DIVERSITAS FLORA DI BUKIT ABAH, KABUPATEN KLUNGKUNG UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA
on
DIVERSITAS FLORA DI BUKIT ABAH, KABUPATEN KLUNGKUNG UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA
I N. Rai, I M. Sukewijaya, dan IGA. Gunadi
Program StudiAgroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Abstract
Goverment of Klungkung Regency Ball province has apian to develop an ecotourism area at Bukit Abah. The area is located within Besan Village, District of Dawan. In associated with this plan, a study has been conducted to identify the availability of diversity of,flora in this site. The study was conducted by plant type stocktaking and analysis of vegetation methods. Results of plant type stocktaking shown that there were 126 plant species in the area, which were classified into 54,families. In addition, the analysis of vegetation indicated that there were a wide diversity ofplants identified in Bukit Abah, with a diversity index (H) of >1.5. The high diversity of,flora on the site had made a potential of attractive attention for developing of ecotourism in this area. It is suggested to accomplish an informative plantation labeling and vegetation conservation in associated with the development of the ecotourism plan.
Key word : vegetation, stocktaking, ecotourism, diversity index
Dalam hal kekayaan sumberdaya alam, seluruh dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki diversitas atau keanekaragamanjenis flora dengan status nomor dua terbesar di dunia setelah Brazil (Fandeli, 2000). Kekayaan hayati flora nusantara mempunyai potensi yang sangat besar untuk dinikmati dan dikagumi, diantaranya adalah untuk pengembangan ekowisata.
Secara konseptual, ekowisata merupakan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam, dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat (The International Ecotourism Society, 1990). Dalam ekowisata, aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya pada bentuk pariwisata konvensional, tetapi merupakan pariwisata minat khusus (alternative tourism) atau special interest tourism dengan mengikutkan aspek pendidikan untuk kelestarian ekologis, sehingga strategi pengelolaannya harus berorientasi pada konservasi dan kelestarian lingkungan (Linberg dan Hawkins, 2003).
Kabupaten Klungkung walaupun luas wilayahnya hanya 315 km2 (5,59% dari luas wilayah Provinsi Bali) yang merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil kedua setelah Kodya Denpasar (BPS Bali, 2008), tetapi memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial untuk menunjang pembangunan. Salah satunya adalah kawasan Bukit Abah yang terletak di Desa Besan, Kecamatan Dawan.
Bappeda Klungkung (2007) telah memperogramkan pengembangan kawasan Bukit Abah sebagai obyek ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui manfaat ekonomi yang diperoleh. Kawasan tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek ekowisata karena memiliki panorama alam yang indah dengan back ground pemandangan gunung/ perbukitan ke arah utara dan timur laut serta pemandangan laut ke arah timur dan selatan, keadaan bentang alam atau lansekapnya masih alami, merupakan daerah perbukitan di dataran rendah dengan udara sejuk dan segar seperti udara pegunungan padahal lokasinya dekat pantai, mudah diakses dari segala penjuru termasuk dari Ibu Kota
Kabupaten dan Ibu Kota Provinsi Bali, serta adanya dukungan yang kuat dari masyarakat setempat. Disamping itu, potensi lain yang sangat mendukung pengembangan BukitAbah sebagai obyek ekowisata adalah kawasan tersebut memiliki diversitas atau keanekaragaman flora yang tinggi. Menurut Goodwin (1998) keanekaragaman plasma nutfah dapat dikembangkan sebagai obyek ekowisata melalui pengelolaan yang ramah lingkungan (ecological friendly) berbasis kerakyatan (community based). Tulisan ini menguraikan tentang hasil studi diversitas flora yang terdapat di kawasan BukitAbah untuk mendukung pengembangan Bukit Abah sebagai obyek Ekowisata.
Studi dilakukan di Bukit Abah yang terletak di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Penelitian berlangsung dari bulan Juni sampai Desember 2008.
Studi diversitas flora dilakukan melalui inventarisasi jenis dan analisis vegetasi. Inventarisasi jenis vegetasi dilakukan dengan cara penjelajahan secara umum untuk mengetahui berbagai jenis tumbuhan pada berbagai strata pertumbuhan. Pencatatan dilakukan terhadap semua jenis tumbuhan yang ditemukan pada berbagai strata pertumbuhan termasuk pencatatan nama lokal, nama latin, dan familia. Jenis yang tidak dapat diidentifikasi di lapangan, di ambil contoh atau spesimennya untuk selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium.
Analisis vegetasi dilakukan untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi. Analisis vegetasi dalam studi ini menggunakan metode kwadran/petak contoh dalam jalur. Dalam hal ini ditetapkan 2 (dua) jalur (jalur I di sisi bukit bagian barat dan jalur II disisi bukit bagian timur) yang didasarkan atas pertimbangan adanya peluang akses jalan (tracking) menuju areal yang berkontur relatif datar di puncak BukitAbah (Gambar 1).

Gambar 1. Jalur pengambilan petak contoh
Analisis vegetasi dilakukan melalui pengumpulan data sebagai berikut:
-
a. Data diambil berdasarkan petak contoh dalam jalur pada setiap selang ketinggian 50 m pada masing-masing jalur (I dan II) yang dibuat memotong kontour.
-
b. Berdasarkan hasil pengukuran ketinggian, Bukit
Abah terletak pada ketinggian dari 50-541 m di atas permukaan laut (dpl) sehingga pada masing-masingjalar terdapat 8 petak contoh.
-
c. Strata tumbuhan yang dicatat digolongkan atas
pohon, tiang, dan pancang (termasuk semak) dengan lingkar basal area masing-masing strata : >63 cm (diameter batang >20 cm) atau tinggi >5 m, 31-63 cm (diameter batang 10-20 cm) atau tinggi 1,5-5 m, dan <31 cm (diameter batang <10 cm)atautinggi<1,5 m.
-
d. Ukuran petak contoh pada masing-masing strata
adalah 20m x20m (pohon), 10mx 10m (tiang), dan 5m x 5m (pancang).
Berdasarkan hasil inventarisasi dan penghitungan populasi masing-masing plot kemudian dianalisis untuk mengetahui Frekuensi Relatif, Kerapatan Relatif, Dominansi Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Indeks Diversitas sesuai dengan metode Cox (1972) sebagai berikut.
-
1) Frekuensi Relatif (FR) adalah frekuensi suatu jenis dibagi frekuensi seluruh jenis dikalikan 100%. Frekuensi suatu jenis diperoleh dengan cara membagijumlah titik dijumpai dari suatu spesies denganjumlah semua titik pengamatan.
-
2) Kerapatan relatif (KR) adalah kerapatan suatu
jenis dibagi kerapatan seluruh jenis dikalikan 100%. Kerapatan suatujenis diperoleh dengan membagi jumlah suatu jenis yang ditemukan denganjumlah seluruhjenis yang ditemukan.
-
3) Dominansi relatif (DR) adalah dominansi suatu
jenis dibagi dominansi seluruhjenis dikalikan 100. Dominansi sutau jenis diperoleh dengan membagi luas tajuk suatujenis dengan luas areal cuplikan.
-
4) Indeks Nilai Penting (INP) adalah penjumlahan
dari frekuensi relatif, kerapatan relatif dan dominansi relatif. INP menggambarkan persentase pengaruh yang dibentuk oleh suatu spesies tumbuhan terhadap komunitasnya. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis, menunjukkan semakin dominannya pengaruh jenis tersebut.
-
5) Indeks Diversitas (H) dihitung dengan rumus:
⎟⎞ ⎠
n ⎛ ni ni
H = - ⎜ log
i=1 ⎝N N
ni = nilai penting suatujenis
N = Nilaipenting seluruhjenis
Secara geografis, Desa Besan merupakan salah satu desa dari 12 desa di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Luas wilayah Desa Besan adalah 560 ha dan 87 ha diantaranya merupakan kawasan Bukit Abah. Lahan kawasan Bukit Abah seluruhnya milik Desa Adat Besan, penggunaan didominasi untuk perkebunan, tegalan/huma dan hutan rakyat.
Berdasarkan hasil inventarisasi jenis, di kawasan BukitAbah ditemukan 126jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam 54 familia. Nama lokal, nama latin dan nama familia dari seluruh jenis tumbuhan yang ditemukan disajikan pada Tabel Lampiran 1.
Hasil analisis vegetasi padajalur I danjalur 2, disajikan pada Tabel lampiran 2. Disepanjangjalur I terdidentifikasi berturut-turut strata pohon 25jenis, strata tiang 22jenis dan strata pancang 19jenis. Pada strata pohon, kerapatan dan frekuensi penampakan didominir oleh jenis nangka (Arthocarpus heterophylla), sedangkan jenis tanaman yang mempunyai nilai dominansi tertinggi adalah tanaman kelapa (Cocos nucifera). Nilai INP tertinggi ditunjukkan oleh tanaman nangka (INP=30,41%) kemudian secara berturut-turut diikuti oleh jenis tanaman dapdap duri (Erythrina orientalis) dengan nilai INP=23,40%, kelapa (Cocoe nucifera) nilai INP=20,63%, sonokeling (Dalbergia lat^folia) nilai INP=19,18% seperti disajikan pada Tabel Lampiran 2. Indeks keanekaragaman jenis (H) pada strata pohon yang diperoleh pada jalur/transek I sebesar 3,055. Hal ini menunjukkanjenis-jenis vegetasi pada strata pohon yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam (H>1,50). Untuk strata tiang, kerapatan, frekuensi penampakan, dan dominansi tertinggi ditunjukkan oleh lamtoro (Leucaena leucocephala), Demikian pula halnya mengenai INP yang tertinggi ditunjukkan oleh lamtoro (INP=42,59%) dan secara berturut-turut diikuti oleh
jenis tanaman gatep (Inocarpus fagfierus) dengan INP=26,06%, gamal (Gliricidia sepium) nilai INP=23,03%. Indeks Reanekaragamanjenis (H) pada strata tiang yang diperoleh sebesar 2,926. Hal ini menunjukkan jenis-jenis vegetasi pada strata tiang yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam ( H>l,50). Pada strata pancang, kerapatanjenis dan frekuensi penampakan yang tertinggi ditunjukkan olehjenis tumbuhan krasi (Lantana camara), dan tutupan kanopi yang mendominasi adalah jenis sonokeling (Dalbergia Iatifolia). Demikian pula halnya mengenai INP yang tertinggi ditunjukkan oleh krasi (INP=35,78%) kemudian secara berturut-turut diikuti oleh jenis tanaman sonokeling (INP=30,05%), gamal (INP=25,27%). Indeks keanekaragaman jenis (H) pada strata tiang yang diperoleh sebesar 2,837. Hal ini menunjukkan jenis-jenis vegetasi pada strata tiang yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam (H>l,50).
Hasil analisis vegetasi disepanjang jalur/ transek II teridentifikasi strata pohon 26jenis, strata tiang 20 jenis dan strata pancang 2l jenis. Pada strata pohon, kerapatan, frekuensi penampakan, dan dominansi tutupan didominir oleh jenis tanaman kelapa (Cocos nucfera). INP tertinggi ditunjukkan oleh tanaman kelapa (INP=37,l2%) kemudian secara berturut-turut diikuti oleh jenis tanaman kemiri (Aleurites moluccana) (INP=2l,82%), kepohpoh (Buchanania arborescena) (INP=l5,6l%), nangka (Arthocarpus heterophylla) (INP=l5,52%) (Tabel Lampiran 2). Indeks keanekaragamanjenis (H) pada strata pohon yang diperoleh pada jalur/transek II sebesar 3,l35, yang menunjukkan bahwajenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam ( H>l,50). Pada strata tiang, kerapatan, frekuensi penampakan, dan dominasi tertinggi ditunjukkan oleh lamtoro (Leucaena Ieucocephala), Demikian pula halnya INP tertinggi ditunjukkan oleh lamtoro (INP=52,03%), kemudian secara berturut-turut diikuti oleh jenis tanaman gatep (Inocarpusfiigiferus) (INP=30,96%), bayur (Pterospermumcelebica) (INP=30,33%). Indeks keanekaragamanjenis (H) pada strata tiang yang diperoleh sebesar 2,786, yang menunjukkan bahwa jenis-jenis vegetasi pada strata tiang yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam ( H>l,50). Selanjutnya pada pada strata pancang, kerapatan, frekuensi penampakan, dan dominasi tertinggi ditunjukkan oleh gamal
(Gliricidia sepium), Demikian pula halnya INP tertinggijuga ditunjukkan oleh gamal (INP=59,94%) dan secara berturut-turut diikuti olehjenis tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala) (INP=32,44%), kakao (Theobroma cacao) (INP=25,46%). Indeks keanekaragamanjenis (H) pada strata tiang diperoleh sebesar 2,699, yang menunjukkanjenis-jenis vegetasi pada strata tiang yang tumbuh pada kawasan tersebut tergolong sangat beranekaragam (H>l,50).
Berdasarkan hasil kegiatan inventarisasijenis, ditemukan l29 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam 54 familia. Berdasarkan informasi dari narasumber setempat dan buku referensi,jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan mempunyai manfaat sangat luas mulai dari bahan pangan, bahan bangunan, bahan upakara, makanan ternak, dan bahan obat-obatan tradisional.
Hasil analisis vegetasi menggambarkan bahwa lokasi kajian merupakan daerah yang tertutup vegetasi dengan baik oleh beranekaragamnya jenis tumbuhan, ditunjukkan oleh nilai keanekaragaman jenis yang baik (H>l,5) dan bahkan ada yang sangat baik (H>3,0) pada berbagai tingkat pertumbuhan tanaman (strata). Kondisi ini mengindikasikan bahwa keberadaan plasma nutfah flora masih terpelihara secara alami di kawasan tersebut. Adanya upaya konservasi oleh masyarakat setempat tertuang dalam peraturan desa yaitu larangan menebang pohon pada tanah milik desa Adat. Disamping itu, pada bagian bukit yang lahannya digunakan sebagai perkebunan dan tegalan, masyarakat telah melakukan pengelolaan secara baik dengan memelihara tanaman yang bernilai konservasi atau yang mempunyai fungsi hidrologi (hydrological function) tinggi dan hal tersebut sesuai dengan kondisi daerah studi yang merupakan daerah yang berelevasi miring hingga curam. Disamping bernilai konservasi, tanaman yang dibudidayakan sebagian besar merupakan tanaman tahunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti kelapa, pangi, kemiri, jeruk, jambu, sawo, nenas, wani, pepaya, pisang, manggis, duku, rambutan, cengkeh, kopi, vanili, mete, coklat, dan jenis lainnya seperti tanaman pakan ternak gamal, dan lamtoro. Disamping beberapa jenis tanaman langka yang oleh masyarakat setempat digunakan sebagai bahan obat dan sarana upakara, juga ditemukan di wilayah studi beberapajenis tanaman yang disakralkan yaitu Juwet Putih (Syzygium
cuminι), Kayu Jelema (Knema glauca), dan Kayu Seliwah (Artocatpus blumei Trecul).
Hasil analisis vegetasi juga menunjukkan terdapat perbedaan jenis berdasarkan kelompok tanaman budidaya dan non budidaya menurut ketinggian Bukit Abah. Pada bukit bagian bawah, daerahnya berkontur relatif datar (ketinggian tempat <200 m dpl) didominasi oleh tanaman budidaya terutama tanaman buah-buahan yang bernilai ekonomis seperti manggis, wani, pisang, dan lain-lain dan kakao sebagai tanaman perkebunan. Pada bukit bagian tengah (ketinggian tempat 200 - 450 m dpl) daerahnya berkontur miring sampai terjal banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman konservasi (tanaman berkayu) dan tanamana semak. Selanjutnya pada bukit bagian atas, konturnya relatif datar (ketinggian 450 - 541 m dpl.) didominasi oleh berbagai jenis tanaman budidaya seperti pisang, tanaman pangan, dan tanaman pakan ternak (gamal).
Kenekaragaman jenis flora yang ada di Bukit Abah dapat digunakan sebagai salah satu daya tarik dalam rangka pengembangan Bukit Abah sebagai obyek ekowisata. Hal ini sesuai dengan pendapat Buultjens (1999) bahwa ekosistem dengan areal yang masih alami ditunjang oleh keanekaragaman plasma nutfah dan budaya lokal yang kuat sangat tepat untuk dikembangkan untuk ekowisata sebagai konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan. Fandeli (2000) juga menyatakan bahwa destinasi yang diminati wisatawan eco-traveller adalah daerah alami yang memiliki keanekaragaman sumberdaya alam dan budaya yang dalam pengelolaannya mengikutkan aspek pendidikan dan berbasis kelestarian ekologis.
Sejalan dengan pandapat Fandeli (2000) di atas, pengembangan BukitAbah sebagai obyek ekowisata harus disertai dengan upaya konservasi diversitas flora yang ada dalam rangka menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk masa kini dan masa mendatang. Urgensi upaya konservasi tersebut terkait dengan hasil wawancara dengan masyarakat dan narasumber setempat bahwa tidak semua lapisan masyarakat mengetahui keberadaan plasma nutfah yang dimiliki termasuk kegunaannya, terutama adalah golongan generasi muda. Berdasarkan hasil studi ini, upaya konservasi yang diperlukan disesuaikan dengan zonasi wilayah menurut ketinggian Bukit Abah. Pada zonasi bukit bagian bawah, upaya konservasi dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi jenis-jenis tanaman existing disertai
dengan pengaturan dan penataan untuk optimalisasi penggunaan lahan. Pada zonasi bukit bagian tengah, konservasi dilakukan dengan menanam berbagaijenis tanaman kehutanan dengan fungsi hidrologis tinggi yang bermanfaat sebagai penyangga tanah karena topografinya yang berlereng dan curam. Selanjutnya pada zonasi bukit bagian atas, upaya konservasi dilakukan dengan mengganti jenis-jenis tanaman existing yang berperakaran dangkal dengan jenis tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis sekaligus fungsi hidrologinya tinggi. Tanaman kopi (kopi robusta) merupakan tanaman yang memiliki fungsi hidrologi tinggi dan secara agroekologis cocok dikembangkan pada zonasi tersebut.
Bedasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:
-
1) Di kawasan Bukit Abah ditemukan 126 jenis tumbuhan yang tergolong kedalam 54 familia. Kegunaan berbagai jenis tumbuhan tersebut sangat luas yaitu sebagai bahan pangan, bahan bangunan, bahan upakara, makanan ternak, dan bahan obat-obatan tradisional.
-
2) Bukit Abah menyimpan keanekaragamanjenis tumbuhan yang tergolong baik sampai sangat baik dengan indeks keanekaragaman (H) >1,5.
-
3) Keanekaragamanjenis flora yang ada di Bukit Abah dapat digunakan sebagai salah satu daya tarik dalam rangka pengembangan BukitAbah sebagai obyek ekowisata.
Dalam rangka pemanfaatan diversitas flora untuk pengembangan ekowisista di Bukit Abah disarankan :
-
1) Melakukan konservasi dan pelestarian untuk menjaga kelangsungan pemanfaatannya untuk masa kini dan masa mendatang;
-
2) Perlu dilakukan studi untuk mempelajari kegunaan masing-masing jenis tumbuhan, kemudian mensosialisasikannya kepada masyarakat;
-
3) Jenis-jenis tumbuhan yang telah terinventarisis peru dipasangi label (berisi tentang nama lokal, nama Indonesia, nama ilmiah/nama latin dan familinya) untuk memberikan informasi kepada masyarakat pengguna.
Daftar Pustaka
Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Klungkung. 2007. Program Pengembangan Oljek Wisata dengan Konsep Ekowisata di Bukit Abah Kabupaten Klungkung. Kerjasama Bappeda Kabupaten Klungkung dengan Lembaga Penelitian Universitas Udayana, Denpasar.
BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali. 2008. Bali Dalam Angka. Denpasar
Buultjens, J. 1999. Tourism: A Prosperous Industry or A Lfestyle,,s Choice. In Proceedings of the Ecotourism Association of Australia. Australia: Ecotourism Association of Australia.
Cox, G.W. 1972. Laboratory Manual of General Ecology .2 nd Ed. Wim C. Brown Co. Pub. Dubuguc Iowa.
Fandeli, C. 2000. “Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata” dalam: C. Fandeli dan Muklishon (Eds.). Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Goodwin, H. 1998. SustainableTourismandPopertyElimination. PeperonWorkshoponSustainable Tourism and Poperty. United Kingdom.
Linberg, K. and D.E. Hawkins. 2003. Ecotourism. North Bennington: The Ecotourism Society.
The International Ecotourism Society/TIES. 1990. RegionalPrepatory Conferencefor the WorldEcotourism Summit. BelizeCity.
Lampiran
Tabel 1. Hasil Inventarisasi Jenis Tumbuhan di BukitAbah
No |
Nama Lokal |
Nama Latin |
Famili |
1. |
Adas |
Foeniculum vulgare Mill. |
Umbelliferae |
2. |
Aha |
Ficus variegata |
Moraceae |
3. |
Akasia |
Acasia sp. |
Mimosaceae |
4. |
Apokat/Alpukat |
Persea americana Mill. |
Lauraceae |
5. |
Aren |
Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. |
Palmae |
6. |
Badung |
Garcinia sp. |
Clusiaceae |
7. |
Base-base |
Piper sp. |
Piperaceae |
8. |
Bayur |
Pterospermum javanicum Jungh. |
Sterculiaceae |
9. |
Belalu Bali/Sengon |
Albisia falcata |
Leguminosaceae |
10. |
Belantih |
Omalanthus giganteus Z. & M. |
Euphorbiaceae |
11. |
Beleng/Base Alas |
Piper sp. |
Piperaceae |
12. |
Beluntas |
Pluchea indica (L.) Less. |
Asteraceae |
13. |
Bila |
Feronia limonia Swingle. |
Rutaceae |
14. |
Bintaro |
Cerbera odollam Gaerth. |
Apocynaceae |
15. |
Biu |
Musa paradisiaca L. |
Musaceae |
16. |
Biu Gedang Saba/Pisang Kepok |
Musa sp. |
Musaceae |
17. |
Biu Keladi |
Musa sp. |
Musaceae |
18. |
Biu Ketip |
Musa sp. |
Musaceae |
19. |
Buah/Pinang |
Areca catechu L. |
Palmae |
20. |
Buni |
Antidesma bunius (L.) Spreng. |
Phyllanthaceae |
21. |
Canging |
Erythrina sp. |
Leguminosaceae |
22. |
Cempaka |
Michelia champaca L. |
Magnoliaceae |
23. |
Cengkeh |
Eugenia aromatica O.K. |
Myrtaceae |
24. |
Cepaka kuning/Cempaka |
Michelia champaca L. |
Magnoliaceae |
25. |
Dakep-dakep |
Piper sp. |
Piperaceae |
26. |
Dapdap |
Erythrina variegata L. |
Leguminosaceae |
27. |
Don gegirang |
Sambacus javanica Reinw. |
Adoxaceae |
28. |
Duren/Durian |
Durio zibethinus Murr. |
Bombacaceae |
29. |
Gamal |
Glyricidia sepium |
Fabaceae |
30. |
Gatep/Gayam |
Inocarpus fagiferus Fosb. |
Fabaceae |
31. |
Gedang/Pepaya |
Carica papaya |
Caricaceae |
32. |
Gelumpang/Gempang |
Meliosma ferruginea |
Sabiaceae |
33. |
Gunggung/Grunggung |
Rubus rosaefolius J.E.Sm. |
Rosaceae |
34. |
Ilak |
Globba pendula Roxb. |
Zingiberaceae |
35. |
Iying-iying |
Moghania macrophylla (Willd.) |
Fabaceae |
36. |
Jagut-jagut/Kejangutan |
Eupatorium odoratum L. |
Compositae |
37. |
Jambu Mete |
Anacardium occidentale L. |
Anacardiaceae |
38. |
Janggar ulam/daun salam |
Eugenia polyantha Wight. |
Myrtaceae |
39. |
Jarak |
Jatropa curcas |
Euphorbiaceae |
40. |
Jati Belanda |
Gmelina arborea |
Verbenaceae |
41. |
Jebug arum/Pala |
Myristica fragrans Houtt. |
Myristicaceae |
42. |
Jerungga/Jeruk Bali |
Citrus maxima Merr. |
Rutaceae |
43. |
Juuk/Jeruk |
Citrus sp. |
Rutaceae |
44. |
Juwet |
Syzygium cumini |
Myrtaceae |
45. |
Kakao |
Theobroma cacao L. |
Sterculiaceae |
46. |
Kaliombo/Pedang-pedang |
Ficus salosaWild. |
Moraceae |
47. |
Kangkang yuyu/ Sela-selaan |
Ipomoea sp. |
Convolvulaceae |
48. |
Kaumbang/Keladi besar |
Colocasia sp. |
Araceae |
49. |
Kayu Jelema/Kayu badarah |
Knema glauca |
Myristicaceae |
50. |
Kayu Manis |
Sauropus androgynus |
Phyllantaceae |
51. |
Kayu Santen |
Lannea coromandelica Merr. |
Anacardiaceae |
52. |
Kayu sisih |
Phyllanthus buxifolius (Bl.) M.A. |
Euphorbiaceae |
53. |
Kayu urip/Cocor bebek |
Kalanchoe pinnata Pers. |
Crassulaceae |
54. |
Kedukduk/Senggani |
Melastoma candidum D. Don |
Melastomataceae |
55. |
Kem/Rukam |
Flacourtia rukam Zollinger & Moritzi |
Salicaceae |
56. |
Kembang kuning |
Cassia surattensis Burm. f. |
Fabaceae |
57. |
Kemiri |
Aleurites moluccana Willd. |
Euphorbiaceae |
58. |
Kepundung/Menteng |
Baccaurea racemosa (Reinw. Ex. Bl.) M.A. |
Phyllantaceae |
No |
Nama Lokal |
Nama Latin |
Famili |
59. |
Kesimbukan/Daun kentutan |
Paederia scandena (Leur.) Merr. |
Rubiaceae |
60. |
Kopi |
Coffea sp. |
Rubiaceae |
61. |
Krasi Ungu |
Lantana camara |
Verbenaceae |
62. |
Krasi/Lantana |
Lantana camara |
Verbenaceae |
63. |
Kunyit-kunyit |
Terminalia microcarpa |
Combretaceae |
64. |
Kutat |
Eugenia cuprea K et V |
Myrtaceae |
65. |
Kutuh/Kapok |
Ceiba pentandra Gaertn. |
Bombacaceae |
66. |
Lading |
Amorphophallus variabilis Bl. |
Aracae |
67. |
Lamtoro |
Leucaena glauca Benth. |
Fabaceae |
68. |
Lemanuh |
Neolamarckia excelsa (Bl.) Merr. |
Rubiaceae |
69. |
Lempeni |
Ardisia humilia |
Myrsinaceae |
70. |
Liligundi/Legundi |
Vitex trifolia |
Lamiaceae |
71. |
Majagau |
Dysoxylum caulostachyum Miq. |
Meliaceae |
72. |
Manas/Nanas |
Ananas comosus L. (Merr.) |
Bromeliaceae |
73. |
Mangga |
Mangifera indica L. |
Anacardiaceae |
74. |
Manggis |
Garcinia mangostana L. |
Clusiaceae |
75. |
Melinjo |
Gnetum gnemon L. |
Gnetaceae |
76. |
Meniran |
Phylanthus urinaria |
Euphorbiaceae |
77. |
Menori/Widuri |
Calotropis gigantea L. |
Asclepiadaceae |
78. |
Nangka |
Artocarpus heterophylla L. |
Moraceae |
79. |
Nyambu/Jambu air |
Syzygium aqueum |
Myrtaceae |
80. |
Nyuh/Kelapa |
Cocos nucifera |
Palmae |
81. |
Paci-paci |
Leucas lavandulaefolia |
Lamiaceae |
82. |
Padang gajah |
Pennisetum purpureum Schum. |
Gramineae |
83. |
Paku Ata |
Lygodium circinnatum (Burn.f.) Swartz. |
Schizaeaceae |
84. |
Panggal buaya |
Zanthoxylum rhetza (Roxb.) DC |
Rutaceae |
85. |
Pangi |
Pangium edule |
Samydaceae |
86. |
Panili |
Vanilla flanifolia |
Orchidaceae |
87. |
Pecut-pecut/Jarong |
Stachytarpeta indica (L.) Vahl. |
Verbenaceae |
88. |
Penyalin/Rotan |
Calamus rotang L. |
Arecaceae |
89. |
Pohpohan |
Buchanania arborescens (Blume) |
Anacardiaceae |
90. |
Pule |
Sterculia foetida |
Sterculiaceae |
91. |
Pulet-pulet |
Urena lobata L. |
Malvaceae |
92. |
Rambutan |
Nephelium lappaceum L. |
Sapindaceae |
93. |
Sabo Duren |
Chrysophyllum cainito |
Sapotaceae |
94. |
Sabo/Sawo |
Manilkara achras (Mill.) Fesberg |
Sapotaceae |
95. |
Saga-saga |
Abrus precatorius L. |
Papilionaceae |
96. |
Sasak |
Wedelia moluscana |
Asteraceae |
97. |
Sasak Bali |
Tridax prucumbens L. |
Asteraceae |
98. |
Sasak Merdeka |
Wedelia sp. |
Asteraceae |
99. |
Sela sawi/Ubi/Singkong |
Manihot utilissima Pohl. |
Euphorbiaceae |
100. |
Selasih/Kemangi |
Ocimum basillicum L. |
Lamiaceae |
101. |
Selegui/Siligui |
Sida rhombifolia L. |
Malvaceae |
102. |
Sembung |
Blumea balsamifera L. |
Asteraceae |
103. |
Sembung rambat/Mikania |
Mikania micrantha |
Asteraceae |
104. |
Sente |
Alocasia macrorrhiza (L.) D. Don. |
Araceae |
105. |
Silik kaya/Srikaya Belanda/Sirsak |
Annona muricata |
Annonaceae |
106. |
Silik/Srikaya |
Annona squamosa |
Annonaceae |
107. |
Sonokeling |
Dalbergia latifolia Roxb. |
Leguminosaceae |
108. |
Sotong/Jambu biji |
Psidium guajava L. |
Myrtaceae |
109. |
Sukun |
Artocarpus communis |
Moraceae |
110. |
Suren |
Toona sureni (Bl.) Merr. |
Meliaceae |
111. |
Tabia dakep |
Piper sp. |
Piperaceae |
112. |
Taep/Kayu Sliwah |
Artocarpus blumei Trecul. |
Moraceae |
113. |
Tanjung batu |
Euginia sp. |
Myrtaceae |
114. |
Tapak liman |
Elephantopus scaber L. |
Compositae |
115. |
Tapis-tapis |
Mallotus phillippinensis |
Euphorbiaceae |
116. |
Tempenges |
Hyptis capitata Jacq. |
Lamiaceae |
117. |
Tibah/Mengkudu |
Morinda citrifolia L. |
Rubiaceae |
118. |
Tingkih/kemiri |
Aleurites moluccana Willd. |
Euphorbiaceae |
119. |
Tiying petung/Bambu betung |
Dendrocalamus asper (Schult.) Backer. |
Poaceae |
No |
Nama Lokal |
Nama Latin |
Famili |
120. |
Tiying tali/Bambu apus |
Gigantochloa apus |
Poaceae |
121. |
Tuwung kanji/Terung Keranji |
Solanum involucratum Bl. |
Solanaceae |
122. |
Tuwung kokak/Terung tekokak |
Solanum forvum |
Solanaceae |
123. |
Udu cempaka |
Platea sp. |
Icacinaceae |
124. |
Wangkal |
Albizia procera (Roxb.) Bth. |
Fabaceae |
125. |
Wani |
Mangifera caesia L. |
Anacardiaceae |
126. |
Waru |
Hibiscus tiliaceus |
Malvaceae |
Tabel 2. HasilAnalisis Vegetasi Jalur 1 dan Jalur 2
JALUR 1
Strata Pohon
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (% ) |
INP (% ) |
H |
1. |
Lamtoro |
8.33 |
5.94 |
3.23 |
17.50 |
-0.166 |
2. |
Juwet |
5.56 |
5.39 |
6.45 |
17.40 |
-0.165 |
3. |
Saga-saga |
0.93 |
0.95 |
1.61 |
3.49 |
-0.052 |
4. |
Duren |
0.93 |
0.92 |
1.61 |
3.46 |
-0.051 |
5. |
Nangka |
12.04 |
8.69 |
9.68 |
30.41 |
-0.232 |
6. |
Melinjo |
2.78 |
2.13 |
3.23 |
8.14 |
-0.098 |
7. |
Ae baas |
1.85 |
2.01 |
3.23 |
7.09 |
-0.089 |
8. |
Kayu santen |
3.70 |
4.98 |
4.84 |
13.53 |
-0.140 |
9. |
Kelapa |
6.48 |
9.31 |
4.84 |
20.63 |
-0.184 |
10. |
Jati belanda |
5.56 |
3.93 |
6.45 |
15.94 |
-0.156 |
11. |
Rambutan |
4.63 |
4.15 |
4.84 |
13.62 |
-0.140 |
12. |
Mangga |
3.70 |
4.38 |
3.23 |
11.31 |
-0.124 |
13. |
Gamal |
0.93 |
0.64 |
1.61 |
3.18 |
-0.048 |
14. |
Akasia |
0.93 |
0.64 |
1.61 |
3.18 |
-0.048 |
15. |
Wani |
3.70 |
3.98 |
3.23 |
10.91 |
-0.120 |
16. |
Taep |
0.93 |
2.84 |
1.61 |
5.38 |
-0.072 |
17. |
Aren |
3.70 |
2.84 |
3.23 |
9.77 |
-0.112 |
18. |
Kemiri |
3.70 |
4.94 |
6.45 |
15.09 |
-0.150 |
19. |
Pangi |
2.78 |
6.77 |
3.23 |
12.77 |
-0.134 |
20. |
Cempaka |
1.85 |
1.64 |
3.23 |
6.72 |
-0.085 |
21. |
Gatep |
4.63 |
5.09 |
3.23 |
12.95 |
-0.136 |
22. |
Adpukat |
0.93 |
1.20 |
1.61 |
3.74 |
-0.055 |
23. |
Kepohpoh |
3.70 |
2.69 |
4.84 |
11.24 |
-0.123 |
24. |
Dapdap |
9.26 |
7.69 |
6.45 |
23.40 |
-0.199 |
25. |
Sonokeling |
6.48 |
6.25 |
6.45 |
19.18 |
-0.176 |
Indeks Keanekaragaman |
3.055 |
Strata Tiang
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (%) |
INP (%) |
H |
1. |
Lamtoro |
20.51 |
13.38 |
8.70 |
42.59 |
-0.277 |
2. |
Juwet |
3.85 |
3.42 |
6.52 |
13.78 |
-0.142 |
3. |
Sirikaya |
2.56 |
2.40 |
4.35 |
9.31 |
-0.108 |
4. |
Pinang |
3.85 |
3.50 |
4.35 |
11.70 |
-0.127 |
5. |
Kakao |
5.13 |
3.39 |
2.17 |
10.69 |
-0.119 |
6. |
Nangka |
5.13 |
3.60 |
6.52 |
15.25 |
-0.151 |
7. |
Melinjo |
5.13 |
5.10 |
4.35 |
14.58 |
-0.147 |
8. |
Kayu santen |
1.28 |
1.58 |
2.17 |
5.03 |
-0.069 |
9. |
Jati belanda |
6.41 |
8.42 |
4.35 |
19.18 |
-0.176 |
10. |
Rambutan |
5.13 |
3.32 |
6.52 |
14.97 |
-0.150 |
11. |
Mangga |
3.85 |
3.15 |
4.35 |
11.35 |
-0.124 |
12. |
Gamal |
8.97 |
9.71 |
4.35 |
23.03 |
-0.197 |
13. |
Jeruk |
1.28 |
0.81 |
2.17 |
4.27 |
-0.060 |
14. |
Kemiri |
2.56 |
1.62 |
4.35 |
8.53 |
-0.101 |
15. |
Cempaka |
6.41 |
6.30 |
6.52 |
19.23 |
-0.176 |
16. |
Gatep |
5.13 |
14.41 |
6.52 |
26.06 |
-0.212 |
17. |
Adpukat |
1.28 |
0.90 |
2.17 |
4.36 |
-0.061 |
18. |
Duren |
1.28 |
1.56 |
2.17 |
5.02 |
-0.068 |
19. |
Buni |
2.56 |
5.72 |
4.35 |
12.63 |
-0.133 |
20. |
Kepohpoh |
2.56 |
2.07 |
4.35 |
8.99 |
-0.105 |
21. |
Dapdap |
2.56 |
2.58 |
4.35 |
9.49 |
-0.109 |
22. |
Sonokeling |
2.56 |
3.04 |
4.35 |
9.95 |
-0.113 |
Indeks Keanekaragaman |
2.926 |
Strata Pancang
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (% ) |
INP (%) |
H |
1. |
Lamtoro |
7.06 |
9.22 |
5.0 |
21.28 |
-0.188 |
2. |
Juwet |
2.35 |
2.95 |
5.0 |
10.30 |
-0.116 |
3. |
Sirikaya |
3.53 |
3.55 |
5.0 |
12.08 |
-0.129 |
4. |
Kayu Santen |
3.53 |
4.06 |
2.5 |
10.09 |
-0.114 |
5. |
Krasi |
15.29 |
10.48 |
10.0 |
35.78 |
-0.254 |
6. |
Kakao |
8.24 |
6.47 |
5.0 |
19.70 |
-0.179 |
7. |
Nangka |
4.71 |
6.23 |
7.5 |
18.43 |
-0.171 |
8. |
Gamal |
10.59 |
9.68 |
5.0 |
25.27 |
-0.208 |
9. |
Jeruk |
3.53 |
2.22 |
5.0 |
10.75 |
-0.119 |
10. |
Cempaka |
2.35 |
1.66 |
2.5 |
6.51 |
-0.083 |
11. |
Akasia |
5.88 |
3.07 |
5.0 |
13.96 |
-0.143 |
12. |
Lempeni |
3.53 |
3.07 |
5.0 |
11.60 |
-0.126 |
13. |
Buni |
2.35 |
2.71 |
5.0 |
10.06 |
-0.114 |
14. |
Gegirang |
3.53 |
5.60 |
5.0 |
14.13 |
-0.144 |
15. |
Kem |
4.71 |
5.65 |
5.0 |
15.36 |
-0.152 |
16. |
Kepohpoh |
4.71 |
5.73 |
7.5 |
17.94 |
-0.168 |
17. |
Jeruk |
2.35 |
3.20 |
5.0 |
10.55 |
-0.118 |
18. |
Dapdap |
2.35 |
1.31 |
2.5 |
6.16 |
-0.080 |
19. |
Sonokeling |
9.41 |
13.14 |
7.5 |
30.05 |
-0.230 |
Indeks Keanekaragaman |
2.836 |
JALUR 2
Strata Pohon
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (%) |
INP (%) |
H |
1. |
Lamtoro |
2.30 |
2.46 |
4.26 |
9.01 |
-0.105 |
2. |
Canging |
1.15 |
4.68 |
2.13 |
7.96 |
-0.096 |
3. |
Nangka |
5.75 |
3.38 |
6.38 |
15.51 |
-0.153 |
4. |
Melinjo |
1.15 |
2.65 |
2.13 |
5.93 |
-0.078 |
5. |
Sawo |
1.15 |
4.37 |
2.13 |
7.65 |
-0.094 |
6. |
Kelapa |
17.24 |
11.37 |
8.51 |
37.12 |
-0.259 |
7. |
Jambu biji |
2.30 |
2.61 |
4.26 |
9.17 |
-0.107 |
8. |
Jati belanda |
3.45 |
2.42 |
2.13 |
8.00 |
-0.097 |
9. |
Rambutan |
2.30 |
3.33 |
4.26 |
9.88 |
-0.112 |
10. |
Manggis |
5.75 |
4.07 |
6.38 |
16.20 |
-0.158 |
11. |
Panggal buaya |
2.30 |
3.11 |
4.26 |
9.66 |
-0.111 |
12. |
Mangga |
1.15 |
2.50 |
2.13 |
5.77 |
-0.076 |
13. |
Cengkeh |
6.90 |
3.98 |
2.13 |
13.00 |
-0.136 |
14. |
Kamboja |
1.15 |
2.73 |
2.13 |
6.01 |
-0.078 |
15. |
Intaran |
3.45 |
2.73 |
4.26 |
10.44 |
-0.117 |
16. |
Akasia |
3.45 |
3.51 |
4.26 |
11.21 |
-0.123 |
17. |
Wani |
1.15 |
2.73 |
2.13 |
6.01 |
-0.078 |
18. |
Taep |
2.30 |
5.97 |
4.26 |
12.53 |
-0.133 |
19. |
Aren |
6.90 |
4.07 |
2.13 |
13.10 |
-0.137 |
20. |
Kemiri |
9.20 |
8.37 |
4.26 |
21.82 |
-0.191 |
21. |
Pangi |
1.15 |
3.78 |
2.13 |
7.06 |
-0.088 |
22. |
Cempaka |
1.15 |
2.81 |
2.13 |
6.09 |
-0.079 |
23. |
Gatep |
4.60 |
3.51 |
4.26 |
12.36 |
-0.131 |
24. |
Kepohpoh |
4.60 |
2.50 |
8.51 |
15.61 |
-0.154 |
25. |
Dapdap |
3.45 |
2.50 |
2.13 |
8.07 |
-0.097 |
26. |
Sonokeling |
4.60 |
3.85 |
6.38 |
14.83 |
-0.149 |
Indeks Keanekaragaman |
3.135 |
Strata Tiang
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (%) |
INP (%) |
H |
1. |
Lamtoro |
22.39 |
17.52 |
12.12 |
52.03 |
-0.304 |
2. |
Duku |
1.49 |
1.91 |
3.03 |
6.43 |
-0.082 |
3. |
Mengkudu |
2.99 |
1.77 |
3.03 |
7.79 |
-0.095 |
4. |
Bayur |
8.96 |
12.29 |
9.09 |
30.33 |
-0.232 |
5. |
Juwet |
2.99 |
2.70 |
6.06 |
11.74 |
-0.127 |
6. |
Kakao |
4.48 |
3.00 |
3.03 |
10.51 |
-0.117 |
7. |
Nangka |
5.97 |
7.64 |
6.06 |
19.67 |
-0.179 |
8. |
Melinjo |
4.48 |
4.58 |
3.03 |
12.08 |
-0.129 |
9. |
Kayu santen |
1.49 |
1.75 |
3.03 |
6.27 |
-0.081 |
10. |
Pinang |
4.48 |
5.25 |
3.03 |
12.76 |
-0.134 |
11. |
Mangga |
4.48 |
4.08 |
9.09 |
17.65 |
-0.167 |
12. |
Jeruk |
5.97 |
0.26 |
6.06 |
12.30 |
-0.131 |
13. |
Kemiri |
2.99 |
2.37 |
6.06 |
11.41 |
-0.124 |
14. |
Cempaka |
2.99 |
2.37 |
3.03 |
8.38 |
-0.100 |
15. |
Gatep |
7.46 |
17.43 |
6.06 |
30.96 |
-0.234 |
16. |
Intaran |
2.99 |
1.88 |
3.03 |
7.90 |
-0.096 |
17. |
Cengkeh |
4.48 |
5.73 |
3.03 |
13.24 |
-0.138 |
18. |
Kepohpoh |
1.49 |
1.99 |
3.03 |
6.51 |
-0.083 |
19. |
Jeruk |
1.49 |
1.00 |
3.03 |
5.52 |
-0.074 |
20. |
Sonokeling |
5.97 |
4.48 |
6.06 |
16.51 |
-0.160 |
Indeks Keanekaragaman |
2.786 |
Strata Pancang
No |
Nama tanaman |
KR (%) |
DR (%) |
FR (%) |
INP (% ) |
H |
1. |
Lamtoro |
13.33 |
7.99 |
11.1 |
32.44 |
-0.241 |
2. |
Juwet |
0.83 |
1 .67 |
2.8 |
5.28 |
-0.071 |
3. |
Sawo |
1.67 |
2.87 |
2.8 |
7.31 |
-0.091 |
4. |
Kakao |
7.50 |
12.40 |
5.6 |
25.46 |
-0.209 |
5. |
Nangka |
2.50 |
2.89 |
5.6 |
10.95 |
-0.121 |
6. |
Rambutan |
2.50 |
1.16 |
2.8 |
6.44 |
-0.082 |
7. |
Mangga |
0.83 |
1 .21 |
2.8 |
4.83 |
-0.066 |
8. |
Gamal |
22.50 |
29.10 |
8.3 |
59.94 |
-0.322 |
9. |
Jeruk |
1.67 |
2.43 |
2.8 |
6.87 |
-0.087 |
10. |
Kopi |
15.83 |
15.20 |
8.3 |
39.37 |
-0.266 |
11. |
Taep |
0.83 |
0.83 |
2.8 |
4.44 |
-0.062 |
12. |
Kemiri |
3.33 |
4.86 |
2.8 |
10.97 |
-0.121 |
13. |
Gatep |
1.67 |
2.87 |
2.8 |
7.31 |
-0.091 |
14. |
Adpukat |
0.83 |
0.83 |
2.8 |
4.44 |
-0.062 |
15. |
Lempeni |
3.33 |
1.93 |
5.6 |
10.82 |
-0.120 |
16. |
Gegirang |
2.50 |
1 .76 |
5.6 |
9.82 |
-0.112 |
17. |
Kem |
3.33 |
1 .93 |
5.6 |
10.82 |
-0.120 |
18. |
Kopi |
2.50 |
1.16 |
2.8 |
6.44 |
-0.082 |
19. |
Kepohpoh |
3.33 |
4.45 |
5.6 |
13.33 |
-0.138 |
20. |
Jeruk |
0.83 |
1 .21 |
2.8 |
4.83 |
-0.066 |
21. |
Dapdap |
8.33 |
1 .21 |
8.3 |
17.88 |
-0.168 |
Indeks Keanekaragaman |
2.699 |
111
Discussion and feedback