JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta

Volume 9, Nomor 1, bulan April, 2021

Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata Buse-Kurz) dan Lama Perendaman Terhadap Kesegaran Pisang Cavendish (Musa Acuminata)

The Effect of Bamboo Liquid Smoke Concentration (Gigantochloa nigrociliata BUSE-Kurz) and Duration of Soaking on Cavendish Banana (Musa Acuminata)

K. Justikha Natalia Praja, Pande Ketut Diah Kencana*, I Gusti Ketut Arya Arthawan Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana *E-mail: [email protected]

Abstrak

Buah pisang Cavendish merupakan salah satu produk hortikultura yang rentan mengalami kemunduran fisiologis dan sangat rentan terhadap kerusakan fisik setelah panen. Penggunaan berbagai konsentrasi asap cair bambu tabah dengan lama perendaman yang berbeda dapat digunakan sebagai pengawet alami. Buah pisang yang digunakan adalah pisang Cavendish yang berasal dari Kabupaten Buleleng, dalam satu sisir berisi paling sedikit10 buah dengan panjang rata-rata 18.89 cm dan berat rata-rata 125±5 gram (g). Tujuan penelitian ini adalah menemukan kombinasi perlakuan terbaik dari perlakuan konsentrasi asap cair dan lama perendaman untuk menjaga kesegaran dan masa simpan pada buah pisang Cavendish selama penyimpanan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor pertama adalah konsentrasi asap cair bambu tabah dan faktor kedua adalah lama perendaman. Faktor pertama terdiri dari empat taraf konsentrasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7%. Faktor kedua terdiri dari tiga taraf lama perendaman yaitu 10 menit, 20 menit dan 30 menit dengan suhu penyimpanan menggunakan suhu ruang (28±2oC). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah laju respirasi, susut bobot, kekerasan, TPT (total padatan terlarut), tingkat kerusakan, dan organoleptik. Hasil interaksi terbaik ditunjukkan pada perlakuan 7% konsentrasi asap cair bambu tabah dan perendaman 10 menit, dengan nilai rata-rata parameter laju respirasi 51.18 ml CO2/kg.jam, nilai rata-rata susut bobot dengan nilai 17.61%, nilai rata-rata kekerasan 3.82 kg, nilai rata-rata TPT 15.65 %Brix, nilai tingkat kerusakan 2.40, nilai rata-rata organoleptik rasa sebesar 4.67, aroma sebesar 4.54 dan warna sebesar 3.87. Disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan A4B1 (konsentrasi asap cair bambu tabah 7% dengan perendaman selama 10 menit) adalah kombinasi terbaik untuk menjaga kesegaran dan memperlambat penurunan kualitas buah pisang Cavendish hingga akhir periode penyimpanan hari ke-15.

Keywords: Pisang Cavendish, konsentrasi asap cair, bambu tabah, perendaman.

Abstract

Cavendish banana one of the horticultural products that are prone to physiological setbacks and very vulnerable to physical damages after harvest. Various concentrations of tabah bamboo liquid smoke with different soaking times can use as natural preservatives. The bananas used in this study were Cavendish bananas from Buleleng, every bunch consists of at least ten banana with a length of 18.59 cm and a weight of 125 ± 5 g. This study aims to find the best treatment combination of the treatmentoof liquid smoke concentration and soaking time to maintain freshness and shelf life of Cavendish bananas during storage. The experimental design used in this study was a Completely Randomized Design (CRD) with two factors, the first factor was the concentration of tabah bamboo liquid smoke, and the second factor was the soaking time. The first factor consists of four levels of concentration namely 1%, 3%, 5%, and 7%. The second factor consists of three levels of soaking time, namely 10 minutes, 20 minutes and 30 minutes with storage temperature using room temperature (28 ± 2oC). The parameters observed in this study are: repiration rate, weight loss, hardness, level of damages, TPT and organoleptics. The best interaction results are shown in the treatment of 7% concentration of tabah bamboo liquid smoke with 10 minutes of soaking with an average value of respiration rate parameters of 51.18 ml CO2 / kg.hour, an average value of weight loss with a value of 17.61%, an average value of hardness of 3.82 kg, the average value of TPT was 15.65% Brix, the value of the level of damage was 2.40, the average organoleptic value of taste was 4.67, aroma was 4.54 and color was 3.87. The conclus of this study indicates that the combination of A4B1 (7% tabah bamboo liquid smoke concentration with soaking for 10 minutes) is the best combination to keep freshness and the quality of green bananas until the storage period of the 15th day.

Keywords: Cavendish banana, liquid smoke concentration, tabah bamboo, soaking.

PENDAHULUAN

Buah pisangmmerupakan buah yangodigemari oleh sebagian besar pendudukhIndonesia karena memiliki rasa yang enak, kandungan gizi tinggi, serta mudah untuk didapatkan. Buah pisang adalah salah satu produk hortikultura unggulan di Indonesia, berdasarkan Angka Tetap (ATAP) tahun 2017 pisang mencapai produksi 7.16 juta ton dan masih menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang produksi terbesar (Badan Pusat Statistik, 2018). Salah satu jenis pisang yang memiliki nilai ekonomis tinggi terutama untuk komoditas ekspor adalah pisang Cavendish. Pisang Cavendish memiliki sifat mudah rusak (perishable)(Purwoko & Juniarti, 1998). Buah pisang Cavendish merupakan jenis buah klimaterik yang mengalami peningkatan laju respirasi selama proses pematangan, kulit buah cenderung cepat mengalami kerusakan seperti terdapat bintik-bintik coklat kehitaman selama penyimpanan. Penurunan mutu dan masa simpan buah dapat menjadi lebih cepat ketika terjadi infeksi hama dan penyakit pada buah (Budijanto et al., 2011). Masih berlangsungnya proses respirasi dan produksi gas etilen pada buah meski telah dipanen, sehingga fase pelayuan akan lebih cepat terjadi yang mengakibatkan kesegaran dan umur simpan produk terbatas (Sholihati et al., 2015). Oleh sebab itu diperlukan upaya penanganan pascapanen lebih lanjut agar dapat mencegah terjadinya kerusakan lebih cepat sehingga kesegaran dan masa simpannya dapat di pertahankan lebih lama.

Salah satu metode alternatif dan praktis yang dapat digunakan dalam penanganan pascapanen adalah pengaplikasian asap cair pada produk hortikultura. Seperti pada penelitian Silsia et al., (2011) penggunaan asap cair tempurung kelapa dapat mempertahankan kesegaran buah pisang Ambon Curup selama 14 hari. Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan karena mengandung senyawa fenol, karbonil, dan asam. Menurut Retnowati (2007), asap yang telah dikondensasikan menjadi asap cair dan memiliki sifat fungsional (antimikroba, efek cita rasa warna dan antioksidan) dapat diaplikasikan pada produk pangan maupun hortikultura. Menurut Diatmika et al., (2019) bambu tabah dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk memproduksi asap cair dan telah dimanfaatkan sebagai pengawet produk pangan ikan, salah satunya pada penelitian Jakung et al., (2019) penggunaan asap cair bambu tabah pada se’i ikan bandeng mampu mengawetkan lebih baik dibandingkan tanpa perendaman asap cair. Asap cair dari bambu tabah mengandung total asam sebesar 4.77% dan jumlah fenol rata-rata berkisar antara

22.06 – 24.19 mg/l (Diatmika et al., 2019). Fenol dan asam merupakan senyawa yang berperan sebagai pemberi flavor pada bahan pangan serta dapat digunakan sebagai pengawet karena memiliki efek antimikroba. Namun asap cair dari bambu tabah belum termanfaatkan sebagai metode dalam penanganan pascapanen pada produk hortikultura. Oleh sebab itu pemanfaatan asap cair bambu tabah perlu diteliti lebih lanjut sebagai metode penanganan pasapanen salah satunya pada buah pisang Cavendish.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman terhadap kesegaran pada buah pisang Cavendish. Pisang yang digunakan adalah buah pisang Cavendish yang berasal dari Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang dikenal dengan sebutan pisang hijau Taiwan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asap cair bambu tabah terhadap kesegaran pada buah pisang Cavendish, sehingga diperoleh perlakuan terbaik dalam mempertahankan kesegaran pisang Cavendish lebih lama. Bila kesegaran buah pisang dapat dipertahankan dan umur simpan dapat diperpanjang, maka dapat memberikan manfaat bagi para petani dan sektor pelaku pasar.

METODE PENELITIANN

TempattdanoWaktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen dan Laboratorium Sumber Daya Alam, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana pada tanggal 1 Februari – 1 Maret 2020.

BahankdantAlat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini.adalah pisang Cavendish dengan kriteria berwarna hijau segar, umur panen 90 hari yang didapat dari kebun petani di Kabupaten Buleleng, Kecamatan Gerokgak. Asap cair dari bambu tabah hasil destilasi, Ca (OH) 2 jenuh, HCL 0.1N, NaOH 0.1N. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat destilasi asap cair, botol, corong, keranjang, gelas ukur, labu ukur, nampan, tissue, pisau, refractometer (merk labo 10807), textureaanalyzer (TA. XTplus, England), pipet tetes, timbangan digital (merk Adventure Pro Av 8101 Ohaus, New York, USA), chamber ukuran 3 Liter, plastisin, selang karet diameter 1,2 mm, karet gelang, pompa udara 7 buah.

Rancangan Percobaan

Penelitianiinimmenggunakan Rancangan Acak Lengkapo(RAL) faktoriall dengan duaa faktor perlakuan. Faktorrpertama terdiri dari 4 konsentrasi asap cair bambu tabah yaitu 1%, 3%, 5% dan 7% . Faktor kedua terdiri dari tiga lama perendaman yaitu 10 menit, 20 menit dan 30 menit. Buah pisang Cavendish yang telah diberikan perlakuan disimpan pada suhu ruang (28 ± 20C). Setiap unit percobaan terdiri dari 3 buah pisang Cavendish. Disediakan pula buah pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) sebagai pembanding. Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh 24 unit percobaan dan 2 kontrol. Pengamatan dilakukan secara periodik setiap tiga hari selama 15 hari penyimpanan. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya secara statistika (Analysis Of Varians) dengan alat bantu SPSS 25 dan apabila terdapat data berpengaruh nyata atau sangat nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Bahan

Persiapan diawali dengan proses pemanenan sekaligus sortasi awal buah pisang Cavendish yang diperoleh dari kebun petani di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Pisang Cavendish disortasi sehingga diperoleh ukuran panjang rata-rata 18 cm dengan berat 125±5 gram dengan warna pisang hijau segar dan tidak rusak. Asap Cair bambu tabah yang telah didestilasi sebanyak 2 liter, dilanjutkan dengan pembuatan larutan Ca (OH)2 jenuh.

Perendaman dan penyimpanan

Tahap perendaman dengan asap cair dilakukan dengan melakukan pengenceran asap cair terlebih dahulu sesuai konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 7% dengan 1000 ml air dalam kemasan. Buah pisang Cavendish direndam didalam ember yang telah berisi

larutan asap cair selama 10 menit, 20 menit dan 30 menit sesuai perlakuan. Kemudian buah pisang Cavendish diangin-anginkan terlebih dahulu. Pisang Cavendish yang telah diberi perlakuan disusun diatas keranjang dan diletakkan diatas meja pada penyimpanan suhu ruang yaitu 28 ±2 oC. Penyimpanan ini dilakukan selama 15 hari dan diamati berkala setiap 3 hari sekali.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu, laju respirasi dengan metode titrasi menurut Nurlatifah et al., (2017). Pengukuran susut bobot menurut Widodo et al., (2019). Pengukuran kekerasan pada buah pisang Cavendish dilakukan dengan alat texturesanalyzer (TAXT plus, England). Pengukuran total padatan terlarut (TPT) diukur dengan digital refractometer. Uji organoleptik yang dilakukan berupa pengujian uji hedonik (kesukaan) terhadap rasa, aroma dan warna terhadap buah pisang oleh 15 orang panelis dengan skala 1-5, yaitu 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (biasa), 4 (suka), 5 (sangat suka) menurut Malau et al., (2020). Pengukuran tingkat kerusakan pada buah pisang Cavendish diukur dengan perubahan warna kulit buah selama penyimpanan menurut Prabawati et al., (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Respirasi

Laju respirasi merupakan salah satu faktor yang mengidentifikasi mutu kesegaran dan masa simpan produk. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam didapatkan bahwa interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap laju respirasi pisang Cavendish pada penyimpanan hari ke-3, 6, 9, 12, dan hari ke-15. Sedangkan hari ke-0 semua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05). Pengamatan hasil nilai rata-rata laju respirasi pisang Cavendish disajikan pada Tabel 1.

Table 1. Hasil Nilai rata-rata laju respirasi pisang Cavendish (ml CO2/kg.jam)

Perlakuan

Hari 0

Hari 3

Hari 6

Hari 9

Hari 12

Hari 15

A1B1

18.87 a

28.92 e

43.55 h

51.36 ef

64.51 e

54.43 f

A1B2

18.86 a

29.11 e

44.40 g

51.93 e

65.18 d

55.32 e

A1B3

18.82 a

30.21 d

45.16 f

53.81 d

67.24 c

57.20 d

A2B1

18.88 a

28.82 ef

42.15 i

51.05 f

63.41 f

52.80 g

A2B2

18.87 a

30.47 d

44.91 fg

53.88 d

64.17 e

55.68 e

A2B3

18.82 a

31.72 c

46.52 d

55.03 c

67.80 c

57.79 c

A3B1

18.84 a

28.31 f

41.51 j

49.98 g

62.99 f

52.56 g

A3B2

18.87 a

31.83 c

45.86 e

55.43 c

67.92 c

57.34 d

A3B3

18.88 a

32.25 c

50.80 b

56.28 b

70.50 b

60.48 b

A4B1

18.91 a

27.52 g

40.45 k

49.05 h

61.24 g

51.18 h

A4B2

18.86 a

32.93 b

49.56 c

56.75 b

70.62 b

60.52 b

A4B3

18.89 a

34.32 a

52.76 a

58.57 a

72.16 a

61.97 a

Kontrol

18.87

39.17

57.84

72.87

-

-

Keterangan: Huruffyang sama dibelakang angka padakkolom yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Tabel 1. Menunjukkanrrata-rata laju respirasi pisang Cavendish dengan penambahan asap cair bambu tabah pada hari ke-0 tidak.berbedaJnyata pada semua perlakuan. Pada penyimpanan hari ke-3, 6 dan 9, rata-rata kenaikan laju respirasi tertinggi terdapat pada pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 39.17, 57.84 dan 72.87 ml CO2/kg.jam diikuti oleh pisang dengan perlakuan A4B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30 menit) sebesar 34.32, 52.76 dan 58.57 ml CO2/kg.jam sedangkan rata-rata respirasi terendah terdapat pada pisang Cavendish dengan perlakuan A4B1 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 10 menit) sebesar 27.52, 40.45 dan 49.05 ml CO2/kg.jam.

Peningkatan secara mendadak konsumsi O2 dan produksi CO2 menunjukkan terjadinya proses klimaterik. Pada penyimpanan hari ke-12 rata-rata laju respirasi mengalami peningkatan, namun pada hari ke-15 laju respirasi mengalami penurunan. Pola laju respirasi yang terjadi selama penyimpanan pisang Cavendish meningkat pada awal penyimpanan hingga terjadi puncak laju respirasi dan kemudian mengalami penurunan. Rata-rata laju respirasi terendah terdapat pada pisang dengan perlakuan A4B1 sebesar 61.24 dan 51.18 ml CO2/kg.jam dan rata-rata respirasi tertinggi terjadi

pada pisang dengan perlakuan A4B3 sebesar 72.16 dan 61.97 ml CO2/kg.jam sedangkan pada pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) diperkirakan telah mencapai puncak klimaterik pada hari ke-9 dan rusak sebelum akhir penyimpanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan asap cair bambu tabah dapatPmenekanGlajuVrespirasi.padaDbuah pisang Cavendish sehingga memperlambat proses pemasakan. Hal tersebut diduga terjadi akibat terhambatnya pertumbuhan dan respirasi cendawan pada buah pisang Cavendish. Menurut Herly (2002) dalam Tursiska, (2007) berkembang biaknya jamur pada buah pisang akan memberikan penambahan konsumsi O2 sehingga mengeluarkan banyak gas CO2 selama penyimpanan. Sejalanddenganpenelitian Budijanto et al., (2011) menyatakann perendaman buah papaya dengan asap cair mampu menekan laju respirasi dan menekan pertumbuhan cendawan sehingga respirasi yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh respirasi cendawan. Didukung oleh penelitian Nugraha (2019), senyawa asap cair mengandung senyawa fenolik yang secara signifikan menghambat pertumbuhan cendawan sehingga respirasi dan penurunan mutu akibat perubahan fisiologi dapat diperlambat. Adapun grafik laju respirasi buah pisang Cavendish dengan perlakuan selama penyimpanan dapatfdilihat padasGambar 1.

Gambar 1. Laju Respirasi Pisang Cavendish Selama Penyimpanan


Diketahui bahwa pada interaksi perendaman buah pisang Cavendish selama 10 menit dengan konsentrasi 7% asap cair bambu tabah lebih efektif menekan laju respirasi dibandingkan dengan perendaman selama 30 menit. Hal ini diduga terjadi akibat perendaman yang lama memungkinkan

komponen senyawa asam yang ada pada asap cair merusak sel pada buah, sehingga terjadi pelukaan pada kulit buah pisang Cavendish. Kerusakan pada kulit buah dapat menyebabkan meningkatnya laju respirasi sehingga proses pelayuan terjadi lebih cepat

dan kesegaran produk semakin singkat (Nurjanah, 2002).

SusutbBobot

Susutibobot adalah salah satuoparametermmutu dalam menentukan tingkatskesegaran buah. Semakin tinggissusut bobot padadbuah, maka tingkat kesegarannya menurun yang ditandai dengan

pelayuan dan kondisi buah yang mulai rusak. Berdasarkan dari hasilsanalisisssidik ragam didapatkan bahwa interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) pada harikke-3, 6, 9, 12 dan hari ke-15. Pengamatan hasil nilai rata-rata susut bobot buah pisang Cavendish disajikan pada Gambar 2.

Gambari2. Susut Bobot Pisang Cavendish Selama Penyimpanan


Gambar 2 menunjukkan hasil nilai.rata-rata susut bobot pisang Cavendish selama penyimpanan suhu ruang terjadi penurunan bobot buah. Susut bobot tertinggi pada penyimpanan hariske-3.sampai hari ke-9 terjadi pada pisang tanpa perlakuans(kontrol) dan telah rusak sebelum akhir peroide penyimpanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi asap cair bambu tabah efektif menahan laju susut bobot dan mempertahankan kesegaran buah selama penyimpanan. Sejalan dengan penelitian Silsia et al., (2011) pemberian berbagai konsentrasi asap cair dapat mempertahankanakesegaransbuah pisang Ambon Curup. Pada penyimpanan pisang Cavendish dengan perlakuan dari hari ke-3 sampaihhari ke-15dperlakuan A4B1 (konsentrasisasap cairs7% dan perendaman 10 menit) menunjukkan persentase susut bobot terendah yaitu 17.61% sedangkan susut bobot tertinggi terjadi pada buah dengan perlakuan A4B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30 menit) sebesar 22.19%.

Berdasarkan uji lanjut duncan dapat diketahui bahwa konsentrasi asap cair 7% dan perendaman selama 10 menit memiliki hasil yang paling baik dalam mempertahankan bobot buah selama penyimpanan. Peningkatan konsentrasi asap cair dengan perendaman 20 dan 30 menit tidak disertai peningkatan efektifitas dalam menahan terjadinya

susut bobot pada buah pisang. Diduga penggunaan konsentrasi dan lama perendaman yangstidak tepat pada buah pisang Cavendish dapat merusak atau memecahhstrukturrdalam sel buahtsehingga terjadi kehilangan air yang menyebabkan penurunan bobot buah. Didukung oleh penelitian Retnowati (2007) penggunaan konsentrasi asappcair 5% dan 10% denganllama perendamanl30 menit tidakddisertai denganuadanyarpeningkatan.dalamqmenahan susut bobot padasbuah papaya.

Dalam penelitian, susut bobot pada buah pisang Cavendish semakin besar seiring lama waktu penyimpanan yanggdisebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi yang terjadi. Prosessrespirasi membutuhkanrairoyang diambilsdari sel pada buah sehingga terjadi pengurangansair pada sel sehingga sel buah akan kehilangan bobotnya (Murmu & Mishra, 2016). Hal tersebut menunjukkan keterkaitan bahwa semakin rendah laju respirasi maka susut bobot yang terjadi akan semakin rendah begitu pula sebaliknya.

Kekerasan

Kekerasan pada buah merupakan parameter yang dianggap paling objektif dalam menentukan kesegaran produk (Nugraha, 2019). Berdasarkan analisis sidik ragam didapatkan interaksi konsentrasi asap cair dandlama perendaman berpengaruh sangat

nyata (P<0.01) terhadap kekerasan pisang Cavendish pada penyimpanan hari ke-3, 6, 12, 15 dan berpengaruh nyata (P<0.05) pada hari ke-9.

Sedangkan hari ke-0 semua perlakuan tidak berpengaruh nyata. Pengamatan hasil nilai rata-rata kekerasan pisang Cavendishgdisajikan padasTabel 2.

Table 2. Hasil nilai rata-rata kekerasan buah pisang Cavendish.

I      Perlakuan

Hari 0

Hari 3

Hari 6

Hari 9

Hari 12

Hari 15

A1B1

8.37 a

7.52 cd

6.69 d

5.34 cd

4.28 d

2.91 d

A1B2

8.34 a

7.42 de

6.65 de

5.30 cd

4.15 e

2.83 e

A1B3

8.35 a

7.35 ef

6.55 f

5.20 cde

4.05 f

2.72 f

A2B1

8.36 a

7.62 c

7.02 c

5.67 bc

4.52 c

3.19 c

A2B2

8.36 a

7.46 de

6.61 e

5.26 cd

4.11 e

2.78 e

A2B3

8.36 a

7.38 ef

6.41 h

5.06 de

3.91 g

2.58 h

A3B1

8.39 a

7.79 b

7.29 b

5.94 ab

4.79 b

3.47 b

A3B2

8.34 a

7.44 de

6.52 f

5.17 cde

4.02 f

2.69 f

A3B3

8.38 a

7.34 ef

6.32 i

4.97 de

3.82 h

2.49 i

A4B1

8.34 a

8.09 a

7.64 a

6.29 a

5.14 a

3.82 a

A4B2

8.36 a

7.41 def

6.46 g

5.11 de

3.96 g

2.63 g

A4B3

8.39 a

7.29 f

6.06 j

4.71 e

3.56 i

2.24 j

Kontrol

8.37

7.06

5.69

3.39

-

-

Keterangan: Hurufryangssama dibelakang angkaapada kolomyyang samammenunjukan nilai yang tidak berbedaunyata (P>0,05).

Buah pisang Cavendish mengalami proses pematangan akan mengalami perubahan tekstur menjadi lebih lunak. Proses perubahan kekerasan disebabkan oleh perombakan protopekti yang dapat larut, sehingga selama pematangan buah terjadi banyak perubahan-perubahan biokimia dan structural. Terjadinya pelunakan pada buah disebabkan oleh proses respirasiudan transpirasi yang terjadi akibatppenyimpanan. Prosesorespirasi membutuhkan airuyang diambiljdariosel pada buah sehingga terjadi pengurangan air pada sel buah yang menyebabkan kehilanganjkekerasannya. Pada penyimpanan hari ke-0 semua perlakuan tidak berbeda nyata. Selama penyimpana pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) tingkat kekerasannya paling rendah yaitu 3.39 kg dan mulai rusak setelah hari ke-9. Pada penyimpanan hari ke-3 sampai hari ke-15, perlakuan A4B1 yaitu pemberian konsentrasi asap cair 7% dengan perendaman selama 10 menit menunjukkan rata-rata nilai penurunan kekerasan terendah dengan tingkat kekerasan akhir 3.82 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan asap cair bambu tabah dapat mempertahankan kekerasan lebih lama selama penyimpanan. Sejalan dengan penelitian Budijanto et al., (2011) perlakuan asap cair dapat mempertahankan kekerasan pada buah pepaya karena mampu memperlambat laju respirasi dan menekan pertumbuhan cendawan karena memiliki

komponen asap seperti formaldehid dan asam asetat. Pertumbuhan cendawan akan mempercepat proses pembusukan buah dan pelunakan buah berjalan lebih cepat.

Pada perlakuan A4B3 yaitu asap cair 7% dengan perendaman selama 30 menit menunjukkan rata-rata penurunan kekerasan lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya yaitu sebesar 2.24 kg pada akhir penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa lama perendaman dapat mempengaruhi tingkat kekerasan pada buah pisang Cavendish selama penyimpanan, diduga terjadi kehilangan air akibat meresapnya asap cair pada buah yang menyebabkan air bebas pada buah akan terdesak keluar sehingga menyebabkan pengkerutan dan kekerasan pada buah berkurang. Dalam penelitian Retnowati, (2007) semakin tinggi konsentrasi asaptcair denganuperendamano30 menit nilai kekerasan pada buah pepaya tidak akan semakin tinggi.

Total Padatan Terlarut

Dari hasil analisiswsidik ragam menunjukkan interaksi perlakuan asap cair bambu tabah danhlama perendamangmemberikanhpengaruhtsangats nyata (P<0.01) pada harifke-3, 6, 9, 12sdan hari ke-15, namun tidak berpengaruh nyata pada hari ke-0. Pengamatan hasil nilai rata-rata total padatan terlarut pisang Cavendish disajikan pada Gambar 3.

20.00

□A1B1

Gambar 3. TPT Pisang Cavendish Selama Penyimpanan


Gambar 3. Menunjukkan bahwa nilai rata-ratastotal padatansterlarutspisang Cavendish %Brix pada penyimpanan hari ke-0 semua perlakuan tidak berbeda nyata. Kandungan total padatan terlarut pisang Cavendish semakin meningkat dari awal penyimpanan hingga akhir penyimpanan. Selama penyinpanan pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) memiliki total padatan terlarut paling tinggi dibandingkan semua perlakuan sebesar 10.85 %Brix dan rusak sebelum akhir periode penyimpanan. Peningkatan TPT dapat disebabkan oleh laju respirasi yang meningkat pada proses pematangan sehingga terjadi pemecahan dari bahan-bahan kompleks seperti karbohidrat yang menyebabkan kandungan pati menurun dan suksrosa meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan asap cair bambu tabah dapat menghabat pemasakan dan kerusakan pada pisang Cavendish sehingga rata-rata nilai total padatansterlarutsyang dimiliki lebihsrendah dibandingkan dengan pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol). Pada penyimpana hari ke-3 sampai hari ke-15 peningkatan nilai total padatan terlarut paling rendah terdapat pada perlakuan A4B1 yaitu 7% asap cair dan 10 menit perendaman sebesar 15.65 %Brix sedangkan nilai total padatan tertinggi terdapatspada pisang Cavendish dengan perlakuan A4B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30

menit) sebesar 17.05 %Brix. Dibandingkan dengan perendaman 20 dan 30 menit perendaman selama 10 menit lebih efektif memberikan perlambatan proses pematangan sehingga total padatan yang terlarut memiliki nilai yang lebih rendah. Menurut penelitian Dian & Rafika (2018) penggunaan asap cair 50% dengan perendaman kurang lebih 10 menit memberikan efek perlambatan proses reaksi pemasakan sehinggardapat menekan laju respirasi pada buah pisang makau yang mengakibatkan proses perombakan pati menjadi karbohidrat sederhana cenderung berjalan lebih lambat. Dari keseluruhan pengamatan TPT pada buah pisang Cavendish, pemberian konsentrasi asap cair 7% dengan perendaman selama 10 menit (A4B1) menunjukkan hasil paling baik selama penyimpanan suhu ruang.

Tingkat Kerusakan

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi dari konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman memberikan pengaruh sangatsnyata (P<0.01) terhadapstingkat kerusakan pada hari ke-6, 9, 12 dan hari ke-15, namun tidak.berpengaruh nyata (P>0.05) pada hari ke-0.dan hari.ke-3. Pengamatan hasil nilai rata-rata tingkat kerusakan pisang Cavendish disajikan pada Gambar 4.

6.00

□A1B1


Gambar 4. Tingkat Kerusakan Pisang Cavendish Selama Penyimpanan

Gambar 4. Menunjukkan nilai rata-rata tingkat kerusakan pisang Cavendish pada penyimpanan hari ke-0 semua perlakuan tidak berbeda nyata. Namun pada pisang Cavendish tanpa perlakuan (kontrol) tidak bisa mencapai akhir periode penyimpanan dengan nilai sebesar 1.44 pada hari ke-9 yang ditandai dengan pisang telah berwarna kuning dengan banyak bercak hitam/coklat. Bercak hitam/coklat pada kulit buah diduga akibat penyakit pascapanen yang menyerang buah pisang. Menurut Satuhu dan Supriyadi (2005) dalam Silsia et al., (2011), penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum musae dapat menyerang buah pisang pascapanen dengan ciri-ciri pada permukaan kulit terdapat bintik berwarna coklat kehitaman selama penyimpanan. Suhu optimum perkembangan jamur Colletotrichum musae yaitu 28 0C sampai 32 0C. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan asap cair bambu tabah mampu mempertahankan mutu buah pisang Cavendish, dengan memperlambat kerusakan akibat penyakit pascapanen. Penghambatan tersebut disebabkan asap cair bambu tabah mengandung senyawa fenol yang bersifat anticendawan sehingga pertumbuhan cendawan menjadi terhambat. Didukung oleh penelitian Silsia et al., (2011) distilat asap cair dapat digunakan sebagai penghambat perkembangan cendawan dan kapang yang aman pada buah pisang ambon curup. Pada penyimpanan selama 15 hari nilai tertinggi ditunjukkan pada perlakuan A4B1 yaitu interaksi konsentrasi asap cair 7% dengan lama perendaman 10 menit dengan nilai 2.40. Nilai tertinggi menunjukkan bahwa tingkat kerusakan pada pisang

Cavendish dapat diperlambat dengan kriteria buah pisang berwarna kuning dengan sedikit bintik coklat. Nilai terendah ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A4B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30 menit) dengan nilai 1.00 tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30 menit) dengan nilai 1.07. Nilai terendah pada tingkat kerusakan menunjukkan bahwa pisang Cavendish mengalami kerusakan yang ditandai dengan buah pisang berwarna kuning dengan banyak bercak hitam/coklat. Dari keseluruhan pengamatan tingkat kerusakan pada buah pisang Cavendish, pemberian konsentrasi asap cair 7% dengan perendaman selama 10 menit (A4B1) menunjukkan hasil paling baik dalam menghambat proses kerusakan selama penyimpanan.

Organoleptik

Organoleptik Rasa

Hasilwanalisis sidik ragamrmenunjukkan bahwa interaksi dari konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap organoleptik rasa padalhari ke-12 danrhari ke-15, namun tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada hari ke-3, 6 dan 9. Pengamatan hasil nilai rata-rata organoleptik rasa pisang Cavendish disajikan pada Tabel 3.

Table 3. Hasil nilai rata-rata organoleptik rasa buah pisang Cavendish

Perlakuan

Hari 12

Hari 15

A1B1

3.64 c

3.74 cd

A1B2

3.57 c

3.70 cd

A1B3

3.54 cd

3.67 d

A2B1

3.84 bc

3.94 bc

A2B2

3.64 c

3.80 cd

A2B3

3.53 cd

3.67 d

A3B1

4.07 b

4.14 b

A3B2

3.67 c

3.80 cd

A3B3

3.57 c

3.73 cd

A4B1

4.57 a

4.67 a

A4B2

3.74 c

3.80 cd

A4B3

3.24 d

3.44 e

Kontrol

-

-

Keterangan:  Hurufsyangssamasdibelakang angka

pada kolom yangasama menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Rasa merupakanssalah satusindikator yang sangat penting dan diperhatikanruntuk mengetahui kualitas dari buah setelah diberikan perlakuan (Silsia et al., 2011). Pada Tabel 3. Menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kesukaan rasa pada buah pisang Cavendish pada hari ke-12 dan 15. Pada hari ke-3 rata-rata kesukaan rasa tidak berbeda nyata dengan nilai 1.17-1.37 yaitu sangat tidak disukai, hal tersebut terjadi dikarenakan pisang masih mentah dan berasa sepat. Rasa dari produk merupakan acuan untuk menentukan tingkat kesukaan panelis terhadap produk setelah diberikan perlakuan. Tingkat kesukaan rasa panelis pada hari ke-12 dan 15 berpengaruh sangat nyata dengan nilai rata-rata terendah terdapat pada pisang dengan perlakuan A4B3 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 30 menit) dengan nilai 3.24 dan 3.44 , sedangkan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada pisang dengan perlakuan A4B1 (konsentrasi asap cair 7% dan perendaman 10 menit) dengan nilai 4.57 hari ke-12 dan 4.67 (mendekati sangat suka) pada hari ke-15. Hal ini diduga terjadi karena pisang Cavendish dengan perlakuan A4B1 telah matang dengan sempurna tanpa rasa asap sehingga rasanya lebih disukai panelis, sedangkan perlakuan A4B3 kurang disukai karena buah telah lewat matang dan memiliki rasa asap yang menempel pada buah. Menurut Retnowati (2017), penggunaan konsentrasi asap cair 5% dan 10% dengan perendaman selama 30 menit menimbulkan cita rasa dan aroma asap yang semakin tajam.

Organoleptik Warna

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi dari konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap organoleptik warna pada hari ke-12 dan sangat nyata pada hari ke-15 (P<0.01), namun tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada hari ke-3, 6 dan hari ke-9. Pengamatan hasil nilai rata-rata organoleptik warna disajikan.pada Tabel 4.

Table 4. Hasil nilai rata-rata organoleptik warna buah pisang Cavendish

Perlakuan

Hari 12

Hari 15

A1B1

3.97 bc

2.93 cd

A1B2

3.90 c

2.50 fg

A1B3

3.94 bc

2.44 g

A2B1

4.14 bc

3.10 bc

A2B2

4.07 bc

2.84 de

A2B3

3.90 c

2.30 gh

A3B1

4.34 b

3.24 b

A3B2

4.07 bc

2.84 de

A3B3

3.97 bc

2.30 gh

A4B1

4.73 a

3.87 a

A4B2

4.10 bc

2.67 ef

A4B3

3.73 c

2.17 h

Kontrol

-

-

Keterangan: Huruf yang sama dibelakang angka pada kolom yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Pada tabel 4 hasil nilai rata-rata tingkat kesukaan warna oleh panelis menunjukkan bahwa interaksi perlakuan konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman berpengaruh signifikan terhadap kesukaan pada hari ke-12 dan sangat signifikan pada hari ke-15. Pada penyimpanan hari ke-3 nilai tingkat kesukaan panelis terhadap warna buah pisang Cavendish sebesar 3.07 sampai 3.10 (biasa). Pada hari ke-6 dan 9 tingkat kesukaan panelis terhadap warna buah pisang Cavendish semakin meningkat dari 3.60 sampai 3.94 (mendekati suka). Hal tersebut terjadi akibat perubahan warna yang terjadi pada pisang Cavendish menjadi kuning. Hilangnya warna hijau pada buah disebabkan adanya kegiatan klorofilase pada buah pisang sehingga terjadinya degradasi klorofil (Fitriarni, 2018). Pada kontrol tingkat kesukaan panelis mengalami penurunan pada hari ke-9 yaitu sebesar 2.80 (mendekati biasa) hal tersebut terjadi akibat warna kuning dari buah pisang telah memiliki banyak bintik coklat/hitam. Menurut Malau et al., (2020) perubahanwwarnafbuah pisang merupakan salah satu indikasi terjadinya penuaan buah. Pada penyimpanan hari ke-12 dan 15 nilaisrata-rata tingkatqkesukaan tertinggi terdapat pada pisang Cavendish dengan perlakuan A4B1 (konsentrasi 7% asap cair dan perendaman 10 menit) sebesar 4.73

(suka) dan 3.87 (mendekati suka) dan penilaian terendah terdapat pada perlakuan A4B1 (konsentrasi 7% asap cair dan perendaman 30 menit) sebesar 3.73 (mendekati suka) dan 2.17 (tidak suka). Pada hari ke-15 tingkat kesukaan panelis mengalami penurunan hal tersebut diduga terjadi akibat bintik coklat/hitam yang terdapat pada buah yang kurang disukai panelis.

Organoleptik Aroma

Aroma pada buah merupakan perombakanbbahan-bahanoorganik yangsakibat prosestrespirasi yang menghasilkan gula sederhana dan senyawa volatil sehingga menghasilkan aroma yang khas buah. Hasil analisisysidik ragam menunjukkan bahwa interaksi dari konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman memberikanspengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadapuorganoleptiksaroma pada hari ke-12 dan ke-15, serta namun tidaksberpengaruhpnyata (P>0.05) pada hari ke-3, 6, dan hari ke-9. Pengamatan hasil nilai rata-rata organoleptik aroma pisang Cavendish disajikan pada Tabel 5.

Table 5. Hasil nilai rata-rata organoleptik aroma buah pisang Cavendish

Perlakuan

Hari 12

Hari 15    I

A1B1

3.80 cd

3.70 b

A1B2

3.77 d

3.67 b

A1B3

3.77 d

3.70 b

A2B1

4.04 bc

3.87 b

A2B2

3.84 cd

3.87 b

A2B3

3.74 d

3.67 b

A3B1

4.20 b

4.03 b

A3B2

3.83 cd

3.83 b

A3B3

3.73 d

3.74 b

A4B1

4.47 a

4.54 a

A4B2

3.80 cd

3.74 b

A4B3

3.37 e

3.23 c

Kontrol

-

-

Keterangan: Huruf yangssamasdibelakang angka pada kolom yangssama menunjukan nilai yang tidaksberbeda nyata (P>0,05).

Aroma terbentuk akibat adanya asam-asam organik yang terdapat pada buah. Pada tabel 5 hasil nilai rata-rata organoleptik aroma menunjukkan bahwa interaksi perlakuan konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kesukaan aroma pada buah pisang Cavendish pada hari ke-12 dan 15 dan tidak berpengaruh nyata pada hari ke-3, 6 dan 9. Selama penyimpanan hari ke-12 sampai hari ke-15 nilai rata-rata tingkat kesukaan tertinggi terdapat pada pisang Cavendish dengan perlakuan A4B1 (konsentrasi 7% asap cair dan perendaman 10 menit) sebesar 4.47 dan 4.54 (suka), tingginya tingkat kesukaan aroma pada perlakuan A4B1    diduga karena buah pisang

Cavendish telah matang dengan sempurna. Senyawa

volatill pada buah akan mencapai jumlah maksimal ketika buah telah matang dengan sempurna sehingga menghasilkan aroma khas buah yang lebih disukai. Sedangkan nilai rata-rata kesukaan terendah terdapat pada perlakuan A4B3 dengan skor sebesar 3.37 dan 3.23 (biasa). Rendahnya nilai kesukaan panelis terhadap perlakuan A4B3 (konsentrasi 7% asap cair dan perendaman 30 menit) pada hari ke-15 diduga terjadi akibat kematangan buah pisang telah melewati fase lewat matang sehingga aroma buah sudah tidak lagi segar dan memiliki aroma asap. Menurut Budijanto et al., (2011) pada fase lewat matang perubahan aroma pada buah akan mengarah ke aroma menyimpang (off flavour) karena proses pembusukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara umum, interaksi perlakuan konsentrasi asap cair bambu tabah dan lama perendaman memberikan pengaruh terhadap kesegaran buah pisang Cavendish pada penyimpanan suhu ruang. Dimana buah pisang Cavendish dengan perendaman asap cair memiliki nilai laju respirasi lebih, susut bobot, TPT dan tingkat kerusakan lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang Cavendish tanpa perlakuan (Kontrol). Nilai kekerasan buah pisang Cavendish yang dapat dipertahankan lebih lama dibandingkan pisang Cavendish tanpa perlakuan. Nilai positif dari pemberian perlakuan juga terlihat pada nilai kesukaan panelis terhadap warna, rasa serta aroma pada buah pisang Cavendish.

Hasil terbaik dalam mempertahankan kesegaran pisang Cavendish terdapat pada perlakuan A4B1 yaitu konsentrasi asap cair 7% dengan perendaman selama 10 menit. Nilai rata-rata parameter pada akhir periode penyimpanan yaitu laju respirasi 51.18 ml CO2/kg.jam, nilai rata-rata susut bobot dengan nilai 17.61%, nilai rata-rata kekerasan 3.82 kg, nilai rata-rata TPT 15.65 %Brix, nilai tingkat kerusakan 2.40, nilai rata-rata organoleptik rasa sebesar 4.67 , aroma sebesar 4.54 dan warna sebesar 3.87.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, untuk mempertahankan kesegaran pisang Cavendish sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi suhu penyimpanan yang baik pada buah serta parameter lainnya seperti vitamin C, total asam dan total cendawan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Statistics of Annual Fruit and Vegetable Plants Indonesia.

BPS-Statistics                     Indonesia.

https://bulelengkab.go.id/

Budijanto, S., Sujiprihati, S., Prabawati, S., &

Rizkyah, D. (2011). Aplikasi Asap Cair dan Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Pepaya. Jurnal Pascapanen, 8(1), 11–18.

Dewi, D. N. N. M., Utama, I. M. S., & Kencana, P. K. D. (2020). Pengaruh Campuran Minyak Wijen dan APSA 80 Sebagai Bahan Pelapis terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Manggis The. Jurnal Beta,  8(2),  1–13.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/beta/article/vie w/54032/33083

Dian, F., & Rafika, A. (2018). Pemanfaatan Asap Cair Alang-Alang (Imperata Cylindrica) Sebagai Pengawet Terhadap Karakteristik Buah Pisang Makau (Musa spp.). Jurnal Trunojoyo, 12(1), 39–50.

Diatmika, I. G. N. A. Y. A., Kencana, P. K. D., & Arda, G. (2019). Karakteristik Asap Cair Batang Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ) yang Dipirolisis pada Suhu yang Berbeda. Jurnal Beta, 7(2), 278–285.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/beta/article/vie w/47235

Jakung, M. L. Y., Pudja, I. A. R. P., & Kencana, P. K. D. (2020). Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata Buse-Kurz) dan Suhu Pemasakan terhadap Mutu Se’i Bandeng Effect. Jurnal Beta, 8(1), 1–10.

Malau, D. B. N., Utama, I. M. S., & Pudja, I. A. R. P. (2020). Pengaruh Konsentrasi Uap Etanol Terhadap Mutu Dan Masa Simpan Pisang Barangan (Musa Sapientum L). Jurnal Beta, 8(2), 1–9.

Murmu, S. B., & Mishra, H. N. (2016). Measurement and modelling the effect of temperature, relative humidity and storage duration on the transpiration rate of three banana cultivars. Jurnal Scientia Horticulturae, 209, 124–131. https://doi.org/10.1016/j.scienta.2016.06.011

Nugraha, B. E. (2019). Formulasi dan karakterisasi pelapis lilin lebah dan asap cair untuk mencegah serangan cendawan pada buah salak

pondoh. Skripsi. Tidak Dipublikasi. Institute Pertanian Bogor. Bogor

Nurjanah, S. (2002). Kajian Laju Respirasi dan Produksi Etilen Sebagai Dasar Penentuan Waktu Simpan Sayuran dan Buah-buahan. Jurnal Ilmu Hayati Dan Fisik, 3(4), 148–157.

Nurlatifah, Cakrawati, D., & Nurcahyani, P. R. (2017). Application Of Porang Starch Based Edible Coating with Tumeric Extract on Langsat. Jurnal Edufortech, 2(1), 7–14.

Prabawati, S., Suyanti, & Setyabudi, D. A. (2008). Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Purwoko, B. S., & Juniarti, D. (1998). Pengaruh Beberapa Perlakuan Pascapanen dan Suhu Penyimpanan Terhadap Kualitas dan Daya Simpan Buah Pisang Cavendish (Musa (Grup AAA, SUBGRUP Cavendish). Jurnal Bul. Agron, 26(2), 19–28.

Retnowati, I. (2007). Kajian Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Disinfektan dalam Penanganan Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Tidak Dipublikasi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institute Pertanian Bogor.

Sholihati, Abdullah, R., & Suroso. (2015). Study of lengthen shelf life of pisang raja (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.) by using absorber ethylene potassium permanganate substance. Jurnal Rona Teknik Pertanian, 8(2), 76–89.

Silsia, D., Rosalina, Y., & Firman, M. (2011). Pemanfaatan     Asap     Cair     Untuk

Mempertahankan Kesegaran Buah Pisang Ambon Curup. Jurnal Agroindustri, 1(1), 8–15.

Tursiska, S. (2007). Pengaruh Suhu Dan Lama Simpan Terhadap Mutu Buah Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca) Setelah  Pemeraman.

Skripsi. Tidak Dipublikasi. Institute Pertanian Bogor. Bogor

Widodo, W. D., Suketi, K., & Rahardjo, R. (2019). Evaluasi Kematangan Pascapanen Pisang Barangan untuk Menentukan Waktu Panen Terbaik Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas. Jurnal Agrohorti,7(2),162–171.

55