PERBEDAAN KONSUMSI RITUAL AGAMA HINDU SEBELUM DAN SAAT COVID-19 DI KOTA DENPASAR
on
BULETIN S1UD1 EKONOMI
BULETIN STUDI EKONOMI
Available online at https://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/index
Vol. 28 No. 01, Februari 2023, pages: 77-82
ISSN : 1410-4628
e-ISSN: 2580-5312

PERBEDAAN KONSUMSI RITUAL AGAMA HINDU SEBELUM DAN SAAT COVID-19 : STUDI KASUS DI KOTA DENPASAR
Ni Karmini1 I Ketut Sutrisna2
Abstract
Keywords: Ritual Consumption; Hinduism; Covid-19; |
Covid-19 affects the income received by the community because the world economy is experiencing a recession due to restrictions on economic activities. Covid-19 does not reduce the activities of the Balinese people, especially the Balinese Hindu community, in carrying out religious ceremonies. Ritual consumption issued by the Balinese Hindu community, one of which is in the form of expenditure for piodalan sanggah (family temple) which is routinely carried out every six months based on Balinese calendar calculations. This study aims to determine the differences in the consumption of Hindu religious rituals before and during Covid-19, as well as the factors that influence the consumption of Hindu religious rituals. Differences in ritual consumption before and during covid will be tested using the Wilcoxon method. The sample used is 30 respondents who live in Denpasar City. The results showed that there were differences in piodalan consumption before and during the COVID-19 pandemic. The factors that determine ritual consumption are the living environment, family habits, income, determined by the offerings and determined by the stakeholders. according to the Vedas is not just following customs or customs. |
Kata Kunci: |
Abstrak |
Konsumsi Ritual; Agama Hindu; Covid-19; |
Covid-19 mempengaruhi pendapatan yang diterima masyarakat karena perekonomian dunia yang mengalami resesi akibat pembatasan |
kegiatan ekonomi. Covid-19 tidak mengurangi kegiatan masyarakat Bali
Koresponding: |
khususnya masyarakat Hindu Bali, dalam pelaksanaan upacara keagamaan. Konsumsi ritual yang dikeluarkan oleh masyarakat Hindu Bali salah satunya |
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana Bali, Indonesia Email: [email protected] |
adalah berupa pengeluaran untuk odalan disanggah (pura keluarga) yang rutin dilakukan setiap enam bulan sekali berdasarkan perhitungan kalender Bali. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsumsi ritual agama Hindu sebelum dan saat Covid-19, serta factor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ritual Agama Hindu. Perbedaan konsumsi ritual sebelum dan saat covid akan diuji dengan dengan metode Wilcoxon. Sampel yang digunakan sebanyak 30 responden yang berdomisili di Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konsumsi piodalan sebelum dan saat pandemic covid-19. Faktor-faktor yang menentukan konsumsi ritual (piodalan) adalah lingkungan tempat tinggal, kebiasaan keluarga, pendapatan, ditentukan oleh serati banten dan ditentukan oleh pemangku.Implikasi penelitian adalah pentingnya peran PHDI dan pemuka agama agar masyarakat semakin sadar dan memahami bahwa konsumsi ritual yang dilakukan harus sesuai Weda bukan hanya sekedar mengikuti kebiasaan atau adat istiadat. |
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana Bali, Indonesia
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Penularan Covid-19 dapat terjadi saat menghirup udara yang mengandung virus jika berada di dekat orang yang sudah terinfeksi COVID-19 (Kementrian Kesehatan, 2021). Untuk mengurangi penularan dilakukan pembatasan mobilitas masyarakat dunia. Terbatasanya mobilitas masyarakat akibat pandemi Covid-19, dan ditutupnya tempat-tempat rekreasi serta hiburan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat (Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, 2021). Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat antara lain kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan serta berkurangnya konsumsi. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah konsumsi (pengeluaran) atau pendapatan (Raharja & Manurung, 2008). Pola konsumsi penduduk Bali sejak 10 tahun lalu tercatat sebagian besar dipergunakan untuk konsumsi bukan makanan. Sejak tahun 2009 proporsi konsumsi bukan makanan sudah diatas 50 persen. Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Bulan Maret 2020 mencatat bahwa rata-rata pengeluaran setiap penduduk Bali per bulan mencapai Rp70.128,00 untuk keperluan pesta dan upacara/kenduri (BPS Provinsi Bali, 2020).
Mayoritas penduduk Bali sekitar 89,91% memeluk Agama Hindu. Agama Hindu yang ada di Bali dalam menjalankan agama dilakukan dengan berbagai upacara maupun ritual keagamaan. Tujuan ritual agama adalah mewujudkan hati nurani kolektif dalam masyarakat untuk mendapatkan nilai-nilai sakral (Isnaini, 2020). Tapi, ironisnya, dimasyarakat konsumen ritual agama telah diubah menjadi sarana untuk berbelanja berlebihan pada tahap histeria (Lukmantoro, 2004). Tidak sedikit dari mereka harus rela melepaskan tanah warisannya untuk dijual atau mencari hutang hanya untuk kepentingan yadnya (Suarjaya, 2018). Inti ajaran Agama Hindu terletak pada Tattwa, untuk mencapai itu perlu melalui tahapan upacara dan susila (Satria, 2020). Kegiatan upacara keagamaan harus dilandasi dengan sradha (keyakinan) yang mantap. Yadnya merupakan persembahan suci yang dipersembahkan kepada siapapun yang patut menerimanya, pemberian harus disertai dengan ketulusan hati, cinta kasih, dan keyakinan yang membathin sehingga tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup jasmani dan kedamaian rohani dapat tercapai (Nilawati, 2019).
Dewa Yadnya, adalah persembahan yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta manifestasi-Nya (Suryani, 2020). Tujuan upacara Dewa Yadnya adalah untuk menyatakan rasa terima kasih kepada Tuhan atas kuasanya yang telah menjadikan segenap makhluk terutama manusia dengan segala berkah kehidupannya (Widana, 2019). Piodalan adalah salah satu jenis upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan secara rutin setiap enam bulan sekali (210 hari) berdasarkan perhitungan kalender Bali. Piodalan dilaksanakan di masing-masing sanggah/pura keluarga, pura desa dan pura lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk odalan terdiri dari biaya banten, biaya pemangku maupun biaya konsumsi. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan menganalisis perbedaan konsumsi ritual Agama Hindu sebelum dan pada saat Covid-19 serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ritual Agama Hindu di Kota Denpasar. Penelitian konsumsi ritual Agama Hindu sebelum dan saat covid-19 belum ada yang meneliti, sehingga penelitian ini penting dilakukan untuk melihat dampak pendapatan terhadap kegiatan atau pengeluaran masyarakat untuk ritual.
METODE PENELITIAN
Konsumsi ritual yang dimaksud dalam penelitian adalah pelaksanaan odalan di pura keluarga (sanggah). Lokasi penelitian adalah Kota Denpasar karena masyarakat yang berdomisili di Kota
Denpasar tidak hanya penduduk asli Denpasar tetapi banyak pendatang dari luar Denpasar yang berdomisili di kota Denpasar. Sehingga saat pelaksanaan piodalan tidak hanya dipengaruhi adat sekitar Denpasar tetapi juga dipengaruhi adat luar Denpasar. Sampel penelitian adalah masyarakat yang berdomisili di Kota Denpasar yang beragama Hindu. Sampel ditetapkan 30 yang dipilih secara purposive (Sugiyono, 2018).
Jenis Data yang digunakan adalah data primer yaitu data pengeluaran konsumsi ritual dan factor-faktor yang menentukan konsumsi ritual. Instrumen dalam penelitian adalah kuesiner yang berisi pertanyaan terkait penelitian. Teknik Pengumpulan data adalah dengan wawancara terstruktur yang berisi pertanyaan terkait pengeluaran konsumsi ritual dan factor-faktor yang menentukan konsumsi ritual.
Analisis Data yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan konsumsi ritual sebelum dan saat covid-19 adalah Uji tanda beranking Wilcoxon. Uji Wilcoxon adalah Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data berpasangan (Suyana Utama, 2016). Analisis deskriptif akan dijelaskan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi ritual Agama Hindu Di Kota Denpasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden penelitian berjumlah 30 orang yang berdomisili di Kota Denpasar. Sebanyak 18 orang responden (60%) berdomisili di Kecamatan Denpasar Barat dan sisanya 13 orang berdomisili di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Utara dan Denpasar Timur. Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri dari 14 orang perempuan (47%) dan 16 orang laki-laki (53%). Status perkawinan responden adalah 29 orang menikah dan satu orang berstatus duda hidup. Usia responden antara usia 40 tahun sampai dengan 62 tahun.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsumsi ritual sebelum dan saat covid-19, data penelitian diuji dengan Uji Wilcoxon dengan alpha 5 %. Hasil olah data menunjukkan signifikansi test adalah 0,00 yang lebih kecil 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan konsumsi ritual sebelum dan saat covid-19. Dari 30 responden ada 8 responden yang pengeluaran konsumsi ritualnya sama besarnya sebelum dan pada saat covid-19. Sebanyak 20 responden mengalami penurunan konsumsi ritual pada saat covid. Selain itu ada 2 responden yang mengalami peningkatan konsumsi ritual. Peningkatan konsumsi ritual karena ada piodalan dengan tingkatan yang lebih tinggi yang dilakukan sehingga konsumsi ritual yang dilakukan menjadi lebih tinggi.
Konsumsi ritual sebelum terjadinya pandemic covid-19 dengan jumlah terkecil adalah Rp.800.000,00 sedangkan konsumsi ritual yang terbesar nilainya adalah Rp.10.000.000,00. Rata-rata konsumsi ritual yang dilakukan oleh 30 responden sebelum pandemic covid-19 adalah Rp. 3.785.000,00. Konsumsi ritual saat covid-19 yang nilainya terkecil adalah Rp.500.000,00 sedangkan konsumsi ritual yang terbesar nilainya adalah Rp.8.650.000,00. Rata-rata konsumsi ritual yang dilakukan saat covid oleh 30 responden adalah Rp. 2.665.000,00.
Tabel 1.
Wilcoxon Signed Rank Test
Hypothesis Test Summary
Null Hypothesis |
Test |
Sig. |
Decision | |
1 |
The median of differences between Biaya |
Related-Samples |
Wilcoxon ,000 |
Reject |
Sebelum Covid-19 and Biaya Sesudah |
Signed Rank Test |
the null | ||
Covid-19 equals 0. |
hypothes is. |
Asymptotic significances are displayed. The significance level is ,050.
Grafik 1.
Wilcoxon Signed Rank Test
Continuous Field Information Biaya Sesudah Covid-19
Grafik 2.
Biaya Sebelum Covid-19
Grafik 3.
Biaya Sesudah Covid-19
Responden penelitian ada yang tinggal dalam keluarga besar dan ada yang tinggal dalam keluarga kecil. Keluarga kecil yang dimaksud adalah keluarga yang terdiri dari kepala keluarga, istri dan anak, dalam satu kartu keluarga serta tinggal dalam lingkungan rumah sendiri. Keluarga besar yang dimaksud adalah responden yang tinggal dalam satu lingkungan rumah yang terdiri dari lebih dari satu kartu keluarga dalam lingkungan rumah. Besar kecilnya keluarga akan mempengaruhi keputusan jenis tingkatan upacara yang dilakukan responden. Responden dalam penelitian sebanyak 13 responden merupakan keluarga kecil dan sisanya 17 orang tinggal dalam keluarga besar. Selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Lingkungan Tempat Tinggal dan Tingkatan Upacara
No |
Lingkungan (jumlah responden) |
Yang Menentukan Tingkatan Upacara (Jumlah Responden) | |
Kebiasaan Memilih Pemangku Keluarga Sendiri |
Serati Banten | ||
1 |
Keluarga Besar (17 responden) |
11 3 2 |
1 |
2 |
Keluarga Kecil (13 responden) |
1 9 3 |
- |
Sumber: Kuesioner (Data Diolah,2021) |
Berdasarkan Tabel 2 responden yang tinggal dalam lingkungan keluarga besar dalam menentukan jenis banten odalan ditentukan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga. Penelitian (Widiasih & Titib, 2004) mendukung hasil ini yang menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap pelaksanaan yadnya. Hanya tiga responden yang menentukan tingkatan banten berdasarkan kemampuan atau pendapatan mereka. Konsumsi pada umumnya dipengaruhi oleh pendapatan. Tetapi untuk konsumsi ritual, konsumsi yang paling utama ditentukan oleh keyakinan akan makna dari upacara yang dilakukan. Dalam penelitian (Setyari, Bendesa, & Saskara, 2019) dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan yadnya mendatangkan kebahagiaan. Penentuan tingkat banten karena saran pemangku (pemuka agama) sebanyak dua responden dan sisanya satu responden menentukan tingkatan banten odalan berdasarkan saran serati banten (tukang banten). Pada responden yang tinggal
dalam keluarga kecil yang menentukan tingkatan banten karena pilihan sendiri adalah sebanyak 9 responden, berdasarkan saran pemangku sebanyak tiga responden dan berdasarkan kula warga sebanyak satu responden.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data dan hasil olah data maka dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1). Terdapat perbedaan konsumsi ritual Dewa Yadnya (piodalan) sebelum dan saat pandemic covid-19. 2.) Faktor-faktor yang menentukan konsumsi ritual Dewa Yadnya (piodalan) adalah lingkungan tempat tinggal, kebiasaan keluarga, pendapatan, ditentukan oleh serati banten dan ditentukan oleh pemangku.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat disarankan: 1). Bagi Umat Hindu perlu meningkatkan pemahaman pelaksanaan Yadnya berdasarkan Sastra Agama , bukan hanya berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. 2). Bagi PHDI dan pihak-pihak berwenang seharusnya menuntun masyarakat agar pelaksanaan Yadnya sesuai dengan ajaran Weda.
REFERENSI
BPS Provinsi Bali. (2020). Pola Konsumsi Dan distribusi Pendapatan Provinsi Bali. Denpasar: bps.go.id. Isnaini, D. (2020). RELEVANSI RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMSI. Al-Intaj, Vol. VI No. 1 . Kementrian Kesehatan, R. I. (2021, Desember 27). kemnkes.go.id. Retrieved from kemenkes.go.id:
Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, I. (2021, Agustus 18). kemenkraf.go.id. Retrieved from
kemenkraf.go,id: https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-Indonesia-di-Tengah-
Pandemi
Lukmantoro, T. (2004, Juni). Ritual Hari Raya Agama : Histeria Konsumsi Massa dan Khotbah Industri Budaya. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 19 - 36.
Mankiw, N. (2007). Teori Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Nilawati, I. (2019). PENDIDIKAN ETIKA HINDU PADA TEKS AGASTYA PARWADALAM KEHIDUPAN MODERN. WIDYANATYA, Volume 1, Nomor 1.
Pressman, S. (2000). Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Raharja, P., & Manurung, M. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Satria, I. (2020). Pemuliaan Manusia Di Desa Tua (Desa Pedawa). Denpasar: UNHI PRESS.
Setyari, N. W., Bendesa, I., & Saskara, I. (2019, April 22 ). Proporsi Adat Budaya di Bali dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Masyarakat Lokal. JURNAL KAWISTARA, 9, No.1, 91—106.
Suarjaya, I. (2018). PENYEDERHANAAN RITUAL SEBAGAI ALTERNATIF BERAGAMA HINDU DI ERA SAAT INI. Jurnal Pangkaja, Vol. 21 No. 2.
Sugiyono. (2018). Metode Penulisan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, N. (2020). KURANGNYA PAMAHAMAN YADNYA (UPAKARA/BANTEN) DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Denpasar: -.
Suyana Utama, P. D. (2016). Aplikasi Analisis Kuantitatif (Edisi Kesepuluh). Denpasar: Fakultas Ekonomi Dan BisnisUniversitas Udayana.
Widana, I. (2019). Aktivitas Ritual Umat Hindu Di Pura Agung Jagatnatha Denpasar (Perspektif Sosiologi Agama). Denpasar: Universitas Hindu Indonesia.
Widiasih, N. S., & Titib, D. (2004). Upacara Manusa Yadnya (Sarira Samskara) Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Hindu di Bali : Sebuah Analisa Perbandingan.
repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/23810.
Perbedaan Konsumsi Ritual Agama Hindu Sebelum Dan Saat Covid-19 : Studi Kasus Di Kota Denpasar
Ni Karmini dan I Ketut Sutrisna
Discussion and feedback