broiler terbanyak di wilayah tersebut.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu, yaitu mulai tanggal 20 Mei sampai 31 Mei 2022 di beberapa peternakan ayam broiler kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah penerapan biosekuriti di 17 peternakan ayam broiler, meliputi: 1) penerapan biosekuriti isolasi; 2) penerapan biosekuriti pengendalian lalu lintas; serta 3) penerapan biosekuriti sanitasi kandang dan lingkungan.

Metode Pengambilan Data

Pada penelitian ini metode pengambilan data dilakukan sesuai dengan Sugiyono (2018), yaitu dengan metode angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi. Angket (questionnaire) merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih yang terdiri dari narasumber dan pewawancara, hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi

yang lebih mendalam dari narasumber. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi kandang dan aktivitas peternakan sebagai bahan observasi.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Penlilaian kategori penerapan biosekuriti dilakukan dengan mengukur nilai rataan data dan standar deviasi (SD) dengan kaidah keputusan sebagai berikut:

Baik : X > x + SD

Cukup : x — SD<X≤x + SD Kurang: X ≤ x — SD

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Karakteristik Peternak

Kota Palangka Raya memiliki potensi sebagai lokasi pengembangan peternakan ayam broiler, hal ini didukung dengan ketersediaan      lahan,      kemudahan

transportasi, ketersediaan target pasar, dan kemudahan pemenuhan kebutuhan peternakan. Menurut Raut et al. (2017) peternakan ayam broiler merupakan salah satu bisnis yang menjanjikan. Pengelolaan potensi yang baik dapat mengoptimalkan keuntungan bagi peternak. Peternak di Kota Palangka Raya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jumlah seluruh responden pada penelitian ini sebanyak 17 peternak. Data karakteristik yang diambil adalah tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan jumlah ternak setiap periode produksi. Karakteristik peternak di Kota Palangka Raya di sajikan pada Tabel 1.

Biosekuriti Isolasi

Isolasi merupakan salah satu elemen biosekuriti yang sangat penting. Isolasi adalah pemisahan hewan dari suatu lingkungan untuk menjauhkan dan melindungi hewan dari patogen (Mappanganro et al., 2018). Pemasukan day old chicken (DOC) merupakan awal dimulai periode produksi sehingga perlu dipastikan kesehatan dan vaksinasi yang telah diberikan. Pada penelitian ini peternak

ayam di Kota Palangka Raya sudah mendatangkan DOC yang telah divaksin (100%), adanya surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) (52,95%), dan diisolasinya DOC setelah tiba di kandang (82,35%). Vaksinasi merupakan metode yang paling efektif untuk pencegahan masuknya pathogen ke DOC. Pada ayam yang masih muda sistem imunitas belum terbentuk sempurna sehingga antibody yang terbentuk pada anak ayam tergolong rendah (Pinca et al., 2013). Anak ayam bergantung pada maternal antibodi yang diturunkan oleh induknya, namun antibodi maternal yang dimiliki oleh anak ayam tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama dan antibody maternal ini akan berkurang (menurun) secara periodik (Wisnantari et al., 2022).

Terbitnya SKKH pada DOC yang didatangkan sangat penting untuk memastikan DOC tidak dalam keadaan sakit. Agen penyakit bisa terbawa masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal) (Mappanganro et al., 2018). Isolasi terhadap DOC yang baru datang ke kandang bertujuan untuk meminimalisir menyebarnya penyakit di dalam kandang. Peternak yang sudah melakukan isolasi terhadap hewan yang sakit sebanyak 94,12%. Isolasi terhadap hewan atau kelompok hewan sakit harus segera dilaksanakan secepat mungkin untuk menghentikan penyebaran penyakit (Mappanganro et al., 2018). Cara penanganan ternak yang mati dengan dikubur atau dibakar diterapkan oleh seluruh peternak (100%). Menurut Wantasen et al. (2019) penguburan dan pembakaran ayam yang telah mati dapat mencegah penyebaran penyakit. Sebanyak 70,58% peternak melakukan desinfeksi pada daerah isolasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah patogen yang tertinggal berkembang dan terbawa ke peternakan. Peternak memiliki gudang penyimpanan pakan yang terpisah dari kandang sebanyak 76,47%, hal ini bertujuan agar pakan tidak terkontaminasi patogen dari kandang.

Biosekuriti Sanitasi Kandang dan Lingkungan

Usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan pengendalian vektor di lingkungan yang bersifat patogen pada peternakan ayam disebut dengan sanitasi (Indrasena et al., 2022). Sanitasi merupakan salah satu komponen utama biosekuriti. Pada penelitian ini variabel yang diamati yaitu kebersihan kandang secara umum, kebersihan tempat pakan, kebersihan tempat minum, dan kebersihan halam kandang. Data mengenai kondisi penerapan biosekuriti sanitasi pada peternakan ayam broiler di kota Palangka Raya disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, keseluruhan peternak (100%) telah menjaga kebersihan lantai kandang, peralatan dan pembersihan limbah. Peternak juga sudah melakukan pencucian kandang secara menyeluruh sebelum masuknya DOC. Pencucian kandang penting dilakuakan untuk mencegah       kontaminasi       dari

mikroorganisme yang akan berpengaruh dalam masa pemeliharaan (Adhyatma et al., 2020). Pada parameter tingkat pengetahuan peternak akan tanda-tanda ayam sakit, hanya 64,70% peternak yang telah mengetahuinya. Mengetahui tanda ternak sakit sangat penting untuk peternak, karena peternak dapat melakukan isolasi sedini mungkin pada hewan sakit untuk mencegah penularan ke hewan sehat. Seluruh peternak (100%) menggunakan jasa dokter hewan untuk    menangani    penyakit    di

peternakannya. Mendatangkan dokter hewan ke peternakan telah sesuai dengan Purnawarman dan Efendi (2020) yang menyatakan adanya dokter hewan untuk penanganan penyakit di peternakan dapat memberdayakan peternak dengan praktik yang lebih bijak dan rasional, sehingga pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit dan dapat mencegah penggunaan antibiotik yang tidak sesuai kebutuhan.

Peternak yang telah menerapkan kontrol secara berkala terhadap gudang pakan dan melakukan pembersihan tempat pakan dan minum sebanyak 94,12%.

Gudang pakan perlu untuk dikontrol secara berkala agar memastikan bahwa pakan yang diberikan bebas dari jamur dan kutu yang sering muncul pada saat penyimpanan pakan. Kontrol terhadap tempat pakan dan minum telah sesuai dengan Mappanganro et al. (2018) yang menyatakan bahwa tempat pakan dan minum dapat menjadi sumber penyakit dengan adanya jamur atau berkembangnya mikroba.

Biosekuriti Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian lalu lintas pada suatu peternakan perlu dilakukan untuk meminimalisir kontak ternak dengan faktor resiko penularan penyakit. Data mengenai penerapan biosekuriti lalu lintas disajikan disajikan pada Tabel 4. Pada peternakan ayam broiler di kota Palangka Raya sebanyak 47,05% peternak melakukan pembatasan kunjungan ke peternakannya. Pembatasan jumlah kunjungan bertujuan untuk mengurangi resiko terbawanya patogen dari luar ke dalam peternakan. Peternak yang telah menyediakan tempat cuci tangan untuk pekerja maupun tamu yang akan masuk dan keluar dari peternakan, serta menyediakan kolam desinfeksi untuk kendaraan hanya sebesar 35,30%. Mencuci tangan memakai sabun dan air merupakan cara mudah yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran penyakit dan termasuk upaya pencegahan penyakit zoonosis (Novita dan Marina, 2018)

Dilakukannya penyemperotan desinfektan ke pekerja diterapkan oleh 76,47% peternak. Penyemprotan dilakukan pada alat angkut ternak dan orang yang memasuki peternakan bertujuan untuk membunuh bibit penyakit baik berasal dari luar peternakan maupun yang ada di peternakan. Sebagian besar sumber-sumber penyakit yang berasal dari bakteri atau virus mampu ditanggulangi dengan melakukan penyemprotan dengan desinfektan (Widyantara et al., 2013)

Pemagaran di area peternakan telah dilakukan oleh 35,30% peternak. Tingkat pemagaran di area peternakan masih sangat rendah. Pemagaran bertujuan untuk

mencegah lalu lintas orang yang tidak berkepentingan dan hewan liar, serta berpindahnya operator ke kandang lain (Haqiqi et al., 2021). Peternak secara keseluruhan (100%) telah menerapkan pengontrolan kualitas air minum, pemberian vitamin dan pemberian pakan serta minum tepat waktu.

Kategori Penerapan Biosekuriti di Peternakan Ayam Broiler Kota Palangka Raya

Hasil analisis penerapan biosekuriti dan pencegahan penyakit di peternakan ayam broiler kota Palangka Raya di sajikan pada Tabel 5. Pada kategori penerapan isolasi tergolong kurang sebanyak 3 peternakan dan tergolong cukup sebanyak 14 peternakan. Penerapan sanitasi kandang tergolong kurang 4 peternakan, cukup 14 peternakan dan baik 5 peternakan. Pada kategori pengendalian lalu lintas tergolong kurang 3 peternakan, cukup 10 peternakan dan baik 4 peternakan.

Ketiga kategori biosekuriti tersebut saling berhubungan dan dapat mempengaruhi hasil penerapan antar kategori. Tujuan isolasi adalah menciptakan dan melindungi lingkungan yang aman dan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen baik dari luar maupun dalam. Hal tersebut dapat diupayakan melalui pengendalian lalu lintas dengan melakukan screening terhadap semua aspek yang dikhawatirkan membawa mikroorganisme patogen dari luar. Tingginya tingkat lalu lintas ke peternakan dapat berdampak buruk bagi ayam yang dipelihara. Lalu lintas ternak dan kendaraan pengangkut sapronak merupakan salah satu faktor penyebaran penyakit di dalam peternakan (Thaha et al., 2018).

Penyemprotan cairan disenfektan sebagai usaha disinfeksi penyakit juga wajib diterapkan dalam program biosekuriti. Sanitasi menjadi kunci penting dari penerapan program biosekuriti sebab keberhasilan pelaksaan sanitasi pada lingkungan kandang dan area peternakan akan menentukan tingkat higienitas atau

kebersihan dan kontaminasi mikroba patogen (Widianingrum et al.,  2022).

Kandang dan ruangan perlu dibersihkan dari kotoran dan debu serta disterilkan secara rutin dengan penyucian dan penyemprotan disinfektan (Ustomo, 2016).

Pada Tabel 5 dapat dilihat dari 3 kategori yaitu isolasi, sanitasi kandang, dan pengendalian lalu lintas banyak peternakan yang digolongkan ke kategori cukup, bahkan ada yang tergolong pada kategori kurang. Hanya sedikit peternak yang dikategorikan dalam keadaan baik. Perlunya peningkatan dalam implementasi penerapan biosekuriti di peternakan untuk menjaga kesehatan dan kualitas ternak yang dihasilkan. Menurut Rostini dan Biyatmoko (2021) manfaat utama penerapan biosekuriti adalah untuk meminimalisir masuknya agen penyakit dalam     kandang,     meminimalkan

kesempatan agen berhubungan dengan induk semang, dan meminimalkan kontaminasi lingkungan yang disebabkan oleh agen penyakit. Penerapan biosekuriti diharapkan dapat menjaga jalannya produksi dan usaha agar tidak terganggu oleh adanya penyakit di peternakan (Wahyuni et al., 2021)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penerapan biosekuriti di Kota Palangka Raya tergolong dalam kategori cukup. Penerapan biosekuriti isolasi dalam kategori kurang sebanyak 3 peternakan (18%), cukup 4 peternakan (82%), baik 0 peternakan (0%). Penerapan sanitasi kandang tergplong kurang 4 peternakan (24%), cukup 8 peternakan (47%), baik 5 peternakan (29%). Penerapan biosekuriti pengendalian lalu lintas termasuk kategori kurang 3 peternakan (18%), cukup 10 peternakan (58%), baik 4 peternakan (24%). Penerapan biosekuriti sangat penting untuk mencegah masuk dan keluarnya penyakit, sehingga perlu adanya peningkatan biosekuriti pada setiap peternakan.

Saran

Perlu                  dilakukannya

pembinaan/pendampingan oleh berbagai pihak, agar peternak dapat menerapkan biosekuriti yang lebih baik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mendukung berlangsungnya penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma M, Syaikhullah G, Nurfitriani RA, Muhamad N, Kusuma SB. 2020. Pelatihan manajemen pemeliharaan ayam jantan petelur pada kelompok ternak Nawawi Farm Jember. J. Comm. Develop. 1(1): 7-10.

Cuc NTK, Dinh NC, Quyen NTL, Tuan HM. 2020. Biosecurity level practices in pig and poultry production in Vietnam. Adv. Anim. Vet. Sci. 8(10): 1068-1074.

Goualie BG, Bakayoko S, Coulibaly KJ. 2020. Practices of Biosecurity measures and their consequences on poultry farms in Abidjan District. Food Environ. Safety. 19(1): 84-91.

Greening SS, Mulqueen K, Rawdon TG, French NP, Gates MC. 2020. Estimating the level of disease risk and biosecurity on commercial poultry farms in New Zealand. New Zealand Vet. J. 68(5): 261-271.

Haqiqi M, Hertamawati RT, Rahmasari R. 2021. Tingkat penerapan biosekuriti pada usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Jember, In: ANIMPRO: Conference of Applied Animal Science. Jember. Pp. 56-64.

Indrasena B, Ratnawati R, Abidin Z. 2022. Hubungan pengetahuan dan sikap pekerja ternak unggas dengan keadaan sanitasi kandang. J. Ilmiah Ilmu Pendidikan. 5(9): 3526-3530.

Mappanganro R, Syam J, Ali C. 2018. Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam petelur di Kecamatan

Panca Rijang Kabupaten Sidrap. J. Ilmu Industri Peternakan. 4(1): 60-73.

Novita R. Marina R. 2018. Hubungan pengetahuan infeksi Brucella dan faktor demografi peternak terhadap perilaku cuci tangan setelah kontak dengan sapi perah. Vektora. 10(2): 125-132.

Pinca S, Djati MS, Rifa’I M. 2013. Analisis mobilisasi sel T CD4+ dan CD8+ pada timus ayam pedaging pasca infeksi Salmonella     typhimurium     dan

pemberian simplisia Polyscias obtuse. Biotropika. 1(1): 27-32.

Purnawarman T, Efendi R. 2020. Pengetahuan, sikap, dan praktik peternak dalam penggunaan antibiotik pada ayam broiler di Kabupaten Subang. Acta Vet. Indones. 8(3): 48-55.

Raut SD, Malave DB, Gore ST. 2017. Financial Feasibility of Investment in Broilerpoultry Units in Raigad District of Maharashtra. Internat. Res. J. Agric. Eco. & Stat. 8(1): 170-175.

Rostini T, Biyatmoko D. 2021. PKM Peningkatan status kesehatan ternak melalui     penerapan biosecurity

terkontrol pada peternakan itik rakyat di Kelurahan  Guntung  Paikat Kota

Banjarbaru. J. Pengabdian Al-Ikhlas. 6(3): 412-420.

Sugiyono. 2018. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods). Ed 2. Alfabeta: Bandung.

Thaha AH, Rauf J, Bagenda I. 2018. Peta penyebaran virus avian influenza pada unggas di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008-2013. J. Riset Vet. 2(1): 1926.

Tilli G, Laconi A, Galuppo F, Mughini-Gras L, Piccirillo A. 2022. Assessing biosecurity compliance in poultry farms: a survey in a densely populated

poultry area in North East Italy. Animals. 12(1409): 1-9.

Ustomo E. 2016. 99% Gagal Berternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta

Utami KB, Samudra FD. 2021. Evaluasi penerapan biosekuriti di peternakan ayam joper di Jawa Timur. J. Agriekstensia. 20(2): 183-190.

Wahyuni W, Sanjaya IGAMP, Switari NKE. 2021. Pengaruh penerapan biosekuriti terhadap produktivitas usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Kintamani. Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Gema Agro. 26(2): 83-89.

Wantasen EJK, Umboh S, Endoh E, Sompie F, Leke J. 2019. Raise pattern and biosecurity application by broiler breeders on different topography in North Sulawesi Province. Proceedings of the 4th International Conference of Vocational Higher Education. Manado. Pp. 1-7.

Widianingrum DC, Prakoso SA, Rohma MR, Hunafah MF, Iqbal M, Yusantoro D. 2022. Penyakit chronic respiratory disease (CRD): etiologi, patogenesis, gejala klinis, patologi, epidemiologi, diagnosa, Pengobatan dan Kontrol Pencegahan. J. Sain Vet. 40(2): 221224.

Widyantara PRA, Wiyana IKA, Sarini NP. 2013. Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam pedaging kemitraan di Kabupaten Tabanan Dan Gianyar. Peternakan Tropika. 1(1): 4557.

Wisnantari NMS, Suardana IBK, Nindhia NS. 2022. Titer antibodi newcastle disease pada broiler yang divaksin umur satu hari dan dibooster umur 15 hari. Bul. Vet. Udayana. 14(6): 652-658.

Tabel 1. Karakteristik Peternak di Kota Palangka Raya

No

Parameter

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1

Pendidikan

a.    Tamat SD

2

11,77

b.    Tamat SLTP

4

23,52

c.    Tamat SLTA

10

58,82

d.     Tamat    Perguruan

1

5,89

2

Tinggi

Pengalaman Beternak

a.     < 5 Tahun

8

47,06

b.     5-10 Tahun

4

23,52

c.     11-15 Tahun

3

17,64

d.     16.20 Tahun

1

5,89

e.     21-25 Tahun

-

-

f.     >25 Tahun

1

5,89

3

Jumlah Ternak Tiap Periode Produksi a.     < 5.000 Ekor

4

23,52

b.     6.000-10.000 Ekor

10

58,83

c.     11.000-15.000 Ekor

-

-

d.     16.000-20.000 Ekor

1

5,89

e.     21.000-25.000 Ekor

-

-

f.     > 26.000 Ekor

2

11,76

Tabel 2. Penerapan biosekuriti isolasi dan upaya pencegahan penyakit

Variabel

Ya

Persentase (%)

Tidak

Persentase (%)

a. DOC  yang  didatangkan

telah   divaksin   dan   bebas

17

100

-

-

penyakit

b. DOC  yang  didatangkan

memiliki   surat   keterangan

9

52,95

8

47,05

Kesehatan hewan (SKKH)

c. DOC yang baru datang

14

82,35

3

17,65

segera diisolasi beberapa waktu d. Ayam     yang     sakit

dipisahkan/ dijauhkan dari ayam sehat

16

94,12

1

5,88

e. Peternak memiliki kandang isolasi

15

88,24

2

11,76

f. Perlakuan terhadap ternak yang mati dikubur atau dibakar

17

100

-

-

g. Peternakan rutin melakukan desinfektan di kandang isolasi

12

70,58

5

29,42

h. Tersedianya gudang penyimpanan pakan yang terpisah dari kandang

13

76,47

4

2,53

Tabel 3. Penerapan biosekuriti sanitasi kandang dan lingkungan

Variabel

Ya

Persentase (%)

Tidak

Persentase (%)

a. Menjaga       kebersihan

17

100

-

-

lingkungan kandang

b. Melakukan sanitasi rutin di

17

100

-

-

sekitar kandang

c. Pencucian        kandang

dilakukan secara menyeluruh

17

100

-

-

d. Alat    kandang    dijaga

kebersihannya

14

82,35

3

17,65

e. Peternak mengerti tanda-tanda ayam sakit

11

64,70

6

35,30

f. Ada dokter hewan yang akan datang untuk menangani

17

100

-

-

penyakit

g. Peternak              rutin

membersihkan limbah kotoran

17

100

-

-

ayam

h. Peternak             selalu

16

94,12

1

5,88

memperhatikan kondisi gudang pakan

i.  Peternak          menjaga

kebersihan tempat pakan

16

94,12

1

5,88

Tabel 4. Penerapan biosekuriti pengendalian lalu lintas

Variabel

Ya

Persentase (%)

Tidak

Persentase (%)

a. Adanya       pembatasan

kunjungan ke peternakan

8

47,05

9

52,95

b. Didepan peternakan disediakan cuci tangan dan kolam desinfeksi untuk semua

6

35,30

11

64,70

jenis kendaraan

c. Adanya    penyemperotan

desinfektan  terhadap  orang/

13

76,47

4

23,53

pekerja   yang   masuk   ke

peternakan

d. Lingkungan kandang ayam dilakukan pemagaran

6

35,30

11

64,70

e. Rutin dilakukan kontrol kualitas sumber air

17

100

-

-

f. Rutin memberikan vitamin dalam air minum

17

100

-

-

g. Pemberian pakan dan air minum tepat waktu

17

100

-

-

Tabel 5. Analisis biosekuriti pada peternakan ayam broiler di Kota Palangka Raya

No

Kategori Biosekuriti

Kriteria

Kurang

Cukup

Baik

1

Isolasi

3

14

-

2

Sanitasi Kandang

4

8

5

3

Pengendalian Lalu Lintas

3

10

4

Keterangan: Baik

: X >x + SD

Cukup

: x-SD<X≤x + SD

Kurang

: X ≤x-SD

914