KUALITAS PERAIRAN PANTAI DI KABUPATEN BADUNG

YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI AKTIVITAS PARIWISATA

I KetutSundra

Jurusan Biologi, Eakultas MIPA, Universitas Udayana, Denpasar-Bali

Abstract

A study on water quality was undertaken on six beaches in Sadung regency. Bali, namely: Kuta. Legian. Nusa Dua. Jirnbaran. Tanjung Benoa, and Canggu. The water was purpossively sampled on wet and dry seasons of 2008 and 2009. Nineteen parameters were analysed, as follows: (I) ρhisics: temperature, taste, odour, colour, and TSS; (2) chemistry: pH. DO, BODy COD, NOy Cl. NHy phenol, fat, POy Cd. and Pb; (3) microbiology: E. coli, and coliforms. Some parameters were analysed on site while others taken to analilical laboratory of Udayana University for further analyses. Results showed that 8 parameters have exceeded the maximum thresholds for designation as marine Iopurism destination refering to Bali’s Governor Regulation Number 7year 2007. Parameters of seawater quality that exceeded the environmental quality standards were DO, BOD,, NOι, NHy phenol, phospate, Cadmium (Cd) and Plumbum (Pb). Based on Storet criteria, six beaches in Badung regency were still suitable for marine tourism activities, despite the fact that two of them (Nusa Dua and Jimbaran) were classified into low polluted, while four others (Kuta. Legian. TanJung Benoa and Canggu) were moderately polluted.

Keywords: beach, sewage, water quality, tourism. Badung Regency.

  • 1.    Pendahuluan

Pantai sama dengan ekosistem-ekosistem lainnya yang memiliki daya homeostasis (kemampuan untuk menahan berbagai jenis perubahan untuk mempertahankan keseimbangannya). Secara alami pantai merupakan ekosistem perairan yang memiliki daya dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri (self Juriftcation) dari segala gangguan yang masuk ke badan perairan tersebut, berbagai jenis limbah maupun sampah yang mengandung beraneka ragam bahan pencemar, baik yang dapat terurai (degradable) maupun yang tidak (non degradable) antara lain plastik, logam-logam berat, dan Scbagainya. Semua itu menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh perairan pantai tersebut. Jika beban yang diterima oleh perairan tersebut melampaui ambang batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka perairan tersebut dikatakan telah tercemar, baik secara fisik (warna, bau, rasa, suhu, sampah), kimia (pH, NO,,NO,, PO4, DO, BODj, CODJenis logam dan semi logam) dan mikrobia baik yang patogen (Fecal coli atau Escheria coli) maupun non patogen (Coliform) (Husin, 1992)

Polutan yang masuk ke badan perairan di

samping sangat berpengaruh terhadap kehidupan komunitas didalamnya. juga sangat berpengaruh terhadap estetika yaitu timbulnya bau, lingkungan yang kotor, dan juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai untuk keperluan pariwisata maupun keperluan lainnya.

Peningkatan jumlah penduduk di Bali yang diikuti oleh peningkatan aktivitas masyarakat dapat menyebabkan perairan-perairan pantai di Bali mengalami penurunan kualitas baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan estetikanya (Sundra dkk, 2001). Hal ini didukung dari hasil penelitian PPLH UNUD kerjasama dengan Pemda Badung dari tahun 2003 sampai 2009 dan Penelitian PPLH UNUD dengan BAPEDAL Bali tahun 2007-2009 bahwa beberapa parameter kualitas perairan pantai telah mengalami penurunan sesuai peruntukkannya untuk keperluan wisata bahari terutama untuk parameter BOD5, PO4, NH,, dan NO,-nya. Untuk mengetahui perubahan kualitas perairan tersebut perlu dilakukan penelitian kualitas perairan secara berkelanjutan. Data yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengelolaan dan pengambilan keputusan bagi pemerintah, dalam penyusunan rencana jangka

pendek dan jangka panjang dalam hal pengelolaan pantai secara berkesinambungan.

Kabupaten Badung merupakan salah satu dari 9 kabupaten/kota di propinsi Bali yang paling banyak memiliki kawasan pariwisata yang memanfaatkan pantai sebagai obyek wisata. Adapun pantai-pantai di Kabupaten Badung dimanfaatkan sebagai destinasi wisata baik untuk wisatawan domestic maupun mancanegara. Dari beberapa pantai di Kabupaten Badung hampir semuanya tergolong pantai yang dijadikan destinasi pariwisata, diantaranya ada 6 pantai yang sudah terkenal baik tingkat regional, nasional maupun internasional yaitu: Pantai Kuta1Legian1NusaDua, Jimbaran, Tanjung Bcnoa1 dan Canggu. Hal ini didukung dengan ditetapkannya PERDA Propinsi Bali No. 4 Tahun 1999 bahwa pantai-pantai tersebut di atas semuanya terletak di Kecamatan Kuta yang merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • I.    Mengetahuikualitas perairan pantai-pantai di Kabupaten Badung (Kuta1 Legian1 Nusa Dua, Jimbaran1 TanjungBenoadan Canggujditinjau dari sifat fisik, kimia dan mikrobiologinya, pada musim hujan dan musim kemarau.

2 Mendapatkan data baku ekologis perairan pantai-pantai di Kabupaten Badung pada musim kemarau dan musim hujan

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat dipergunakan sebagai informasi ilmiah mengenai kualitas perairan pantai-pantai di Kabupaten Badung dalam peruntukannya sebagai tempat dan penunjang pariwisata penting di Kabupaten tersebut khususnya dan Bali pada umumnya. Di samping itu pula dapat sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemanfaatan perairan pantai secara berkesinambungan melalui program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development).

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi Dan IVaktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 6 lokasi pantai di Kabupaten Badung yaitu: Pantai Kuta, Lcgian, NusaDua, Jimbaran1 TanjungBenoadan Canggu. Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam dua periode musim yaitu: Musim hujan (Maret - April) dan musim

kemarau (September dan Oktober) tahun 2008 dan 2009.

  • 2.2    Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah sampel air laut, aquadcs, larutan buffer dan bahan-bahan kimia untuk analisis air laut di laboratorium. Alat-alat yang digunakan untuk pemgambilan sampel air yaitu: Box sampel, jerigen plastik ukuran 2 liter, botol gelap ukuran 300 ml, botol steril ukuran 250 ml dan Testkit water analysis.

  • 2.3    Metode Pengambilan Contoh Air

Metode penentuan stasiun pengambilan contoh air Iaut dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi dan keadaan daerah yang diduga berpengaruh terhadap kualitas perairan pantai. Untuk itu ditentukan 6 (enam) lokasi pantai, yaitu: Pantai Kuta1 Lcgian1 Nusa Dua, Jimbaran1 Tanjung Benoa dan Canggu.

  • 2.4    Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan adalah parameter fisik (suhu, rasa, bau. warna dan TSS), kimia (pH. DO1 BODp COD1 NOr Cl1 NHjl fenol, minyak, PO41 Cd1 dan Pb) dan mikrobiologi (E. Coli dan coliforms) dari 6 lokasi air laut yang sudah dikompositkan. Data primer yang diperoleh dari hasil analisis secara in situ (langsung di lapangan) terutama untuk parameter air yang tidak bisa diawetkan seperti: pH, suhu, bau, rasa, dan secara laboratorium yaitu untuk sifat-sifat air yang dapat diawetkan baik sifat fisik (warna dan TSS), kimia (DO, BODjl COD, NOjl Cl, NHjl fenol, minyak. PO4, Cd1 dan Pb) dan mikrobiologi (E. Coli dan coliforms) (Dahuri1 1993). Analisis laboratorium ini dilakukan di LaboratoriumAnaIitik Universitas Udayana dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas MlPA1 Universitas Udayana. Sedangkan data sekunder sebagai penunjang data primer, dikumpulkan dari instansi terkait.

  • 2.5    Analisis Data

Analisis data kualitas air laut ditetapkan dengan dua cara:

  • a.    Tingkat kelayakan kualitas air laut pada 6 pantai yang ada di Kabupaten Badung yang peruntukannya lebih dominan untuk keperluan pariwisata adalah ditetapkan sesuai Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari yang mengacu

pada Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

  • b.    Penentuan status mutu air Iaut ditentukan dengan Metode Storet yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Status Mutu Air. Metode ini adalah dengan membandingkan antara data kualitas air yang dianalisis dengan baku mutu air. Cara penentuan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) yang mengklasifikasikan mutu air menjadi 4 kelas, yaitu

  • a) . Kelas A : Baik sekali, skor = 0 (Memenuhi baku mutu (Tidak tercemar)

  • b) . KeIasB : Baik, skor-1 s/d-IO (Tercemar ringan)

  • c) . KelasC : Sedang skor -Il s/d-30 (Tercemar sedang)

  • d) . Kelas D : Buruk , skor -31 s/d -50 (Tercemar berat)

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Hasil

Hasil penelitian terhadap 6 pantai di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau tahun 2008 dan 2009 ternyata dari 19 parameter yang dianalisis menunjukan ada 6 parameter yang telah melampaui baku mutu, yaitu: NOj, NHj, Fenol, POr Cd dan Pb. Sedangkan 13 parameter lainnya masih memenuhi bakumutu kualitas air sesuai dengan peruntukkannya (Tabel 1).

Tabel L Parameter Kualitas Air Laut Rata-Rata di Kabupaten Badung pada Musim Hujan dan Kemarau Tahun 2008 dan 2009

No

Parameter

Satuan

Hasil Analisis Rata-Rata Tahun 2008

Hasil Analisis Rata-Rata Tahun 2009

Baku

Mutu

Lokasi Pengambilan Sampel Air I aut

PK

PL

PND

PJ

PTB

PC

PK

PL

PND

PJ

PTB

PC

A. Fisik

I

Suhu

qC

29,15

27,95

29,65

28,75

29.15

28.35

29,25

28,0

30,10

28,80

2935

28,50

Alami

2

Rasa

Alajni

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alaroi

Alami

Alami

Tdk warna

3

Bau

Alarm

Alami

Alami

Alami

Alami

AJami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Alami

Tdkbeu

4

Wama

PtCo

0.11

0,10

0.135

0.165

0.125

0.16

0.13

0,12

02

0.17

OJ75

0.25

30

5

TSS

PPm

337

2.75

4,00

2,12

2,43

4,00

337

3.75

4.00

2.12

2r«

3,00

20

6

PH

8,03

8.15

8.22

8.12

8.14

8.16

8.0

7,99

7,91

7,82

7,98

8.09

Alami

7

DO

PPm

3.405*

3305*

3.64*

3.96*

4.445*

3.185*

4.735*

331*

8.055

7.685

6,485

5,565

>5

8

BODi

PPfn

7.88

H 71

8,98

7.33

6,93

10.04*

4,16

5.59

235

2.21

2.93

3,13

10

9

COD

PP™

8.60

11.66

14,77

9.11

7,98

12,49

8.12

10.66

4.77

4.11

7,90

6,49

-

IO

NO1

PI»n

032*

OJW

0,75*

1.03*

0305*

0,435*

1325

1325*

1.67*

1.95*

4,075*

0.99*

0.008

Il

Cl

PPfD

14955

13736

16075

766,3

12078

13411

12

NH1

_ PJWD

0.007*

0.005*

0,01*

0,0045*

0,007*

0,005*

0,008*

0.007-

0,0075*

0,0045*

0.007*

0,005*

Nihil

13

Fenol

PPfn

2,015*

3.16*

133*

4315*

5.685*

2,425*

0,000 15*

0,0008-

0,008 35*

0,000 85*

0.015 25*

0.0024*

Nihil

14

Minvak

PPni

1.0002

0,00006

0.0004

0,00065

0.0004

0.0004

0,0653

0.01275

0,1085

0,0982

0,1609

0.0191

I

1$

PO4

PPfn

O,I5∙

0.052*

0.082*

035*

0,1*

0,135*

0.148*

0,053*

0,084*

0J52*

0,099*

0,139*

0,015

16

Cd

Ppm

0.22'

0.025*

0.015*

0.115*

0.02*

0.02*

0.008*

0,014*

0.0075*

0.017*

0,009*

0,0123**

0,002

17

Pb

ppm

0.007 •

0.0115*

0,0065*

0,006*

0,0135*

0,011*

D.0135*

0,025*

0,018*

0,0215*

0,0195*

0.0105-

0.002

C. MikroMoIogI

18

ECoti

MPW IOOml.

0

0

7

4

48

2

I

2

4.5

3.5

5

130

15

200

19

Cohform

MPW IOOmL

3.5

3.5

105

A5

780

4,5

25.5

?7.5

8

175

IlO

57

IOOO

Kctcraagan:

*     = PanHDetcrkualrtasairlautjangmclampauibakumulu          PND   = Panlai Nusa Dua

berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 7 Tahun 2007          PJ      - PanUi Jimberan

PK    ≡ Pantai Kuta                                            PTB    ≡ Pantai Tanjung Bcnoa

PL    = Panlai Lcgjan                                              PC     = Panlai Canggu

Sedangkan untuk hasil penelitian kualitas air Iaut pada 6 pantai di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau tahun 2008 dan 2009 secara rata-rata menunjukkan bahwa dari 19 parameter yang dianalisis, ternyata terdapat 8 parameter yang melampaui baku mutu yaitu DO. BODjl NOr NHr Fcnol1 Fosfat (POt)1 Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb).

Dari 8 parameter kualitas air laut tersebut hanya 6 parameter yang betul betul melampaui baku mutu untuk musim hujan dan kemarau yaitu Nitrat: (NO1). Amoniak (NH1)1 Fosfat (PO4)1 Kadmum (Cd) dan Timbal (Pb). Data selengkapnya seperti tercantum pada Tabel 2.

Untuk menetapkan hasil penelitian terhadap

Tabel 2 Parameter kualitas air Iaut rata-rata di Kabupaten Badung yang melampaui baku mutu pada musim kemarau dan hujan tahun 2OO8dan 2009.


Keterangan:

= Parameter kualitas air laut yang melampaui baku mutu

PND

- Pantai Nusa Dua

berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 7 Tahun 2007

PJ

= Pantai Jimbaran

PK

= Pantai Kuta

PTB

= Pantai Tanjung Bcnoa

PL

= Pantai Lcgian

PC

= Pantai Canggu

Tabel 3. Hasil Analisis Status Mutu Air Laut di Kabupaten Badung musim kemarau dan musim hujan Tahun 2008 dan 2009

No

Parameter

Satuan

Baku Mutu

Status Mulu Air Laut

PK

PL

PND

PJ

PTB

PC

Λ. Fbik

I

Suhu

eC

Alami

O

O

O

O

O

O

2

Rasa

Tdk warna

O

O

O

O

O

O

3

Bau

Tdkbau

0

O

O

O

O

O

4

Warna

PtCo

30

O

O

O

O

O

O

5

TSS

PP∙n

20

O

O

O

O

O

O

B. Kirnia

6

pH

-

Alami

O

O

O

O

O

O

7

DO

PFm

>5

-2

-2

O

O

O

O

8

BODj

PPm

10

O

O

O

O

O

O

9

COD

PPm

-

O

O

O

O

O

O

IO

NOj

PPm

0,008

-2

-2

-2

-2

-2

-2

II

Cl

PP"'

O

O

O

O

O

O

12

NH,

PPnl

Nihil

-2

■2

-2

-2

-2

■2

13

Fcnol

PPm

Nihil

-2

■1

-2

-2

-2

-2

14

MinyakALonak

PPm

I

O

O

O

O

O

O

IS

PO4

PPm

0,015

O

O

O

O

-2

-2

16

Cd

PPm

0.002

-2

•2

-2

-2

-2

-2

17

Pb

PPm

0.002

-2

-2

-2

-2

-2

•2

C- Milgobiologi

18

Lcoli

MPNZIOOmL

200

O

O

O

O

O

O

19

Colifonn

MPNZlOOmL

IOOO

O

O

O

O

O

O

Ioul

-12

-12

IO

-10

-12

-12

Status

CS

CS

CR

CR

CS

CS

Keterangan CS : CcmarScdang;     CR : CcmarRingan

status mutu air laut adalah ditetapkan berdasarkan Metode Storet, mengacu pada Keputusan Mcntcri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Adapun hasil analisis penetapan status mutu air Iaut untuk 6 sampel air laut di Kabupaten Badung (Pantai Kuta, Legian1 Nusa Dua1 Jimbaran1 Tanjung Benoa dan Canggu) pada musim hujan dan musim kemarau pada tahun 2008 dan 2009 adalah seperti tercantum pada Tabcl 3. Penetapan status tersebut ditetapkan berdasarkan tingkat cemarannya yaitu cemar ringan, sedang dan berat. Penetapan kriteria ini didasarkan dari data hasil penelitian laboratorium yang dikaitkan dengan ketentuan yang dimuat dalam KEPMEN LH NO 115 Tahun 2003. Adapun hasil analisis status mutu ke 6 air Iaut di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau tahun 2008 dan 2009 seperti tercantum pada Tabel 3.

  • 3.2    Pembahasan

Hasil analisis secara in-situ dan laboratorium terhadap kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi pada 6 perairan pantai di Kabupaten BadungfPantai Kuta1 Lcgian, Nusa Dua, Jimbaran1 Tanjung Benoa dan Canggu) pada pengamatan musim hujan dan kemarau 2008 dan 2009 terlihat pada Tabcl 1 dan 2. Dari hasil analisis Iersebutjika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk peruntukan wisata bahari sesuai dengan Pergub Bali Nomor 7 Tahun 2007 yaitu dari 19 parameter yang dianalisis ternyata ada 8 parameter telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu : DO. BODp nitrat (NOj), amoniak (NU,), Fenol, Fosfat (PO4), Cadmium (Cd) dan Plumbum (Pb)1 dan secara Icbih terinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • a.    OksigenTerIarut(DO)

Kandungan DO yang dianalisis pada 6 pantai di Kabupaten Badung untuk rata-rata pada musim kemarau dan hujan tahun 2008 yaitu semua pantai mempunyai kadar DO yang melebihi baku mutu ( > 5ppm), sedangkan pada tahun 2009 ternyata pantai Kuta dan Lcgian pada musim hujan dan kemarau mempunyai kadar DO Icbih rendah dari 5 ppm. Rendahnya kadar DO di perairan pantai tersebut karena banyaknya bahan organik masuk ke perairan sehingga dibutuhkan banyak oksigen oleh mikrooganisme untuk menguraikan bahan organik. Disamping itu, banyaknya bahan organik yang masuk kc badan perairan mengakibatkan banyaknya mikrorganisme yang tumbuh (plankton) sehingga membutuhkan banyak O? untuk respirasi. Jika hal ini berlangsung tenis mengakibatkan kadar DO di

perairan tersebut menjadi rendah.

  • b.    BioIogicaIOxygen Diniand(BOl)5j

Biological Oxygen Dimand (BOD) merupakan oksigen yang dibutuhkan oleh mikrobia untuk menguraikan bahan-bahan organik di perairan. Hasil analisis rata-rata terhadap 6 air laut pada musim kemarau dan hujan tahun 2008 ternyata hanya ada l sampel yaitu Pantai Canggu yang melampaui baku mutu (10,04 ppm). Demikian pula terjadi tahun 2009 bahwa kandungan BODs pada musim hujan dan kemarau masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan (Tabel I, 2 dan 3). Menurut Canter dan Hill (1979) bahwa kandungan BOD. perairan sangat erat kaitannya dengan kandungan DO. Walaupun kandungan DO masih di bawah ambang batas, tetapi masih ada pada batas toleransi ketersediaan oksigen untuk menguraikan bahan Organikoleh biota laut. Halinididukungpuladengan suhu air laut yang relatif rendah sehingga membantu proses penguraian bahan organik dengan cepat, sehingga kadar BOD, rata- -rata masih dibawah ambang batas yang ditetapkan (10 ppm).

  • c.    Nitrat(NOs)

Hasil analisis rata-rata terhadap kadar nitrat untuk 6 air Iaut di Kabupaten Badung pada musim kemarau dan hujan tahun 2008 dan 2009 ternyata ke 6 air Iaut tersebut telah melampaui baku mutu yang dipersyaratakan (0,008 ppm). Senyawa nitrat merupakan senyawa nitrogen organik yang dapat berasal dari nitrogen gas dan nitrogen organik (protein dan produk-produk metabolisme. Sumber-sumber nitrat di perairan berasal dari limbah buangan (domestik, industri) dan limbah pertanian Limbah nitrogen organik yang masuk ke badan perairan akan mengalami transformasi menjadi nitrit atau amonia (Pcscod1 1973). MenurutDavisdanConwell (1991) bahwa nitrat dalam perairan tidak bersifat racun bagi organisme perairan, hanya saja jika mengkonsumsi aii yan mengandung nitrat tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen. Demikian pula kandungan nitrat yang berlebihan dalam perairan akhn menyebabakan air menjadi subur, sehingga memacu untuk pertumbuhan tanaman air (blooming) seperti ganggang. Tingginya kadar NO3 pada 6 perairan pantai di Kabupaten Badung tersebut mungkin karena lokasi ini sarat dengan aktivitas pariwisata (hotel, restauran1 Iuandry dan sebagainya). sehingga limbah yang mengandung bahan organik bisa masuk ke perairan baik secara langsung maupun tidak langsung.

  • d.    Amonia (NH5)

Hasil analisis rata-rata terhadap kadar amonia untuk 6 air Iaut di Kabupaten Badung pada musim kemarau dan hujan tahun 2008 dan 2009 ternyata ke 6 air Iaut tersebut telah melampaui baku mutu yang dipersyaratakan (nihil). NH, dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Amonia dalam air merupakan produk degradasi biologis nomal dari protein, dan Sumberterbesar NHj di perairan berasal dari limbah nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan hewan yang telah mati). Sumber-sumber NHj yang berlebihan masuk ke pantai dimungkinkan akibat rembesan hasil pengolahan limbah dari hotel atau restauran yang tidak terkelola dengan baik. Hal ini didukung akibat lokasi hotel atau restauran pada ke 6 pantai tersebut banyak yang berbatasan langsung dengan sempadan pantai, sehingga pantai dengan tanah yang porous (berpasir) akan, memudahkan mengalirkan limbah masuk ke badan perairan pantai. Amonia yang merupakan senyawa nitrogen yang bersifat labil, maka dengan meningkatnya kadar DO maka kadar NH1 akan mengalami konversi menjadi NO dan NO1

  • e.    Fenol

Senyawa fenol adalah salah satu komponen bahan berbahaya dan beracun, oleh karena itu konsentrasi/baku mutu untuk wisata bahari untuk fenol harus nihil. Hasil analisis kualitas air laut menunjukkan bahwa kadar fenol untuk kc 6 pantai di Kabupaten Badung (Pantai Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran, Tanjung Benoa dan Canggu) adalah semuanya melampaui baku mutu yang dipersyaratkan (nihil) Adapun sumber fenol di sini adalah dari kegiatan industri tekstil, pencelupan, pengawetan kayu. Melihat hal itu diduga sumber fenol berasal dari daratan melalui aliran sungai atau selokan yang bermuara ke pantai yang kemudian menyebar sesuai dengan pola arus yang terjadi di laut(Saeni, 1989).

  • f.    Fosfat(PO4)

Fosfor dalam ekosistem perairan adalah pesenyawaan fosfor anorganik, secara normal didapatkan dalam bentuk orthofosfat (PO4 5) yang sering disebut fosfat. Di dalam air, fosfor berada dalam bentuk fosfat terlarut (fosfat organik) (Wardoyo1 1978). Hasil analisis rata-rata fosfat terhadap 6 pantai di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau tahun 2008 dan 2009 berkisar

antara 0,052 sampai dengan 0,35 ppm. Hasil tersebut secara keseluruhan melampaui baku mutu yang dpersyaratkan (0,015 ppm). Tingginya kadar fosfat di perairan Iaut kemungkinan disebabkan berasal dari limbah pertanian yang terbawa dari air sungai yang bemuara di laut atau dari daratan yang terbawa bersama-sama air hujan. Seperti halnya nitrat, konsentrasi fosfat di perairan dapat menyebabkan kesuburan air yang dapat memacu pertumbuhan tumbuhan air yang nantinya bisa menimbulkan blooming. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan terganggunya badan perairan pantai yang dimanfaatkan untuk keperluan wisata bahari.

  • g.    Cadmium(Cd)

Kadmium (Cd) merupakan logam berat lunak yang bersifat akumulatif yang sangat berbahaya bagi kehidupan biota air dan manusia dan logam berat yang tidak larut dalam air. Secara alami kandungan Cd dalam air Iaut sangat sedikit, yaitu sekitar 0,0001 ppm (Mc.Nccly, et al, 1979). Hasil analisis rata-rata kadmium (Cd) pada 6 air laut di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau tahun 2008dan 2009 menunjukkan semuanya melampai baku mutu yang dipersyaratkan (0,002 ppm). Tingginya kandungan Cd yang ada di badan perairan karena sumber alami Cdadalah greenockite (CdS) dan Iainnyasedangkan secara antropogenik berasal dari industri metalurgi, pelapisan logam, pigmen, baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, dan tekstil.

  • h.    Plumbum (Pb)

Plumbum (Pb) adalah sama halnya dengan kadmium (Cd) yaitu sama-sama logam berat yang bersifat akumulatif. Keberadaan Pb dalam perairan dalam bentuk terlarut dan Iersuspensi. Kelarutan Pb sangat rendah sehingga kadar Pb dalam air relatif sedikit. Hasil analisis kadar Pb untuk 6 pantai di Kabupaten Badung musim kemarau dan hujan tahun 2008 dan 2009 cukup bervariasi dan semuanya melampaui baku mutu yang dipersyaratkan (0,002 ppm) dengan nilai berkisar 0,004 sampai 0,0215 ppm. Kandungan Pb yang terakumulasi ke perairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, DO1 dan bahan bakar yang mengandung Pb (leadedgasolin) juga memberikan kontribusi Ierhadapakumulasinya Pbdipcrairan (Palar, 1994). Hal Inijugadibuktikan keberadaan sarana pariwisata dan akomodasi merupakan tempat-tempat yang ramai dengan Ialu lintas sehingga akumulasi Pb yang berasal dari bahan bakar (mobil, sepeda motor, perahu) sangat mudah terakses masuk kc badan perairan.

  • 4.    Simpulan dan Saran

    • 4.1 . Simpulan

Hasil penelitian terhadap kualitas air laut pada 6 pantai di Kabupaten Badung yang dilakukan pada musim hujan dan kemarau Tahun 2008 dan 2009 dapat disimpulkan secara umum kualitas perairan pada ke 6 pantai yang ada di Kabupaten Badung pada musim hujan dan kemarau adalah relatif masih layak untuk keperluan wisata bahari (mandi, renang, selam) sesuai baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Pcrgub Bali No. 7 tahun 2007. Dari 19 parameter fisik, kimia dan mikrobiologi yang dianalisis ternyata ada 8 parameter kualitas air laut yang telah melampaui baku mutu yang diperbolehkan untuk kedua musim tahun 2008 dan 2009. Parameter tersebut semuanya termasuk parameter kimia yaitu DO, BOD5, Amonia (NH3), Nitrat (NO1), fenol, fosfat (PO4), cadmium (Cd) dan plumbum/timbal (Pb).

Hasil analisis status mutu air terhadap 6 pantai di Kabupaten Badujig ternyata 4 pantai tercemar ringan yaitu Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Nusa Dua dan Pantai Jimbaran, dan 2 pantai tercemar sedang yaitu Panta Tanjung Benoa dan Pantai Canggu. Sehingga ke 6 pantai di Kabupaten Badung masih layak dalam penintukkan sebagai destinasi bahari.

  • 4.2    Saran

  • -    Untuk pantai-pantai di Bali umumnya dan Badung khususnya yang pemanfaatannya bukan saja untuk kepentingan pokok kepariwisataan, tetapi juga banyak dimanfaatkan untuk keperluan UpacaraAgama Hindu seperti mclasti dan upacara Hindhu lainnya, sehingga faktor kebersihan dan estetika perlu tetap dikelola dengan baik.

  • -    Perlu dilakukan pemantauan pengelolaan dan pemantauan tentang kualitas air laut secara berkala, sehingga dapat diketahui secara dini dan pasti mengenai kondisi dan kualitas sesuai dengan penintukannya.

  • -    Perlu dilakuan penghijauan di sepanjang garis pantai untuk dapat menahan akumulasi polutan-polutan yang berasal dari daratan akibat berbagai aktivitas yang ditimbulkan oleh manusia.

  • -    Perlunya adanya kelengkapan bak pengolah Iimbaii (septic tank) pada masing-masing kegiatan khususnya untuk kegiatan kepariwisataan, sehingga limbah yang terbuang ke perairan sudah terbebas dari bahan-bahan pencemar aktif, baik fisik, kimia maupun mikrobiologinya.

  • -    Perlunya pembinaan dan penyuluhan tentang kesadaran masrakatat pesisir atau dengan mengaktifkan peran masyarakat adat untuk meningkatkan kesadaran tentang kebersihan lingkungan pesisir.

Daftar Pustaka

Dahuri, R., N. S. Putra, Zairion dan Sulistiono. Metode dan Teknik Analisis Biota Perairan. PPLH, LcmbagaPcnclitianJPB. Bogor. 1993.

Fardiaz1S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Depdikbud1Ditjen PerguruanTinggiPAUPangan dan Gizi IPB, Bogor.

Husin, K. Y dan E. Kustaman. 1992. Metodedan TeknikAnalisis Kualitas Air. PPLH- Lembaga Penelitian IPB, Bogor.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. NO. 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. NO. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

PaIar1H. 1994. Pencemaran <& Toksikologi Logam Berat RinckaCipta1Jakarta.

Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup. Bali.

i

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Saeni, M.S. ∖989. Kimia Lingkungan. Dcpdikbud1 DitjenPendidikanTinggi. PAU-IlmuHayat. IPBBogor.

Slamet1 J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. GadjahMadauniversiiyPress-Yogyakarta.

Sundra LK1 W. I K Suada dan IGA K S. Panca Dewi. 2009. Analisis KualitasAir Laut, Air Sungai dan Air Bawah tanah (ABT) Kabupaten Badung. Kcrjasania Pemerintah Kabupaten Badung dengan PPLH UNUD Denpasar.

233