I Made Sukewijaya, dkk. : Studi Karakteristik Tanaman Gumi Banten Untuk Lansekap

STUDI KARAKTERISTIK TANAMAN GUMI BANTEN UNTUK LANSEKAP POHON TEPI JALAN

I Made Sukewijaya1 dan Naniek Kohdrata2

1Program Srudi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana 2Program Studi Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Abstrak

Tanaman Gumi Banten merupakan jenis-jenis tanaman lokal di Bali yang selain memiliki fungsi sosial-religius juga berpotensi sebagai tanaman tepi jalan. Memadukan kriteria tanaman lanskap jalan dengan konsep pelestarian tanaman yang termasuk dalam tanaman Gumi Banten sebagai salah satu upaya merealisasikan genius loci yang dimiliki suatu budaya, dalam hal ini Bali, dalam kehidupan dan fungsionalitas masa kini dan masa akan datang. Pemilihan pohon dilakukan dengan melakukan dua tahapan seleksi, yaitu tahap pertama menitikberatkan pada pertimbangan struktur dan karakter pohon yang tidak membahayakan keselamatan pengguna jalan. Seleksi tahap pertama menghasilkan 13 pohon dari keseluruhan 72 jenis tanaman pohon yang terdapat dalam Ensiklopedi Tanaman Gumi Banten. Tahap kedua merupakan pertimbangan potensi pohon yang terkait dengan fungsi spasial keberadaan ruas jalan. Potensi-potensi yang dinilai dalam studi ini mencakup tiga hal, yaitu ornamental, pengarah, dan peneduh dari pohon-pohon terseleksi.

Kata kunci: lanskap jalan, tanaman gumi banten

Abstract

Gumi Banten plants are Balinese local plants that have social-religius function and a potential for roadside tree planting as well. Combining the roadside landscape planting criteria with the concept of Gumi Banten plants conservation is an effort to maintain the genius loci of the Balinese culture within the human functionality living context of present and future. The trees selection is done in two stages. The first focuses on trees structure and characteristics that safe for the use of roadside landscape planting. This first stage resulted in 13 trees out of 72 types of trees that had been identified in the book of Ensiklopedi Tanaman Gumi Banten. The second stage is for analysing the trees potential from the spatial function perspective on which a road is located. There are three aspects of roadside tree landscaping potential for this study that are ornamental, view guiding, and shelter.

Keywords: roadside landscape, gumi banten plants

  • 1.    Pendahuluan

Jalan merupakan bagian dari bentang alam atau lansekap berbentuk linier dengan fungsi utama sebagai lalu lintas kendaraan. Terjadinya perubahan budaya transportasi dari jenis transportasi yang dulu lebih didominasi oleh angkutan publik ke transportasi pribadi, telah meningkatkan permintaan ruang jalan.

Seringkali untuk memaksimalkan penggunaan ruang untuk fungsi lalu lintas menyebabkan maksimalitas daya tampung kendaraan menjadi hal utama sehingga ruang yang sebenarnya dialokasikan untuk tanaman tepi jalan tidak lagi tersedia.

Seandainya tersedia ruang untuk tanaman tepi jalan, maka jenis tanaman yang ditanam yaitu tanaman

yang mudah dicari dan murah. Seringkali tanaman tersebut bukan tanaman lokal tapi tanaman eksotik. Tanaman dipilih berdasarkan faktor kemudahan penyediaan karena sedang menjadi trend atau karena jumlah persediaan sedang banyak saat itu. Padahal masih banyak tanaman lokal yang memungkinkan untuk dipakai sebagai tanaman lansekap jalan. Pemanfaatan tanaman lokal selain melestarikan eksistensi tanaman tersebut juga memperkecil kemungkinan introduksi tanaman yang kemungkinan berubah menjadi tanaman yang bersifat invasif.

Penentuan jenis tanaman tepi jalan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan kriteria tanaman semata. Selain memperhatikan karakteristik tanaman yang memenuhi kriteria untuk tanaman tepi jalan, pertimbangan karakteristik jalan itu sendiri juga perlu diperhatikan. Acapkali pertimbangan penentuan jenis tanaman dilakukan hanya berdasar pada kriteria tanaman. Hal ini dapat mempersempit pilihan jenis tanaman yang sesuai. Padahal jenis dan kondisi jalan serta lingkungan sekitar juga dapat dijadikan indikator penentuan jenis tanaman yang sesuai untuk tepi jalan.

Jenis-jenis tanaman lokal di Bali, khususnya dari tanaman Gumi Banten, berpotensi untuk dijadikan tanaman tepi jalan. Memadukan kriteria tanaman lansekap jalan dengan konsep pelestarian tanaman yang termasuk dalam -tanaman Gumi Banten sebagai salah satu upaya merealisasikan genius loci yang dimiliki suatu budaya, dalam hal ini Bali, dalam kehidupan dan fungsionalitas masa kini dan masa akan datang.

Jalan merupakan prasarana penghubung antar tempat yang satu dengan yang lain. Simonds (1983) menyebutkan bahwa jalan merupakan jalur pergerakan manusia dan kendaraan yang harus berfungsi secara efisien, aman, dan memberikan pengalaman yang menyenangkan pada penggunanya. Sebagai bagian dari bentang alam berbentuk linier, jalan memiliki karakter unik yang juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dumbaugh (2005) menyatakan bahwa untuk mendapatkan desain jalan yang aman perlu memperhatikan standar teknis fisik jalan dan juga kondisi lingkungan sekitar. Penataan jalan dengan memperhatikan aspek fungsionalitas jalan sebagai prasarana lalu lintas saja tidak menjamin keamanan pengguna jalan. Persepsi pengguna jalan terhadap lingkungan sekitar juga mempunyai andil dalam peningkatan kewaspadaan

saat berlalu lintas. Sejalan dengan pendapat Yudantini (2003) yang menyatakan bahwa terutama pada jalan raya, pola lansekap jalan seharusnya disesuaikan dengan kelas atau level jalan tersebut.

Tanaman pohon merupakan salah satu elemen lansekap jalan yang memiliki nilai fungsional dan estetik. Secara fungsional, tanaman lansekap dapat berfungsi untuk mengontrol pandangan, berfungsi sebagai penghalang, dan pengatur iklim mikro (Carpenter, 1975). Penelitian yang dilakukan oleh Wolf (2005) menunjukkan bahwa dengan adanya tanaman pohon disepanjang tepi jalan berkorelasi dengan kesediaan pengguna untuk menempuh jarak yang lebih panjang. Keberadaan pohon tepi jalan di daerah perkotaan juga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti hasil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Dumbaugh (2005). Yudantini (2003) juga memiliki pendapat yang sama bahwa lansekap sepanjang tepi jalan dapat dijadikan alternatif tempat istirahat. Hal ini tentu secara tidak langsung dapat memberi dampak pada penurunan resiko terjadinya kecelakaan karena faktor kelelahan. Pemilihan tanaman pohon untuk lansekap tepi jalan menurut Carpenter (1975) perlu mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya adalah ukuran dimensi tajuk terhadap lebar jalan, ketersediaan ruang untuk menanam, ketahanan pohon terhadap penyakit, dan pemeliharaan yang relatif mudah dan murah.

Pemilihan tanaman pohon untuk tepi jalan umumnya dilakukan berdasarkan faktor ketersediaan yang mudah didapat dan harga yang murah. Hal tersebut menyebabkan tanaman eksotik lebih banyak dipakai karena lebih mudah didapat dari kebun-kebun pembibitan. Penggunaan tanaman lokal hampir tidak ada atau jarang dilakukan karena belum banyak dibudidayakan. Landis (2005) menyebutkan beberapa keuntungan menggunakan tanaman lokal sebagai tanaman untuk tepi jalan, yaitu dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang terganggu akibat pembangunan jalan, memberikan transisi yang alami dengan lingkungan sekitar, dan dapat mencegah tanaman eksotik (introduksi) yang kemungkinan bersifat invasif.

Pemilihan tanaman lokal juga merupakan salah satu upaya konservasi. Makna konservasi ini dapat dipandang dari sudut ekologis maupun budaya. Masyarakat Bali telah memiliki kearifan lokal untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan alam

sebagai salah satu dari filosofi tri hita karana. Upaya melestarikan tanaman lokal dilakukan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Udayana (2004) dengan mendokumentasikan tanaman upakara dalam buku Taman Gumi Banten. Berangkat dari kriteria kelokalan dan upaya konservasi, maka tanaman pohon yang termasuk dalam tanaman Gumi Banten sangat berpotensi untuk dipertimbangkan sebagai tanaman tepi jalan.

Tujuan studi karakteristik tanaman Gumi Banten untuk lansekap pohon tepi jalan, yaitu: menghasilkan rumusan kriteria tanaman untuk tepi jalan berdasarkan tipe dan kelas jalan dan menghasilkan rekomendasi jenis-jenis tanaman pohon yang termasuk dalam tanaman Gumi Banten yang sesuai untuk tanaman tepi jalan.

Hasil dari penelitian ini diharap akan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kelestarian lingkungan maupun sosial budaya terutama di Bali, sebagai berikut: (a) kriteria tanaman tepi jalan menurut tipe dan kelas jalan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam merancang dan menata lansekap jalan; (b) rekomendasi jenis-jenis tanaman pohon tepi jalan dapat dipakai sebagai acuan untuk memilih tanaman pohon yang sesuai untuk tipe dan kelas jalan tersebut; (c) rujukan bagi pemerintah propinsi/kabupaten/kota di Bali dalam upaya menata lansekap jalan berdasarkan kearifan lokal, yaitu Gumi Banten; dan (d) edukasi bagi generasi muda dalam hal konservasi tanaman Gumi Banten sebagai bagian dari budaya Bali supaya tetap eksis (ajeg) dalam perkembangan jaman.

  • 2.    Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Pada tahap pertama menggunakan metode studi literatur untuk memformulasikan kriteria tanaman tepi jalan berdasarkan tipe dan kelas jalan. Kriteria yang dihasilkan akan dipergunakan pada tahap kedua.

Tahap kedua menggunakan metode studi literatur dan observasi lapangan untuk menganalisis karakteristik pohon yang termasuk dalam tanaman Gumi Banten yang sesuai untuk tanaman tepi jalan. Tanaman pohon akan dianalisis berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan dalam tahap pertama penelitian.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    3.1    Karakteristik dan Klasifikasi Jalan

Kajian yang dilakukan untuk menentukan kategori jalan yang akan dipakai sebagai acuan dalam penentuan karakter pohon dalam kategori tanaman Gumi Banten diambil dari UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan, PP No.34 tahun 2006, UU No. 22 tahun 2009, serta Standar Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T-14-2004) yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Nasional (BSN). Jalan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah Jalan Umum yang menurut UU No. 38/2004 didefinisikan sebagai jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Lebih lanjut didalam PP No.34/2006 dijabarkan mengenai pengelompokan jalan yang terbagi berdasarkan sistem, fungsi, status, dan kelas jalan. Pembagian tersebut dimaksudkan untuk menentukan peruntukan, bagian-bagian, dan dimensi jalan berdasarkan kriteria keselamatan penggunaan jalan. Pengkategorian jalan yang dipakai dalam penelitian ini untuk menentukan kriteria pohon yang sesuai untuk lansekap jalan adalah pembagian berdasarkan sistem, fungsi, dan kelas. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa secara teknis pembagian tersebut telah secara jelas menetapkan standar dimensi bagian-bagian jalan. Jalan umum secara spasial dibagi dalam tiga bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan (rumaja), ruang milik jalan (rumija), dan ruang pengawasan jalan (ruwasja). Pembagian ruang dan bagian-bagian jalan dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang dan Peraturan pemerintah sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 1, jalur penanaman dapat dilakukan pada ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan, dan pada kondisi tertentu di wilayah perkotaan dapat dilakukan pada ruang manfaat jalan. Jalur penanaman ini lebih dikenal dengan sebutan jalur hijau karena umumnya elemen tanaman yang lebih mendominasi bagian jalan tersebut. Sementara untuk jalan di perkotaan yang memiliki median jalan sehingga memungkinkan untuk dilakukan penanaman pohon maka perlu diperhatikan standar lebar median yang ditetapkan berdasarkan fungsi dan kelas jalan serta kondisi topografinya (Tabel 2).

Tabel 1. Ruang dan Bagian-bagian Jalan

RUANG JALAN

Peruntukan

Ukuran

RUMAJA

Badan Jalan (dilengkapi Ruang Bebas) +

Pelayanan Lalu lintas dan Angkutan Jalan

(termasuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan & galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap)

Arteri & Kolektor

Lebar Rumaja = lebar badan jalan

Arteri & Kolektor

Tinggi minimum = 5 m

Arteri & Kolektor

Kedalaman minimum = 1,5 m

Saluran

Tepi Jalan +

Penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas air

Disesuaikan dengan lebar muka jalan dan keadaan lingkungan. Dalam hal tertentu dapat dipakai sebagai saluran lingkungan

Ambang Pengaman

Pengamanan konstruksi

Tergantung situasi

RUMIJA

RUMAJA + jalur tertentu

Rumaja, pelebaran jalan, penambahanjalu LL, pengamanan

Lebar Minimum (m)

Jalan Bebas Hambat an

Jalan Raya

Jalan Sedang

Jalan

Kecil

Jalur tertentu, dapat untuk ruang terbuka hijau (jalur h ij au/lansekap j alan)

30

25

15

11

RUWASJA

Ruang tertentu di luar RUMIJA

Pandangan bebas pengemudi, pengaman konstruksi, dan pengaman fungsi jalan

Lebar Minimum (m)

Sistem Jaringan Jalan Primer

Arteri

Kolekt or

Lokal

Lindung an

15

10

7

5

Sistem Jaringan JaIan Sekunder

15

5

3

2

Jembatan 100 m ke hilir & 100 m ke hulu

Sumber: UU No.38/2004 dan PP No.34/2006

Tabel 2. Dimensi Desain Geometrik Jalan antar Kota

Kelas Jalan

Jalan Bebas Hambatan

Jalan Raya

Jalan Sedang

Jalan Kecil

Fungsi Jalan

Arteri & Kolektor

Arteri & Kolektor

Kolektor

Lokal & Lingkungan

Topografi

D

b I

G

D

B

G

D

B

G

D

B

G

Lebar RUMIJA min. (m)

30

25

15

1 1

Lebar Median min. (m)

6

4,5

3

6

4

2

1,5 atau tanpa median

1,5 atau tanpa median

Sumber: Iskandar (2008) dan RSNI T-14-2004

Keterangan: D = datar, B = bergelombang, G = gunung

Penentuan jenis pohon yang akan ditanam pada ruang jalan perlu memperhatikan kategori bagian-bagian jalan, desain geometrik jalan, dan lokasi tanam. Jalur hijau lansekap jalan merupakan ruang jalan yang memungkinkan untuk dilakukan penanaman, yaitu pada kategori Ruang Milik Jalan (Rumija). Dimensi desain geometrik jalan menjadi parameter pembatas selanjutnya, yaitu pada jalan dengan lebar median minimum 1,5 meter. Sementara untuk tepi jalan memiliki lebar jalur tanam minimum 1 meter (Ditjen Bina Marga – Dept. PU No.033/T/BM/1996). Berdasarkan klasifikasi lokasi tanam yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga, terdapat empat posisi penanaman pada ruang jalan, yaitu jalur tanaman tepi, jalur tengah (median jalan), daerah tikungan, dan daerah persimpangan. Oleh karena penelitian ini hanya akan membahas tentang tanaman kategori pohon, maka dua posisi tanaman, yaitu daerah tikungan dan daerah persimpangan tidak akan dibahas. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa pada ruas dan area tersebut merupakan daerah bebas hambatan visual bagi pengemudi/pemakai jalan. Daerah persimpangan atau tikungan harus bebas pohon tinggi (dan tanaman lainnya) adalah antara 100 – 150 meter dengan kecepatan kendaraan antara 50 – 80 km/jam (RSNI T-14-2004 dan Harris & Dines, 1998).

  • 3.2    Karakteristik Tanaman Pohon untuk

    Lansekap Jalan

Kriteria utama dalam penentuan jenis tanaman untuk lansekap jalan sebagaimana yang termuat dalam petunjuk teknis Ditjen. Bina Marga No.033/T/ BM/1996 adalah perakaran yang tidak merusak struktur bangunan jalan, batang dan percabangan yang tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok, serta pemeliharaan yang relatif mudah. Persyaratan teknis tersebut perlu dilengkapi dengan pertimbangan karakter adaptasi tinggi tanaman pada kondisi ekstrem. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan adanya kemungkinan keterbatasan pemeliharaan serta intensitas paparan polutan lalu lintas kendaraan yang cukup tinggi terhadap tanaman. Kriteria lain yang perlu dijadikan bahan pertimbangan yaitu pertumbuhan tanaman yang

relatif cepat sehingga pengaruh tanaman dapat dirasakan oleh pengguna lalu lintas jalan. Karakteristik tanaman pohon yang digunakan dalam studi ini sebagai faktor penentuan utama kesesuaian pohon bagi lansekap jalan adalah: (a) perakaran yang tidak invasif, (b) batang dan percabangan yang kokoh, (c) daun tidak mudah rontok, (d) adaptasi tinggi pada kondisi ekstrim, (e) kecepatan tumbuh sedang hingga cepat, dan (f) tidak memiliki potensi bahaya (berduri,beracun).

Selanjutnya pemilihan tanaman dapat disesuaikan lagi dengan kebutuhan lansekap jalan yang sesuai dengan peruntukan ruang spasial tempat jalur jalan tersebut melintas. Fungsi tanaman pohon yang digunakan dalam studi ini adalah pohon dengan fungsi ornamental, pengarah, dan peneduh. Parameter yang digunakan adalah keberadaan bunga untuk fungsi tanaman ornamental. Fungsi pengarah digunakan parameter bentuk kanopi yang teratur (bulat, oval, kerucut, silinder, setengah dome). Sementara pada fungsi peneduh diutamakan pohon-pohon yang memiliki ukuran tajuk sedang sampai lebar dan bersifat evergreen.

  • 3.3    Tanaman Pohon dalam Taman Gumi Banten

Tanaman yang terdapat dalam Ensiklopedia Tanaman Upakara yang termasuk dalam kategori pohon dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam tabel tersebut tanaman yang dikategorikan sebagai pohon adalah yang memiliki habitus lebih besar dari 3 meter. Tanaman yang termasuk dalam kategori tersebut adalah tanaman palem dan kelapa. Tinggi pohon yang dicantumkan adalah rata-rata tinggi minimum sampai maksimun dari tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal.

Pohon Taman Gumi Banten untuk Lansekap Jalan

Tanaman pohon Taman Gumi Banten yang sesuai untuk tanaman lansekap jalan berdasarkan enam kriteria utama yang telah ditetapkan dalam studi ini dapat dilihat pada Tabel 4. Demikian pula potensi pohon dengan fungsi tanaman ornamental, pengarah, dan peneduh dapat dilihat pada kolom potensi yang terdapat pada Tabel 4 tersebut.

<

CQ

OO C cre

c

00 C QJ

E

OO C

c?

"cre

c = oo C OJ

E ob

S ⅛

J= ’o cre

X Q

S

G 3 OO G O

E

OO oo

C

re

CZi

S

re re

C

≡ §

S

C

C

G

cre

00

oo

00

C

ere

OJ

O c

ere

C

OO

o0

j=

"O

S=

F3 c

cre

cre

⅛ ’O

-o

O

2

Cfi

‘oo

OO

UO

E

S

’J UO

’ob §

’o

C

'o

C cre

"re

H

•*->

oo

R

LO OO

bo

C

ere ∙X

S

n

CJ s

a

£ H

O

OJ

U

S

a.

tS

Q

U

I

m

S SS

Q

^

C

oo C cre

G G

I-J

cre

ω

u (Z)

ω JS

cre

C

O Λ

00

O

OJ

cre

S

M

J=

00

∞ oo

CQ

O

O

C

’o c

s

's

cre

cre

o ^

es

o

ob

ob c

(Z)

>

W

<

OO

OO

°£

X" c

O

S

S

cre cre

S

O

’g

CQ S

C

ob

C

«s

(Z)

P

cre

UO

CS a. JJ

X

QJ

C

O

E

00

C

O

E

c E

O O

O

’o

c

Cu

1 "-

CL1

C

G

CS

cre

Q

cs

H

X

S-

"S

cre

C

cO

R= S

O

ere

C

⅛ S

-C ©

Z

5

CQ

PJ

2

CS

U

oo

CS

ere

G

iD

S

ere

"cre

E

ro

Z

cre

C

<

<

H

CS

d

CQ

pH

ZZ


oo

00

00

G

G

3

3

3

cre

G

G

’c

3

OO

OO

G

UZ

00

00

G

C

00

3

00

3

OO

c

K^k

3

cre

C

G

C

G

3

C

3

3

3

G

G 3

OO

E

oo oo

E

ob

3

E

ob -Q

G

00

00

O

00

c?

C

=

c

C 3

OO

c

re

G

3

G

3

3

G

~3

E c

C

P

3

X

C

P

E

UO

G

X

QJ

Z)

G

X

G

X

G 3

QJ

E

UO

'uo

3

G

'Z.

3

G

<

C

C

C

C

3

3

3

3

00

00

OO

OO

.E

00

'uo

’E

S

G

G

C

QJ

Z)

C

S

OJj

UZ

=

oo

G

OO

cre

QJ

S

cre

QJ

QJ

3

G

3

e

QJ

QJ

re

cre

QJ

o

G

O

O

c

GO

OJ

UO

CJ

Z)

O

QJ

UO

O

QJ

UO

4—i

E

G

UO

UO

⅛-'

UO

S

S

00

E 3

S

'g

3

§

'ob

OO

i

3

00 OO

E S

3

6

00

3

E 3

O

3

cre

O

.E

3

’o

.E

3

’S

3

UO

OO

UO

oo

H

CO

r—1

'X

OO

oO

OO

00

C

3

3

3

&

QJ

Q

O

U

cL

"3

e'

G

c'

E='

e'

g’

QJ

G

CJ

Pj

cre

R

QJ

cre

Z)

oo

UO

OfJ

ob

ob

S3

c

oo

Ej

c

R

'o

G G

4)

3

QJ

3

' O

G G

QJ

Jq

3

LQ

Jq

UO

LQ

UZ

3

LQ

OO

o'

G

00

C

3

OJ

o

re

UO

C

3

OO

UO

00

Sj P

3

O

o'

’c

E

’c

E

S

G

3

C 3

UO

OO

OO

OO

UZ

j?

G

G

G

o

, 3

3

3

3

3

*3

e'

c

3

C

R

G

X

S

X

S

’g X

S

E

S

"ore

Qr

G

3

'Ej 00

.E

C

E

E

C

E

c

E

O

E

O

E

O

’o

I

QJ

O

O

O

1

X

un

X

X

X

X

§

ob

E

Q o

.2

ζ≡

1

I

.Q

§

'S

■o

d

O

d

"c

3

*3

X

OO

oo

CD

.E

^

G

E

E

QJ

G

QJ1

3

C ’ob

5 ’c O

X

X

X

X

X

3-

m

<O

r-


OU

—.

C cd

3

C

P

OU

P

OU

P

OU

OU

OU

OJrJ

C*

OU

G

C

G

P

c

G

S

-Q

'O

Cd

Ck

o

P

P

P

P

P

C

P

’U

X

C

Q

OU oU

cd

E

OU

cd

QD

G P

OU

ou OU

P

O

G

OU

OU OU

P

C

P

OU

OU

P

C P

X

r-

OU

ou

cd

C

OU

D^i

OU

C

C

D^

OU

C

C

O

OU

r*1

OU

C

P

G

-J

P

G

E

P

P

G

P

Cd

C

IX

O

E

λ

X

E

CC

P

O

E

P

OD co

P

X

P

O

E

5

LO

P

X

C

O

E

P

X

QD

E

P

<4—

J=

-S

03

-C

LO

X

’E

CO

03

QQ

.E

E

'E

X

P

S

C W -o

<

Q

P

X

.E

G

<

OU

G

P

'E

P

C

c

^

C

G

cd

G

cd

P

ou

G

P

OU

ou

OU

OU

OU

OU

OU

OU

OU

C

G

G

03

J--L

h —

■       1

I ——

• T--

CO

CO

CO

CO

QD

CO

QD

LO

OU

G

C

C

G

G

P

P

P

OU

QD

P

c?

P

’S)

P

'S)

P

P

P

QD

P

'c

ou

55

55

ou

OU

QD

’co

p

Jj

'o

Id

CO

E

CO

2

3

O

.E

’o

C

’S

Q

4—>

C

4—>

CO

⅜j

G

4—*

J—>

-L--I

&---

■L—I

U-

OU

cd

E E

’ou

E

P

P

’ou

E

P

’S)

E

P

P 55

’S)

OU

E

P

P

QJ

’S) OU

§

’S)

OU

E

P

P

QJ

’Si ou

o

E

’o

E

o

p'

'o

c?

P

O

G

P

C

P

O

G

P

O

G

H

UO

OU

X

OU

X

4-»

OU

X

4~>

OU

E—ι

•*-■

OU

X

*-*

OU

X

+-'

Pj

X

4-»

C

P

JS

C

P Q-

-Q

P

P

P

V

O

C

’E

x

&

X

’E

&

OU

C

’E

E

X

U

U

U

U

U

X

d

E

G P

-G

’p

Q

c'

E

P

G

i'

g'

QD

E

g"

g'

QD

P

Su

& 55

CO

cd

CO

Q 3

OU

ou

G d

E

P

OU

P

QD &

CO

P

P

P P P

3

P

P

&

P

& P

IX

X

cd

C

LO

X

LQ

X

’O

X

P

X

X

Jz

-C

C

o"

‘ou

OU

OU

OU

P

cd

G

P

ou

&

3

'U

ou

OU

P

LO

P

OU

OU

?

G

P

OU

P

X

’S)

X

'S)

P

cd

OU

P

O

OU

O

O

ou

cd

P

E

P

G

C

C

G

P

O

CD

co'

CD

P

P

P

P

+—i

P

<

OU

OU

OU

OU

ou

OU

OU

G

Qj

QD

'oU OU

C cd

P

P

P

G

P

P

P 'E1

'Sj

OU

P

OU G

e"

E

S

cd

o

X

'u

CO

"3

CO

X

P

X

E

C

X

’p

2

LO

d'

OU

P

CO

’O

’ou ou

'ou

OU

P

G*

3

-Q P

X

E

QD

cd

E

O

E

CO

C

O

E

c o

I

O

£

LO

G

O

CO

G

O

CP

C

O

E

cd

CO

Q

O

vS

O

’o

1X

O

O

O

CU

O

X

CO

CM

X

X

ri

X

X

X

X

X

*≡

X

P

8

Q

cO

O

O

CQ

03 ≡

5 g

JU

g

Q

S

.2

S

g

ξ

03

Z

X

£

X

X

t 8

X

u

I ⅛l

O

.E*

P

G

d

'U

P

O

J

ou C 03 C

ci

E

QD

CO

Q

U

03

S

03

E^

O

O

OU G 'ou

.P

1

E

C

P

S=

^J

G

'E

E

C

C

Z

O

P

O

QD

QD

X

X

O

U

U

U

b

U

U

O

O

φ

O

Ol

C *3

Xf

DU

UD

Z

T—<

OU


E


.≡

'S

<

bjO

C

-^ C CS ©

OD OD

CQ

-C

S

cd OD OD

S

So

O

OD C cd

□o

cd

Op

ca

OD C cd

C

OD C

E

’S 3

cd'

OD OD C Kj

CJ CO

C b OD C 5

E

Sj c

'E

E cd CO

"g

cd

C cd

E

cd

LE

OD

C

CO

OD G cd

Q

OD

G OJ

E

-G

3

OD

OD

C

Fi

CO

3 cd

C

E

&*

E

cd

Z

s'

s

OD

G

^ =L

OD OD

§ S

ca

’S 3

b' OD OD G F3 E CO

.S

O

E

G

OD

G

CQ

’E .E

E

G

G ⅛

OD

'g 3 OD G OJ

E

Q _G

G

OD

OD

G

E

Sc

OD C 3

3

E o Sj

3

CQ

"e

G

E

OD S 'g 3

E

’S 3

g'

OD y

Sj E

E &

Oj G z -Q

G

es cs

S ≈ =

C

'S

CD

E cd CO

C 3 cd

cd

G

-G

35

’E l' e'

5

E

,G

G E o

G

g’

So

es

CO

G cs OD

G O gj i ⅛ r~* z

-C cd

S

F1 cd OD

c cd OD

C

C

Eo C F3

-S

O

OD

OD .E

‘ob oD

.E

E E E

OD

S

OD .E

G

'OD OD

.E

OD

Q

E

E OD

'E G E E

o

OD

Ci

C

G

OD

.E

-S

’E 2

H '-§

OD OD

E

E E E

OD

G G OD

'E

c

8

’c

'ob

OD

.E

'ob

OD

.E

E

G OD

C

OD

.E

CJ

’E

CJ

C

'ob

OD C

'G

OD

C

z

E E

OD

'E G

E

QJ p

’S

Q

*

i =

JH=

O

CZ

)

OD C cd

CJ co

o

E

E

E

OD C G

GT

C S CS Q

s'

⅛__

CO

O

E

OD

"8

CO

C

3 cd

’S

CO

S OJ ⅛

8

c

c

U

’S

G co

? „G'

j ^

G 3 G

c' OJ P & 9?

UC

E

8

G

3

G

'E

b

3

OD

G

CJ

Q

<

5 S J

n

5

o

C

G

E

CC

)

od

’c

O

E

CJ

CO

o'

C

CQ

OD C cd

cd

OD C cd

CJ CO

'ob

OD

OD

S

Io

cd

33

CQ

'ob

OD

-E

OD G cd

S

C

C

G

C

W

C C G

G

d

P

L ob

OD C ’G

OD

2 S

&

G

3

E

E

OJ ∞

OD

C G

ob

3

g'1

OD

G G

OJ

’S

S

OD

G

G

o'

G

E

O

E

3

CQ

'ob

OD C G

O

Z S

'S X

C

C

C

I-Tl

‘A

OD C cd

Sq

6

C

O

-G

O

E

CO

ob

8

G

o 2

o 6

CU -

E

o'

S

C O

O

‘S

CS

O

CQ

CS

S

CS

Z

g

S

S

'E

S

'S

S

CJ CO p

Q

p ⅛

C

OJ

O

Q -S

S OD

g

5

CJ

<3 ≡

.2

b

"S

O J

CS

S

CS

Z

'Si E

OD

OD OD

Fs 3

—> •-.

m

l->

OD

C

^

E 3

S

3

S

C

E E

S

&

©

Z

rr∙

<

OO

-C

——

<—

3

c

C

3

Q

OA C

5

OA

C cd

_T

-C

OA C

oA

3

-C cd

OA

C

3

F3

r

3

G

'G

E

OA

3

3

£

'c

OA OA

d

S)

d

cd

C 3

cd OA OA

OA

cd

'c

3

Gj

OA OA

OA

cd

3

C

3

G

3

3 OA OA

§

3

'c

3

cd OA OA

3

cd

G

G 'c

3

G OA OA

OA

OA

C

OA

OA

OA

C

OA

3

OA

c?

Q

U-

CZ

Sj

OA

Q

C

X

C

E

d

§

C 3 CC

C cd

C QJ E

d

z

3

3

3

X

C

E

8

‘c

3

C

3

X

3

3

C CJ E

3

QO

E

3

X

E

F

^

3 QJ

3

X

C 3

QJ

E

F

CJ CO

55

-≈

55

-C

55

-Q

CO «

M

-C

G

C

C

55

3

E

G

-o

X

QO

c

c

¾ OA

C

C

C

C

OA

OA

OA

OA

OA

55

’c

Lj

'uo

C

CJ

E

.E

OA

E

’ QO

Q

05

OA

Cd

-Q

OA

Fs

F

3

OA

S

-S

O

Q

GS

2

'c

cd

5

cd

CJ

oA oA

.E

OA

Sj

CJ

'o

C G

QJ

S

Cfl

oh C

Λ

S

d

-C

C

'd

’co G Fs

C

-C

3

'E C 3

OA C

OA

E

Gj

F3

OA

5

F3

OA

C

H

OA .C

S

'c

3

GS

OA

C

OA C

UO

S

OA .£

P

5

QJ

P

3

CJ QO

’o H

'o

CO

F

OA

a

05

-C

X

-Q

d

G

c

z

E

3

H

O

G

U

U

C

C

£

-”

C

C

S

8

≡ 55

p

OA

QA

OA

OA

1

OA

^P

Q

oa

C

“a

C

Sa

C

OA

C

OA

Pj

C

OA

55

cd

cd

cd

CJ

3

’S

x

QC

w

QO

Q

So

Oj Ud

X

OJ

CO

X

CJ

QO

OA

Q

OD

OA

C

cd

3

OA

C

cd

C

G

cd

8

’z

C

OJ

E

3

Q

OJ

UO

U-

U-

P

W

OTJ

QO

r-

ZJ

QO

-C

CJ

Gd

Q

G

O

O

SP

E

OA C

§

c c

O

O

8

G

QO

cd

CO

OJ

3

<

OA

OA

Z

E

OA

OA

OA

S

Gj

od

O

3

O

Cj

3

’S

m

Gj

3

CQ

Q CQ

g

3

X

C

F3

UO

X

CJ

UO

3

X

8

X

's

OA

OA

OA

CO

cd

Q

3

■---------

Q

Q-

2

55

UQ C

M

v

3

3

E

uO

C

E

X

S

O

5

E

C

E

C

C

E

C

C

5

C

C

0

---

X

X

X

m

’S

g

<

Q

S

O

M

§

S

S

^3

3

ζj

65

S

55

I

5

§

g 5

’S

E

Z

$

0.

S

Q

S

§2

C

^

I

CQ

D

^i

U

z

3

I

55

S

65

'o

eQJ

O

d

Sa ≥A

5

C

E

CZ

J

E

OA

C

'c

Z

’g'

3

2

2

S

2

Z

Z

Z

O

O

C*"

3

l∕d

Z

co

't

3"

■3

cd

OD

DD

_c

§

3

’S

DD

-O

OD

OD

G

E

3*

DD

3

DD

3

^>⅛

,—--1

C

C

DD

G

G

G

G

3

a —

3

G

G

G

CD

g'

G DD

G

G

Sa

C

G

G

G

-E

G

G

TJ

cd

O

E

G

E

G

oD

C

DD

DD

Q

DD

3

DD

S)

2?

C^

3

OD

oD

G

"g

OD

DD C

G DD

C 3

DD

DD

Q

DD

c?

DD

DD 3

OD

DD

OD 3

OD -^

3 Γ

<

G

G

r—t        *

’g

C

G

e’

G

G

G

G

C

G

P

3

3

G

3 C

CC

Fj

C

E

^ n

GJ

E

QC

GJ

E

So

X

G

E

QC

G

E

3

CC

GJ

E

co

3

X

GJ

E

z

3 σ

CS

J= -

CO ci

Cfi

S

C

CS

■3

C

C

c

C

C

c

OJj

DD

OD

DD

Sd

e’

.E

,E

CO C

’co

’co

’E c

GJ

CO

G

GJ

CO

C

DD

E

G

C

DD

G

DD

P

kZ

3

P

■5

Q

’c

cd

S

p

GJ

O

C

GJ

F3

G

G

GJ

GJ

O

"s

P

E

G

GJ

Sj

GJ

O

E

UO

G

DD

C

x

E

G

OD C

G

CO

E

OD

E

S

DD

C

DD C

E

3

G

X

G

CO

G

’g

O

's

G

O

’C

G

'o

OD

G

3

G

'o

G ’o

G

O

G

GJ

G

G

C

’O

G

G

GJ

C

S

GJ o

3

H

OD

E—ι

OD

F

^

DD

H

OD

E-

UO

DD

UO

DD

C

K

J=

DD

OD

C

' S

’E

E

Q-

H

U

GJ

U

GJ

O

U

g'

S

’g

C

C

E

c'

G o

S

e'

GJ

cO

G

Z'

DD

DD

GJ

CO

OD

O

DD

C

G

G

DD

C

3

E

OD

' G

G

G

G

GJ

G

E

G

ω

GJ

O

m

'z

GJ

Sj

G

X

GJ

UO

GJ ∞

GJ

GJ

UO

DD

Ofj

DJ

j

G

’S)

DD

DD

’E)

OD

o

Cla

G

.E

G

JX

4.

C =5

G

E

DD

G

O G

G

z

OD

G

G

O

E

DD

G

UO

DD

G

o’ C G

DD

G

UO

o’

OD

G

'√

G

O

’g

G

"S

CO

"s

G

UO

<

DD

O

OD

O

OD

-GZ

DD

DD

OD

DD

o’

C

G

G

G

G

G

C

G

3

C

G

G

3 G

?

S

g'

S

QC

So

CQ

UO

m

g' X

GJ

CO

CQ

O

G

Dp

OD

DD

DD

G

G

G

G

GJ

d

CO

I

S

E

G (Z) Q

C

O

O

E

G

O

O

E

C

O

O

E

G O

O

G O

O

E

3

O

’o

E

X

CO

CC

X

X

m

X

X

X

'S

E

X

u^

Q

3

Q

GJ

CC

g

S

S

S

E

Q 1

QS

X

05

2

S

Z

o Q

'o

I

S

CQ

Q S

S

I H

h

CQ

'S

,E

'E

i≡ X

S ∈

Oo CD

QS s: >5

QS

■§

O

CD

C

G

C

G

G

^D

G

C

GJ

C

OD

UO

G

'g CO

C

G

Z

GJ

"c

C

's

GJ

Cu

Q-

S

<

C

m

G^

•Z')

'O

r-

•z?

CT^

Z

•Z')

.≡

'S .-S

OJJ

CQ

c?

O

Ofi

C

E

*3 5

os'

Ofi Ofi C Zs

QQ

Ofi CO

„ C Ofi □ C Ofi i!

Ofi

C

P

5

c

3

CQ

S E

C 3 3

E'

c

O

-C 3

S'

55

E

C 3

E

Ofi C 3

CQ

Ofi C 3

C 3 Ofi C GJ

E

C U

3' Ofi Ofi

3

Sq

C 3 3

3

3

3 C GJ E

Ofi

’E 3

S)

C 3

CQ

s'

Ofi 3

C

OC

C

3

UQ E

3

55

Ofi

3

3

OO

C CJ

E

3 OJJ OTJ

F3 Sq

3

3

E

3

Q

3

E 3

3 CJ E

Ofi C 3

C 3 Ofi C CJ

E

C 3

Sj Ofi C 3

CJ GQ

Ofi

3

Ofi

C CJ

E

3 Ofi

3 CQ

3' Ofi Ofi

C P

UQ

Ofi C 3

e'

3

”3

3

E

F3

C CJ E

-C

CS

CS

-C cs CQ

C CS

-Q

CS

CS ."2 jS

S CQ

C cS Ofi

P

"o H

'EZ

2

Ofi C CO

Sq

C

E

E 03

E Ofi

C 3 Ofi .E

55

S

C

F3

2 C?

E

F3 3 Ofi

e’

55

'o H

'EZ

3

OJ

O

Ofi

C 3

Sq

Ofi C 3

2

Ofi

C 3 Ofi

'EZ c

’o H

'EZ c 3

CJ 0

”3

8

P

Sj

3

Ofi

0

CJ

C

E

' EZ

P

CJ o

-C 3

C P

E P 3 Ofi

c 3

00

'EZ

3 55

O

'ofi c?

Ofi Ofi

C

E

3

3 Ofi

es Q-SJ

SJ ^

-C C

-Q S 3

H

Ofi

3

1

Ofi

3

Sq

3

OJ

O

U

3

i

Ofi C 3

C ≡ CS Q

E

O

GC

CfT O

Q

Ofi ∞

E'

Eb

C

QQ

S

&

ω

§

E' OJ

Pj 55 ≤

Ofi

3

Sq

E’ CJ 00

UQ

t

P

C

3

U

00

3

Sj

UQ

C 2

SJ

<

O

’S

Ofi

X

C

3

3

O

O

3

Ofi C 3

X

"3

C

Ofi C 3

QQ

o’

3

O

3

02

Ofi C 3

Sq

0“ c P

E

3

Ofi C 3

3

Ofi C

3

Q-

Ofi c 3

Sq ⅛ 'c

P Ofi 3 ’s

3

3

CJ Ofi C

E

3

X

00 C 3

GJ UQ

3

O C 3

cJ

's

Ofi C

3

CJ

UQ

S3

O

P 3

CQ

Ofi C 3

CJ QQ

CJJ ≡

X

C

O

O

CX

E

C

O

E

00 c

3

QQ

C Q

P

E

_g

8

O

E

8

C

O

O

U

E

°?

’c

CS

©

CQ

« ≡

3 Z

S

≈ E ^

⅛0

g-

'P

S

5

S

8

GQ

O

§.

1

1

§

p

C

Q

s'

i

-as

CS

S

CS Z

~ofi

C O

O

CC

S

3

E

CO

3

’c

CZJ

<

C

3 ∞

3 CQ "3

S

3 H

3

3

00 c GJ

2

6

Z

S

3

£ S

<

>> 3 C Oft

-Q O CS ~c3 OO r

m g.

3

OO

3

3

C

i

CO

OO

C O

E

cd 00 oO

QJ CC

cd

OO

3

CQ

CO C 3

3

So C

E

Qft OO

G

Fs

QJ

OC

j=

3

3 E

C 3

3

Q

3

G 3

3

§

Ed

E

3

GC

QJ

3

oo

3

oo

3

C

OO C

E

3 OD cj

GC

3 Oft

C

02

Oft C 3

C 3 OO

C QJ E

C

QJ

Sj

OO C Fs

QC

c

3

-C

3

3

C ε

’p

3

3 OO C 3

02

00 3

G 3 OO C QJ E

"s

3' OO OO G

S

QC

-G

3

5$

"3

G

3

OO

S

Sj

G 3

CD

B’

0

c?

G

OO C QJ E

00 OO

G

3

CS

fi 3 3

C

*3

co

Cd

W w

⅛ = "C

’G F3

CQ -o

'cZ

3

3

3

e'

QJ

E

"3

C

c

C

C

C

OO

Sj

OO

Sj

Sj

c?

.E

c

’H

y 3

^

Oft

E

3

3

3

oo

QC

Oft

QC

C

S

-S

QC *~,

d

S

'p

QJ

C

3

’H

Oft OO

C

Sj

’p

Fs

QJ

O

*00 c?

QJ

’H

QJ

O

3

3 QJ p

C

3

QJ

’H

3

’o

'00 00 .E

CQ

2 ⅛

OO

G

OC

S

Oft

'S

OO

OJJ

E

OO

QC

^

OO

ε

F5

’oo

E

O Cd

3

F3

3

QJ

3

QJ

3

QJ

3

OO

3

F3

E-, gc

cd

Oft

C

cd oo

O

H

O

"S

GC

O

H

c?

3 OO

O

H

QC

Sj

’o

H

.E

3

OO

’o

3 OJJ

C

S ’a

H ≡

c?

3

S- ε p ≡

C-

3

CU

QJ u

Ui H

5

QJ

O

QJ

U

QJ

U

"3

c'

C

C

c

H

E

'O

QJ

QJ

QJ QJ

3 QC

Q

Oft

3 C

&

u

^

OO

G

^

CJ

3

3

QJ

QJ

3

P

3

P

S

3

Uu QC

ω

O

UJ

QJ

UJ

UJ

UJ

QC

UJ

-O

3

C

OO

OO

OO

Oft

Cj

cd

‘oo

O

3

3

OO

.3

G

3

2 ’c/)

∞ Oft

⅞l

GC

O"

O

3

C

OO

3

"3

QJ

QC

GC & 3

c

Oft G 3

S

3

3 QJi

3

Oft C 3

QC

<

^ Oft

U

OO

O

QJ

OO

Oft

0

OO

. —

-G

-U' c

C

C

e

4—*

3

≡ S

m

3

QJ

CC

m

3

O

Cu

O

3

3

QJ

GC

'H

CQ

3

GC

’H CQ

3

Sc

3

3

CQ

C

Fj

'e

P

OO

Oft

Oft

00

G

G

' O

3 GC

3

3

E

3

QJ

QJ

QJ

«

X

-S s

O O

C O

O

OO

C

O

'o

ε

E

QJ 3

E

C

O

QC

O

S

QJ

QC

C

O

O

£

Qu

OC

Cu

CU

Cu

»—<

-O

CU

’S

S

s:

CS

.g

-

CQ

Q

St g

S

O

2

CS

CS

Z

P

B ^

S

^

O

δ δ

S

-3

O

J

CS

C

g

P

CS

Z

Oft

OO

G

3

3

3

3

E—

H

X

5

^

£

d

vO

^

O

O

31

Z

uo

<o

^

»

r5

S

O

U

CU

W

SS

W

J

S

W

S

M C

73 OD

73

H

Qh

Wi

W)

C

S

Wi

C

5

D

Oh

73

O

Tj

a a

'≡

oh C (L)

Tj

m—

S

a

O

CQ

W

•S

Q

<3

Fx

2

g

§2

QJ

8

α^

∙⅜

'S CQ

2

’S

S

V

M 8 a

-J

73 Z

<3

<3

3

03

2

K4

.3

•2

⅛ O δ s:

U

CX S

&

S

O

<3

03

O

— a

S

S

1

^

CQ

U

3 cχ

a

IZl

a

«

O

a

M

OD

a

3

a

^

3

a

O

τj

CU

a

J

Tj

73

⅛ a a ≡ a

73

73

Z

CX

U

^D

Tj

O

P Tj OD

Kj

OD C

C

c3 OD

a

OD

'ΞP

Qm

Tj

'o-

a H

a ©

'S co

^

Tj

S

Qm

c3

CX

O ^ &

OD

~0D

O

'S

3 CX

C

^

O

^J

G

3

^

Tj

Tj

.ω

’O

©

C

CX

CX

CX

D

a

CQ

O

O

U

73

Q

O

Σ

^

3

CX

P ∞

5

Tf

■M

CJ a a

©

Z

i I

CS

cn

^

r-

O

O

CN

CO

H

  • 4.    Simpulan

Pembagian kategori jalan dilakukan berdasarkan sistem, fungsi, dan kelas jalan. Hal ini berdasarkan pertimbangan teknis keamanan dan kenyamanan pengguna lalu lintas. Pengkategorian dilakukan dengan mengacu pada UU No.38 tahun 2004, PP No.34 tahun 2006, UU No. 22 tahun 2009, serta Standar Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T-14-2004). Secara umum ruang jalan terbagi dalam tiga kategori, yaitu ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.

Pemilihan tanaman untuk lansekap jalan dilakukan dengan hanya menyeleksi jenis pohon dari Ensiklopedia Tanaman Upakara. Selanjutnya penentuan pohon yang sesuai dengan untuk tanaman lansekap jalan diseleksi berdasarkan enam kriteria utama, yaitu perakaran yang tidak invasif, batang dan percabangan yang kokoh, daun tidak mudah rontok, adaptasi tinggi pada kondisi ekstrim, kecepatan tumbuh sedang hingga cepat, serta tidak memiliki potensi bahaya (berduri, beracun). Pemilihan jenis pohon secara lebih spesifik dapat dilakukan menurut parameter fungsi spasial yang dilewati ruas jalan tersebut. Parameter yang digunakan dalam studi ini yaitu dengan menilai potensi ornamental, pengarah, dan peneduh dari tanaman pohon terseleksi.

Lebar tajuk pohon digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan kondisi ruang tersedia di Rumija yang diperuntukkan untuk jalur hijau. Perlu diperhatikan bahwa evaluasi dengan parameter lebar tajuk tersebut bersifat spesifik dan sangat tergantung pada ruas jalan yang direncanakan. Tidak dapat dibuat generalisasi yang memenuhi kriteria bagi seluruh jalan apabila variasi jenis pohon yang ditanam merupakan tujuan yang hendak dicapai.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Geometri Jalan Perkotaan, RSNI T-14-2004.

Barwick, M. 2004. Tropical & Subtropical Trees: A Worldwide Encyclopedic Guide. Thames & Hudson, UK.

Carpenter, P.L., T.D. Walker, F.O. Lanphear. 1975.

Plants in the Landscape. W.H. Freeman and Company, San Francisco. 476p.

Direktorat Jenderal Bina Marga – Departemen PU. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, No. 033/T/BM/1996, Maret 1996.

Dumbaugh, E. 2005. “Safe Streets, Livable Streets”. Journal of American Planning Association; Summer 2005, 71 (3): 283-300.

Harris, C.W. and N.T. Dines. 1998. Time Saver Standards for Landscape Architecture, 2nd edition. McGraw-Hill Publishing Company, NY.

Iskandar, H. 2008. Klasifikasi Jalan Sesuai Regulasi. Disampaikan dalam Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. Balitbang Departemen PU.

Landis, T.D. et al. 2005. Roadside Revegetation of Forest Highways: New Application for Native Plants. Native Plants Journal; Fall 2005, 6 (3): 297-305.

LPM Universitas Udayana. 2004. Taman Gumi Banten: Ensiklopedi Tanaman Upakara. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Udayana, Bali. 164p.

LPM Universitas Udayana. 2009. Taman Gumi Banten: Ensiklopedi Tanaman Upakara. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Udayana, Bali. 166p.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan.

Pramukanto, Q. 2010. Melestarikan Pohon Kota: Mengubah Musibah menjadi Manfaat. Departemen Arsitektur Lansekap Fakultas Pertanian IPB, Bogor. URL: http:// qpramukanto.staff.ipb.ac.id/2010/05/27/. Akses: 19 Agustus 2010.

Random House Australia Pty.Ltd. 1999. 500 Popular Tropical Plants. Periplus Editions (HK) Ltd, Hong Kong.

Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. Mac Graw-Hill Book, New York. 331p.

Sukewijaya, I M., N.M.A. Mayadewi, C.G.A. Semarajaya. 2007. Karakteristik Tanaman Perindang Jalan di Kota Denpasar. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang Jalan.

Van Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Warren, W. 1997. Tropical Plants for Home and Garden. Thames and Hudson Ltd., London

Wolf, K.L. 2005. “Trees in the Small City Retail Business District: Comparing Resident and Visitor Perceptions”. Journal of Forestry; December 2005; 103 (8): 390-395.

Yudantini, N.M. 2003. “ Balinese Traditional Landscape”. Journal Pemukiman Natah Vol. 1 (2): Juni 2003: 52-108.

164