1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA

DALAM PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Yoni Hermawan

Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi

Abstract

Circles Conception behaviour needed to public, create recontruction circles conception that continuity (sustainable). Circles pollution in fact many in domination by human with various causal factor. This research is to dig up that education level relation ship and perception with housewife’s behavior inside circles cleanliness.

The research uses description method and corelational with taking housewife’s sampel in cupids sub district of Tasikmalaya town. The crop research showed that is found positive’s relation between education level and preception with housewife’s behavior inside cleanliness environment.

Key words : waste, pollution, sustainable development

Abstrak

Perilaku berwawasan lingkungan perlu bagi masyarakat, untuk menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable). Pencemaran lingkungan pada kenyataannya banyak didominasi oleh manusia dengan berbagai factor penyebabnya. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana hubungan tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan korelasional dengan mengambil sampel ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Hasil peneitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

Kata kunci : limbah, pencemaran, pembangunan berkelanjutan

  • 1.    Pendahuluan

    1.1    Latar belakang

Permasalahan lingkungan hidup dewasa ini banyak dibicarakan orang, karena telah tampak adanya gejala dan kecenderungan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Misalnya penggundulan hutan yang mengakibatkan erosi, polusi udara, pencemaran sumber daya air dan sungai sebagai akibat dari pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga serta banyak kasus lain yang sekarang sudah menjadi fenomena umum.

Pencemaran sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup sebenarnya bukan saja terjadi akibat pembangunan yang kurang bijaksana, melainkan juga disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang amat pesat sehingga di beberapa tempat telah melampaui daya dukung lingkungan (Harjosumantri, 1983).

Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Diantaranya, yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Di samping itu, kebiasaan hidup masyarakat yang selalu membuang sampah di sembarangan tempat, sulit untuk diubah dan ketidakpedulian

terhadap lingkungan yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan tercemar.

  • 1.2    Pendidikan, Manusia dan Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan umumnya disebabkan oleh masyarakat di lingkungannya itu sendiri. Sebagai salah satu contoh,yaitu kurang baiknya persepsi ibu rumah tangga, dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya berakibat negatif terhadap lingkungan. Misalnya sampah ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap pengaruh bahaya limbah rumah tangga.

Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. Melalui pendidikan lingkungan, seseorang diperkenankan dengan ide-ide baru dan praktek baru, dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional.

Pendidikan menurut Undang-undang Repubilk Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “ pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam Undang-undang lingkungan hidup dijelaskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain ( Harjosumantri, 1983).

  • 1.3    Persepsi

Persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang dalam hubungannya dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat tegantung pada

kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut (Dali, 1982). Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996) mengatakan, persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan.

Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2) pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler dalam Abdurahman (1987), hubungan manusia dengan lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut.

Gambar 1: Skema Persepsi Menurut Backer Sumber : Abdurahman, Maman (1988)


Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam hal ini yang dimaskud dengan persepsi adalah gambaran, pemahaman atau pandangan para ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan yang berkenaan dengan segenap unsur yang terdapat dalam lingkungan, khususnya yang menyangkut limbah rumah tangga.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengungkap kebenaran hubungan variabel-variabel tersebut di atas dengan mengambil populasi dan sampel di daerah Mancaga, Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes. Dasar pemilihan

sampel, yaitu: penduduknya sangat padat, letak rumah yang satu dengan rumah yang lain sangat dekat (rapat) bahkan terlihat kurang teratur. Sampah yang menumpuk, dan membuang limbah di sembarangan tempat, selokan yang kurang lancar, memberi kesan bahwa daerah ini kurang bersih dan tidak mencerminkan keindahan. Di samping itu pada waktu hujan sering terjadi banjir akibat selokan yang tersumbat, sehingga penyakit menular mudah terjadi.

  • 1.4    Perilaku

Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan

perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara           menjalankan.

(Poerwadarminta, 1976 : 553, 738). Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 11), belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Skinner (dalam Bimo Walgito, 2000 : 17) membedakan perilaku menjadi dua, yakni : a. perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.

  • b. perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh,

perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif).

Achmad Ganjar (1997 : 34-41) mengemukakan, timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni :

  • a)    daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James);

  • b)    daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal dengan “stimulus-respons theory” dari Skinner;

  • c)    daa individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian (Gestalt Theory dari Kohler).

    (Kohler)


    Gambar 6 : Munculnya Perilaku

    1.5Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.

    1). Pengertian Pemeliharaan Kebersihan


Pemeliharaan berasal dari kata kerja “pelihara” yang berarti :

  • a. menjaga (membela, merawat, menyelenggarakan, dsb) baik-baik; misalnya kesehatan badan.

b.mengusahakan(mengolah,memiara,men didik) baik-baik;misalnya tanam-tanaman.

c.menyelamatkan,          melindungi,

melepaskan atau meluputkan dari bahaya dsb.

Jadi pemeliharaan berati perbuatan memelihara, penjagaan, perawatan, penyelamatan dan penghindaran dari bahaya (Poewadarminta, 1976 : 726 – 727).

Demikian juga kata kebersihan berasal dari kata keadaan bersih yang berarti tidak kotor, jernih, suci dan murni. Jadi kebersihan berarti keadaan bersih, kesucian hati, (Poerwadarminta, 1976 : 129 – 130).

  • 2) . Konsep Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Soekidjo Notoatmodjo (2000 : 147) mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah (air kotor).

  • 2.    Metodologi Penelitian

    2.1    Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif.

Menurut Ruseffendi (1994, 30), metode penelitian deskriptif adalah “ penelitian yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti”. Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini berusaha mendepskripsikan atau menggambarkan permasalahan yang terjadi pada saat sekarang. Variabel yang diteliti, yaitu :

  • 1)    variabel bebas masing-masing tingkat pendidikan dan persepsi ibu

rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan;

  • 2)    variabel terikat,yaitu perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Penelitian ini berfungsi untuk mencari besar hubungan ( r ). Dengan demikian yang dipelajari yaitu hubungan dan kontribusi variabel bebas dengan variabel terikat, sehingga kajian penelitian ini lebih cenderung bersifat korelasi.

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 7 : Desain penelitian


Keterangan :

X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Persepsi ibu rumah tangga

Y = Perilaku ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan Lingkungan

  • 2.2    Populasi dan Sampling

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan di duga (Singaribun dan Effendi, 1982 : 108), sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1993:104).

Populasi dalam penelitian ini, yaitu para ibu rumah tangga di Rukun Warga /RW 14 di daerah Mancagar Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya,

dengan jumlah 461 orang yang tersebar di 7 RT (Rukun Tetangga). Selanjutnya dalam pengolahannya akan diambil secara proposional pada setiap RT (lihat tabel halaman berikut) Adapun sampel penelitiannya sekitar 25% dari jumlah populasi ( 25% x 461 = 116 ). Hal ini didasarkan kepada pendapat Arikunto (2002: 112), bahwa “ untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%, atau lebih”.

  • 2.3    Operasional Variabel

Untuk mempermudah pengukuran dalam penelitian maka variabelnya adalah sebagai berikut.

  • 1) . Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya seseorang menempuh pendidikan sekolah. Penskoran dilakukan dengan mengklasifikasikan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh ibu rumah tangga dengan indikator lulusan pendidikan formal. yaitu meliputi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, Tamat Akademi, Diploma dan tamatan Perguruan Tinggi, Universitas, Institut. dan skala yang digunakan adalah skala ordinal.

  • 2) . Persepsi ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan dalam penelitian ini adalah pandangan para ibu rumah tangga tentang pengaruh lingkungan atau bahaya lingkungan akibat limbah rumah tangga meliputi 3 sub variable, yaitu persepsi dengan indikator :

  • a.    Persepsi: pengalaman, pengetahuan, penalaran, keputusan, kepercayaan, fungsi, dan sikap.

  • b.    Limbah rumah tangga

  • -    air buangan

  • -    sampah rumah tangga

  • -    air deterjen

  • -    plastik bekas

  • -    batu baterai bekas.

  • c.    Pencemaran lingkungan : air, tanah, dan udara

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal.

  • 3) . Perilaku ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah perilaku ibu rumah tangga yang terlibat secara aktif dalam melakukan hal-hal yang menunjang dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, menghindari hal-hal yang menghambat pemeliharaan kebersihan lingkungan, memanfaatkan sarana-sarana kesehatan, dan mampu mencegah

berbagai penyakit serta mampu menjaga keselamatan diri. Adapun yang akan dijadikan indicator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • a.    Penyimpanan dan membuang sampah.

  • b.    Pembuangan air limbah.

  • c.    Kondisi disekitar rumah dan

  • d.    Kondisi kebersihan rumah.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal.

  • 4) . Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui instrument berbentuk koesioner dan tes pengetahuan. Teknik ini dilakukan atas dasar pemikiran :

  • 1.    untuk mempermudah komunikasi dengan responden.

  • 2.    relatif mudah, dan dapat menjangkau banyak responden.

Untuk mengumpulkan data dari ketiga variable digunakan teknik kuesioner untuk variable pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sedangkan tes digunakan untuk mengukur kemampuan responden dalam pengetahuan tentang perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

  • 5) . Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sebagai berikut: pertama, dilakukan analisis deskriptif terhadap data, dan kedua, menguji hipotesis penelitian.

Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data penelitian yang berupa deskripsi data tentang tingkat pendidikan, data tentang persepsi ibu rumah tangga mengenai kebersihan lingkungan, dan data tentang perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. Teknik analisis yang digunakan untuk maksud tersebut, yaitu teknik analisis regresi dan korelasi sederhana dan berganda.

Di dalam menggunakan teknik analisis tersebut diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah: data berdistribusi normal dan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Goodness (KSZ) dan uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F tuna cocok.

Di dalam analisis korelasional untuk pengujian hipotesis dilakukan prosedur berikut ini. Pengujian hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan”, langkah yang dilakukan adalah: 1) mencari persamaan regresi Y atas X1, 2)

menguji kelinieran dan keberartian regresi dengan melalui Tabel ANAVA, 3) pengujian signifikansi koefisien korelasi dengan melalui uji-t, dan 4) menjelaskan koefisien determinasi (r2).

Kemudian, pengujian hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan positif antara persepsi ibu rumah tangga mengenai kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan”, langkah yang dilakukan adalah: 1) mencari persamaan regresi Y atas X2, 2) menguji kelinieran dan keberartian regresi dengan melalui Tabel ANAVA, 3) pengujian signifikansi koefisien korelasi dengan

melalui uji-t, dan 4) menjelaskan koefisien determinasi (r2).

Pengujian hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga mengenai kebersihan lingkungan secara bersama-sama dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan”, langkah yang dilakukan adalah: 1) mencari persamaan regresi Y atas X1 dan X2, 2) pengujian keberartian regresi ganda, 3) pengujian signifikansi koefisien korelasi dengan melalui uji-F, dan 4) menjelaskan koefisien determinasi (R2).

  • 3.    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    • 3.1    Deskripsi Data.

  • 1) . Tingkat Pendidikan

Hasil pengolahan data dari responden sebanyak 116 orang ibu rumah tangga menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan terdiri atas tingkat pendidikan dasar sebanyak 66 orang (56,90%), tingkat pendidikan menengah sebanyak 30 orang (25,86%) sedangkan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 20 orang (17,24%). Berdasarkan data yang diperoleh ternyata ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan ibu rumah

tangga yang memiliki tingkat pendidikan menengah dan pendidikan dasar. Ternyata pada umumnya para ibu rumah tangga masih banyak yang hanya tamatan pendidikan dasar.

  • 2) . Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Kebersihan Lingkungan

Hasil pengolahan data dari responden sebanyak 116 orang menunjukkan bahwa, rentangan skor berkisar antara 31 sampai dengan 93 dan skor tengahnya adalah 62. Skor di atas skor tengah dapat diartikan memiliki persepsi yang positif. Skor yang dicapai

oleh responden adalah skor terendah 63 dan skor tertinggi 88, rata-rata sebesar 78,47 dan simpangan bakunya sebesar 5,86. Ternyata bahwa jumlah responden terbanyak memiliki skor 41,33 sampai dengan 82,67 sebanyak 83 orang (71,55%) atau termasuk kategori tidak berpendapat. Sedangkan pada skor di bawah 41,33 tidak seorang pun yang mencapainya, dengan kata lain tidak ada satu orang pun ibu rumah tangga yang memiliki persepsi tidak setuju terhadap kebersihan lingkungan. Skor terendah yang dicapai adalah 63 berada di atas skor tengah sebesar 62, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua ibu tangga memiliki persepsi yang terhadap kebersihan lingkungan.

  • 3) . Perilaku Ibu Rumah Tangga

    rumah


    positif


    dalam


Memelihara Kebersihan Lingkungan

Berdasarkan jumlah responden sebanyak 116 orang ibu rumah tangga, diperoleh hasil pengolahan data variable perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, yaitu rentangan skor antara 32 sampai dengan 96 dan skor tengahnya adalah 64. Skor di atas skor tengah dapat diartikan memiliki perilaku yang positif (baik). Skor yang dicapai oleh responden adalah skor terendah adalah 48 skor, skor tertinggi

adalah 88, rata-rata sebesar 68,16 dan simpangan baku sebesar 9,27. Berdasarkan data di atas menunjukkan, bahwa skor yang paling banyak terletak pada kisaran 42,67 sampai dengan 85,30 sebanyak 111 orang (95,69%) atau termasuk kategori kadang-kadang. Skor di atas 85,30 dicapai sebanyak lima orang (4,31%) termasuk kategori sering melakukan. Skor responden yang berada di bawah skor tengah sebanyak 34 orang. Ini berarti sebanyak 29,31% responden masih memiliki perilaku yang negatif dalam memelihara kebersihan lingkungan. Berdasarkan data di atas ternyata pada umumnya perilaku responden termasuk kategori cukup, hal ini dapat dilihat dari skor rata-ratanya sebesar 68,16 berada sedikit di atas skor tengah sebesar 64. Walaupun demikian, perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah tangga termasuk kategori positif.

  • 3.    2 Pembahasan

  • 1) . Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan

(X1) dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan (Y).

Pengolahan data untuk variabel tingkat pendidikan seperti sudah dikemukakan pada bab terdahulu, menggunakan dummy variabel dengan alasan supaya keseluruhan jenis data menjadi sejenis.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana terhadap data penelitian dihasilkan konstanta a sebesar 64,67 dan koefisien arah regresi b1 sebesar 3,93 serta b2 sebesar 14,33. Bentuk hubungan antara kedua variabel dapat disajikan oleh persamaan regresi Y = 64,67 + 3,93 X12 + 14,33 X13, di mana X12 adalah simbol untuk tingkat pendidikan menengah dan X13 untuk tingkat pendidikan tinggi, sedangkan untuk tingkat pendidikan dasar dijadikan variabel kontrol atau tetap (Sudjana, 1992).

Kekuatan hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan pada model persamaan Y = 64,67 + 3,93 X12 + 14,33 X13 dapat dilihat pada koefisien determinasi (r2) adalah 0,320. Ini berarti tingkat pendidikan memberikan sumbangan sebesar 32% terhadap perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain melalui model regresi Y =

64,67 + 3,93 X12 + 14,33 X13 pada taraf signifikansi 5%.

Koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,565 uji signifikansi terhadap koefisien korelasi menghasilkan F hitung sebesar 26,557 dan F tabel dengan db(2,113) pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,08. Ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, ini berarti koefisien korelasi ganda tersebut signifikan (berarti). Dengan demikian, hipotesis alternatif diterima, yaitu tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin baik perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

  • 2) . Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang Kebersihan Lingkungan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana terhadap data penelitian dihasilkan konstanta a sebesar 29,97 dan koefisien arah regresi b sebesar 0,49. Bentuk hubungan antara kedua variabel dapat disajikan oleh persamaan regresi Y = 29,97 + 0,49 X2.

Kekuatan hubungan dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) diperoleh sebesar

0,095, ini berarti bahwa 9,5% variansi persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan memberikan konstribusi kepada variansi perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan melalui model regresi Y = 29,97 + 0,49 X2.

Berdasarkan hasil analisis korelasi terhadap pasangan data diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,308. Uji signifikansi koefisien korelasi menghasilkan t hitung sebesar 3,450, sedangkan t tabel dengan db = 114 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,669. Ternyata t hitung lebih besar dari t tabel, maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

  • 3) . Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi Ibu Rumah Tangga tentang   Kebersihan   Lingkungan

dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam   Memelihara   Kebersihan

Lingkungan

Koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,585 uji signifikansi terhadap koefisien korelasi menghasilkan F hitung sebesar 19,377 dan F tabel dengan db(3,112) pada

taraf signifikansi 5% sebesar 2,67. Ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, ini berarti koefisien korelasi ganda tersebut signifikan. Dengan demikian, hipotesis alternatif diterima, secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan mempunyai hubungan yang positif dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, koefisien determinasi (r2) adalah 0,342. Ini berarti tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan memberikan sumbangan sebesar 34,2% terhadap perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan, sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya melalui model regresi Y= 45,68 + 3,71 X12 + 13,17 X13 + 0,25 X2 pada taraf signifikansi 5%.

  • 4.Simpulan dan Saran

  • 4.1    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

  • 1) .Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

  • 2) .Terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang

kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

  • 3) .Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran

diantaranya bahwa untuk meningkatkan dan mempertebal rasa tanggung jawab dalam memelihara kebersihan di lingkungan sekitarnya, maka akan lebih baik apabila disertai dengan usaha untuk meningkatkan partisipasi dan keikutsertaan masyarakat dalam membangun pendidikan. Dengan meningkatnya mutu pendidikan masyarakat, terutama bagi generasi muda diharapkan akan semakin menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam mengelola lingkungan sekitarnya.

Daftar Pustaka

Abdurahman dan Maman.(1988). Geografi Perilaku : Suatu Pengantar Studi Tentang Persepsi Lingkungan. Dirjen Dikti,Jakarta.

Bloom, B.S. Krathwohl, D.R., dan Masia, BB., (1973), Taxonomy of Educational Objectives : Book 1 Cognitives Domain, London : Longman Group.

Camp, W.G., Daugherty, T.B., and Kirts, Carla, (1991), Managing Our Natural Resaurces, USA : Delmar Publishers Inc.

Fremont E. kast, James E. Rosenzweig (2002), Organisasi dan Manajemen 1, Jakarta, Bumi Aksara.

Gibson, James L; Ivancevich, J.M , Danelly, Jh.JR. (1988). Organisasi dan manajemen: struktur, prilaku dan proses, Terjemahan Djoerban wahid. Jakarta: Aksara Baru

Harjosumantri, Koesnadi. (1983) Hukum tata lingkungan Yogyakarta: Universitas Gadjah mada.

Peter Salim, (1985), The Contemporary Englihs-Indonesia Dictionary, Jakarta : Modern English Press.

Robbins. StephenP. (2002), Perilaku Organisasi 1, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jakarta, PT.Prenhallindo,

Sidney, Siegel (1985) Statistika Non Parametrik untuk ilmu-ilmu sosial, jakarta, Gramedia.

Soemarwoto, otto.(1987). Ekologi lingkungan dan pembangunan. Jakarta Jambatan

3