THE EFFECT OF DIFFERENT ALTITUDE TO THE POLLEN TYPES THAT TRIGONA COLLECTED
on
P ISSN: 1410-5292,
E ISSN: 2599-2856
Jurnalbiologi udayana22 (i): 42-48
PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP JENIS POLEN YANG DIKOLEKSI OLEH LEBAH TRIGONA
THE EFFECT OF DIFFERENT ALTITUDE TO THE POLLEN TYPES THAT TRIGONA COLLECTED
I Putu Narka Eka Pratama*, Ni Luh Watiniasih, I Ketut Ginantra
Prodi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran, Bali
*Email: [email protected]
Diterima 21 September 2015 Disetujui 25 Juni 2018
INTISARI
Trigona merupakan genus lebah yang tidak memiliki sengat, hidup di daerah tropik dan subtropik. Di kawasan Asia Tenggara telah teridentifikasi sekitar 50 jenis lebah tanpa sengat, namun belum banyak penelitian yang dilakukan di Indonesia sehingga sedikit sekali informasi tentang keberadaan lebah tanpa sengat ini. Keberadaan tumbuhan sebagai sumber makanan serangga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, oleh karena jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan berkembang berbeda pada ketinggian tempat yang berbeda. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap jenis-jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona di Bali dan jarak jelajah lebah Trigona dalam mencari sumber makanan. Sampel lebah diambil dari 3 lokasi yaitu lokasi I (Desa Mawang dan Taro), lokasi II (Desa Tua) dan lokasi III (Desa Ngis). Pembuatan preparat polen menggunakan metode asetolisis di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Prodi Biologi, FMIPA, Universitas Udayana. Identifikasi menggunakan buku “Pollen Morphology and Plant Taxonomy” (Erdtman, 1972). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis polen yang dikoleksi oleh lebah berbeda pada ketinggian tempat yang berbeda. Polen bunga alamanda (Allamanda cathartica L.) hanya ditemukan di Gianyar dan Karangasem. Polen cabe ( Capsicum frutescens L.) dan bunga Euphorbia (Euphorbia milii) ditemukan di dua tempat yaitu Tabanan dan Karangasem, sedangkan polen bunga Iris (Neomarica longifolia) ditemukan pada koloni lebah yang hidup pada ketiga tempat. Rata-rata jarak jelajah Trigona sp. di Gianyar dengan ketinggian tempat 750,87 m dpl adalah 147,15 m, sedangkan di Tabanan dengan ketinggian tempat 493, 007 m dpl, rata-rata jaraknya adalah 162,21 m dan Karangasem dengan ketinggian tempat 166,18 m dpl., rata-rata jarak jelajahnya adalah 53,61 m.
Kata kunci : ketinggian tempat, tipe polen, Trigona
ABSTRACT
Trigona is a stingless bee, which has been found in tropical and sub-tropical regions. Fifty species have been indentified in South East Asian region, but few studies have been conducted in Indonesia. Plant species commonly differ in different altitudes, due to the climatic effect, therefore will affect the availability of food source for Trigona. This study aimed to investigate the effect of different altitudes to the pollen types collected and used by Trigona as food resources and the distance of their foraging. Samples of Trigona were collected from 3 locations: Location I was in Mawang and Taro Villages at Gianyar Regency, Location II was in Tua Village at Tabanan Regency and Location III was in Ngis Village at Karangasem Regency. The altitudes of those three locations were 750.87 m, 493.007 m and 147.15 m above sea levels respectively. Pollen samples were processed using the acetolysis methods in the Plant Structure and Development Laboratory, Department of Biology, Udayana University and pollen identification was referred to the book of “Pollen Morphology and Plant Taxonomy” (Erdtman, 1972). The results showed that in some cases, the type pollen collected by Trigona differ in different altitude. Pollen of Allamanda cathartica L was collected by the bee at Gianyar and Karangasem Regencies. Pollen of Capsicum frutescens L. and Euphorbia milii were collected by the bee at Tabanan and Karangasem Regency, while pollen Neomarica longifolia was found in bees in all three locations. The average distances of foraging of this Trigona bee was 147.15 m at Gianyar, 162.21 m at Tabanan and 53.61 m at Karangasem.
Keywords : altitude, foraging, pollen type, Trigona.
PENDAHULUAN
Lebah Trigona termasuk lebah sosial sejati (eusocial) yang terdiri dari 374 (Pranck et al., 2004) jenis yang telah teridentifikasi dan terdistribusi atau tersebar di daerah tropik (Dollin et al., 1997). Menurut Sakagami (1982) dan Inoue et al. (1985) di kawasan Asia Tenggara telah teridentifikasi sekitar 50 jenis lebah tanpa sengat, namun belum banyak penelitian yang dilakukan di Indonesia sehingga sedikit sekali informasi tentang keberadaan lebah tanpa sengat ini.
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan penyerbukan sendiri, sehingga dibutuhkan perantara yang dapat membantu terjadinya penyerbukan. Proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan adanya bantuan serangga pollinator (Crene dan Walker, 1984; Erniwati, 2013). Lebah Trigona memiliki peran penting dalam proses penyerbukan bunga sama halnya dengan lebah genus lain. Lebah membantu melakukan penyerbukan dengan menempelkan serbuk sari pada kepala putik.
Sumber pakan lebah Trigona berupa polen, nektar dan air. Oleh karena itu, Trigona termasuk hewan herbivora. Trigona memerlukan sumber pakan yang mengandung air, mineral, protein, vitamin dan karbohidrat. Nektar adalah sumber karbohidrat bagi Trigona, sementara sumber protein diperoleh dari polen (Gojmerac, 1983; Sanford, 2001). Madu dan propolis merupakan kelebihan makanan yang disimpan oleh lebah Trigona di dalam sarangnya (Carlos et al., 1995).
Keberadaan jenis tumbuhan sebagai sumber makanan serangga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, karena jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan berkembang berbeda pada ketinggian tempat yang berbeda (Sulistyono, 1995). Hal ini juga berpengaruh terhadap organisme yang berinteraksi dengan tumbuhan tersebut, baik sebagai polinator maupun herbivora. Dari penelitian pendahuluan ditemukan bahwa, di Bali lebah ini ditemukan hidup sampai dengan ketinggian ± 800 m di atas permukaan laut (dpl), namun tidak ditemukan pada ketinggian 1000 m dpl. Oleh karena itu, penelitian tentang jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona pada ketinggian tempat berbeda penting untuk dilakukan, sehingga diketahui potensi pengembangan dan upaya budidayanya.
MATERI DAN METODE
Sampel diambil dari tiga lokasi dengan ketinggian yang berbeda yaitu lokasi I di Desa Mawang dan Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar dengan ketinggian 750,87 m dpl, lokasi II di Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dengan ketinggian 493,007 m
dpl dan lokasi III di Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem dengan ketinggian 166,18 m dpl. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November 2014 saat lebah sudah aktif keluar sarang untuk mencari makan, dari jam 08.00 hingga jam 18.00 WITA. Tumbuhan referensi adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar sarang dengan jarak 0-500 m, yang diteliti bentuk dan struktur polennya, dimana bentuk dan struktur polen ini dibandingkan dengan bentuk dan struktur polen yang dikoleksi oleh lebah. Sampel pada tumbuhan referensi diambil dari tumbuhan berbunga yang terdapat di serkitar sarang lebah dengan cara mengambil kepala putik atau polen yang sudah matang dari tumbuhan dan dimasukkan ke dalam mikrotube yang telah berisi alkohol 70%. Warna dan bentuk mahkota bunga dicatat.
Identifikasi tumbuhan referensi dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama dilakukan dengan menanyakan nama lokal dari tumbuhan tersebut. Setelah nama lokal diperoleh, selanjutnya nama lokal tersebut diidentifikasi dengan menggunakan buku “Morfologi Tumbuhan” (Gembong, 2005). Cara kedua dilakukan dengan cara mencatat morfologi dari tumbuhan referensi mulai dari bentuk luar tumbuhan, percabangan pada batang, tata letak daun, jumlah kuntum bunga pada setiap tandan dan jumlah buah pada setiap tandan. Setelah didapatkan deskripsi morfologi dari tumbuhan referensi selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi pada buku “Flora” (Van, 2005).
Perkiraan jarak jelajah yang dilakukan oleh lebah Trigona untuk mencapai sumber makanannya dilakukan dengan cara mengukur jarak tumbuhan referensi dari sarang lebah (meter). Tumbuhan yang sedang berbunga yang dijadikan referensi adalah tumbuhan yang tumbuh ± 0-500 m dari sarang, sesuai dengan jarak jelajah lebah pekerja Trigona (Baconawa, 1999). Pembuatan preparat polen dari bunga referensi dilakukan mengikuti metode asetolisis oleh Berlyn and Miksche (1976) dengan modifikasi.
HASIL
Hasil yang didapat dari penelitian adalah jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp. dari 3 lokasi pengambilan sampel dengan perbedaan ketinggian tempat menunjukkan perbedaan. Pengaruh ketinggian tempat yang berbeda yaitu Desa Mawang dan Desa Taro, Kabupaten Gianyar dengan ketinggian 750,87 m dpl , Desa Tua, Kabupaten Tabanan dengan ketinggian 493,007 m dpl, dan Desa Ngis, Kabupaten Karangasem dengan ketinggian 166,18 m dpl menyebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan antar lokasi.
Jenis-Jenis Polen yang Dikoleksi oleh Lebah Trigona di Desa Mawang dan Taro
Desa Mawang dan Taro yang berada pada daerah dataran tinggi memiliki karakteristik suhu rendah dan curah hujan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan 43
tumbuhan tumbuh dengan subur di sekitar sarang lebah. Jumlah tumbuhan yang ditemukan pada jarak 0-500 m dari sarang adalah 25 tumbuhan yang terdiri atas kembang kertas (Bougainvillea spectabilis), heliconia (Heliconia colinsiana), bunga iris (Neomarica longifolia), anggrek dendrobium (Dendrobium sp.), trijata (Medinilla speciosa), jambu biji (Psidium guajava), wedelia (Sphagneticola triloba), dandelion (Taraxacum officinale), jeruk bali (Citrus maxima), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), labu siam
(Sechium edule), jagung (Zea mays), bunga pagoda (Clerodendron paniculatum ), alamanda (Allamanda cathartica), mawar (Rosa sp.), rumput bunga atau gletang (Tridax procumbens), pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis), gemitir (Tagetes erecta), coklat (Theobroma cacao), pepaya (Carica papaya), anthurium (Anthurium sp.), adas (Foeniculum vulgare), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), singkong (Manihot utilissima) dan padi (Oryza sativa). Jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona di Desa Mawang dan Taro ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama tumbuhan, jarak tumbuhan dari sarang, warna mahkota bunga, ukuran dan
bentuk polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp. pada sarang I-IV, di Desa Mawang dan Taro. | |||||
Sarang |
Nama Tumbuhan |
Rata-rata ukuran polen (µm) |
Jarak sarang dengan tumbuhan (m) |
Warna mahkota bunga |
Bentuk perlekatan mahkota |
Heliconia |
77,77 |
3,5 |
Merah |
Bentuk tertutup | |
I |
Bunga iris |
44,44 |
10 |
Kuning |
Bentuk terbuka |
Labu siam |
88,88 |
151 |
Putih |
Bentuk terbuka Bentuk tertutup | |
Bunga Pagoda |
44,44 |
200 |
Merah |
Bentuk terbuka | |
Heliconia |
77,77 |
10 |
Merah |
Bentuk tertutup | |
Bunga iris |
44,44 |
21 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
II |
Gemitir |
27,78 |
350 |
Kuning-oranye |
Bentuk terbuka |
Bunga Pagoda |
44,44 |
488 |
Merah |
Bentuk terbuka | |
Bunga jonge |
44,44 |
3 |
Ungu |
Bentuk terbuka | |
III |
Alamanda |
18,61 |
150 |
Kuning |
Bentuk tertutup |
Heliconia |
77,77 |
155 |
Merah |
Bentuk tertutup | |
Gemitir |
27,78 |
342 |
Kuning-oranye |
Bentuk terbuka | |
Bunga iris |
44,44 |
2 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Wedelia |
22,22 |
3 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
IV |
Bunga jonge |
44,44 |
7 |
Ungu |
Bentuk terbuka |
Bunga pagoda |
44,44 |
125 |
Merah |
Bentuk terbuka | |
Gemitir |
27,78 |
442 |
Kuning-oranye |
Bentuk terbuka |
Hasil identifikasi polen di Desa Mawang dan Taro menunjukkan polen terbesar yang berasal dari polen labu siam (88,88 µm) dikoleksi oleh koloni di sarang I dengan jarak tempuh 151 m, dan polen terkecil berasal dari bunga alamanda (18,61 µm) dengan jarak yang sama. Polen bunga heliconia, bunga iris, bunga pagoda dan gemitir ditemukan di 3 sarang. Rentang ukuran polen dari bunga tersebut adalah 27,78-77,77 µm. Jarak terjauh yang ditempuh oleh lebah untuk mengambil polen bunga heliconia, yang mempunyai ukuran relatif besar 77,77 µm adalah 155 m dari sarang, sedangkan jarak terjauh yang ditempuh untuk mengambil polen bunga gemitir yang berukuran relatif kecil (27,78
µm) adalah 442 m dari sarang. Rata-rata jarak jeµm) adalah 442 m dari sarang. Rata-rata jarak jelajah lebah Trigona pada ketinggian 750,87 m dpl adalah 147,15 m. Jarak jelajah mencari makanan terjauh adalah 488 m dan jarak terdekat 2 m dari sarang.
Jenis-Jenis Polen yang Dikoleksi oleh Lebah Trigona di Desa Tua
Jenis tumbuhan referensi yang ditemukan dengan jarak 0-500 m dari sarang lebah Trigona di Desa Tua, Tabanan menunjukkan beberapa perbedaan dengan tumbuhan di Desa Taro dan Desa Mawang. Cabe (Capsicum frustescens), pepaya (Carica papaya), amaryllis (Hippeastrum sp.), heliconia (Heliconia
colinsiana), padi (Oryza sativa), coklat (Theobroma cacao), bunga iris (Neomarica longifolia), wedelia (Sphagneticola triloba), dandelion (Taraxacum officinale), durian (Durio zibethinus), bunga bintang (Isotomoa longiflora), jagung (Zea mays), jonge (Emilia sonchifolia), singkong (Manihot utilissima), lamtoro (Leucaena glauca), pacar air (Impatiens balsamina), jambu biji (Psidium guajava), tomat (Lycopersicon
P ISSN: 1410-5292, E ISSN: 2599-2856 lycopersicum), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), kembang kertas (Bougainvillea spectabilis), alamanda (Allamanda cathartica), kenanga (Cananga odoratum), euphorbia merah (Euphorbia milii),
anthurium (Anthurium sp.) dan sawo (Manilkara kauki) merupakan jenis tumbuhan referensi yang dikoleksi di Desa Tua. Jenis polen tumbuhan yang dikoleksi oleh lebah Trigona di Desa Tua, Tabanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama tumbuhan, jarak tumbuhan dari sarang, warna mahkota bunga, ukuran dan bentuk polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp. sarang I-IV, Desa Tua.
Sarang |
Nama Tumbuhan |
Rata-rata ukuran polen (µm) |
Jarak sarang dengan tumbuhan (m) |
Warna mahkota bunga |
Bentuk perlekatan mahkota |
Amaryllis |
83,32 |
15 |
Merah |
Bentuk terbuka | |
I |
Padi |
52,21 |
45 |
Coklat |
Bentuk terbuka |
Bunga Iris |
44,44 |
68 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Durian |
77,77 |
120 |
Coklat |
Bentuk terbuka | |
Bunga Iris |
44,44 |
24 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Sawo |
44,44 |
56 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
II |
Cabe |
38,88 |
60 |
Putih |
Bentuk terbuka |
Amaryllis |
83,32 |
77 |
Merah |
Bentuk terbuka | |
Singkong |
155,54 |
286 |
Coklat |
Bentuk tertutup | |
Cabe |
38,88 |
12 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
Bunga Iris |
44,44 |
40 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
III |
Sawo |
44,44 |
105 |
Putih |
Bentuk terbuka |
Durian |
77,77 |
115 |
Coklat Merah |
Bentuk terbuka | |
Phorbia |
55,55 |
445 |
muda-putih |
Bentuk terbuka | |
Bunga Iris |
44,44 |
78 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Sawo |
44,44 |
243 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
IV |
Kenanga |
33,33 |
430 |
Hijau |
Bentuk terbuka |
Amaryllis |
83,32 |
460 |
Merah Merah |
Bentuk terbuka | |
Phorbia |
55,55 |
497 |
muda-putih |
Bentuk terbuka |
Ukuran polen terbesar yang dikoleksi oleh keempat koloni lebah tersebut adalah 155,54 µm yang berasal dari bunga singkong, sedangkan ukuran polen terkecil yang dikoleksi berasal dari bunga kenanga dengan diameter 33,33 µm, yang tumbuh sekitar 430 m dari sarang.
Sembilan jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah Trigona sp. yang ditemukan di Tabanan. Ukuran polen yang dikoleksi cukup besar yaitu berkisar antara 33,33-155,5 µm. Singkong memiliki ukuran polen terbesar (155,5 µm) dan mempunyai bentuk perlekatan mahkota tertutup. Selain singkong, terdapat 8 jenis tumbuhan yang mempunyai bentuk perlekatan terbuka.
Jenis-Jenis Polen yang Dikoleksi Lebah Trigona di Desa Ngis
Sarang lebah Trigona sp. di desa Ngis berada di wilayah perkebunan masyarakat dengan tumbuhan berkayu yang berukuran besar, selain tumbuhan hias. Tumbuhan yang ditemukan hingga jarak 500 m dari sarang lebah adalah adas (Foeniculum vulgare), heliconia (Heliconia colinsiana), jambu biji (Psidium guajava), cabe (Capsicum frustescens), euphorbia (Euphorbia milii), bougenvile (Bougainvillea spectabilis), alamanda (Allamanda cathartica), pepaya (Carica papaya), talas (Colocasia esculenta), bunga iris (Neomarica longifolia), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), coklat (Theobroma cacao), singkong (Manihot utilissima), anthurium
P ISSN: 1410-5292,
E ISSN: 2599-2856
(Anthurium sp.), sawo (Manilkara kauki) dan kenanga (Cananga odoratum) (Tabel 3).
Tabel 3. Nama tumbuhan, jarak tumbuhan dari sarang, warna mahkota bunga, ukuran dan bentuk polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp. pada sarang I-IV, Desa Ngis.
Sarang |
Nama Tumbuhan |
Rata-rata ukuran polen (µm) |
Jarak sarang dengan tumbuhan (m) |
Warna mahkota bunga |
Bentuk perlekatan mahkota |
Adas |
22,22 |
12 |
Hijau-kuning |
Bentuk terbuka | |
I |
Jambu Biji |
17,22 |
15 |
Putih |
Bentuk terbuka |
Cabe |
38,88 |
15 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
Bunga iris |
44,44 |
157 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Adas |
22,22 |
34 |
Hijau-kuning |
Bentuk terbuka | |
II |
Bunga iris |
44,44 |
35 |
Kuning |
Bentuk terbuka |
Jambu Biji |
17,22 |
90 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
Phorbia |
55,55 |
215 |
Merah muda- putih |
Bentuk terbuka | |
Adas |
22,22 |
12 |
Hijau-kuning |
Bentuk terbuka | |
III |
Phorbia |
55,55 |
34 |
Merah muda- putih |
Bentuk terbuka |
Bunga iris |
44,44 |
55 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Jambu Biji |
17,22 |
67 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
Bunga iris |
44,44 |
14 |
Kuning |
Bentuk terbuka | |
Cabe |
38,88 |
23 |
Putih |
Bentuk terbuka | |
Alamanda |
18,61 |
24 |
Kuning |
Bentuk tertutup | |
IV |
Adas |
22,22 |
26 |
Hijau-kuning |
Bentuk terbuka |
Jambu Biji |
17,22 |
59 |
Putih |
Bentuk terbuka |
PEMBAHASAN
Ukuran polen terbesar yang dikoleksi adalah 55,55 µm yang berasal dari bunga iris yang tumbuh paling jauh berjarak 215 m, sedangkan ukuran polen terkecil (17,22 µm) yang berasal dari jambu biji tumbuh dengan jarak terjauh dari tumbuhan dari sarang adalah 90 m. Rata- rata jarak jelajah lebah Trigona di desa Ngis adalah 53,61 µm. Jarak jelajah terjauh lebah Trigona dalam mencari makan di Desa Ngis adalah 215 m dan jarak terdekat adalah 12 m.
Lebah Trigona sp. di daerah Karangasem mencari sumber pakan dari 6 jenis tumbuhan yang berbeda. Seluruh tumbuhan mempunyai bentuk perlekatan mahkota yang terbuka. Rata-rata ukuran polen berkisar antara 17,22- 55,55 µm. Warna mahkota bunga beragam dan berwarna cerah.
Perbedaan jenis tumbuhan yang tumbuh di sekitar koloni lebah yang dijadikan sebagai obyek penelitian dari ketiga ketinggian tempat berpengaruh terhadap perbedaaan jenis polen yang dikoleksi oleh lebah. Kemampuan untuk tumbuh dan beradaptasi pada wilayah yang memiliki ketinggian tempat berpengaruh terhadap jenis tumbuhan yang ditemukan. Hal ini juga mempengaruhi jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona.
Musim kemarau saat pengambilan sampel (Bulan November) di Bali mempengaruhi musim berbunga pada tumbuhan yang dijadikan sumber pakan oleh lebah Trigona. Tumbuhan yang berbunga sepanjang tahun dan silih berganti disukai oleh lebah Trigona, hal ini
Jurnalbiologi udayana22 (i): 42-48 disebabkan sumber pakan tersedia sepanjang tahun (Crane, 1980; Gojmerac, 1983 dan Dinda et al., 2014).
Menurut Antonio et al. (1996); Abdillah (2008), kandungan hara polen (gula, protein, vitamin dan enzim) dan ukuran polen adalah faktor yang berpengaruh terhadap kesukaan lebah pada sumber pakannya. Percival (1965) dan Catur (2006) menyatakan bahwa lebah madu lebih menyukai bentuk bunga yang terbuka. Selain itu, warna mahkota bunga dan aroma bunga berperan untuk menarik lebah mengunjungi bunga tersebut. Menurut Giurta and Nunez (1992), lebah sangat tertarik dengan aroma khas yang keluar dari bunga. Aroma bunga yang khas akan dibawa lebah pekerja untuk individu lebah yang lain di dalam sarang yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam mencari sumber pakannya.
Ukuran polen yang dikumpulkan lebah Trigona sp. di Desa Mawang dan Taro berada pada rentang 18,61 – 88,88 µm. Ukuran polen terbesar dibawa oleh lebah Trigona sp. dari jarak 151 m. Jarak jelajah terjauh lebah Trigona yang hidup pada ketinggian 750,87 m dpl adalah 488 m. Ukuran tubuh Trigona sp. sangat berpengaruh terhadap kemampuan jelajah lebah Trigona ini. Eltz (2001) dan Nunes et al. (2010) juga menemukan bahwa semakin besar ukuran lebah maka semakin besar kemampuan terbangnya. Ukuran tubuh lebah Trigona sp. yang mencapai 5 mm mampu menempuh jarak hingga 600 m dalam mencari sumber pakan. Ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap ukuran tubuh lebah mendapatkan bahwa lebah madu (Apis cerena) yang hidup pada dataran tinggi memiliki ukuran berat badan lebih besar dibandingkan lebah madu di dataran rendah (Tantowijoyo, 2008).
Koloni lebah Trigona sp. dari keempat koloni yang hidup di Desa Tua dengan ketinggian 493,007 m dpl, rata- rata jarak jelajahnya adalah 162,21 m. Jarak jelajah terjauh yang ditempuh untuk mencari sumber pakan adalah 497 m. Pada lokasi ini rata-rata polen tumbuhan yang ditemukan memiliki bentuk mahkota yang terbuka dan dengan warna yang cerah. Bunga euphorbia yang ditemukan memiliki resin yang dibutuhkan oleh lebah untuk pembuatan propolis. Lebah Trigona cenderung mencari beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai kandungan resin tinggi (Krisnawati, 2013). Resin -resin dari berbagai tumbuhan akan dicampur dengan enzim sehingga menghasilkan elemen baru seperti gula yang bermanfaat dalam pembuatan propolis (Suranto, 2010)
Ukuran polen yang dikoleksi di Desa Tua yang berbeda bervariasi dari ukuran terkecil 33,33 µm hingga ukuran terbesar 155,54 µm. Sihombing (2005) menyatakan bahwa ukuran tubuh lebah yang mempengaruhi kapasitas kantong madu,
P ISSN: 1410-5292, E ISSN: 2599-2856 jumlah dan konsentrasi gula pada polen, pengalaman lebah pekerja dan cuaca adalah faktor utama yang mempengaruhi jumlah dan jenis polen yang dibawa oleh lebah madu.
Polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp. di Desa Ngis berasal dari bunga adas, jambu biji, bunga iris, cabe, euphorbia dan bunga alamanda. Ukuran rata-rata polen yang dikoleksi adalah 31,61 µm. Ukuran ini lebih kecil dibandingkan kedua tempat pengambilan sampel sebelumnya. Ukuran lebah Trigona sp. yang lebih kecil kemungkinan menyebabkan kantong polen berukuran kecil, sehingga ukuran polen yang dikoleksi juga lebih kecil dengan rata-rata <50 µm (Sihombing, 2005). Beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap jarak jelajah lebah Trigona adalah ketinggian tempat, intensitas cahaya, temperatur udara, kecepatan angin dan curah hujan. Lebah Trigona aktif mencari pakan pada temperatur 18°C - 35°C. Kondisi cuaca yang cerah saat pengambilan sampel dan sarang lebah yang berada pada tempat terbuka juga mempengaruhi aktivitas mencari pakan lebah Trigona (Nagamitsu dan Inoue,1998; Eltz, 2001; Michener, 2007). Peneliti tersebut menyatakan bahwa sarang lebah di tempat terbuka mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup dan temperatur sarang di tempat terbuka lebih tinggi sehingga Trigona sp. tidak memerlukan energi yang tinggi untuk mulai beraktifitas mencari sumber pakan, dan biasanya dapat menempuh jarak yang jauh. Begon et al. (1986) menyatakan bahwa lebah termasuk hewan endotermik dengan ukuran tubuh lebih kecil jika hidup di daerah dataran rendah dibandingkan daerah dataran tinggi.
Polen yang berasal dari bunga iris ditemukan pada koloni lebah yang hidup di Gianyar, Tabanan dan Karangasem dimana tumbuhan tersebut juga tumbuh. Kemampuan hidup tumbuhan iris kuning pada ketinggian tempat yang berbeda, dengan tinggi tumbuhan kurang dari 1 m dan berbunga sepanjang tahun menyebabkan bunga ini menjadi sumber pakan yang baik bagi lebah Trigona sp. (Catur, 2006). Polen bunga alamanda ditemukan di 2 lokasi yaitu Gianyar dan Karangasem. Alamanda merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi 4-5 m. Tumbuhan ini mempunyai masa berbunga sepanjang tahun. Lebah madu cenderung mengunjungi bentuk bunga yang terbuka sehingga memudahkan lebah untuk mengambil polen
SIMPULAN
Perbedaan ketinggian tempat hidup lebah Trigona menyebabkan adanya beberapa jenis polen berbeda yang dikoleksi. Polen bunga alamanda hanya ditemukan di dua tempat yaitu Gianyar dan Karangasem, polen cabe dan euphorbia ditemukan di daerah Tabanan dan Karangasem. Polen bunga yang ditemukan di Gianyar, Tabanan, dan Karangasem adalah polen bunga Iris. Polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona tergantung dari bunga yang tumbuh disekitar sarangnya. Oleh karena itu, dalam usaha budidaya lebah Trigona pada ketinggian tempat
yang berbeda sebaiknya didukung dengan penanaman tanaman berbunga yang dapat tumbuh sesuai dengan ketinggian tempatnya.
KEPUSTAKAAN
Abdilah, H. 2008. Pengaruh Volume Stup
Terhadap Bobot Koloni dan Aktivitas Keluar Masuk Lebah Klanceng (Trigona sp.). Skripsi. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Antonio, C. M. S., C. O. Moura and B. W. Nelson. 1996. Pollen Collected by Trigona williana (Hymenoptera: Apidae) in Central
Amazonia. Rev. Biol. Trop. 44 (2): 567-573.
Baconawa, A. D. 1999. The Economic Bee Pollination in the Philiphines. available at: http://www.apiservices.com/articles/us/po llinations_philippines.html.[31 Maret
2014].
Begon, M., J. L. Harper. and C. R. Townsed. 1986. Ecology. Blacwell Scientific,Oxford.
Carlos, A. C., S. Antonio, S. Morques, , C. O. Moura, B. W. Nelson and N. B Walker. 1995. Pollen Collected by Trigona Williana
(Hymenoptera: Apidae) in Central
Amozonia. INPA. Brazil.
Catur, A. S. 2006. Inventarisasi Tumbuhan Pakan Lebah Madu Apis cerana di Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Crane, E.1980. A Book of Honey. Oxford University Press. London.
Crane, E. and P. Walker. 1984. Pollination Directory for World Crops. International Bee Research Association. London.
Dinda, M. D., M. Junus and N. Cholis. 2014. Penampilan Lebah Klanceng (Trigona sp.) pada Akhir Musim Bunga di Kabupaten Suruan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
Dollin A. E., L. J. Dollin and S. F. Sakagami. 1997. Australian Stingless Bees of the Genus Trigona (Hymenoptera: Apidae).
Invertebrate Taxonomy 11: 861-896.
Eltz, T. 2001. Ecology of Stingless Bee (Apidae, Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forest in Sabah, Malaysia, and an Evaluation of Logging Impact on Populations and Communities. Dissertation. Universitaet Wuerzburg, Munchen.
Erdtman, G. 1972. Pollen Morphology and Plant Taxonomy – Angiosperms (An Introduction to Palynology. I). Diterjemahkan oleh Professor H. Humbert. The Chronica Botanica Co. USA. Eltz, T. 2001. Ecology of Stingless Bee (Apidae, Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forest in Sabah, Malaysia, and an Evaluation of Logging Impact on Populations and Communities. Dissertation. Universitaet Wuerzburg, Munchen.
Erniwati. 2013. Kajian Biologi Lebah Tak Bersengat (Apidae: Trigona) di Indonesia. Fauna Indonesia 12(1): 29-34.
Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Giurta M. and J. A. Nunez. 1992. Foraging by Honey Bee on Carduss acarthuides: Pattern an Efficiency (Eds. M.Begon and DJ. Thomson). Published for the Royal Entomological Society of London Blackwell Scientific Publication Oxford 17:326330.
Gojmerac, W. L. 1983. Bees, Beekeping, Honey and Pollination. AVI Publishing Company, Inc. Westport. Conecticut Connecticut.
Inoue, T., S. Salmah, I. Abbas and Y. Erniwati. 1985. Foraging Behaviour of Individu Workers and Foraging Dynamic of Colonies of Three Sumatran Stingless Bees. Res. Popul.Ecol. 27 (2): 373 – 392.
Percival M. 1965. Floral Biology. London: Pergamon Press.
Krisnawati. 2013. Kandungan Propolis dan Madu Lebah Trigona spp. di Pulau Lombok. Alih Teknologi “Budidaya Lebah Trigona sp.”. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Mataram.
Michener, C. D. 2007. The Bees of the World. The John Hopkins University Press: London.
Nagamitsu T and T. Inoue. 1998. Interspecific Morphological Variation in Stingless Bees (Hymenoptera: Apidae, Meliponinae) Associated with Floral Shape and Location in an Asian Tropical Rainforest. Entomological Science 1: 189194.
Nunes S. P., S. D. Hilario, P. S. S. Filho and V. L. I. Fonseca. 2010. Foraging Activity in Plebeia Remota, a Stingless Bees Species, is Influenced by the Reproductive State of a Colony. Psyche 2010: Article ID 241204,16p.
Tantowijoyo, W. 2008. Altitudinal distribution of two invasive leafminers, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) and L. sativae Blanchard (Diptera: Agromyzidae) in Indonesia. Zoology. The University of Melbourne, Melbourne.
Pranck P., E. Cameron, G. Good, Y. Rasplus and B. P. Oldroyd. 2004. Nest Architecture and Genetic differentiation in a Species Complex of Australian Stingless Bees. Molecular Ecology 13; 2317-2331
Sakagami, S. F. 1982. Stingless bees. In: H.R. Herman (Ed). 1982. Social Insects. Academic Press, New York.
Sanford, M. T. 2001. Producing Pollen. Departement Entomology and Nematology, Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agriculture. University of Florida, Gainesville FL 32611.
Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sulistyono. 1995. Pengaruh Tinggi Tempat Terhadap (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Suranto. 2010. Dasyatnya Propolis Menggempur Penyakit. Jakarta: Agro Media Pustaka.
48
Discussion and feedback