Buletin Fisika Vol 17 No. 1 Pebruari 2016 : 41 - 48

PENGARUH TINGKAT INTENSITAS GELOMBANG ULTRASONIK TERHADAP JUMLAH SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DAN SEL DARAH MERAH (ERITROSIT) PADA MENCIT

M. Zully Amrul Hadi1, I Gusti Ngurah Sutapa1, I Gde Anta Kasmawan1

  • I.    PENDAHULUAN

Studi tentang respon pendengaran pada mamalia kecil dapat digunakan untuk mengamati efek kebisingan, trauma dalam sistem pendengaran mamalia. Pengamatan

terhadap perilaku hewan ketika merespon bunyi menunjukkan bahwa informasi sistem pendengaran bisa didapatkan dari sistem kegelisahan, seperti halnya pada reaksi refleks atau reaksi yang tidak disadari,

sehingga tingkat kepekaan dan respon pendengaran yang teramati akibat pengaruh gelombang bunyi dapat digunakan sebagai bio-indicator kebisingan. Sejauh ini belum dipelajari tentang respon pada unit sistem pendengaran tunggal untuk gelombang ultrasonik pada hewan pengerat (Dahlan, 2007).

Mencit merupakan salah satu mamalia yang memiliki tiga bagian utama pada telinga, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam (kohlea). Besaran fisis pada gelombang ultrasonik yang berinteraksi terhadap tubuh mencit adalah besaran intensitas gelombang. Intensitas gelombang ultrasonik yang mengenai langsung badan mencit secara tidak langsung akan mempengaruhi jaringan tubuh mencit, misalkan jaringan darah (eritrosit dan leukosit) karena jaringan luar tubuh mencit akan berpengaruh juga terhadap jaringan tubuh bagian dalam pada mencit.

Pemaparan gelombang ultrasonik terhadap suatu medium tergantung pada kegunaannya dan penerapannya. Hasil penelitian dan eksperimen penggunaan dan penerapan pemaparan gelombang ultrasonik ini telah dilakukan oleh Dunn dan Fry pada tahun 1971 khususnya tentang kerusakan sistem saraf pusat mamalia akibat pemaparan gelombang ultrasonik. Dari ekperimen telah diketahui bahwa penggunaan gelombang ultrasonik dapat menimbulkan kombinasi efek termal, kavitasi dan efek mekanik (Sutiono, 1982). Efek mekanik pada mencit adalah efek dimana terjadi percepatan partikel-partikel di dalam tubuh mencit sebagai akibat dari energi yang dibawa oleh gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik intensitas rendah mampu mempengaruhi aktivitas sel jaringan ikat (Herle et.al., 2001). Pada praktiknya, gelombang

ultrasonik dibangkitkan melalui rangkaian pembangkit gelombang ultrasonik elektronik yang terdiri atas rangkaian osilator, penguat, dan tranduser ultrasonik.

Penelitian ini telah dilakukan oleh Miftahul Husna yang meneliti mengenai pengaruh kebisingan terhadap leukosit mencit dengan tingkat intensitas diatas 85 dB dan hasilnya jumlah neutrofil pada leukosit meningkat. Penelitian yang lain dilakukan oleh Inayah yang melakukan hal yang sama dan hasilnya jumlah leukosit meningkat dari 5788 per mm3 menjadi 6333 per mm3.

Berdasarkan latar belakang di atas telah dilakukan penelitian tentang pengaruh gelombang ultrasonik terhadap leukosit dan eritrosit pada mencit dengan menggunakan uji tranduser ultrasonik dengan variasi dari taraf intensitas gelombang ultrasonik yang mempunyai frekuensi lebih besar dibandingkan dengan gelombang audiosonik, mulai dari 70 dB, 75 dB, 80 dB, 85 dB dan 90 dB .

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Gelombang ultasonik merupakan gelombang mekanik longitudional dengan frekuensi di atas 20 KHz. Gelombang ultrasonik merambat membawa energi dari suatu medium ke medium lainnya, energi yang dipindahkan sebagai energi getaran dari partikel ke partikel pada medium tersebut (Giancoli, 1998).

  • 1.    Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi memiliki pengertian energi bunyi per satuan waktu (daya bunyi) yang ditransmisikan pada satu satuan luas. Intensitas I dikaitkan dengan tekanan dinyatakan dengan persamaan:

I= ^ (2.1)

Dengan adalah akar tekanan akustik rata-rata kuadrat (rms) dengan satuan   ⁄ ,

adalah masa jenis udara dengan satuan kg/m3, dan c adalah kecepatan gelombang dengan satuan m/s. Hubungan intensitas dengan amplitudo tekanan bunyi juga dapat ditulis sebagai

I = 1/2p v A({2π f22 = 1/2 Z (A)2 ω2 (2.2)

Dimana adalah massa jenis medium ( kg/m3 ), v adalah kecepatan bunyi (m / de tik) , Z adalah impedansi akustik, A adalah maksimum amplitudo, f adalah frekuensi, dan adalah frekuensi sudut.

Hubungan antara tingkat tekanan bunyi L dengan tekanan bunyi dapat didefinisikan pada persamaan (2.3) sebagai berikut:

L = 20 log (— d BB                 (2.3)

×Po'

Dengan L adalah tingkat intensitas bunyi yang memiliki satuan desibel (dB), p adalah tekanan bunyi dengan satuan       ,

adalah tekanan ambang dengan satuan   .    Tekanan    ambang    biasanya

mempunyai nilai p0 = 2 × 105 N/m2. Dari persamaan (2.3) dapat dituliskan ke dalam bentuk lain sebagai berikut:

L = 10 log (^                  (2.4)

atau dapat juga dituliskan dalam bentuk lain

L = 10 log f-) dB                  (2.5)

Dimana     adalah intensitas gelombang

dengan satuan watt/m2 dan      adalah

intensitas ambang dengan satuan watt/m2. Persamaan (2.5) ini menyatakan tingkat intensitas bunyi bukan tingkat tekanan bunyi. Meskipun demikian, I tergantung pada suhu, medium, dan bentuk gelombang, jadi tingkat tekanan bunyi yang didefinisikan dengan persamaan (2.5) sebenarnya adalah suatu besaran yang lebih cocok (Harahap, 2011)

  • 2.    Leukosit dan Eritrosit

Leukosit adalah sel darah putih yang mengandung inti. Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya ber-bentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya.

Eritrosit memiliki bentuk cakram bikonkaf yang tidak berinti. Diameter kira-kira 7,8 mikrometer dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb). Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan. Selain mengangkut oksigen, eritrosit juga mempunyai fungsi lain yaitu mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air. Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan daparasam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggungjawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah (Guyton, 2006).

  • 3.    Tranduser Ultrasonik

Tranduser ultrasonik adalah sebuah alat yang mampu mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dan juga sebaliknya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Jenis tranduser ultrasonik untuk uji tak merusak terdiri dari empat macam yaitu kontak langsung, kontak tunda, pemancar – penerima dan bersudut. Dasar konstruksi tranduser ultrasonik ini memiliki tiga komponen utama yaitu backing material, active element dan matching layers.

  • III.    METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh gelombang ultrasonik terhadap leukosit dan eritrosit pada mencit (Mus muskulus L) dilakukan mulai bulan April – Juni 2014 di beberapa tempat yaitu : Laboratorium Biofisika Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran dan BB VET (Balai Besar Veteriner) Jalan Sesetan no. 226 Denpasar.

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit yang memiliki kesamaan umur (3

bulan), berat badan, dan jenis kelamin. Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang berusia sekitar 3 bulan dan memiliki berat badan rata-rata 20 gram. Menurut Su-pranto (2000) jumlah sampel yang diambil dapat ditentukan dengan persamaan berikut : (t - 1)(r - 1) > 15                   (3.1)

Keterangan :

t = Jumlah perlakuan

r = Jumlah sampel masing-masing kelompok



Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Jumlah perlakuan dalam penelitian ini adalah 6 perlakuan dengan jumlah sampel dalam masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor, sehingga berdasarkan persamaan (3.1) sampel yang dapat diambil adalah 20. Skema penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Pengambilan data untuk kuantitas leukosit dan eritrosit mencit dilakukan sebanyak 5 kali pada taraf intensitas gelombang ultrasonik dari 70 dB, 75 dB, 80 dB, 85 dB, dan 90 dB. Selanjutnya analisis data menggunakan statistik Anova (Analysis of Variance).

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemaparan gelombang ultrasonik dilakukan pada frekuensi 40 kHz terhadap mencit dengan variasi intensitas 70 dB, 75 dB, 80 dB, 85 dB, dan 90 dB. Rata-rata jumlah leukosit dan eritrosit mencit dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 dapat dibuat grafik efek pemberian gelombang ultrasonik terhadap konsentrasi leukosit dan eritrosit ditunjukkan pada gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata jumlah leukosit semakin meningkat ketika taraf intensitas gelombang ultrasonik yang diberikan pada mencit ditingkatkan

Tabel 4.1. Rata-rata jumlah leukosit dan eritrosit mencit pada berbagai perlakuan

No

Perlakua n

Rata-rata jumlah

Leukosit (sel/mm3)

Eritrosit (sel/mm3)

1

Kontrol

(4,09±0,38) x 103

(7,73±0,41) x 106

2

70 dB

(4,13±0,50) x 103

(7,29±0,14) x 106

3

75 dB

(5,20±0,62) x 103

(7,10±0,22) x 106

4

80 dB

(5,48±0,72) x 103

(6,18±0,24) x 106

5

85 dB

(5,87±0,65) x 103

(5,96±0,52) x 106

6

90 dB

(6,04±0,32) x 103

(5,75±0,41) x 106

Peningkatan rata-rata jumlah leukosit masing-masing sebesar 40 sel/mm3, 1070 sel/mm3, 280 sel/mm3, 390 sel/mm3, dan 170 sel/mm3 sehingga tingkat intensitas mengalami peningkatan dari setiap taraf intensitas dB dengan nilai regresi linier (R2) sebesar 0,980 maka tingkat intensitas gelombang ultrasonik sangat berpengaruh

terhadap rata-rata jumlah leukosit mencit sedangkan Gambar 4.2 menunjukkan rata-rata jumlah eritrosit semakin menurun ketika taraf intensitas gelombang ultrasonik yang diberikan pada mencit ditingkatkan. Penurunan rata-rata jumlah eritrosit masing-masing sebesar 436.000

Gambar 4.1. Efek pemberian gelombang ultrasonik terhadap konsentrasi leukosit (sel/mm3)


f® 291»+«M

R1 = C 980


Gambar 4.1. Efek pemberian gelombang ultrasonik terhadap konsentrasi leukosit (sel/mm3)


sel/mm3, 188.000 sel/mm3, 922.000 sel/mm3, 220.000 sel/mm3, dan 210.000 sel/mm3 sehingga tingkat intensitas mengalami peningkatan dari setiap taraf intensitas dengan nilai regresi linier (R2) sebesar 0,829 maka tingkat intensitas gelombang ultrasonik sangat berpengaruh terhadap rata-rata jumlah eritrosit mencit.

Hasil perhitungan persentase peningkatan rata-rata jumlah leukosit pada berbagai perlakuan terhadap kontrol disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Grafik persentase peningkatan leukosit terhadap control

menggunakan model analisis One Way ANOVA untuk leukosit dan eritrosit.

  • a. Jumlah Leukosit

Berdasarkan uji ANOVA untuk jumlah leukosit nilai Fhitung dengan menggunakan Kaidah pengujian signifikan sebagai berikut : Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh intensitas gelombang ultrasonik terhadap jumlah leukosit yang signifikan, dan jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat pengaruh intensitas gelombang ultrasonik terhadap jumlah leukosit yang signifikan. Taraf signifikan α = 0,05, derajat 46

kebebasan (df1) untuk pembilang = 5 dan derajat kebebasan (df2) untuk penyebut = 24 sehingga Ftabel = 2,62.

Hasil analisa menunjukkan Fhitung ≥ Ftabel yaitu 11,740 ≥ 2,62, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh intensitas gelombang ultrasonik terhadap jumlah leukosit yang signifikan. Karena ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang signifikan. Hasil uji duncan ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Berdasarkan Tabel 4.4 apabila nilai rata-rata perlakuan berada dalam kolom yang sama maka pengaruh intensitas gelombang ultrasonik pada perlakuan tersebut tidak signifikan akan tetapi jika nilai rata-rata perlakuan berada pada kolom yang berbeda maka   pengaruh   intensitas   gelombang

ultrasonik pada perlakuan signifikan. b.    Jumlah Eritrosit

Hasil uji ANOVA jumlah eritrosit dengan kaidah dan cara yang sama dengan Ftabel untuk data jumlah leukosit, dapat diketahui Fhitung ≥ Ftabel atau 26,963 ≥ 2,62, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya pengaruh intensitas gelombang ultrasonik untuk jumlah eritrosit juga signifikan. Untuk mengetahui data yang perbedaannya signifikan dilakukan uji Duncan yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 nilai rata-rata yang tidak signifikan antara lain perlakuan 5,4, dengan 3, perlakuan 2 dengan 1 dan perlakuan 1 dengan kontrol. Untuk nilai rata-rata yang signifikan antara lain perlakuan 5, 4, dan 3 signifikan dengan perlakuan 2, 1 dan kontrol, perlakuan 2 signifikan dengan kontrol.

Hasil penelitian mengenai pemaparan variasi tingkat intensitas gelombang ultrasonik terhadap leukosit dan eritrosit dapat memperlihatkan bahwa jumlah leukosit

mengalami peningkatan dibandingkan kontrol sedangkan jumlah eritrosit mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya stres pada mencit. Stres yang terjadi akibat oleh interaksi energi gelombang ultrasonik dengan metabolisme tubuh (Jalali et al., 2012). Persentase penyebaran data jumlah leukosit mencit berkisar dari 1,90 – 8,68 sehingga jumlah leukosit mencit terendah berada pada mencit dengan tingkat in-

tensitas 70 dB dan yang tertinggi berada pada mencit dengan tingkat intensitas 85 dB. Sedangkan persentase penyebaran data untuk jumlah eritrosit mencit berkisar dari 5,37 – 13,2 sehingga jumlah eritrosit mencit terendah berada pada perlakuan dengan intensitas 90 dB dan yang tertinggi pada perlakuan dengan intensitas 90 dB.

Tabel 4.4 Hasil Uji Duncan jumlah leukosit

Perlakuan

N

Subset for alpha = .05

1

2

3

Kontrol

5

4,09 x 103

Perlakuan 1

5

4,13 x 103

Perlakuan 2

5

5,20 x 103

Perlakuan 3

5

5,48 x 103

5,48 x 103

Perlakuan 4

5

5,87 x 103

5,87 x 103

Perlakuan 5

5

6,04 x 103

Sig.

0,910

0,081

0,142

Tabel 4.5 Hasil uji duncan jumlah eritrosit

Perlakuan

N

Subset for alpha = .05

1

2

3

Perlakuan 5

5

5,75 x 106

Perlakuan 4

5

5,96 x 106

Perlakuan 3

5

6,18 x 106

Perlakuan 2

5

7,10 x 106

Perlakuan 1

5

7,29 x 106

7,29 x 106

Kontrol

5

7,73 x 106

Sig.

0,076

0,402

0,060

  • V. KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah pemberian variasi tingkat intensitas gelombang ultrasonik, diperoleh rata-rata jumlah leukosit mencit mengalami peningkatan pada kisaran 40 sel/mm3 sampai 1070 sel/mm3 dan jumlah eritrosit mencit

mengalami penurunan pada kisaran 922.000 sel/mm3 sampai 188.000 sel/mm3.

Pemeliharaan mencit diharapkan lebih diperhatikan agar mencit tidak mengalami stres sebelum dilakukan pemberian gelombang ultrasonik karena

stres dapat mempengaruhi jumlah leukosit dan eritrosit.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Santoso, K., Bahri, S., Pengaruh Gelombang Bunyi Audiosonik Dan Ultrasonik Pada Aktivitas Mencit. Jurnal Biofisika 3 (1): 19-28, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.

Giancoli D.C.,1998. Fisika, Penterjemah Yuhilsa Hanum, Jakarta: Penerbit Erlangga,hlm 407-444

Guyton, Hall, 2006, Fisiologi Kedokteran. edisi 11 : EGC

Harahap, 2011, Teori Gelombang dan Bunyi, www.repository.usu.ac.id

Herle J., Salih V., Mayia F., Knowles J.C., Olsen I., 2001. Effect of Ultrasound on The Growth and Function of Bone and

Periodontal Ligament Cells In Vitro. Ultrasound in Med. & Bol. 27:4, pp 579-586.

Jalali, M, Ghasem, S, Ali, R, Khodabask, K, dan Sima, N. 2012. Effect of Noise Stress on Count Progressive Sperm Motility, Body, and Genital Organ Weight of Adult Male Rats.Jurnal of Reproduktive Science Volume 5 Issue 1. Physiology Research Center Ahvaz Jundishapur University. Departemen Biology   Payamenour   University,

Tehran. Iran.

Sutiono B.T., 1982. Studi Keamanan Penggunaan Gelombang Ultrasonik dalam Kedokteran, Bandung: Fisika Institut Teknologi Bandung, hlm 2443.

48