JURNAL BIOLOGI UDAYANA 26(2): 175-185

P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Keanekaragaman spesies anggrek di jalur pendakian Cemara Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah

Diversity of orchid species on the Cemara Kandang hiking track, Mount Lawu, Central Java

Muhammad Daffa Irvani*, Ratna Susandarini

Program Studi Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Sleman, Yogyakarta-Indonesia, 55281

*Email : [email protected]

Diterima 26 April 2022 Disetujui 19 Juli 2022

INTISARI

Gunung Lawu merupakan gunung api tidak aktif yang terletak di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu memiliki kondisi iklim yang lembab yang mendukung kekayaan biodiversitas di dalamnya. Anggrek atau familia Orchidaceae merupakan kelompok tumbuhan berbunga dengan keanekaragaman spesies tertinggi kedua dengan jumlah spesies mencapai 25.000 di seluruh dunia. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anggrek di kawasan Gunung Lawu memiliki keunikan dan keanekaragaman tinggi. Dokumentasi terhadap keanekaragaman anggrek di kawasan Gunung Lawu perlu dilakukan sebagai langkah awal pendataan potensi flora dan dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan konservasi anggrek. Penelitian ini dilaksanakan di Jalur Pendakian Gunung Lawu Cemara Kandang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang bertujuan untuk inventarisasi keanekaragaman anggrek beserta kemelimpahan dan distribusinya di sepanjang jalur pendakian. Penelitian yang dilakukan dengan metode jelajah ini menunjukkan bahwa di sepanjang Jalur Pendakian Cemara Kandang terdapat 14 spesies anggrek. Keempat belas spesies tersebut terdiri dari Bulbophyllum schefferi, Bulbophyllum sp. 1, Bulbophyllum sp. 2, Bulbophyllum sp. 3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Microtis unifolia, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, Taeniophyllum glandulosum, dan Thelymitra javanica. Total kemelimpahan anggrek yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 642 individu, dan memiliki persebaran mengelompok yang terbagi dalam dua zona utama di sepanjang jalur pendakian.

Kata kunci: Anggrek, Orchidaceae, Gunung Lawu, Keanekaragaman spesies

ABSTRACT

Mount Lawu is an inactive volcano located on the border of Central Java and East Java. Mount Lawu has a humid climate that supports the rich biodiversity in it. Orchid or familia of Orchidaceae is a group of flowering plants with the second-highest species diversity with the number of species reaching 25.000 worldwide. Several previous studies have shown that orchids in the Mount Lawu area are unique and have high diversity. Documentation of the diversity of orchids in the Mount Lawu area needs to be done as a first step in collecting data on potential flora and can be used as a basis for formulating orchid conservation policies. This research was conducted on the Mount Lawu Cemara Kandang Hiking Track, Karanganyar Regency, Central Java to take an inventory of the diversity of orchids along with their abundance and distribution along the Cemara Kandang Hiking Track. The research conducted using the exploration method

shows that along the Cemara Kandang Hiking Track there are 14 species of orchids. The fourteen species consist of Bulbophyllum schefferi, Bulbophyllum sp. 1, Bulbophyllum sp. 2, Bulbophyllum sp. 3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Microtis unifolia, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, Taeniophyllum glandulosum, dan Thelymitra javanica. The total abundance of orchids found in this study was 642 individuals and had a clumped distribution divided into two main zones along the hiking track.

Keywords: Orchids, Orchidaceae, Mount Lawu, Species diversity

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang memiliki 2 dari 25 pusat biodiversitas tumbuhan dunia, yaitu kawasan Sundaland dan Wallacea. Indonesia memiliki kekayaan total 35.000 spesies tumbuhan atau lebih dari 10% tumbuhan dunia, dan 16.500 spesies di antaranya merupakan tumbuhan endemik (Myers et al., 2000; Hartini, 2019). Kekayaan spesies tumbuhan ini menempatkan Indonesia pada urutan ketiga biodiversitas tumbuhan dunia setelah Brazil dan Kolombia, dan urutan pertama dunia dalam biodiversitas tumbuhan endemik.

Salah satu kelompok tumbuhan dengan keanekaragaman spesies tinggi di Indonesia adalah anggrek atau familia Orchidaceae yang memiliki jumlah spesies terbesar kedua di dunia setelah Asteraceae. Keanekaragaman anggrek di dunia berkisar 25.000 spesies (Jones, 2006; Kohout et al., 2013) dan Indonesia menyumbang keanekaragaman anggrek sebanyak 5000 spesies (Conservation International, 1997; Nugroho & Dewi, 2018). Penelitian Comber (1990) menunjukkan Pulau Jawa memiliki 731 spesies anggrek dengan distribusi 295 spesies di Jawa Tengah, 390 spesies di Jawa Timur, dan sebagian besar lainnya di Jawa Barat. Keanekaragaman anggrek di dataran tinggi relatif lebih tinggi dibandingkan di dataran rendah sehingga banyak penelitian keanekaragaman yang mengambil lokasi di dataran tinggi. Salah satu penelitian mengenai keanekaragaman anggrek di dataran tinggi, yaitu di Gunung Sanggarah di Bandung Barat yang memiliki keanekaragaman spesies anggrek sebesar 46 anggrek epifit dan 4 anggrek terestrial (Fardhani et al., 2015).

Gunung Lawu merupakan salah satu gunung tidak aktif di Pulau Jawa yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi ini didukung oleh kondisi bentang alamnya, khususnya di lereng bagian selatan yang mendukung untuk terkondensasinya angin tenggara yang bersifat basah menjadi hujan (Setyawan, 1970). Penelitian keanekaragaman tumbuhan di Hutan Jabolarangan kawasan lereng selatan Gunung Lawu (Sutarno et al., 1970) menunjukkan keanekaragaman Spermatophyta di kawasan ini sebanyak 142 spesies dan Orchidaceae menempati peringkat ketiga spesies terbanyak yaitu berjumlah 12 spesies, setelah Poaceae (13 spesies) dan Asteraceae (14 spesies).

Anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi sehingga banyak dimanfaatkan dan dijual, baik secara legal maupun ilegal. Selain sebagai tumbuhan ornamental, anggrek juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan produk kesehatan dan makanan (De, 2015; Hinsley et al., 2018). Anggrek memiliki nilai ekologi melalui interaksinya dengan polinator. Setiap spesies anggrek memiliki karakter morfologi unik yang mencerminkan adaptasi terhadap morfologi dan perilaku penyerbuk utamanya (Argue, 2012). Setiap spesies anggrek juga menempati kondisi iklim tertentu yang spesifik atau disebut sebagai mikroklimat (Dijk et al., 1997). Faktor-faktor penyebab adanya mikroklimat pada anggrek diantaranya ketergantungan anggrek dengan mikoriza yang spesifik, polinator khusus, dan penyerbukan yang terbatas (Zhang et al., 2015). Simbiosis antara anggrek dengan mikoriza juga mendukung berjalannya siklus nutrisi di dalam tanah (Nurfadilah et al., 2016).

Gunung Lawu merupakan kawasan alam yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara

Perhutani. Kawasan ini masih belum memiliki payung hukum konservasi yang kuat terhadap perlindungan biodiversitas di dalamnya khususnya anggrek. Hal ini dapat berdampak pada pemanfaatan keanekaragaman hayati yang tidak terkendali oleh masyarakat maupun oleh pihak dengan kepentingan lain terutama di sektor pariwisata maupun perdagangan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka sangat penting untuk dilakukan dokumentasi keanekaragaman anggrek di Gunung Lawu sebagai landasan untuk merumuskan upaya konservasi terhadap keanekaragaman anggrek di dalamnya. Jalur pendakian Cemara Kandang dipilih sebagai

lokasi kajian karena merupakan salah satu area yang dimanfaatkan untuk sektor wisata. Jalur ini masih alami dan belum ada penelitian yang mendokumentasikan keanekaragaman anggrek di jalur ini sebelumnya.

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sepanjang Jalur Pendakian Cemara Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah (Gambar 1). Pengambilan data keanekaragaman anggrek dilakukan pada bulan September 2021.

Gambar 1. Lokasi penelitian anggrek di Jalur Cemara Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah


Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam pengambilan data keanekaragaman dan identifikasi anggrek adalah kamera Canon PowerShot SX70 HS, Global Positioning System (GPS), termometer untuk mengukur suhu udara, soil-tester untuk mengukur suhu dan pH tanah, luxmeter untuk mengukur

intensitas cahaya, higrometer untuk mengukur kelembaban udara, buku lapangan, dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah plastik ziplock dan referensi identifikasi anggrek.

Metode

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode jelajah, yaitu menginventarisasi anggrek di sepanjang jalur dengan radius pengamatan 10 meter di kanan dan kiri jalur. Inventarisasi dilakukan dengan melakukan pencatatan keberadaan spesies anggrek yang ditemukan. Data yang dikumpulkan berupa karakter morfologis spesimen, kemelimpahan spesies, ketinggian, koordinat lokasi, tempat hidup, dan parameter lingkungan berupa intensitas cahaya, suhu udara, kelembapan udara, dan suhu tanah (anggrek terestrial). Dokumentasi spesies dilakukan di tempat untuk memperlihatkan habitus dan tipe cara hidup.

Identifikasi dilakukan di tempat jika dapat dikenali spesiesnya secara langsung, atau spesies dikoleksi dan dibuat herbarium untuk identifikasi di laboratorium menggunakan referensi Comber (1990) dan Steenis (2010). Koleksi spesimen anggrek dimasukkan dalam plastik ziplock untuk selanjutnya diproses menjadi herbarium kering di Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Universitas Gadjah Mada.

Analisis data

Data keanekaragaman anggrek dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk deskripsi spesies yang meliputi nama spesies, karakter morfologis, karakteristik ekologi, dan persebaran. Deskripsi spesies berdasarkan hasil pengamatan dan data pustaka Comber (1990), BiOSC (2021), dan Wijaya et al. (2018).

HASIL

Dalam penelitian ini diperoleh 14 spesies anggrek di sepanjang jalur pendakian Cemara Kandang (Gambar 2). Lokasi terendah ditemukannya anggrek adalah di area Basecamp dengan ketinggian 1.947 mdpl (meter di atas permukaan laut), dan lokasi tertinggi adalah pada jalur menuju puncak dengan ketinggian 3.234 mdpl. Sebanyak 10 spesies anggrek memiliki cara hidup epifit, dan 4 spesies lainnya merupakan anggrek terestrial. Data keanekaragaman anggrek Cemara Kandang dapat dilihat pada Tabel 1.

PEMBAHASAN

Spesies anggrek epifit ditemukan dominan sebanyak 10 spesies yang sesuai dengan pernyataan Dressler (1981) bahwa anggrek pada wilayah tropis dan sub tropis sebagian besar memiliki tipe cara hidup epifit, karena pertumbuhan anggrek mengikuti persebaran substratnya berupa pohon yang banyak dijumpai di wilayah tropis. Anggrek epifit banyak dijumpai di jalur antara Basecamp dan Pos 1 yang memiliki kondisi vegetasi berupa hutan dengan kanopi yang rapat dan memiliki keanekaragaman spesies pohon yang tinggi, di antaranya adalah Bulbophyllum schefferi Bulbophyllum sp. 1, Bulbophyllum sp. 2, Bulbophyllum sp. 3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, dan Taeniophyllum glandulosum.

Kemelimpahan anggrek tertinggi ditunjukkan oleh spesies Thelymitra javanica sebanyak 284 individu sedangkan spesies dengan kemelimpahan terendah adalah Microtis unifolia sebanyak 1 individu. Spesies Thelymitra javanica merupakan spesies yang dapat dijumpai di Jawa dan Filipina pada ketinggian 1.400-3.000 mdpl (Comber, 1990). Spesies ini memiliki cara hidup terestrik yang identik bersimbiosis dengan mikoriza untuk keberlangsungan hidupnya. Mikoriza berperan dalam suplai nutrien bagi anggrek, dan anggrek memberikan produk karbon kepada mikoriza sebagai nutrisi (Garcia & Zimmerman, 2014; Tsulsiyah et al., 2021). Thelymitra javanica pada penelitian ini hanya dijumpai mulai ketinggian 2.563 mdpl dan tumbuh optimal mulai ketinggian 3.000 mdpl sehingga aman dari ancaman dan gangguan aktivitas manusia.

Kemelimpahan anggrek yang ditemukan dalam penelitian ini secara garis besar terdistribusi menjadi dua zona seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Zona 1 adalah jalur antara Basecamp dan Pos 1 yang berada pada rentang ketinggian 1.947 mdpl hingga 2.176 mdpl, dan zona 2 adalah jalur antara Pos 2 dan Puncak yang berada pada rentang ketinggian 2.563 mdpl hingga 3.234

mdpl. Pembagian dua zona ini sesuai dengan Steenis (2006) yang membagi zona iklim utama Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu Zona Tropik (0-1.000 m), Zona Pegunungan (1.000-2.400 m), dan Zona Subalpin (>2.400m). Zona Pegunungan memiliki karakteristik hutan tertutup berbatang pohon tinggi dengan diamater batang yang bertambah kecil seiring dengan bertambahnya ketinggian, dan lumut yang bertambah banyak. Zona Subalpin memiliki karakteristik hutan rendah rapat dengan pohon-pohon tinggi dengan diamater batang yang bertambah kecil seiring dengan bertambahnya ketinggian, dan lumut yang bertambah banyak. Zona Subalpin memiliki

karakteristik hutan rendah rapat dengan pohon-pohon tinggi menyendiri, sering berlumut, dan dijumpai kelompok Konifera. Pada zona 1 dijumpai ragam spesies anggrek berupa, Bulbophyllum schefferi, Bulbophyllum sp.1, Bulbophyllum sp.2, Bulbophyllum sp.3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, dan Taeniophyllum glandulosum, sedangkan pada zona 2 dijumpai ragam spesies anggrek berupa Microtis unifolia dan Thelymitra javanica.

Gambar 2. Jenis-jenis anggrek di jalur pendakian Cemara Kandang Gunung Lawu (A) Bulbophyllum schefferi, (B) Bulbophyllum sp. 1, (C) Bulbophyllum sp. 2, (D) Bulbophyllum sp. 3, (E) Coelogyne miniata, (F) Crepidium koordersii, (G) Liparis montana, (H) Microtis unifolia, (I) Pholidota carnea, (J) Pholidota globosa, (K) Pinalia multiflora, (L) Schoenorchis juncifolia, (M) Taeniophyllum glandulosum, (N) Thelymitra javanica


Tabel 1. Keanekaragaman dan kemelimpahan tumbuhan familia Orchidaceae di Jalur Cemara Kandang

No

Nama Spesies

Cara

Hidup

Ketinggian (mdpl)

Lokasi

Kemelimpahan (individu)

1

Bulbophyllum schefferi (Kuntze) Schltr.

Epifit

1.987

BC - 1

23

2

Bulbophyllum sp. 1

Epifit

1.947-2.072

BC - 1

8

3

Bulbophyllum sp. 2

Epifit

1.948-1.973

BC - 1

19

4

Bulbophyllum sp. 3

Epifit

1.947-1.987

BC - 1

6


No

Nama Spesies

Cara

Hidup

Ketinggian (mdpl)

Lokasi

Kemelimpahan (individu)

5

Coelogyne miniata (Blume) Lindl.

Epifit

1.947-2.156

BC - 1

80

6

Crepidium koordersii (J.J.Sm.) Szlach.

Terestrik

2.020

BC - 1

9

7

Liparis montana (Blume) Lindl.

Terestrik

2.089

BC - 1

5

8

Microtis unifolia (G.Forst.) Rchb.f.

Terestrik

2.600

B – 3

1

9

Pholidota carnea (Blume) Lindl.

Epifit

1.947-2.072

BC - 1

81

10

Pholidota globosa (Blume) Lindl.

Epifit

1.954-2.156

BC - 1

37

11

Pinalia multiflora (Blume) Kuntze

Epifit

1.948-2.176

BC - 1

76

12

Schoenorchis juncifolia Reinw. Ex Blume

Epifit

2.165

BC -1

10

13

Taeniophyllum glandulosum Blume

Epifit

1.947-1.973

BC -1

3

14

Thelymitra javanica Blume

Terestrik, Litofit

2.563-3.234

2 - B, 3 - 4, 4 - 5, 5 - P

284

Total Individu

642

Keterangan : BC (Basecamp), 1-2-3-4-5 (Pos), B (Bayangan), P (Puncak).


Gambar 3 Distribusi titik ditemukannya anggrek pada Jalur Pendakian Cemara Kandang


Deskripsi

Karakteristik morfologis anggrek di Jalur Pendakian Cemara Kandang dijabarkan dalam deskripsi spesies sebagai berikut:

Bulbophyllum schefferi (Kuntze) Schltr.

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Pseudobulb berbentuk ovoid (bulat telur) berukuran 4 mm x 2,5 mm. Daun linier-lanset dengan ukuran dapat mencapai 1.5 cm x 2 cm. Bunga tunggal berwarna kekuningan dan memiliki tangkai yang tumbuh dari sisi

pseudobulb dengan peduncle yang panjang. Lateral Sepal linier dengan ujung lancip dan Dorsal Sepal memiliki ukuran yang lebih kecil namun dengan bentuk yang sama. Petal berbentuk oblong dengan ujung yang lancip. Bibir memiliki 3 lobus yang samar, tidak berambut, dan ujungnya tubelculose.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.987 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara

24°C, kelembapan udara 62%, dan intensitas cahaya 1035 lux.

Bulbophyllum sp. 1

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Rhizome pendek, merayap, dan menopang daun dengan jarak antar daun ± 1 cm. Pseudobulb kecil, dan biasanya tidak terlihat hingga muncul braktea, dan menopang 1 daun di setiap pseudobulb-nya. Daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, dan berwarna hijau. Dijumpai dalam keadaan tidak berbunga saat penelitian.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.947-2.072 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 22,5°C, kelembapan udara 32,85%, dan intensitas cahaya 440,5 lux.

Bulbophyllum sp. 2

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Rhizome tertanam di dasar dan menggantung seiring pertumbuhannya. Pseudobulb muncul dari setiap rhizome, berbentuk ovoid memanjang, dan memunculkan 1 daun di setiap pseudobulb. Daun lanset, dan ujungnya lancip. Dijumpai dalam keadaan tidak berbunga saat penelitian.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.948-2.072 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 22,23 °C, kelembapan udara 67,25%, dan intensitas cahaya 1118 lux.

Bulbophyllum sp. 3

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Rhizome pendek, menggantung. Daun berbentuk oblong, ujung obtuse, tebal, berdaging, dan ujungnya yang memiliki 2 lobus. Dijumpai dalam keadaan tidak berbunga saat penelitian.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.947-1.987 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 24°C, kelembapan udara 62%, dan intensitas cahaya 1035 lux.

Coelogyne miniata (Blume) Lindl.

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Pseudobulb terletak pada rhizome yang menjulur, berbentuk ovoid atau lebih panjang lagi, ukuran 7 x 2 cm, dan berwarna hijau. Daun tumbuh berjumlah 2 di setiap pseudobulb-nya, berbentuk lanset dengan ukuran 14 x 4 cm, tepi bergelombang, dan ujungnya runcing. Pembungaan tandan dengan tangkai yang muncul dari ujung pseudobulb. Bunga berwarna merah-oranye cerah. Sepal berbentuk ovate dengan ujung yang runcing dan tidak membuka sempurna. Petal mengarah searah dengan tugu. Bibir hampir tidak berlobus, bentuk concave dengan ujung lancip.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.947-2.156 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 22,5 °C, kelembapan udara 66,9%, dan intensitas cahaya 1947,4 lux.

Crepidium koordersii (J.J.Sm.) Szlach.

Herba terestrial, simpodial. Akar terestrial. Batang berwarna hijau, dengan panjang dapat mencapai 13 cm, dan dapat memiliki hingga 6 daun di setiap batangnya. Daun berbentuk lanset dengan ukuran 13 x 5 cm, dengan tepi bergelombang, tekstur permukaan daun halus, berurat, dan ujung meruncing. Pembungaan tandan dengan tangkai dapat mencapai panjang 43 cm. Bunga memiliki variasi warna yang beragam bergantung pada lokasinya, mulai dari hijau, hijau kekuningan, merah muda (yang ditemukan di Cemara Kandang), hingga ungu. Dorsal Sepal memiliki bentuk hampir ovate (bulat telur) dan sepal lateralnya yang lebih pendek. Petal berbentuk linier dan Bibir yang membelok ke arah belakang.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 2.020 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 20°C, kelembapan udara 83%, intensitas cahaya 395 lux, dan suhu tanah 18°C.

Liparis montana (Blume) Lindl.

Herba terestrial, simpodial. Akar terestrial. Pseudobulb berbentuk ovoid (bulat telur) dan menopang pertumbuhan tunas baru pada bagian dasarnya. Tunas yang baru menumbuhkan daun di ujungnya dan pada tunas yang berbeda dapat memunculkan pembungaan. Daun berwarna hijau tua mengkilap, dengan tepi daun undulate (bergelombang), bentuk membulat dengan ukuran 3,5 x 2 cm, ujung runcing, tekstur permukaan daun, dan susunan daun muda duplikatif. Dijumpai dalam keadaan tidak berbunga saat penelitian.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 2.089 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 24°C, kelembapan udara 60%, intensitas cahaya 447 lux, dan suhu tanah 20°C.

Microtis unifolia (G.Forst) Rchb.f.

Herba terestrial, monopodial. Akar terestrial, berbentuk silindris berwarna coklat, dan terletak di bagian dasar dari tuber. Tuber berbentuk bulat dengan diamater 1 cm. Batang berukuran 25 cm, berbentuk silindris, berwarna hijau dengan putih pada bagian dasarnya, dan menopang 1 daun serta 1 tangkai bunga. Daun panjangnya dapat mencapai 20 cm, memiliki bentuk terete dengan lubang di bagian tengahnya, dan ujung runcing. Dijumpai dalam keadaan kuncup bunga saat penelitian.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Pos Bayangan dengan Pos 3 dengan ketinggian 2.600 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 20°C, kelembapan udara 76%, intensitas cahaya 3160 lux, dan suhu tanah 17,8°C.

Pholidota carnea (Blume) Lindl.

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Pseudobulb tumbuh berdekatan, berbentuk oval, berwarna hijau, dan mendukung pertumbuhan 2 daun. Daun berbentuk linier hingga lanset, ujung runcing, tepi daun rata, dan memiliki 3 urat. Pembungaan bertipe tandan, tangkai yang tumbuh dari pseudobulb, dengan jumlah bunga 15-25 di setiap tangkainya yang terbagi dalam 2

baris. Bunga berwarna jingga pucat, tidak terbuka sempurna dengan Sepal tengah cekung, berbentuk bulat telur dan ujung membulat, sedangkan samping berbentuk bulat telur dengan ujung runcing. Petal berbentuk elips-bulat telur. Bibir memiliki 3 lobus, warna kuning-jingga, dengan 3 urat berwarna coklat atau kuning di tengahnya.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.947-2.072 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 24°C, kelembapan udara 69%, dan intensitas cahaya 1660 lux.

Pholidota globosa (Blume) Lindl.

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Pseudobulb berbentuk ovoid (bulat telur) dengan permukaan yang halus, berukuran 2,5 cm, tumbuh berdekatan satu sama lain dan membentuk rumpun yang besar. Daun ada 2 di setiap pseudobulb, berbentuk linier, tepi daun rata, dan ujung lancip. Pembungaan ibu tangkai tumbuh dari pseudobulb dengan panjang dapat mencapai 20 cm, tumbuh tegak dan jatuh seiring munculnya bungan dengan jumlah dapat mencapai 30 dan terbagi menjadi 2 baris. Bunga berwarna putih dengan Sepal berbentuk ovate (bulat telur) yang sempit. Bibir tidak berlobus, dan berwarna putih dengan merah muda pada bagian dasarnya.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.954-2.156 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 22,88°C, kelembapan udara 68,38%, dan intensitas cahaya 1353,71 lux.

Pinalia multiflora (Blume) Kuntze

Herba epifit, simpodial. Akar dorsiventral. Batang tegak, silindris, dengan ukuran dapat mencapai 30 cm, dengan jumlah daun 4-7 di setiap batangnya. Daun lanset, kaku, dengan ujung runcing, dan berukuran 18 x 2,5 cm. Pembungaan horizontal atau menjulang ke atas, dengan jumlah dapat mencapai 5 per batang, memiliki peduncle yang pendek, anak tangkai berwarna ungu, dengan karangan bunga tandan.

Bunga berwarna putih dan ungu pada bagian basal-luar perhiasan bunga, dan ungu gelap pada bagian tugunya. Bibir berlobus samping dengan bibir tengahnya yang berbentuk spatula. Buah berbentuk kapsul memanjang dengan warna ovarium hijau.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.948-2.176 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 23°C, kelembapan udara 65,91%, dan intensitas cahaya 2531 lux.

Schoenorchis juncifolia Reinw. Ex Blume

Herba epifit, monopodial. Akar dorsiventral. Batang berbentuk silindris menjuntai dengan ukuran bisa lebih dari 1 meter dengan jarak antar daun 2 cm. Daun terete (berbentuk lingkaran dalam irisan melintang), berwarna hijau, permukaan daun kasap, dan ujung runcing . Pembungaan pendulous (menggantung), dengan jumlah pembungaan 3-4 pada setiap tumbuhan. Bunga berwarna ungu dengan gradasi putih, berukuran panjang 6,5 mm, tidak membuka sempurna. Sepal dan Petal berbentuk oblong-ovate dengan ukuran panjang 2,5-4 mm. Bibir berwarna putih, memiliki 3 lobus, dengan lobus tengah recurved, oblong, dan tebal berukuran ± 1 x 2 mm. Spura melengkung 180°.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 2.165 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 21 °C, kelembapan udara 76%, dan intensitas cahaya 2160 lux.

Taeniophyllum glandulosum Blume

Herba epifit, monopodial. Akar asimilasi, berbentuk tipis dan pipih dengan warna hijau bercak putih. Pembungaan tangkai muncul dari pusat pertumbuhan akar dengan ukuran peduncle dengan ukuran ± 3,5 cm dan rachis ± 12 mm, dengan model pembungaan tandan. Bunga berwarna hijau tua hingga kekuningan dengan diameter 3,5 mm dan panjang 5 mm. Petal dan Sepal berbentuk lanset dan tergabung hingga bagian pangkal bunga. Bibir panjang ± 5 mm

dengan bentuk concave. Spura berbentuk bulat dengan kelenjar atau penebalan dari dinding dalam.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Basecamp dengan Pos 1 dengan ketinggian 1.947-1.973 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 21,5°C, kelembapan udara 70%, dan intensitas cahaya 4248 lux.

Thelymitra javanica Blume

Herba terestrial-litofit, monopodial. Akar terestrial berbentuk silindris, tebal, dengan warna coklat muda dan menempel pada bagian pangkal dari tuber (umbi). Tuber berbentuk oblanceolate dengan jumlah 1-3 di setiap tumbuhan. Batang tegak dan memiliki 1-2 daun. Daun berbentuk linier dengan bentuk V pada potongan melintang, ujung daunnya runcing, warna hijau dan dijumpai gradasi warna ungu di bagian pelepah daunnya, dan berukuran lebar 1-2,5 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm. Pembungaan tandan dengan jumlah bunga 2-18 di setiap tangkainya. Bunga didominasi warna ungu dengan gradasi warna putih berukuran diameter 2,5 cm. Sepal lanset dengan ujung runcing. Petal memiliki ukuran yang hampir sama dengan sepal dengan bagian basal yang lebih sempit. Bibir utuh dengan bentuk yang lebih sempit dibandingkan petal, tugu memiliki variasi berupa rambut-rambut putih dengan anther berwarna kuning di atas lubang stigma. Buah berukuran 1,5 x 0,5 cm, berbentuk kapsul, warna hijau pada bagian ovariumnya, dan berubah menjadi coklat ketika masak.

Anggrek ini dijumpai di jalur antara Pos 2 hingga Puncak dengan ketinggian 2.563-3.234 mdpl. Kondisi rata-rata parameter lingkungan dimana anggrek ini dijumpai adalah pada suhu udara 22,43 °C, kelembapan udara 64,43%, dan intensitas cahaya 32069,57 lux.

Kunci Identifikasi

Kunci identifikasi berikut disusun untuk memudahkan identifikasi anggrek di Jalur Cemara Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah:

  • 1.    Arah pertumbuhan

monopodial..….....…..……  a. 2

  • 1.    Arah pertumbuhan

simpodial........…………......... b.3

  • 3.     Batang tidak berupa rhizoma.. b.9

  • 4.     Daun berbentuk silindris…..... a. M. unifolia

  • 4.    Daun berbentuk linier……..... b. T. javanica

  • 5.    Memiliki akar asimilasi…….. a. T. glandulosum

  • 5     Tidak memiliki akar asimilasi b. S. juncifolia

  • 6.     Jumlah daun 2 di setiap

pseudobulb……………..…… a. C. miniata

  • 6.     Jumlah daun 1 di setiap

pseudobulb………………….. b. 7

  • 7.    Rhizoma merayap…..………. a. Bulbophyllum sp.1

  • 7.    Rhizoma menggantung……... b. 8

Pseudobulb membulat telur;

  • 8.    ujung daun runcing……......... a. Bulbophyllum sp.2

  • 8.     Pseudobulb kecil, tidak

terlihat; ujung daun

rompang/tumpul…………….. b. Bulbophyllum sp.3

  • 9.    Pembungaan tunggal……....... a. B. Schefferi

  • 9.    Pembungaan majemuk……… b. 10

  • 10.   Pembungaan aksiler, dapat

mencapai 5 per batang……… a. P. multiflora

  • 10.   Pembungaan terminal, hanya

  • 1 per batang…………………. b. 11

  • 11.   Tepi daun bergelombang…… a. 12

  • 11.   Tepi daun rata……… ……. b. 13

  • 12.    Sepal berbentuk membundar

telur; labellum linier

membelok ke arah belakang... a. C. koordersii

  • 12.    Sepal berbentuk melonjong;

labellum ovoid, berwarna ungu………………................ b. L. montana

  • 13.   Pseudobulb berbentuk oval-

lonjong……...……….……  a. P. carnea

  • 13.   Pseudobulb berbentuk bulat

telur…………………………. b. P. globosa

SIMPULAN

Jalur Pendakian Cemara Kandang, Gunung Lawu memiliki keanekaragaman anggrek sebanyak 14 spesies, meliputi: Bulbophyllum

schefferi, Bulbophyllum sp. 1, Bulbophyllum sp. 2, Bulbophyllum sp. 3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Microtis unifolia, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, Taeniophyllum glandulosum, dan Thelymitra javanica. Total kemelimpahan anggrek yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 642 spesies dengan persebaran yang terbagi menjadi dua zona utama, yaitu zona 1 dan zona 2 jalur pendakian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak DISPARPORA Kabupaten Karanganyar dan Basecamp Pendakian Cemara Kandang yang memberikan izin penelitian ini, PT. Paragon Technology and Innovation yang telah memberikan dukungan dana penelitian, serta segenap pihak Fakultas Biologi UGM yang memberikan dukungan berjalannya penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

Argue CL. 2012. The Pollination Biology of

North American Orchids:Volume 1. Springer:London.

Biology Orchid Study Club. 2021. Anggrek Yogyakarta.         Penerbit         PT.

Kanisius:Yogyakarta.

Comber JB. 1990. Orchid of Java. The Bentham-Moxon Trust:Surrey.

Conservation International. 1997. Lokakarya Kawasan Konservasi di Irian Jaya. CI Papua Programme:Papua.

De LC. 2015. Commercial Orchids. De Gruyter Open:Berlin.

Dijk E, Willems JH, Van Andel J. 1997. Nutrient responses as a key factor to the ecology of orchid species. Acta Botanica Neerlandica 46(4): 339-363.

Dressler RL. 1981. The Orchids: Natural History and Classification. Harvard University Press:London.

Fardhani I, Kisanuki H, Parikesit. 2015. Diversity of orchid species in mount sanggarah, west bandung. Proceedings of the 22nd Tru-

University International Joint Seminar and Symposium.

Hartini S. 2019. Orchids diversity in the sicikeh-cikeh forest, north sumatra, indonesia. Biodiversitas 20(4): 1087-1096.

Hinsley A, De Boer HJ, Fay MF, Gale SW, Gardiner LM, Gunasekara RS, Kumar P, Masters S, Metusala D, Roberts DL, Veldman S, Wong S, Phelps J. 2018. A review of the trade in orchids and its implications for conservation. Botanical Journal of the Linnaean Society 186(4): 435455.

Garcia K, Zimmerman SD. 2014. The role of mycorrhizal associations in plant potassium nutrition. Frontiers in Plant Science 5(6): 19.

Jones DL. 2006. A complete guide to native orchid of australia including the island territories. Reed New Holland:Sydney.

Kohout P, TeSitelova T, Roy M, Vohnik M, Jersakova J. 2013. A diverse fungal community associated with Pseudorchis albida (Orchidaceae) roots. Fungal Ecology 6(1): 50-64.

Myers N, Mittermeier RA, Mittermeier CG, da Foncesa GAB, Kent J. 2000. Biodiversity hotspot for conservation priorities. Nature 403: 853-858.

Nugroho GD, Dewi K. 2018. Keanekaragaman anggrek (Orchidaceae) di taman nasional gunung merbabu (TNGMb), jawa tengah. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 4(2): 195201.

Nurfadilah S, Yulia ND, Ariyanti EE. 2016. Morphology, anatomy, and mycorrhizal fungi colonization in roots of epiphytic orchids of sempu island, east java, indonesia. Biodiversitas 17(2): 592-603.

Setyawan AD. 1970. Review: Possibilities of mount lawu to be a national park. Biodiversitas Journal of Biological Diversity 2(2): 163-168.

Steenis CG, van GJ, Kartawinata JA. 2010. Flora Pegunungan Jawa. Lipi Press: Jakarta.

Sutarno S, Setyawan AD, Irianto S, Kusumaningrum A. 1970. Plants biodiversity of jobolarangan forest mount lawu: 2. Spermatophyta. Biodiversitas Journal of Biological Diversity 2(2): 156-162.

Tsulsiyah B, Farida T, Sutra CL, Semarti E. 2021. Important role of mycorrhiza for seed germination and growth of Dendrobium orchids. Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology 6(2): 1-9.

Wijaya IMS, BS Daryono, Purnomo. 2018. Morphological variations of terrestrial orchid Thelymitra javanica Blume (Orchidaceae: Orchidoideae) in mount arjuno, lawu, and sumbing, java – indonesia. Floribunda 6(1): 22-31.

Zhang SB, Chen WY, Huang JL, Bi YF, Yang XF. 2015. Orchid species richness along elevational and environmental gradients in yunnan, china. PLoS ONE 10(11): 1-23.

185