Analisis Kebutuhan Air dan Finansial Tanaman Krisan (Chrysanthemum Sp.) dengan Metode Guludan dan Pot
on
JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana https://ojs.unud.ac.id/index.php/beta
Volume 7, Nomer 1, Maret 2019
Analisis Kebutuhan Air Dan Finansial Tanaman Krisan (Chrysanthemum Sp.) Dengan Metode Guludan Dan Pot
Anlysis Of Water Requirement And Financial Of Chrysanthemum Plants (Chrysanthemum sp.) With The Method Of Bund And Pot
I Gede Ngurah Salpatira Widayana1, I Wayan Tika2, I Made Anom S. Wijaya3 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
Email :ngurahsalpatira2403@gmail.com
The financial feasibility result of this are NPV on bund method as much as Rp. 5.687.537,35 is smaller than the pot method which is worth Rp. 12.627.709,99. IRR from the bund method with percentage 15% smaller than pot method with the percentage of 18%. The BCR analysis of the bund method yields 1.51 which is smaller than the pot method which yields 1.63. although both methods of chrysanthemum flower cultivation are said to be feasible, but the pot method is more advantageous than the method of bunds in financial terms.
Keywords : chrysanthemum flower, finansial analyze, plant water requirements.
PENDAHULUAN
Budidaya tanaman hias khususnya bunga potong memiliki pasar yang luas di Bali. Bali merupakan salah satu daerah yang membutuhkan banyak tanaman hias setiap harinya, namun kebutuhan tersebut belum bisa dipenuhi oleh petani lokal dan masih memasoknya dari luar daerah seperti dari Malang (Suweca, 2016). Bunga krisan (Chrysanthemum sp.) merupakan salah satu tanaman hias yang diproduksi sebagai bunga potong, selain bernilai estetis juga memiliki bernilai ekonomis.
Bunga krisan berasal dari negara yang memiliki empat musim yang memiliki panjang siang lebih dari Indonesia. Menurut Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. (2013) di Indonesia krisan membutuhkan tambahan penyinaran untuk memaksimalkan proses fotosintesis, sebab di daerah asal tanaman ini mendapatkan lama penyinaran rata-rata 16 jam. Oleh sebab itu beberapa petani di daerah Kecamatan Baturiti melalukan budidaya di dalam greenhouse yang dilengkapi dengan penambahan lampu.
Budidaya bunga krisan biasanya dilakukan di dalam greenhouse dan ditanam dengan metode guludan (bedeng). Namun sekarang sudah ada petani yang membudidayakan krisan sebagai bunga pot seperti petani bunga krisan di Desa Candikuning-Bali. Bunga krisan pot nilai ekonomisnya lebih tinggi daripada krisan potong karena biaya produksinya lebih tinggi, sebab total produksinya lebih tinggi.
Selain memliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dari pada sistem guludan, budidaya didalam pot juga menghemat air irigasi dan fertigasinya. Metode irigasi pada budidaya bunga krisan di guludan dengan disiram (springkle), sedang budidaya di pot dengan teknik irigasi siram hanya di sekitar tanaman. Sistem irigasi tanaman bunga krisan di pot diduga lebih menghemat air irigasi, karena metode metode budidaya krisan di guludan ada kehilangan air akibat infiltrasi. Jumlah kebutuhan air irigasi merupakan penjumlahan air yang diperlukan untuk evaporasi tanaman dan jumlah air yang hilang akibat infiltrasi. Air irigasi untuk tanaman yang berasal dari alammeliputi : air hujan, air tanah, dan
air irigasi teknis (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebutuhan air dan menganalisis kelayakan finanansial pada budidaya bunga krisan menggunakan metode guludan dan pot.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dalam sebuah greenhouse milik Bapak I Wayan Widana yang terletak di Br. Mayungan Anyar, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan selama tiga bulan yaitu pada bulan November sampai bulan Januari. Tempat penelitian ini dilaksanakan memiliki ketinggian 800 mdpl, suhu rata-rata 23oC dan RH rata-rata 60%.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut : Alat
cangkul, plastik mulsa, jaring penegak, bambu, kayu, alat pelubang plastik mulsa, polybag, alat penyiram, alat tulis, kamera dan gelas ukur.
Bahan
bibit bunga krisan varietas reagent white, tanah, pupuk kimia, kompos, air irigasi.
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian yaitu :
-
1. budidaya bunga krisan menggunakan metode
guludan (G)
-
2. budidaya bunga krisan menggunakan metode
pot (P)
Guludan pada budidaya tanaman krisan dengan metode guludan (G) berdimensi 2 m x 1 m, dengan jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm, maka akan diperoleh tanaman krisan sebanyak 128 batang dalam setiap perlakuannya dan dilakukan tiga kali ulangan dengan metode yang sama.Budidaya tanaman krisan menggunakan metode pot/polybag (P), memiliki dimensi pot t = 25 cm, d =12,5 cm. Dalam setiap ulangan pada budidaya tanaman krisan dengan metode pot (P) terdapat 128 batang atau 128 pot
dengan cara diletakan berjejer rapi hingga mencapai lebar 1 meter dan panjang 2 meter dan dilakukan tiga kali ulangan dengan metode yang sama.
Pelaksanaan Penelitian
Analsis Tingkat Kebutuhan Air Tanaman (ETc)
Analisis tingkat kebutuhan air tanaman dilakukan dengan cara pemberian air irigasi terhadap bunga krisan pada masing-masing perlakuan. Tahapan analisis tingkat kebutuhan air tanaman meliputi : (1) pemberian air irgasi sampai tanaman mengalami gejala layu sementara, (2) pencatatan air yang diberikan, (3) penghitungan jumlah hari dari pemberian air sampai tanaman mengalami gejala layu, (4) analisis kebutuhan air tanaman (ETc) dihitung menggunakan rumus :
ETc =
Jumlah air yang diberikan (ml) waktu tanaman layu (hari)
Proses tersebut di atas dilakukan hingga tanaman memasuki vase generatif (60 hari setelah tanam). Titik layu tersebut merupakan titik layu sementara. Dikatakan titik layu sementara karena tanaman masih hidup, hanya saja tanaman tidak mendapatkan air karena air di dalam media tanam sudah habis, bila tanaman disiram kembali dengan air maka tanaman akan hidup/segar kembali (Abdurachman dan Hidayat, 1999). Batasan yang digunakan untuk menentukan apakah bunga krisan siap disiram kembali adalah pada setiap perlakuan dan ulangan sudah ditemukan satu tanaman yang mengalami gejala layu dan perlakuan ini dilakukan setelah tanaman melewati fase stagnasi ( tujuh hari setelah tanam) untuk menghindari stres pada tanaman.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial diawali dengan menghitung : (1) jumlah biaya tetap (fixed cost), dan (2) jumlah biaya tidak tetap (variabel cost). Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam budidaya apakah memberikan hasil yang maksimal atau menguntungkan, digunakan rumus Net Present Value (NPV). Berikut rumusnya:
NPV=∑r=o(⅛-∑r=1>(⅛
Untuk mengetahui seberapa besar pengembalian yang dihasilkan dengan mengeluarkan biaya produksi sedemikian, digunakan rumus Internal Rate Of Return (IRR). Berikut rumusnya :
TDD - • NPVl C ∙ T
11 NPV1-NPV2 (11-12)
Untuk mengetahui perbandingan antara nilai sekarang dari aliran dana masuk dimasa yang akan
datang dengan nilai investasi, digunakan rumus Benefit Cost Ratio (BCR). Berikut rumusnya :
BCR =
NtlatsekararigAltrariKasMasuk NilaiIrivestasi
Tahapan Penelitian
Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan yang meliputi : (1) pembuatan guludan, (2) pemberian pupuk dasar, (3) pemasangan plastik mulsa, (4) pemasangan jaring penegak, (5) pelubangan plastik mulsa, (6) pengisian media tanam di polybag, dan (7) persiapan bibit bunga krisan varietas regent white.
Penanaman dan Pemeliharaan
Pada masing-masing perlakuan akan diperoleh 384 tanaman yang akan dibagi menjadi 3 ulangan, jadi masing-masing ulangan akan diperoleh 128 tanaman. Pemeliharaan bunga krisan dilakukan dengan cara : (1) pemberian air irigasi sesuai dengan cara pengambilan data, (2) pemberian nutrisi, dan (3) penyemprotan pestisida.
Pengambilan Data
Data kebutuhan air diamati dari jumlah air yang diberikan sampai tanaman mengalami gejala layu sementara. Gejala layu sementara merupakan kelayuan yang dialami oleh tanaman karena dalam media tanam air yang tersedia sudah habis atau sudah tidak bisa diserap oleh tanaman, namun tanaman akan segar kembali pada saat diberi air irigasi kembali. Kebutuhan air irigasi (ETc) dapat dihitung dengan cara membagi jumlah air yang diberikan dengan waktu antara pemberian air sampai tanaman mengalami layu sementara.
Untuk memperoleh data analisis finansial cukup dengan mencatat seluruh biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Setelah semua data biaya produksi dicatat maka akan dilakukan analisis menggunakan beberapa rumus NPV, IRR dan BCR.
Analisis Data
Analisis data tingkat kebutuhan air menggunakan uji T (T-test) berpasangan. T test atau Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Uji t pertama kali dikembangkan oleh William Seely Gosset pada 1915. Awalnya ia menggunakan nama samaran Student, dan huruf t yang terdapat dalam istilahUji “t “ dari huruf terakhir nama beliau. Uji t disebut juga dengan nama Student t. Berikut rumus dari uji t
D thit = SD √n
Dimana :
t = Nilai t hitung
^^^^^^^≡
D = Rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2
SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 dan 2
√n= Jumlah sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kebutuhan Air (ETc)
Tabel kebutuhan air irigasi budidaya tanaman krisan di guludan (G) dan budidaya tanaman krisan di pot (P) pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1
Tabel kebutuhan air irigasi budidaya tanaman krisan di guludan (G) dan budidaya tanaman krisan di pot (P)
USIA TANA MAN (HST) |
ETc Budidaya Bunga Krisan di Guludan (ml/hari) |
ETc Budidaya Bunga Krisan di Pot (ml/hari) | ||||||||
G1 |
G2 |
G3 |
Rata-rata |
STDE V |
P1 |
P2 |
P3 |
Rata-rata |
STDE V | |
7-12 |
9,14 |
10,06 |
9,13 |
9,44 |
0,53 |
12,18 |
12,13 |
12,21 |
12,17 |
0,04 |
13-18 |
10,59 |
11,72 |
10,58 |
10,96 |
0,66 |
15,04 |
12,43 |
13,45 |
13,64 |
1,32 |
19-24 |
17,85 |
15,82 |
17,86 |
17,18 |
1,17 |
14,33 |
14,41 |
12,50 |
13,75 |
1,08 |
25-31 |
18,19 |
18,19 |
18,19 |
18,19 |
0,00 |
14,20 |
14,20 |
16,16 |
14,85 |
1,13 |
31-36 |
23,15 |
23,15 |
22,67 |
22,99 |
0,28 |
17,84 |
17,95 |
17,98 |
17,92 |
0,07 |
37-42 |
21,86 |
21,49 |
18,43 |
20,59 |
1,88 |
19,05 |
19,06 |
18,75 |
18,95 |
0,18 |
43-48 |
26,06 |
25,36 |
30,44 |
27,29 |
2,75 |
18,81 |
21,87 |
18,53 |
19,74 |
1,85 |
49-54 |
26,95 |
28,30 |
30,32 |
28,52 |
1,70 |
17,23 |
17,17 |
17,17 |
17,19 |
0,03 |
55-60 |
21,57 |
21,42 |
19,89 |
20,96 |
0,93 |
16,60 |
15,55 |
16,55 |
16,23 |
0,59 |
Keterangan : ETc : Kebutuhan air irigasi (ml/hari)
STDEV : Standar deviasi
G1 : Budidaya bunga krisan dengan guludan ulangan 1
G2 : Budidaya bunga krisan dengan guludan ulangan 2
G3 : Budidaya bunga krisan dengan guludan ulangan 3
P1 : Budidaya bunga krisan dengan pot ulangan1
P2 : Budidaya bunga krisan dengan pot ulangan2
P3 : Budidaya bunga krisan dengan pot ulangan3
Dari data yang ditunjukan pada Tabel 1, budidaya bunga krisan menggunakan metode guludan (G) rata-rata kebutuhan air tanaman sebesar 19,57 ml/hari, sedangkan pada budidaya bunga krisan menggunakan metode pot (P) rata-rata kebutuhan air tanaman sebesar 16,05 ml/hari. Kebutuhan air tanaman antara kedua perlakuan ini berbeda. Secara hasil dari analisis uji t menunjukan bahwa kebutuhan air irigasi tanaman krisan menngunakan metode potdengan metode guludan berbeda nyata. Hal ini ditunjukan pada hasil analisis T (T-Test) yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %, dan disimpulkan untuk menolak Ho, artinya pernyataan bahwa selisih rata-rata antara kebutuhan air irigasi antara guludan dan pot berbeda nyata. Perbedaan jumlah kebutuhan air untuk tanaman berdasarkan jumlahnya disebabkan oleh : (1) pada
budidaya di guludan ada proses infiltrasi air ke solum tanah, dan (2) ada difusi air kesamping.
Budidaya tanaman bunga krisan di guludan solum tanah tidak terbatas, hal ini yang menyebabkan air yang tertahan di pori-pori makro atau air gravitasi akan terinfiltrasi ke lapisan tanah di bawahnya. Sedangkan pada budidaya bunga krisan di pot solum tanah dibatasi oleh dinding pot bagian bawah, sehingga proses infiltrasi terhambat. Selain itu, pada budidaya bunga krisan di guludan zona lapisan olah tanah ke samping tidak terbatas, hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar air akibat proses irigasi di bagian dekat tanaman dengan bagian yang lebih jauh. Perbedaan kadar air tersebut mengakibatkan terjadinya proses difusi air ke bagian samping. Proses difusi ini juga terjadi pada budidaya krisan di pot, namun difusi air terjadi hanya sampai dinding pot bagian samping.

Gambar 1. Hubungan antara kebutuhan air tanaman dengan usia tanaman untuk kedua perlakuan.
Hubungan kebutuhan air dengan usia tanaman untuk dua perlakuan budidaya tersebut berpola polinhomial orde dua. Persamaan kebutuhan air metode budidaya di guludan y = -0,434x2 + 7,313x -5,900 denagn nilai R2 = 0,923 pada budidaya di pot adalah y = -0,390x2 + 5,114x + 1,340 dengan nilai R2 = 0,8618. Koefisien determinasi kedua perlakuan kecocokannya baik (valid) karena hampir mendekati satu. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2009) yang mengatakan bahwa kecocokan model dikatakan baik jika R2 semakin mendekati satu. Pola kebutuhan air untuk tanaman pada umumnya di masa vegetatip meningkat secara tajam sampai titik puncak kebutuhan air dan kebutuhan air di fase generatip jumlahnya mulai menurun, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bustomi (1999). Air yang diserap tanaman di fase vegetatif untuk (1) mencukupi evapotranspirasi, dan (2) menyusun sel tanaman. Jumlah kebutuhan air tersebut di fase ini meningkat sebanding dengan pertumbuhan tanaman, sedangkan di fase generatif tanaman cenderung statis pertumbuhanya. Pertumbuhan tanaman yang statis dengan laju evapotranspirasi tetap dan kebutuhan air untuk penyusunan sel tanaman hampir tidak ada.
Kebutuhan air irigasi untuk budidaya bunga krisan di guludan memiliki kecenderungan peningkatan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan budiudaya di pot, karena nilai gradient persamaan kebutuhan air terhadap waktu juga lebih besar. Besarnya rata-rata selisih kebutuhan air antara kedua metode budidaya adalah 3,52 ml/hari. Hal ini
disebabkan pada budidaya di guludan ada air irigasi yang hilang karena infiltrasi.
Sampai hari ke 17 kebutuhan air untuk tanaman yang dibudidayakan di pot lebih banyak dari kebutuhan air untuk tanaman krisan yang dibudidayakan di guludan. Hal ini akibat struktur tanah di pada budidaya di pot memiliki pori-pori lebih banyak dari pada struktur tanah pada budidaya krisan di guludan, hal ini karena ada proses pemindahan tanah ke pot.
Pada budidaya tanaman krisan dengan metode guludan (G) dan metode pot (P) titik kebutuhan air tertinggi berada pada saat tanaman krisan berumur 43 hari setelah tanam (HST). Kebutuhan air tanaman menurun setelah rata-rata umur tanaman berumur 43 hari setelah tanam, hal ini dikarenakan tanaman membutuhkan air sangat banyak pada saat tanaman berada pada fase vegetatif, yang mana pada saat fase vegetatif tanaman akan intensif pada pertumbuhan akar, batang dan daun yang mengakibatkan air yang dikonsumsi oleh tanaman lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bustomi (1999) yang mengatakan kebutuhan air konsumtif dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji.
Kebutuhan air untuk tanaman krisan yang dibudidayakan di guludan dan pot masing-masing adalah : 1056,72 ml/tanaman, dan 866,64 ml/tanaman. Sesuai hasil pembahasan di atas pada budidaya krisan di guludan jumlah air terinfiltrasi lebih banyak dari pada budidaya di pot. Selain itu
pada budidaya krisan di guludan ada air tedifusi ke samping di zona lapisan olah.
Tinggi tanaman krisan yang dibudidayakan di guludan rata-rata 105 cm, sedangkan tinggi yang dibudidayakan di pot rata-rata adalah 92 cm, hal ini menyebabkan luas permukaan tanaman krisan yang dibudidayakan di guludan juga lebih besar dari pada luas permukaan tanaman yang dibudidayakan di pot. Luas permukaan tanaman berhubungan linier dengan evapotranspirasi (Seyhan, 1990), sehingga factor ini merupakaan factor utama penyebab besarnya evapotranspirasi tanaman karena budidaya krisan kedua perlakuan di lakukan di dalam
greenhouse yang sama. Budidaya krisan di dalam greenhouse yang sama menyebabkan suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya juga sama.
Analisis Finansial Budidaya Bunga Krisan Dengan Metode Guludan dan Pot
Komponen Biaya
Biaya produksi yang meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost) pada perlakuan budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P) pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 4.
Tabel 2
Biaya tetap pada budidaya bunga krisan dengan metode pot (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P).
No |
Nama Komponen |
Harga (Rp) |
Umur Ekonomis (tahun) |
Harga Akhir (Rp) |
Siklus Budidaya/ Tahun |
1 |
Greenhouse |
20.000.000 |
5 |
2.000.000 |
3 |
2 |
Instalasi Listrik |
700.000 |
5 |
70.000 |
3 |
3 |
Lampu |
370.000 |
2 |
37.000 |
3 |
4 |
Alat-alat pertanian |
1.020.000 |
5 |
102.000 |
3 |
5 |
Sewa Lahan |
1.000.000 |
1 |
100.000 |
3 |
6 |
Jaring Penegak |
208.000 |
2 |
20.800 |
3 |
7 |
Polybag |
720.000 |
1 |
72.000 |
3 |
8 |
Mulsa |
260.000 |
1 |
26.000 |
3 |
Total 24.278.000
Keterangan : Harga biaya tetap diatas adalah biaya 1 unit per 1 are. Untuk harga akhir
diasumsikan 10% dari harga awal.
Data diatas merupakan biaya investasi yang dikeluarkan pada awal bisnis ini dimulai yaitu sebesar Rp. 24.278.000. Angka bunga bank yang
dipergunakan adalah12,03% (Anonim, 2013). Dari data Tabel 2 dan angka inflasi didapatkan aliran kas fixed cost dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Aliran kas biaya tetap pada budidaya bunga krisan dengan metode pot (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P).
No |
Nama Komponen |
Tahun I (Rp) |
Tahun II (Rp) |
Tahun III (Rp) |
Tahun IV (Rp) |
Tahun V (Rp) |
1 |
Greenhouse |
5.237.687 |
5.237.687 |
5.237.687 |
5.237.687 |
5.237.687 |
2 |
Instalasi Listrik |
183.319 |
183.319 |
183.319 |
183.319 |
183.319 |
3 |
Lampu |
201.564 |
201.564 |
222.527 |
222.527 |
245.670 |
4 |
Alat-alat pertanian |
267.122 |
267.122 |
267.122 |
267.122 |
267.122 |
5 |
Sewa Lahan |
1.000.000 |
1.052.000 |
1.106.704 |
1.164.253 |
1.224.794 |
6 |
Jaring Penegak |
37.796 |
37.796 |
37.796 |
37.796 |
37.796 |
7 |
Polybag |
720.000 |
757.440 |
796.827 |
838.262 |
881.851 |
8 |
Mulsa Plastik |
260.000 |
273.520 |
287.743 |
302.706 |
318.446 |
Greenhouse merupakan biaya tertinggi karena berpengalaman (ongkos mahal), selain itu umur komponen-komponen greenhouse harganya besar pakai greenhouse hanya lima tahun. Biaya termurah (kayu, beton, plastic uv) dan dibangun oleh tukang
pada biaya tetap adalah jaring penegak, karena mudah didapat dan bisa dibuat senidiri.
Biaya pertahun pada aliran kas biaya tetap ini merupakan biaya per tahun yang harus dikeluarkan untuk melunasi komponen-komponen biaya tetap. Aliran kas di atas dapat berubah-ubah tergantung
dengan umur ekonomis masing-masing komponen (misalkan lampu dari Rp. 201.564 menjadi Rp. 245.670) Perubahan tersebut merupakan hasil dari pengkalian umur ekonomis dengan inflasi. Selain biaya tetap ada juga biaya tidak tetap yang ditunjukan pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4
Biaya tidak tetap pada budidaya bunga krisan dengan metode pot (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P).
No |
Nama |
Satuan/ Are |
Volume |
Harga Satuan (Rp) |
Harga (Rp) | ||
Guludan (G) |
Pot (P) |
Guludan (G) |
Pot (P) | ||||
1 |
Bibit |
Batang |
4800 |
4800 |
250 |
1.200.000 |
1.200.000 |
2 |
Pupuk |
Kg |
300 |
300 |
1000 |
300.000 |
300.000 |
3 |
Nutrisi |
Ml |
7045200 |
5778000 |
0,03 |
211.356 |
173.340 |
4 |
Obat |
Botol |
2 |
2 |
175000 |
350.000 |
350.000 |
5 |
Tenaga |
HOK |
14 |
16 |
50000 |
700.000 |
800.000 |
6 |
Air |
M3 |
7,04 |
5,8 |
1000 |
7.040 |
5.800 |
Total |
2.768.396 |
2.829.140 |
Total Biaya Tidak Tetap Per Tahun 8.642.678 8.832.315
Keterangan : Biaya tetap diatas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk luas lahan budidaya satu are
Pada tabel 4 di atas menjelaskan bahwa pada perlakuan budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P) memiliki jumlah biaya tidak tetap yang berbeda, dimana biaya tidak tetap budidaya bunga krisan menggunakan metode guludan (G) sebesar Rp. 8.642.678/tahun sedangkan biaya tidak tetap budidaya bunga krisan menggunakan metode pot (P) sebesar Rp. 8.832.315/tahun. Perbedaan nilai biaya tidak tetap ini terjadi karena perbedaan komponen-komponen biaya diantaraya adalah (1) Perbedaan jumah konsumsi nutrisi, (2) Tenaga kerja, dan (3) jumlah air konsumtif tanaman. Hasil dari biaya tidak tetap per tahun merupakan hasil dari perhitungan nilai investasi perbulan dikali banga bank.
Analisis Kelayakan Investasi Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate Of Return (IRR)
Dalam penelitian ini analisis kelayakan investasi dari setiap perlakuan baik itu budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P) menggunakan tiga kriteria yang meliputi Benefit Cost ratio (BCR), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate Of Return. Sebelum menganalisis kelayakan finansial, harus mengetahui biaya-biaya atau aliran kas dari setiap perlakuan. Berikut merupakan tabel aliran kas pada keduan metode budidaya bunga krisan yang diasumsikan bisnis/investasi dilakukan sepanjang lima tahun yang ditunjukan pada tabel 5 :
Tabel 5
Aliran dana untuk pembiayaan pada budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P)
Aliran Kas |
Biaya Tetap (Rp) |
Biaya Tidak Tetap (Rp) |
Total Biaya (Rp) | |||
Guludan |
Pot |
Guludan |
Pot |
Guludan |
Pot | |
Tahun I |
7.187.488 |
7.647.488 |
8.642.678 |
8.832.315 |
15.830.166 |
16.479.803 |
Tahun II |
7.253.008 |
7.736.928 |
9.092.097 |
9.291.595 |
16.345.105 |
17.028.523 |
Tahun III |
7.342.898 |
7.851.982 |
9.564.886 |
9.774.758 |
16.907.784 |
17.626.740 |
Tahun IV |
7.415.409 |
7.950.965 |
10.062.260 |
10.283.046 |
17.477.669 |
18.234.011 |
Tahun V |
7.514.834 |
8.078.239 |
10.585.498 |
10.817.764 |
18.100.331 |
18.896.003 |
Total |
84.661.054 |
88.265.079 |
Tabel 5 menunjukan bahwa total investasi kedua perlakuan berbeda, yang mana total investasi pada meode guludan selama lima tahun adalah Rp. 84.661.054. Sedangkan pada metode pot total biaya investasi selama lima tahun adalah Rp. 88.265.079. Perubahan biaya pertahunnya disebabkan oleh inflasi. Pada penelitian ini menggunakan rata-rata inflasi Indonesia enam tahun terakhir yaitu sebesar 5,20 %. (Anonim, 2013). Benefit/pendapatan dari penjualan bunga krisan per siklus tanam adalah Rp.2000 x 4800 (jumlah bunga/are). Perhitungan benefit dikali dengan asumsi tingkat keberhasilan panen, yang mana tingat keberhasilan panen dari
masing-masing perlakuan berbeda. Budidaya menggunakan metode guludan tingkat keberhasilan panennya adalah 80%, sedangkan pada budidaya menggunakan metode pot tingkat keberhasilan panennya adalah 90%. Hal ini diperoleh dari hasil survey dari beberapa petani bunga krisan yang ada di sekitar tempat penelitian ini berlangsung. Hasil tersebut setiap tahunnya bertambah oleh pengaruh laju pertumbuhan harga bunga yang diasumsikan sama dengan inflasi Indonesia enam tahun terakhir yaitu 5,20%. Karena per-tahun adalah tiga kali siklus tanam maka hasil perhitungan penjualan bunga akan dikali tiga, seperti yang ditunjukan pada Tabel 6 :
Tabel 6
Aliran pendapatan budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P)
Aliran Kas |
Pendapatan 1 Tahun (Rp) |
Tingkat Keberhasilan (%) |
Total Pendapatan (Rp) | ||
Guludan |
Pot |
Guludan |
Pot | ||
Tahun I |
28.800.000 |
80 |
90 |
23.040.000 |
25.920.000 |
Tahun II |
28.800.000 |
80 |
90 |
24.238.080 |
27.267.840 |
Tahun III |
28.800.000 |
80 |
90 |
25.498.460 |
28.685.768 |
Tahun IV |
28.800.000 |
80 |
90 |
26.824.380 |
30.177.428 |
Tahun V |
28.800.000 |
80 |
90 |
28.219.248 |
31.746.654 |
Total |
127.820.168 |
143.797.689 |
Setelah diperoleh aliran kas biaya dan pendapatan, maka analisis kelayakan finansial anatara budidaya
bunga krisan metode guludan dengan metode pot dapat dilakukan. Tabel keuntungan budidaya bunga
krisan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7
Tabel keuntungan budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P)
Tahun |
Pendapatan (Rp) |
Biaya (Rp) |
Keuntungan (Rp) | |||
Guludan |
Pot |
Guldan |
Pot |
Guludan |
Pot | |
I |
23.040.000 |
25.920.000 |
15.830.166 |
16.479.803 |
7.209.834 |
9.440.197 |
II |
24.238.080 |
27.267.840 |
16.345.105 |
17.028.523 |
7.892.975 |
10.239.317 |
III |
25.498.460 |
28.685.768 |
16.907.784 |
17.626.740 |
8.590.677 |
11.059.028 |
IV |
26.824.380 |
30.177.428 |
17.477.669 |
18.234.011 |
9.346.711 |
11.943.417 |
V |
28.219.248 |
31.746.654 |
18.100.331 |
18.896.003 |
10.118.917 |
12.850.651 |
Total |
127.820.168 |
143.797.689 |
84.661.054 |
88.265.079 |
43.159.114 |
55.532.610 |
Tabel 7 di atas menunjukan bahwa keuntungan dari budidaya bunga krisan dengan metode pot lebih besar dari pada budidaya bunga krisan metode guludan. Hal ini terjadi karena faktor tingkat keberhasilan panen pada masing-masing metode.
Analisis kelayakan finansial budidaya bunga krisan metode guludan dengan metode pot dapat dilihat pada tabel 8 :
Tabel 8
Analisis kelayakan finansial budidaya bunga krisan dengan metode guludan (G) dan budidaya bunga krisan dengan metode pot (P).
No |
Nama |
Metode Budidaya | |||
1 |
Aliran Kas |
Guludan (G) |
Pot (P) | ||
Investasi |
Rp |
(84.661.054) |
Rp |
(88.265.079) | |
Tahun I |
Rp |
23.040.000 |
Rp |
25.920.000 | |
Tahun II |
Rp |
24.238.080 |
Rp |
27.267.840 | |
Tahun III |
Rp |
25.498.460 |
Rp |
28.685.768 | |
Tahun IV |
Rp |
26.824.380 |
Rp |
30.177.428 | |
Tahun V |
Rp |
28.219.248 |
Rp |
31.746.654 | |
2 |
IRR |
15% |
18% | ||
3 |
BCR |
1,51 |
1,63 | ||
4 |
NPV |
Rp5.687.537,35 |
Rp12.627.709,99 |
Tabel 8 diatas menyatakan bahwa Net Present Value (NPV) dari metode guludan (G) dengan nilai Rp. 5.687.537,35 lebih kecil dari metode pot (P) yang bernilai Rp. 12.627.709,99. Internal Rate Of Return (IRR) dari metode guludan (G) dengan persentase 15% lebih kecil dari metode pot (P) yang persentasenya 18%. Pada analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dari metode guludan (G) memperoleh hasil sebesar 1,51 yang mana lebih kecil dari metode pot (P) yang memperoleh hasil sebesar 1,63. Walaupun kedua metode budidaya bunga krisan dikatakan layak, namun metode pt (P) lebih menguntungakan dari pada metode guludan (G) dari segi finansial.
Jadi Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial antara dua metode budidaya bunga krisan yaitu
metode guludan (G) dengan metode pot (P), yang lebih menguntungkan adalah metode budidaya bunga krisan dengan pot (P). Hal ini di karenakan perbedaan jumlah biaya dan pendapatan pada masing-masing perlakuan. Perbedaan biaya pada biaya tetap dan biaya tidak tetap yang meliputi : (1) Perbedaan antara penggunaan mulsa dan pot, (2) Perbedaan jumlah penggunaan tenaga kerja, (3) Perbedaan penggunaan nutisi, dan (4) Perbedaan komsumsi air irigasi. Jumlah pendapatan yang dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan panen membuat keuntungan budidaya dengan metode pot lebih besar. Namun hasil dari analisis kelayakan finansial ini dapat berubah pada tahun yang berbeda dan daerah yang kesulitan air ataupun daerah yang
harga airnya mahal. Hal ini dikarenakan konsumsi air bunga krisan pada metode budidaya menggunakan guludan lebih besar dari metode budidaya dengan pot, yang mana selisih konsumsi air antara kedua metode hampir sebanyak 1 m3. Perbedaan jumlah konsumsi air akan sangat mempengaruhi jumlah penggunaan nutrisi tanaman krisan, karena air irigasi yang diberikan selalu ditambahkan nutrisi yang merupakan pupuk padat yang dilarutkan pada air irigasi. Jadi semakin banyak air irigasi yang dibutuhkan tanaman akan semakin banyak pula nutrisi yang dihabiskan tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan kebutuhan air tanaman krisan menggunakan sistem budidaya dengan metode guludan dan sistem budidaya dengan metode pot berbeda nyata. Total kebutuhan air tanaman krisan dengan metode guludan dan pot masing-masing adalah 1056,72 ml/tanaman dan 866,64 ml/ tanaman sedangkan rata-rata kebutuhan air harian masing-masing 19,57 ml/hari, dan 16,05 ml/hari. Perbedaan jumlah kebutuhan air irigasi pada penelitian ini akibat faktor infiltrasi, difusi dan evapotranspirasi.
Hasil analisis finansial dari penelitian ini adalah NPV pada metode guludan sebanyak Rp. 5.687.537,35 lebih kecil dari metode pot yang bernilai Rp. 12.627.709,99. IRR dari metode guludan dengan persentase 15% lebih kecil dari metode pot yang persentasenya 18%. Pada analisis BCR dari metode guludan memperoleh hasil sebesar 1,51 yang mana lebih kecil dari metode pot yang memperoleh hasil sebesar 1,63. Walaupun kedua metode budidaya bunga krisan dikatakan layak, namun metode pot lebih menguntungakan dari pada metode guludan dari segi finansial.
Saran
Perlu dikaji metode pemberian air agar lebih efisien untuk budidaya bunga krisan.Untuk petani bunga krisan pada daerah yang kesulitan air atau daerah yang harga airnya mahal sebaiknya menggunakan metode pot untuk budidaya bunga krisan. Karena semakin banyak konsumsi air tanaman maka akan berpengaruh pada tingkat penggunaan nutrisi tanaman krisan. Hal ini dikarenakan setiap air irigasi yang diberikan ke tanaman krisan dilaruti nutrisi atau pupuk padat. Jadi semakin banyak air yang di konsumsi tanaman maka semakin banyak pula nutrisi yang dihabiskan oleh tanaman. Dengan terjaganya air lebih lama pada budidaya bunga
krisan menggunakan metode pot tingkat keberhasilan panen akan menjadi lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A. Dan Hidayat, A. 1999. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. Seminar Nasional Sektor Pertanian Sebagai Andalan Ekonomi Nasional. Jakarta 26-27 Juli 1999.
Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2013. Profil Krisan, Direktorat Jendral Holtikultura,
Kementrian Pertanian.
Anonim. 2013. Inflasi RI 6 Tahun Terakhir 5,2%, Dengan Bunga Bank 12,03, Lebih Tinggi Dibanding Malaysia dan Thailand. https://m.merdeka.com/uang/inflasi-ri-6-tahun-terakhir-52-persen-lebih-tinggi-dibanding-malaysia-thailand.html. [diakses pada tanggal 28 April 2018].
Bustomi, F 1999. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi. Program Pasca Sarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program SPSS”.
Semarang : UNDIP.
Saputra, I.M.W., I.M.A.S. Wijaya, I.W. Tika, 2015. Kajian Frekuensi Dan Lama Pemaparan Medan Elektromagnetik Pada Fase Generatif Terhadap Produksi Dan Kualitas Bunga Krisan. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian). Universitas Udayana. Jimbaran.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradna Paramita, Jakarta.
Suweca, N, Wawancara. 2016. “Wawancara Budidaya Tanaman Krisan dan Prospek Budidaya Bunga Krisan Di Bedugul”. Banjar Kembang Merta, Desa Candikuning< Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Wiguna, I.K.W., I.M.A.S. Wijaya, I.M. Nada, 2015. Respon Tanaman Terhadap Penambahan Warna Cahaya Lampu LED Selama 30 Hari Pada Fase Vegetatif Terhadap Produksi Dan Kualitas Bunga Krisan Jurnal BETA
(Biosistem dan Teknik Pertanian). Universitas Udayana. Jimbaran.
Yuliasih, N.L.P., Sumiyati, S. Yohanes, 2015. Analisis Profil Iklim Mikro Pada Greenhouse
Tipe Arch Untuk Budidaya Bunga Krisan Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian). Universitas Udayana. Jimbaran.
203
Discussion and feedback