Buletin Veteriner Udayana                                                 Volume 15 No. 6: 1245-1256

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712                                                Desember 2023

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/bulvet           https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i06.p24

Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Tinjauan Aspek Kesejahteraan Hewan pada Pemeliharaan Anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali

(THE IMPLEMENTATION OF ANIMAL WELFARE ASPECTS TO DOG CARE IN BANJAR BATUSARI, SANGEH VILLAGE, ABIANSEMAL DISTRICT, BADUNG REGENCY, BALI)

I Gusti Made Alit Surya Dharma1*, I Made Sukada2, Romy Muhammad Dary Mufa2

  • 1Mahasiswa Sarjana Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234;

  • 2Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Epidemiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234.

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Kesejahteraan hewan (Animal Welfare) adalah suatu bentuk hak asasi hewan akan terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologi hewan dan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan tersebut. Konsep kesejahteraan hewan dikenal dengan lima kebebasan, ketentuan ini mewajibkan semua hewan yang dipelihara memiliki hak-hak/kebebasan yaitu: bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa panas dan tidak nyaman, bebas dari luka, penyakit dan sakit, bebas dari rasa takut dan penderitaan, dan bebas mengekspresikan perilaku alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan kesejahteraan hewan pada pemeliharan anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Bali. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara sensus kepada seluruh kepala keluarga (KK) pemilik anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Data yang di peroleh dari hasil wawancara akan di tabulasi menggunakan Ms.word dan IBM SPSS kemudian dihitung persentase jumlah data yang sesuai dengan praktik kesejahteraan hewan, dan persentase jumlah data yang menyimpang . Hasil menunjukan penerapan prinsip bebas dari rasa tidak nyaman sebanyak 46.9.%, penerapa prinsip bebas dari rasa lapar dan haus 55.6 %, penerapan prinsip bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah sebanyak 51.6 %, penerpan prinsip bebas dari rasa takut dan tertekan sebanyak 97.6%, dan yang terakhir penerapan prinsip bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit sebanyak 29.2 %. Secara keseluruhan, prinsip-prinsip kesejahteraan hewan telah dilaksanakan oleh KK pemilik anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali sekalipun masih di perlukan peningkatan penerapan terhadap beberapa prinsip.

Kata kunci: Lima kebebasan; pemeliharaan anjing; penerapan kesejahteraan hewan.

Abstract

Animal welfare is a form of animal rights to fulfill the physical, psychological needs of animals and environmental conditions that are suitable for these animals. The concept of animal welfare is known as the five freedoms, this provision requires that all animals kept have the following rights/freedoms, namely: freedom from hunger and thirst, freedom from heat and discomfort, freedom from injury, disease and pain, freedom from fear and suffering, and freely express natural behavior. This study aims to describe the application of animal welfare to dog rearing in Banjar Batusari, Sangeh Village, Abiansemal District, Badung Regency, Bali. Data collection was carried out by means of census interviews with all the heads of families (KK) of dog owners in Batusari Banjar, Sangeh Village, Abiansemal District, Badung Regency, Bali. The data obtained from the interviews will be tabulated using Ms.word and IBM SPSS and then the percentage of the amount of data that is in accordance with animal welfare practices and the percentage of the number of data that deviate is calculated. The results

show that the application of the principle of freedom from discomfort is 46.9%, the application of the principle of freedom from hunger and thirst is 55.6%, the application of the principle of freedom to express natural behavior is 51.6%, the application of the principle of freedom from fear and stress is 97.6%, and the Finally, the application of the principle of being free from pain, injury and disease is 29.2%. Overall, the principles of animal welfare have been implemented by dog-owning households in Banjar Batusari, Sangeh Village, Abiansemal District, Badung Regency, Bali, although there is still a need to increase the application of some of the principles.

Keywords: animal welfare; dog care; five freedoms; implementation

PENDAHULUAN

Kesejahteraan hewan Animal Walfare adalah suatu bentuk hak asasi hewan akan terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologi hewan dan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan tersebut. Sasaran Animal Welfare adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang hidup di alam. Animal Welfare memiliki 3 aspek penting yaitu: Welfare science mengukur efek pada hewan dalam situasi dan lingkungan berbeda, dari sudut pandang hewan. Welfare ethics mengenai bagaimana manusia sebaiknya memperlakukan hewan. Welfare law mengenai bagaimana manusia harus memperlakukan hewan. Salah satu konsep mengenai animal welfare yang banyak dipakai oleh para penyayang binatang adalah konsep dari World Society for Protection of Animals (WSPA). Menurut WSPA, Companion Animals adalah hewan kesayangan yang dipelihara seperti: anjing, kucing, hewan eksotik lain (Susanto dan Gandha, 2015)

Desa Sangeh adalah salah satu desa dari delapan belas desa yang ada di Kecamatan Abiansemal, Badung dengan jumlah penduduk 4.354 jiwa dimana jumlah laki-laki mencapai 2.167 dan jumalah perempuan mencapai 2.187 jiwa. Desa sangeh terdiri dari 8 wilayah banjar yaitu Banjar Pemijian, Banjar Sibang, Banjar Brahmana, Banjar Muluk Babi, Banjar Batusari, Banjar Pacung, Banjar Tegal Grana, Banjar Batulumbang. Berjarak kurang lebih 15 kilo meter dari ibukota kabupaten Badung dan sekitar 23 kilo meter dari kota Denpasar. Desa Sangeh memiliki

luas wilayah 450 hektar. sebelah Utara desa Carangsari, Kecamatan Petang, Sebelah Timur desa Selat kecamatan Abiansemal, sebalah Selatan desa Blahkiuh kecamatan Abiansemal, sebelah Barat desa Cau Belayu kecamatan Marga kabupaten Tabanan (Beoang dan suryasih, 2018)

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) pemilik anjing yang ada di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh KK yang sedang memelihara anjing.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan rancangan     observasional.     Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang sedang memelihara anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Pengumpulan data penelitian dilakukan secara sensus dengan mewawancarai KK pemilik anjing menggunakan kuisioner terpadu berbasis google form.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel bebas: Kartu Keluarga KK pemilik anjing; Variabel terikat: Penerapan aspek kesejahteraan hewan; Variabel kendali: Banjar Batusari, Desa Sangeh.

Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi atau

lingkungan Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali sebagai tempat atau lokasi penelitian ini berlangsung dan melakukan pendekatan kepada para kelian/pemimpin banjar, kepala desa, dan kader rabies.

Rancangan Kuisioner

Kuisioner terdiri dari tiga bagian yang tersusun atas 50 pertanyaan. Bagian pertama menjaring data responden, bagian kedua menjaring data mengenai praktik pemeliharaan anjing secara umum dan bagian ketiga menjaring data mengenai praktik penerapan animal welfare dalam pemeliharaan anjing. Pertanyaan mengenai data responden terdiri dari 8 buah pertanyaan berupa pertanyaan tipe terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka untuk menanyakan data responden yang membebaskan kepada      responden

untuk menjawab apa saja. Pertanyaan yang tertutup merupakan pertanyaan     yang

jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu atau lebih dari pilihan jawaban yang disediakan.

Bagian kedua kuisioner terdiri atas 5 pertanyaan mengenai praktik pemeliharaan anjing secara umum. Pertanyaan pada bagian kedua ini merupakan pertanyaan tipe tertutup, sehingga responden diberikan memilih jawaban dari pilihan jawaban yang disediakan. Kemudian, pada bagian ketiga terdiri atas 37 pertanyaan mengenai praktik penerapan aspek animal welfare. Dari 37 pertanyaan tersebut, terbagi menjadi lima bagian besar sesuai dengan prinsip dari five freedoms of animal welfare dalam pemeliharaan anjing. Pertanyaan pada bagian ketiga ini sama dengan pertanyaan bagian kedua yaitu diberikan memilih jawaban dari pilihan jawaban yang disediakan

Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini digunakan untuk menganalisis kondisi lapangan secara objektif dan komprehensif yang digunakan sebagai penjelas dari analisis deskriptif. Dokumen yang akan digali yaitu berupa foto-foto kondisi anjing, tempat

makan dan minum serta tempat berteduh (kandang anjing) dari pemeliharaan anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara (kuisioner) mengenai praktik pemeliharaan anjing dan penerapan aspek kesejahteraan hewan pada pemeliharaan anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ditabulasi menggunakan Ms. Excel dan IBM SPSS, kemudian dihitung persentase jumlah data yang sesuai dengan praktik animal welfare, dan persentase jumlah data yang menyimpang (keliru). Penelitian terhadap praktik pemeliharaan anjing dan penerapan pemeliharaan anjing kepada seluruh KK pemilik anjing di katagorikan menjadi kurang (0-40 ), cukup (41-70), dan baik (71-100). Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian tentang penerapan aspek kesejahteraan hewan pada pemeliharaan anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kabupaten Badung, Bali telah dilakukan. Pada penerapan prinsip bebas dari rasa tidak nyaman (Freedom from discomfort) didapatkan hasil rataan presentase yang memenuhi kriteria telah melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 46.9% sedangkan, yang belum melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 53.1% disajikan pada Tabel 1.

Kemudian , pada penerapan prinsip bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from hunger and thirst) didapatkan hasil rataan perentase yang memenuhi kriteria telah melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 55.6% sedangkan, yang belum melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 44.4% disajikan pada Tabel 2.

Pada penerapan prinsip bebas untuk mengekspresikan prilaku alamiah

(Freedom to express normal behavior) didapatkan hasil rataan perentase yang memenuhi kriteria telah melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 51.6%, sedangkan yang belum melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 48.4% disajikan pada Tabel 3.

Pada penerapan prinsip bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom from fear and distress) didapatkan hasil rataa persentase yang memenuhi kriteria telah melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 97.6% sedangkan, yang belum melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 2.4% disajikan pada Tabel 4.

Pada penerapan prinsip bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Penerapan (Freedom from pain, injury and diseasei) ditetapkan hasil rataan peresentase yang memenuhi kriteria telah melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 29.2 % sedangkan, yang belum melaksanakan kesejahteraan hewan sebanyak 70.8% disajikan pada Tabel 5.

Pembahasan

Penerapan prinsip bebas dari rasa tidak nyaman

Sebanyak 30 KK (93.8%) telah memberikan lingkungan yang bersih, kering, dan tenang sehingga anjing dapat beristirahat dengan aman dan nyaman, sedangkan 2 KK (6.3%) yang lainnya belum melakukan hal tersebut. Salah satu tulisan yang dipublikasikan oleh nidirect.gov.uk (2020) yang berjudul Welfare for dogs menyebutkan bahwa, menjaga kebersihan lingkungan atau ruang untuk hewan peliharaan dapat membantu mencegah penyakit, parasit, dan hewan akan cenderung tidak mengalami cedera serta potensi bahaya lainnya.

Selanjutnya, sebanyak 22 KK (68.8%) telah memberikan tempat perlindungan untuk anjing sebagai tempat berlindung atau bersembunyi dari bahaya. Bersembunyi merupakan suatu respon adaptif dimana adanya suatu ancaman pemangsaan atau hal-hal yang menakutkan (Stella dan Candace, 2016). Pada saat

pengambilan data penelitian juga di ketahui, sebanyak 5 KK pemilik anjing (15.6%) yang mengandangkan dan mengikat anjing peliharaan di rumah tidak memperhatika apakah anjing tersebut merasa tertekan atau tidak. Pemilik anjing seharusnya mengenali keadaan stress pada anjing, merekaakan cenderung salah membaca tanda-tanda ataupun perintah (Mariti et al., 2012).

Kemudian, sebanyak 32 KK (100%) pemilik anjing di Banjar Batu Sari, Desa Sangeh tidak menyediakan akses/tempat khusus bagi anjing-anjing peliharaan untuk membuang kotoran atau urin secara rutin. Sebuah studi lainnya yang dilakukan oleh (Lee et al., 2019) menyebutkan bahwa, urin anjing memiliki efek signifikan pada biogeokimia tanah dan hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan struktur tanah untuk menahan dan mengolah air hujan.

Selanjutnya, diketahui sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) tidak menyediakan ventilasi dan kontrol suhu yang sesuai, hal ini dikarenakan sebagian besar anjing dipelihara dengan cara di bebas berkeliaran di dalam kandang, dirantai dan di dalam rumah (di pekarangan). Para KK pemilik anjing tidak menyediakan ruang atau rumah khusus untuk anjing-anjing peliharaan mereka.

Selanjutnya, sebanyak 21 KK pemilik anjing (65.5%) tidak menyediakan orang penganti untuk merawat anjing ketika pemilik harus meningalkan rumah dalam waktu yang cukup lala. Sedangkan 11 KK pemilik anjing (34.4 %) memliki penganti untuk merawat anjing ketika pemilik harus meningalkan rumah dala waktu yang cukup lama

Penerapan prinsip bebas dari rasa lapar dan haus

Sebanyak 28 KK pemilik anjing (87,5%) sudah memberikan ait bersih konsumsi dalam wadah yang sesuai. Para KK pemilik anjing juga telah menyediakan wadah terpisah untuk makanan dan minuman, sebagian besar KK pemilik anjing memilih wadah yang terbuat dari

besi atau staninless steel, tampak masih cukup bersih dan layak untuk digunakan. Namun sebanyak 29 KK pemilik anjing (90.6%) belum dapat menyediakan makan atau minum setiap saat sehingga, anjing-anjing yang dipelihara di Banjar Batusari, Desa Sangeh tidak dapat mencapai makanan atau minuman dalam segala situasi, sedangkan sebanyak 3 KK pemilik anjing (9.4%) dapat menyediakan makanan dan minuman setiap saat. Sebanyak 31 KK pemilik anjing (96.6%) memilih memberikan makan anjing peliharaannya dengan makanan manusia atau makanan yang di campur denagn lauk yang telah dimasak sendiri oleh pemilik anjing.

Sebanyak 31 KK (96.9%) tidak membiarkan anjingnya menjadi kegemukan atau sebaliknya, namun 1 KK sisanya (3.1%) tidak memperhatikan hal tersebut. Berat badan yang berlebihan atau obesitas merupakan suatu kondisi patologis ketidakseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan energi, sehingga peningkatan akumulasi jaringan lemak yang berlebihan di hati, otot, pulau Langerhans pankreas, dan organ atau bagian tubuh lain yang terlibat dalam metabolisme (Triakoso dan Fauziah, 2012).

Selanjutnya, sebanyak 31 KK pemilik anjing (96.9%) tidak memperhatikan gizi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anjing. Di Banjar Batusari, Desa Sangeh banyak dari KK pemilik anjing tidak memperhatikan gizi/nutrisi yang seimbang kepada anjing, dikarenakan KK pelik anjing memberikan makanan sisa atau makanan yang dimasak oleh pemilik anjing. Terkait dengan gizi dan nutrisi makanan yang di berikan kepada anjing peliharaannya banyak dari KK pemilik anjing (100%) tidak mencari informasi terkait mengenai makanan anjing ataupun menanyakannya kepada dokter hewan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk pengetahuan pemilik anjing tentang kebutuhan nutrisi hewan peliharaan mereka, persepsi pemilik anjing tentang nilai gizi, keutuhan, dan keamanan bahan pakan; pemikiran pemilik anjing tentang

industri makanan hewan, dan sumber informasi mengenai manajemen diet hewan peliharaan (Michel et al., 2008).

Seluruh pemilik 32 KK pemilik anjing (100%) di Banjar Batusari, Desa Sangeh sudah memberikan makan untuk anjing-anjing peliharaan sebanyak minmal satu kali sehari dan ada pula pemilik anjing yang memberika dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Karena anjing yang memilik stuktur perut yang sederhana, jika perut anjing terisi makanan, perut anjing akan kosong beberapa jam saat makanan yang di makan anjing masuk ke usus kecil. Seluruh KK pemilik anjing (100%) menyatakan tidak menganti makanan anjing mereka secara tiba-tiba. Menganti makanan anjing secara tiba tiba dapat menyebabkan permasalahan pada pencernaan anjing, sehingga anjing perlu diberika transisi pergantian makanan anjing.

Seluruh KK Pemilik anjing (100%) tidak memberikan makanan ataupun minuman seketika anjing kelelahan atau berolahraga. Tidak disarankan memberikan makan dan minum ke pada anjing setelah berolahraga, bila ingin memberikan makan atau minum setidaknya menunggu satu jam karena pemilik anjing harus memberika beberapa waktu yang cukup kepada anjing untuk menegndurkan perut sebelum anjing makan ataupun minum dalam jumlah yang banyak.

Penerapan prinsip bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah

Sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) teah memastikan anjing-anjing peliharaannya dapat beraktivitas dengan baik sehingga anjing-anjing tidak mengalami stress. Sebagai pemilik anjing harus mempunyai aktivitas untuk mengajak anjing mereka untuk berjalan. Aktivitas ini dikenal dengan istilah Dog Walking, dog walking mempunyai efek positif secara fisik dan psikis pada pemilik anjing serta anjingnya (Juliadilla, 2021).

Selain itu Sebanyak 31 KK pemilik anjing (96.9%) tidak menyediakan mainan ataupun benda-benda lainnya yang di perutukan untuk mainan bagi anjing-anjing

yang di peiharanya, sedangkan 1 KK pemilik anjing (3.1%) meberikan mainan kepada anjing yang dipelihara. Memberikan mainan kepada anjing merupakan hal yang penting. Manfaat mainan pada anjing yaitu menjaga kesehatan otak pada anjing, mengatasi rasa bosan pada anjing, hal ini akan mengarahkan anjing agar tidak merusak suatu barang yang akan menyebabkan ganguan saluran pencernaan, dan sarana olahraga bagi anjing yang penting bagi kesehatan anjing.

Selanjutnya, sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) sudah memberikan waktu isitirahat yang cukup untuk anjing tanpa ada gangguan. Menurut Owczarczak-Garstecka (2016) menyatakan, perilaku tidur dan istirahat sebagai indikator kesejahteran hewan, karakteristik perilaku tidur dan istirahat dijelaskan dan dampak aktivitas terhadap pola tidur dan perilaku istirahat.

Sebanyak 31 KK pemilik Anjing (96.9%) tidak mengajak anjing-anjing peliharaanya berjalan-jalan atau berolahraga untuk menjaga kesehatan anjing, sedangkan 1 KK pemilik anjing (3.1%) rutin mengajak anjing untuk berjalan-jalan keliling rumah. Rendahnya aktivitas fisik oleh anjing berkaitan dengan masalah kesehatan seperti obesitas, penyakit kronis, kesehatan dari mental yang buruk bagi anjing (Paluska dan Schwenk, 2000).

Selanjutnya 32 KK pemilik Anjing (100%) tidak melakukan konsultasi dengan dokter hewan terkait jenis olahraga yang cocok dengan anjing pelihraannya. Disebabkan dokter hewan yang sangat jauh dari Banjar Batusari Desa Sangeh yang menyebabkan pemilik anjing jarang berkonsultasi tentang olahraga yang cocok dengan ajin peliharaannya. Konsultasi dengan dokter hewan sanggat berpengaruh terhadap kegiatan olahraga anjing-anjing yang penting untuk di lakukan.

Sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) telah mengetahui tanda-tanda anjing yang sehat serta perubahan sikap atau perilaku

yang di timbulkan oleh   anjing

peliharaannya yang berkaitan dengan status kesehatannya. Tanda tanda anjing yang sehat dapat di lihat dari kondidi bulu dan kulit yang sehat, gigi bersih, nafas tidak berbau, suhu tubuh normal, nafsu makan yang baik, kondisi feses, dan berat badan yang ideal bagi anjing.

Selanjutnya sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) di Banjar Batusari, Desa Sangeh telah mengetahui tanda-tanda perubahan sikap, perilaku dan keadaan yang berkaitan langsung dengan status kesehatan hewan yang dipelihara.

Selanjutnya, hanya sebanyak 2 KK pemilik anjing (6.3%) memberikan pelatihan dan mengajarkan anjing-anjing peliharaannya berperilaku baik, sedangkan 30 KK lainnya (93.8 %) belum melakukan hal tersebut. Melatih anjing peliharaan dapat membantu pemilik anjing dalam mencegah masalah ketidaktaatan atau ketakutan yang berlebihan pada orang asing. Memberikan pelatihan bagi anak anjing untuk mencegah masalah sikap dan perilaku berbeda dengan yang dilakukan untuk anjing dewasa (Kutsumi et al., 2013). Namun, hal ini harus ditingkatkan karena masih banyak para pemilik anjing yang belum melaksanakan hal tersebut.

Penerapan prinsip bebas dari rasa takut dan tertekan

Sebanyak 30 KK pemilik anjing (93.8%) telah memberikan cukup waktu kepada anjing untuk bersama orang atau anjing lainnya yang bersahabat. Hal ini tampak dipengaruhi oleh cara pemeliharaan yang di pilih oleh para KK pemilik anjing di Banjar Batusari. Sebagian anjing yang dipelihara dengan cara di biarkan bebas berkeliaran, sehingga anjing-anjing tersebut memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi antara anjing-anjing sekitar lingkungan. Namun ada 2 KK pemilik anjing (6.3%) beum memberikan cukup waktu kepada anjing peliharaannya untuk bersama orang atau anjing yang bersahabat, terutama untuk anjing-anjing yang di pelihara dengan cara di kandangkan atau diikat. Mereka terlihat lebih agresif dari

anjing-anjing lainnya, hal ini bia jadi diakibatkan karena kurangnya bersosialisasi antar anjing.

Berikutnya, sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) menyatakan tidak pernah meninggalkan anjing-anjing peliharaannya sendirian dalam waktu yang cukup lama. Meinggalkan anjing sendirian dalam waktu yang lama akan berdampak negatif pada perilaku dan sifat anjing, anjing yang ditinggalkan sendirian dapat menderita perilaku berupa kecemasan akan perpisahan. Kecemasan akan perpisahan adalah salah satu gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anjing peliharaan dan alasan utama pelepasan anjing ke tempat penampungan hewan, tanda-tanda perilaku yang khas dari kecemasan perpisahan termasuk vokalisasi, buang air kecil dan buang air besar, air liur, kurang nafsu makan atau hiporexia, destruktif, kurang istirahat, dan melukai diri sendir (Mundell et al,. 2020).

Sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) juga telah memberikan anjing waktu untuk bermain atau bersosialisasi terutama pada anak anjing. Pada rumah KK pemilik anjing memiliki anak-anak anjing sekitar berusia tiga samapai 5 bulan yang tinggal dalam satu perkarangan rumah dengan anjing-anjing dewasa. Selain memberikan waktu bermain atau bersosialisasi pada anjing, pemilik anjing dapat memelihara anjing peliharaannya mereka dengan cara berkelompok, sebanyak 28 KK pemilik anjing (87.5%) telah memelihara anjing secara berkelompok, hal ini di lakukan agar anjing-anjing tersebut dapat bersahbat dan bermain bersama. Sebanyak 4 KK pemilik anjing (12.5 %) memelihara anjing secara individu atau pemilik anjing hanya memelihara satu ekor anjing.

Selain itu, sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) menyatakan bahwa seluruh anggota keluarga juga ikut berpartisipasi dalam merwat anjing-anjing yang di pelihara, sehingga seluruh anggota keluarga juga dapat berinteraksi dengan anjing-anjing yang di pelihara. Sehingga dengan adanya hal ini, interaksi antar seluruh

anggota keluarga dengan anjing yang di pelihara merupakan hal yang penting. Selain itu keuntungan lainnya, jika seluruh anggota keluarga dapat berinteraksi dengan anjing yang di pelihara cendrung anjing akan terbiasa dan tidak akan mengalami separation anxienty jika ditinggalkan oleh salah satu dari anggota keluarga tersebut.

Sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) tidak meninggalkan anjing sendirian dalam situasi yang menakutkan dari manusia atau dari hewan lainnya dan memberikan akses atau perlindungan apabila anjing mengalami ketakutan. Ketakutan merupakan variabel intervensi antara rangkaian rangsangan yang bergantung pada konteks dan rangkaian respon perilaku hewan. Berdasarkan sudut pandang biologis, reaksi ketakutan, kecemasan dan stress sangat adaptif, rekasi ini dapat mengatur respons perilaku untuk menghindari atau mengatasi suatu ancaman (Adolphs, 2013).

Selain itu sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) telah memberikan perlindungan kepada anjing peliharaannya apabila anjing mengalami ketakutan atau kecemasan. Perilaku anjing yang bersembunyi sering seklai anjing merasa stres, bingung, atau berada dalam situasi yang asing.

Selanjutnya, sebanyak 18 KK pemilik anjing (100%) sudah menyediakan cukup makanan dan minuman kepada anjing-anjing yang di pelihara secara berkelompok agar tidak terjadi kompetisi atau rebutan makanan antar anjing. Sebuah studi yang dilakukan oleh Borg et al., (2015) tentang konflik dalam kelompok anjing menyebutkan bahwa, perkelahian yang serius munkin saja dapat menimbulkan luka dan dalam beberapa kasus akan meneyebabkan dikeluarkannya anjing dari suatu kelompok.

Penerapan prinsip bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit

Sebanyak 32 KK pemilik anjing (100%) telah melakukn tindakan preventif terhadap penyakit pada anjing peliharaannya. Anjing-anjing di Banjar Batusari Desa

Sangeh memiliki cakupan vaksinasi terutama jenis vaksin rabies sejumlah 100% hal ini dikarenakan setiap tahunnya rutin di laksanakannya vaksin rabies masal di Desa Sangeh oleh Pemerintah Provinsi Bali secara door to door maupun yang di selenggarakan di balai banjar di setiap desa. Vaksin sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu vaksin inti dan non-inti, Vaksin inti melindungi hewan dari penyakit parah yang mengancam jiwa yang tersebar secara global. Vaksin non-inti sebagai vaksin yang dibutuhkan hanya oleh hewan yang lokasi geografis, lingkungan lokal, atau gaya hidupnya menempatkan mereka pada risiko tertular infeksi tertentu (Day et al., 2016).

Selanjutnya, sebanyak 5 KK pemilik anjing (15.6%) menyatakan menghubungi dokter hewan ketika ajingnya menunjukan perubahan perilaku, namum 27 KK pemilik anjing (84.4%) lainnya tidak melakukan hal tersebut, di karenakan jarang adanya dokter hewan terdekat dari Banjar Batusari Desa Sangeh, yang mengharuskan pemilik anjing harus menghubungi, dan membuat janji dengan dokter hewan untuk bertemu. Misalnya perilaku hewan-hewan tertentu yang termasuk taksis (gerak mendekati atau menjauhi sumber stimulus) berbeda dengan gerak refleks yang dimiliki hewan lainnya. Hasil tersebut dapat digambarkan sebagai respon hewan terhadap rangsangan atau stimulus yang mempengaruhinya (Suhara, 2010).

Kemudian, sebanyak 5 KK pemilik anjing (15.6%) menyatakan melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter hewan terhadap adanya rasa sakit, luka dan penyakit, namun 27 KK pemilik anjing (84.4%) lainnya tidaj melakukan hal tersebut. Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan terhadap adanya rasa sakit, luka dan penyakit merupakan tindakan wajib yang harus di lakukan oleh setiap pemilik anjing. Menurut Kelung et al,. 2017 pada saat ini, sebagian besar dari para pecinta anjing tersebut terkadang tidak tahu penyakit apa yang sedang dialami oleh anjing mereka, bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu bahwa anjing mereka

Volume 15 No. 6: 1245-1256

Desember 2023

https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i06.p24 sedang sakit, yang akibatnya berujung pada kematian karena penanganan yang terlambat.

Selanjutnya, hanya 4 KK pemilik anjing (12.5%) rutin melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan rambut dari anjing, namun 28 KK pemilik anjing (87.5%) lainnya tidak melakukan hal tersebut. Kondisi rambut pada anjing merupakan salah satu faktor yang dapat mengambarkan status kesehatan dari anjing itu sendiri. Rambut dan kulit yang normal pada anjing memiliki ciri-ciri lembut, fleksibel, halus, netral dan memiliki suhu (kulit di bawah rambut) yang berkisar pada 35–39°C (Chesney, 1997).

Kemudian, sebanyak 7 KK pemilik anjing (21.9%) menyatakan menghubungi dokter hewan jika anjingnya menunjukan gejala sakit, sedangkan 25 KK pemilik anjing (78.1%) lainnya tidak melakukan hal tersebut. Dikarenakan jarak dokter hewan yang jauh dari Banjar Batusari Desa Sangeh membuat para pemilik anjing harus menghubungi dokter hewan terdekat jika anjing peliharaanya mengalami sakit. Menurut Mathews et al., (2014) dalam tulisannya yang berjudul Guidelines for Recognition, Assessment and Treatment of Pain terdapat beberapa tanda-tanda perubahan perlaku pada anjing yang mengarah pada gejala sakit yang meliputi: Perubahan postur atau posisi tubuh, perubahan sikap, vokalisasi, perubahan reaksi terhadap sentuhan, perubahan interaksi dengan orang (misalnya berkurangnya interaksi agresi), perubahan mobilitas (misalnya ketimpangan, keengganan untuk bergerak), dan Berkurangna nafsu makan.

Selanjutnya, sebanyak 3 KK pemilik anjing (9.4%) menyatakan rutin melakukan cek kesehatan kepada anjing-anjing yang dipelihara, sedangkan 29 KK pemilik anjing (90.6%) lainnya tidak melakukan hal tersebut. Sebagai pemilik hewan yang bertanggung jawab, sebaiknya dapat melakukan cek kesehatan pada anjing yang dipelihara secara sederhana di rumah. Ada beberapa cara pemeriksaan pada anjing

secara sederhana, melakukan cek kesehatan terhadap hewan peliharan di rumah, di antaranya adalah: Lihat dan amati mata anjing, lihat dan amati bagian hidung anjing, lihat dan cium bagian dalam kedua telinga anjing, periksa keadaan gigi dan gusi pada anjing, periksa pada bagian kulit anjing, periksa bagian kuku pada anjing, dan periksa kebersihan dari bagian perut hingga pantat anjing.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, secara keseluruhan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan telah dilaksanakan oleh seluruh KK pemilik anjing di Banjar Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali menunjukkan hasil baik pada penerapan prinsip bebas dari rasa tidak nyaman (46.9%), bebas dari rasa lapar dan haus (55.6%), serta bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah (51.6%). Penerapan prinsip bebas dari rasa takut dan tertekan menunjukkan hasil sangat baik (97.6%), sedangkan penerapan prisip bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit menunjukkan hasil buruk (29.2%).

Saran

Terkait dengan adanya beberapa kriteria yang belum menerapkan kesejahteraan hewan maka di sarankan kepada kepala desan dan kelian banjar agar dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesejahteraan hewan dan pemilik anjing disarankan agar mencari informasi-informasi untuk memahami lebih banyak lagi mengenai kesejahteraan hewan pada pemeliharaan anjing, serta berkonsultasi dengan dokter hewan terdekat mengenai pemeliharanan anjing-anjing yang baik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis berterima kasih kepada Kepala Desa Sangeh, Kelian Banjar Batusari, Dan KK pemilik anjing di Banjar Batusari, Desa

Sangeh yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu

DAFTAR PUSTAKA

Adolphs R. 2013. The biology of fear. Curr. Biol. 23(2): R79-93.

Beoang, D. D. (2018). Identifikasi Potensi Desa Wisata Sangeh, Kabupaten Badung. J. Destinasi Pariwisata. 5: 12.

Chesney CJ. 1997. The microclimate of the canine coat: the effects of heating on the coat and skin temperature and relative humidity. Vet. Dermatol. 8: 183–190.

Day MJ, Horzinek MC, Schultz RD, Squires RA. 2016. WSAVA Guidelines for the vaccination of dogs and cats. The J. Small Anim. Prac. 57(1): E1.

Juliadilla, R. (2021). Studi fenomenologi: Memaknai aktivitas dog walking sebagai fungsi rekreasi. J. Psikol. Tabularasa. 16(1): 1-8.

Kelung, Christoffel Joman, Arie S. M. Lumenta, dan Feisy D. Kambey. (2017). Sistem Pakar Pengenalan dan Penanganan Awal Penyakit pada Anjing di Manado. J.     Teknik.

Informatika. 12(1): 1-7.

Kutsumi A, Nagasawa M, Ohta M, Ohtani N. 2013. Importance of puppy training for future behavior of the dog. J. Vet. Med. Sci. 75(2): 141-149.

Lee JM, Tan J, Gill AS, McGuire KL. 2019. Evaluating the effectsofcanine urine on urban soil microbial communities. Urban Ecosyst. 22: 721–732.

Mathews, Karol, Peter W Kronen, Duncan Lascelles, Andrea Nolan, Sheilah Robertson, Bonnie Wright, and Kazuto Yamashita. 2014. Guidelines for Recognition,     Assessment     and

Treatment of Pain. J. Small Anim. Pract. 55(6): E10-68

Mariti C, Gazzano A, Moore JL, Baragli P, Chelli L, Sighieri C. 2012. Perceptionof dogs’ stress by their owners. J. Vet. Behav. Clin. Appl. Res. 7: 213–219

Michel, Kathryn E. , Kristina N. Willoughby, Sarah K. Abood, Andrea J. Fascetti, Linda M. Fleeman, Lisa M. Freeman, Dorothy P. Laflamme, Cassondra Bauer, Brona L. E. Kemp, Janine R. Van Doren, (2008). Attitudes of pet owners toward pet foods and feeding management of cats and dogs. Vet. Med. Today: Timely Top. Nutr. 233(11): 1699-1703.

Mundell P, Liu S, Guérin NA, Berger JM. 2020. An automated behavior-shaping intervention reduces signs of separation anxiety–related distress in a mixed-breed dog. J. Vet. Behav. 37: 71-75.

Nidirect UK. 2020. Welfare for dogs: Need Suitable                Environment.

https://www.nidirect.gov.uk/articles/w elfare-dogs-need-suitable environment. Tangal Akses 8 maret 2023

Owczarczak-Garstecka SC, Burman OHP. 2016. Can Sleep and Resting Behaviours Be Used as Indicators of Welfare in Shelter Dogs (Canis lupus familiaris). PLoS One. 11(10): e0163620

Paluska SA, Schwenk TL. 2000. Physical activity and mental health. Sport Med. 29: 167–180.

Stella JL, Candace CC   2016.

.Environmental Aspects of Domestic Cat Care and Management: Implications for Cat Welfare.  Sci.

World J. 2016: 6296315

Susanto W, Gandha DM. 2015. Pusat Edukasi Tentang Hewan Peliharaan Di Kelapa Gading . J. Kajian Teknol. 11(1): 1-3.

Suhara. (2010). Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan     Hewan     (Animal

Behavior).Bandung:          Jurusan

Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Triakoso N, Fauzia I. 2012. Hubungan Antara Bangsa Anjing dengan Obesitas pada Anjing di Surabaya. Vetmedika J. Klinik Vet. 1: 1-2.

van der Borg JA, Schilder MB, Vinke CM, de Vries H. 2015. Dominance in Domestic Dogs:   A Quantitative

Analysis of Its Behavioural Measures. PLoS One. 10(8): e0133978.

Tabel 1. Penerapan Freedom from discomfort

Variabel

Jumlah n = 32

Ya (%)

Tidak (%)

Memberikan lingkungan yang bersih, kering dan tenang sehingga anjing dapat beristirahat dengan nyaman

Memberikan tempat perlindungan yang memadai dan bebas dari bahaya

Bila anjing dikandangkan/diikat pastikan tidak memberikan rasa tertekan dan bahaya

Menyediakan akses/tempat untuk membuang kotoran/urin secara rutin

Pastikan tempat anjing mempunyai ventilasi dan kontrol suhu yang sesuai sehingga anjing dapat berlindung dari panas dan dingin

Ketika meninggalkan anjing dalam waktu yang cukup lama, pastikan ada yang menggantikan untuk merawat anjing

93.8

6.3

68.8

31.3

84.4

0

15.6

100

0

100

34.4

65.6

Total persentase

46.9

53.1

Tabel 2. Penerapan Freedom from hunger and thirst

Variabel

Jumlah n=32

Ya (%)

Tidak (%)

Selalu memberikan air bersih konsumsi dalam wadah yang sesuai

87.5

12.5

Anjing harus dapat mencapai makanan/minuman dalam segala situasi

9.4

90.6

Anjing Bapak/Ibu sudah makan yang seimbang dengan gizi yang cocok untuk berat badan, usia, tingkat aktivitas, jenis kelamin, ras dan keadaan kesehatannya

3.1

96.9

Tidak membiarkan anjing menjadi kegemukan atau malah sebaliknya

96.9

3.1

Memperhatikan kandungan/gizi pakan dan sesuai kebutuhan anjing

3.1

96.9

Mencari informasi terkait makanan anjing atau menanyakannya pada dokter hewan

0

100

Memberikan anjing makan minimal sehari sekali atau sesuai yang dianjurkan dokter hewan

100

0

Tidak mengganti jenis makanan secara tiba-tiba, perlu waktu untuk perubahan atau transisi pakan

100

0

Tidak memberikan makanan/minum seketika setelah anjing kelelahan (olahraga)

100

0

Total persentase

55.6

44.4

Tabel 3. Penerapan Freedom to to express normal behavior

Variabel

Jumlah n=32

Ya (%)

Tidak (%)

Pastikan anjing beraktivitas agar tidak stress

100

0

Memberikan akses terhadap mainan atau objek yang nyaman untuk berekspresi

3.1

96.9

Memberikan anjing istirahat yang cukup tanpa gangguan

100

0

Mengajak anjing jalan-jalan atau berolahraga untuk menjaga kesehatannya

3.1

96.9

Berkonsultasi dengan dokter hewan terkait olahraga yang diberikan untuk anjing

0

100

Mengetahui tanda-tanda anjing sehat

100

0

Mengetaui perubahan sikap, perilaku dan keadaan yang berkaitan dengan status kesehatan hewan

100

0

Melatih dan mengajarkan anjing berperilaku baik

6.3

93.8

Total persentase

51.6

48.4

Tabel 4. Penerapan Freedom from fear and distress

Variabel

Jumlah n=32

Ya (%)

Tidak (%)

Memberikan cukup waktu kepada anjing untuk bersama orang

93.8

6.3

atau anjing lainnya yang bersahabat

Tidak meninggalkan anjing sendirian dalam waktu yang cukup lama

100

0

Berikan anjing waktu untuk bersosialisasi terutama pada anak

100

0

anjing

Jika memelihara lebih dari satu anjing sebaiknya dipelihara

87.5

12.5

secara berkelompok agar dapat bersahabat

Seluruh anggota keluarga dapat secara konsisten berinteraksi

100

0

dengan anjing

Tidak meninggalkan anjing sendirian dalam situasi yang

100

0

menakutkan dari manusia atau hewan lainnya

Memberikan perlindungan apabila anjing mengalami ketakutan

100

0

Bila anjing dipelihara berkelompok pastikan tersedia cukup makanan/minum agar tidak terjadi kompetisi/rebutan

100

0

Total persentase

97.6

2.4

Tabel 5. Penerapan Freedom from pain, injury and disease

Variabel

Jawaban n = 32

Ya (%)

Tidak (%)

Melakukan tindakan preventif terhadap penyakit, contohnya vaksinasi, pemberian obat cacing, dll

100

0

Jika anjing menunjukkan perubahan perilaku segera hubungi dokter hewan

15.6

84.4

Memeriksa anjing secara rutin terhadap adanya rasa sakit, luka

15.6

84.4

dan penyakit

Memeriksa kesehatan rambut anjing secara rutin

12.5

87.5

Menghubungi dokter hewan apabila anjing menunjukkan gejala sakit

21.9

78.1

Rutin melakukan cek kesehatan anjing

9.4

90.6

Total persentase

29.2

70.8

1256