BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN

Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta

Volume 4, Nomor 2, September, 2016

Pengaruh Pelayuan dan Suhu Pengeringan Daging Buah Nanas pada Alat Pengering Vakum terhadap Mutu Produk yang Dihasilkan

RamendraWiro Ginting, Ida Bagus Putu Gunadnya, Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja

Prodi. Teknik Pertanian, Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRACT

The objective of this research were to know the effect of blanching and drying temperature of vacuum dryer on pineapple pulp and also to know the best quality of dried pineapple pulp resulting from both treatments. The experiments were done using Randomized Group Block Design (RGBD) with factorial experiments. The first factor was blaching consisted of two treatments, namely with and without blanching and the second one was drying temperature such as control, vacuum drying at 60 oC, 70o C, and 80 oC. The experiment was repeated three times. The results of the experiment showed that treatment with blanching and using drying temperature of pineapple pulp at 70 oC under vacuum for 2.5 hour of drying resulting the best quality of dried pineapple pulp based on the results of organoleptic tests of dried pineapple pulp

including its colour, crispiness, and taste which

Keywords: blanching, drying temperature,

PENDAHULUAN

Salah satu hasil dari tanaman nanas adalah buah segar. Buah segar dari tanaman ini mempunyai daya simpan yang relatif pendek yaitu antara 1 sampai 7 hari. Bila buah segar dikeringkan maka memiliki umur simpan mencapai 1 tahun atau lebih (Muchtadi, 1997). Menurut Asni (2006) buah nanas dapat diolah dalam berbagai bentuk produk olahan. Beberapa jenis olahan nanas yang dikembangkan pada industri pedesaan salah satunya ialah buah nanas kering. Sebagai produk siap saji dan bahan baku untuk pengolahan selanjutnya maka daging buah nanas perlu dilakukan pengeringan. Salah satu jenis pengeringan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pengeringan vakum (vacuum dryer). Aman et al. (1992) melaporkan bahwa keunggulan pengeringan vakum dibandingkan dengan pengering lain ialah proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Tjahjadi dan Marta (2011) mengungkapkan bahwa pengeringan dengan menggunakan metode pengeringan dengan sinar matahari memiliki kekurangan seperti mudah terkontaminasi berbagai kotoran, panasnya tergantung pada pancaran sinar matahari, dan laju pengeringan lambat. Salah satu perlakuan yang diberikan pada proses pengeringan daging buah nanas dengan alat

its values were 5.70, 4.20 and 5.35, respectively.

vacuum drying, dried pineapple pulp

pengering vakum adalah blanching. Menurut Rukmana (1996) blanching merupakan proses pemanasan bahan pangan dengan menggunakan uap air dalam waktu yang singkat. Lebih lanjut Sebayang (2005) melaporkan bahwa blanching bertujuan untuk menonaktifkan enzim yang terdapat pada permukaan bahan tersebut, dan juga untuk mempermudah pengeringan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pelayuan dan suhu pengeringan daging buah nanas menggunakan alat pengering vakum. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui mutu daging buah nanas kering terbaik yang dihasilkan dari pengeringan dengan menggunakan alat pengering vakum.

METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah nanas yang sudah masak dengan penampakan visual kulit buah berwarna hijau kekuning yang di peroleh langsung dari pasar tradisional Badung di Denpasar. Buah nanas yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah nanas varietas lokal. Alat yang digunakan selama penelitian yaitu alat pengering vakum yang diperoleh dari UKM Adi Guna Harapan Karangasem, timbangan, Colorimeter (Accu

Probe New York, USA) dan untuk pengujian kadar vitamin C menggunakan labu ukur 100 ml, corong, kertas saring, erlenmeyer, pipet ml. Untuk pengujian kadar air buah nanas kering menggunakan oven, dan juga alat alat penunjang lainnya seperti pisau, plastik bening jenis PP dengan ketebalan 0.12 mm dan baskom.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola percobaan faktorial 2 faktor. Pengelompokan dilakukan terhadap ulangan percobaan. Faktor ke-1 ialah pelayuan yang terdiri dari dua taraf faktor yaitu (B0) irisan buah tanpa pelayuan, (B1) irisan buah dengan pelayuan, dan faktor ke-2 ialah suhu pengeringan dengan 4 taraf faktor, yang terdiri dari 3 taraf faktor suhu pengeringan dengan menggunakan alat pengering vakum yaitu (T1) suhu pengeringan 60 oC, (T2) suhu pengeringan 70 oC dan (T3) suhu pengeringan 80 oC. Satu taraf faktor pengeringan lain nya adalah kontrol yang berupa daging buah nanas yang diberikan perlakuan blanching kemudian djemur. Kontrol digunakan sebagai pembanding dan diberi kode (T0). Dengan demikian ada 8 interaksi perlakuan dan setiap interaksi perlakuan diulang 3 kali sehingga jumlah satuan percobaan adalah sebanyak 24 buah. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf uji 5%. Uji nilai tengah dengan menggunakan BNT pada taraf uji yang sama dilakukan bila perlakuan atau interaksinya memberikan pengaruh nyata.

Pelaksanaan Penelitian

Buah nanas yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Kelungkung dan langsung diperoleh dari pasar tradisional di Denpasar, dipilih berdasarkan tingkat kematangan yang hampir sama dilihat dari warna kulit buah nanas yaitu hijau kekuningan. Selain itu, buah nanas dipilih berdasarkan berat, (500 – 700 g/buah) dan diameter buah nanas kurang lebih 8 cm. Buah nanas yang sudah disortir, dikupas kulitnya. Dicuci menggunakan air sampai

bersih, selanjutnya dipotong atau diiris menggunakan pisau dan dibentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi 3 cm dan ketebalan 3 mm.

Buah nanas yang sudah diiris diberi dua perlakuan yaitu dengan pelayuan (blanching) dan tanpa pelayuan sebelum dilakukan pengeringan. Pada tahap pelayuan, irisan daging buah nanas dilayukan dengan cara dikukus selama 10 menit dengan suhu 75 oC. Irisan buah nanas yang sudah diberikan perlakuan masing masing ditimbang 1 kg. Sebelum dan sesudah dilayukan, bahan akan ditimbang terlebih dahulu sehingga dapat mengetahui berat awal bahan yang akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pengeringan. Irisan buah nanas yang sudah dilayukan ataupun tanpa pelayuan siap dikeringkan dengan alat pengering dan dijemur

Irisan buah nanas yang sudah ditimbang diletakkan ke dalam rak pengering, kemudian dimasukkan kedalam ruang pengering, ditutup rapat. Proses pengeringan dilakukan dengan cara manual pada alat yaitu menyalakan kompor pemanas begitu juga dengan pompa vakum pada alat, saat proses pemanasan berlangsung termometer digital diatur sesuai dengan perlakuan suhu yang ditentukan yaitu (60 oC, 70 oC, 80 oC. Pada saat pompa vakum bekerja, udara diruang pengering akan terhisap keluar sehingga tekanan diruang pengering menurun, hal ini dapat dilihat dengan bergeraknya jarum barometer yang ada pada alat.

Pengeringan buah nanas dilakukan selama tiga jam untuk suhu pengeringan 60 oC, dua setengah jam untuk suhu 70 oC dan dua jam untuk suhu 80 oC. Pada pengamatan suhu dan tekanan ruang pengering dilakukan setiap 5 menit untuk 1 jam pertama dan pada satu jam berikutnya dilakukan pengamatan setiap 10 menit, kemudian pada satu jam berikutnya dilakukan pengamatan suhu dan tekanan setiap 15 menit. Setelah pengeringan dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan, buah nanas kering dikemas dengan plastik bening jenis PP dengan ketebalan 0,12 mm dan ditutup rapat dengan menggunakan sealer, buah nanas yang sudah kering siap dianalisis. Pada pengeringan

daging buah nanas ini diulang sebanyak tiga kali.

Pengamatan yang Dilakukan

Suhu dan tekanan ruang pengering vakum

Suhu ruang pengering vakum diatur sesuai dengan perlakuan suhu yang sudah ditentukan yaitu 60 oC, 70 oC, 80 oC dengan waktu pengamatan suhu dan tekanan ruang pengering yaitu tiga jam untuk suhu perlakuan 60 oC, dua setengah jam untuk suhu perlakuan 70 oC dan dua jam untuk suhu perlakuan 80 oC. Pengamatan suhu dan tekanan ruang pengering dilakukan saat proses pengeringan berlangsung dan diamati setiap 5 menit untuk satu jam pertama, kemudian diamati setiap 10 menit pada satu jam berikutnya dan pada satu jam berikutnya suhu dan tekanan ruang pengering diamati setiap 15 menit.

Kadar Air Daging Buah Nanas Kering

Pengukuran kadar air daging buah nanas menggunakan metode oven, berat buah nanas kering ditimbang sebelum dioven dan sesudah dioven. Kadar air daging buah nanas kering dihitung menggunakan rumus menurut Sudarmadji et al. (1989).

Pengukuran Warna Daging Buah Nanas Kering

Pengamatan warna buah nanas kering dilakukan menggunakan alat Colorimeter (Accu Probe, New York), USA. Pengukuran warna daging buah nanas kering mengikuti petunjuk manual alat. Pengukuran warna ini akan memperoleh nilai L, a dan b (Anon, 2013).

Kadar Vitamin C Daging Buah Nanas

Penetapan kadar vitamin C menggunakan metode Idiometri (Sudarmadji et al.,1989)

perhitungan kadar vitamin C berdasarkan pada jumlah larutan iod yang digunakan dalam titrasi.

Pengamatan Subjektif

Pengamatan lainnya yang dilakukan adalah pengamatan secara subjektif terhadap daging buah nanas kering. Pengujian subjektif dilakukan dengan metode uji pembeda dengan skoring untuk warna dan kerenyahan serta uji hedonik dilakukan untuk rasa daging buah nanas kering (Larmond, 1987).

HASIL DAN PEMBAHSAN

Suhu Ruang Pengering Vakum

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada ruang pengeringan daging buah nanas pada perlakuan suhu 60 oC mencapai suhu sesuai dengan perlakuan pada pengamatan suhu ruang pengering ke 45 menit. Untuk suhu 70 oC, mencapai suhu sesuai dengan perlakuan pada pengamatan suhu ruang pengering ke 30 menit. Pada perlakuan suhu pengeringan 80 oC hanya pada pengeringan daging buah nanas yang diberikan perlakuan pelayuan yang mencapai suhu perlakuan pada pengamatan ke 20 menit, sedangkan suhu ruang pengering untuk daging buah nanas yang tidak dilayukan mencapai suhu yang lebih tinggi pada akhir pengeringan yaitu 86 oC. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan perubahan fisik daging buah nanas setelah diberikan perlakuan persiapan sebelum pengeringan. Daging buah nanas yang diberikan perlakuan pelayuan kelihatan lebih rapuh bila dibandingkan dengan daging buah nanas yang tidak dilayukan. Kondisi ini menyebabkan air bahan lebih mudah diuapkan. Pada pengukuran suhu ruang pengering vakum dilakukan setelah suhu perlakuan yang ditentukan tercapai.



Gambar 1. Perubahan suhu ruang pengering vakum selama pengeringan daging buah nanas pada suhu 60 oC (A), 70 oC (B) dan pada suhu 80 oC (C).

Tekanan Ruang Pengering Vakum

Gambar 2 menunjukkan bahwa pengamatan tekanan ruang pengering vakum pada pengeringan daging buah nanas dengan suhu perlakuan yaitu 60 oC, 70 oC, dan 80 oC, memperlihatkan tingkat kevakuman alat pengering tersebut. Dari awal pengamatan, tekanan ruang pengering vakum menurun.

Menurunya tekanan dalam ruang pengering yang lebih rendah dari tekanan atmosfer mengakibatkan air yang ada pada bahan dapat menguap pada suhu yang lebih rendah. Tekanan maksimum ruang pengering vakum yaitu sebesar -76 cmHg, dalam percobaan ini pencapaian tertinggi tekanan vakum ruang

pengering pada pengeringan daging buah nanas yaitu sebesar -64 cmHg.

Waktu Pengeringan (menit)


Waktu pengeringan (menit)


Waktu Pengeringan (menit)


Gambar 2. Pengamatan tekanan ruang pengering vakum selama pengeringan daging buah nanas pada suhu 60 oC (A), 70 oC (B) dan pada suhu 80 oC (C).

Kadar Air Daging Buah Nanas Kering

Hasil sidik ragam terhadap kadar air daging buah nanas kering menunjukkan bahwa

perlakuan pelayuan buah nanas dan suhu pengeringan tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap kadar air buah nanas kering. Sebaliknya kadar air daging buah nanas kering dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh interaksi perlakuan pelayuan dan suhu pengeringan yang diberikan.

Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air buah nanas kering (%bk) dengan hasil analisis BNT

Perlakuan

Pelayuan

Suhu pengeringan Kontrol

Tanpa Pelayuan 11.25 d

Pelayuan 34.90 c

Vakum 60 oC

Suhu

76.87 b

80.00 b

Vakum 70 oC

Suhu

37.36 c

82.10 b

Vakum 80 oC

Suhu

106.39 a

52.28 c

Keterangan: huruf yang

Nilai sama

rata-rata yang berarti tidak

diikuti dengan berbeda nyata

(P>0.05).

Dari hasil uji BNT (Tabel 2) diketahui bahwa kadar air rata-rata dari daging buah nanas kering yang dihasilkan dari interaksi perlakuan tanpa pelayuan dan pengeringan vakum pada suhu 80 oC bernilai terbesar yang berbeda secara nyata

buah nanas kering dari perlakuan lainnya. Nilai rata-rata kadar air dari daging buah keing hasil interaksi perlakuan ini adalah 106.39 % (bk). Sebaliknya perlakuan buah nanas pada kontrol tanpa pelayuan menghasilkan nilai rata-rata kadar air daging buah nanas kering terkecil yang berbeda secara nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya, sebesar 11.25% (bk). Hal ini dikarenakan penjemuran daging buah nanas dilakukan berulang kali dan kontak langsung dengan panas sinar matahari menghasilkan daging buah nanas lebih kering dibandingkan dengan perlakuan pengeringan vakum. Lebih lanjut Fitriani (2008) melaporkan bahwa semakin lama waktu pengeringan yang digunakan maka semakin banyak air yang menguap dari bahan yang dikeringkan, sehingga kadar air yang diperoleh semakin rendah.

Komponen Warna Dari Daging Buah Nanas Kering

Nilai L Daging Buah Nanas Kering

Berdasarkan analisis ragam terhadap nilai L (kecerahan) bahwa perlakuan yang berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap nilai L dari daging buah nanas kering ialah perlakuan persiapan buah nanas. Perlakuan cara pengeringan buah nanas dan interaksi perlakuan tidak mempengaruhi nilai L secara nyata

(P<0,05) dengan nilai kadar air rata-rata daging

(P>0,05).

Rerata               69.52 b     97.26 a       93.56 a

Tabel 2. Nilai rata-rata L, a dan b daging buah nanas dan hasil uji BNT

Perlakuan                   Suhu

pengeringan

Keterangan: Nilai rata-rata untuk nilai L dan a yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom rerata yang sama berarti tidak berbeda nyata (P>0.05) dan nilai rata-rata untuk nilai b yang diikuti dengan

Pelayuan buah nanas

Kontrol   Suhu 60 oC

Shuuhruuf 7y0aonCg samSuahupa8d0a oCbaris rRereartaataberarti tidak berbeda nyata.


Nilai L

97.60       86.18      Ha1s0i5l.2u2ji BNT10p7a.d5a8 Tabel332.05maenunjukkan

91.55       89.62      bah9w1a.6nilai L (k9e3c.e9r8ahan) d3a0g.i5n6g bbuah nanas

94.58        87.9       ker9i8n.g41yang dibe1r0ik0a.7n8perlakuan pelayuan buah

nanas tanpa pelayuan bernilai lebih besar secara

  • -261.5       -362.7      ny-a2t9a9.(4P<0,05) -d1a6ri1.1pada ni-l9a0i .3L9 adari daging

  • -150.3       -143.6      bu-a1h73.2nanas k-e1ri3n6g.9 yang-50d.3ih3asbilkan dari

  • -20590     -25315     pe-n2g3e6ri3ngan deng-a1n49pemberian perlakuan yaitu

.            .        tahap . pelayuan. Dalam hal ini pemberian

6575       9962      per9l4ak9u4an pelayua1n09te1rhadap d9a2gi3n5g buah nanas

73..29        94..90       seb9e2l..u5m6 pengeri8n8g.a0.n0 membu8a7t..19daging buah

Tanpa pelayuan

Dengan pelayuan

Rerata

Nilai a

Tanpa pelayuan

Dengan pelayuan

Rerata

Nilai b

Tanpa pelayuan

Dengan pelayuan

nanas kering cenderung memiliki warna lebih gelap. Lebih lanjut Sebayang (2005) melaporkan bahwa perlakuan blanching berpengaruh pada bahan yang akan dikeringkan dan juga membuat tekstur bahan menjadi lebih lunak. Hal tersebut terjadi karena pengurangan kadar air pada bahan akibat perlakuan blanching pada bahan sebelum dilakukan pengeringan.

Nilai a Daging Buah Nanas Kering

Hasil analisis ragam nilai a daging buah nanas kering menunjukkan bahwa perlakuan yang berpengaruh secara nyata (P<0,05) ialah perlakuan pelayuan buah nanas. Perlakuan suhu pengeringan buah nanas dan interaksi perlakuan tidak mempengaruhi nilai a secara nyata (P>0,05). Dari hasil uji BNT pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai a daging buah nanas kering yang diberikan perlakuan pelayuan buah nanas tanpa pelayuan bernilai lebih besar secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan rata-rata nilai a dari daging buah nanas kering yang diberikan perlakuan pelayuan buah nanas dengan pelayuan. Hal ini dikarenakan bahwa nilai a daging buah nanas kering yang dihasilkan dari perlakuan dengan pelayuan dengan hasil yang di ukur memiliki warna lebih gelap, sehingga nilai a pada perlakuan pelayuan buah nanas dengan pelayuan memiliki nilai lebih kecil secara nyata (P<0,05). Lebih lanjut Hardiyanti et al. (2009) mengungkapkan bahwa perubahan nilai a nampak dipengaruhi oleh pemberian perlakuan pendahuluan terhadap bahan sebelum pengeringan.

Nilai b Daging Buah Nanas Kering

Berdasarkan sidik ragam nilai b daging buah nanas kering diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh secara nyata (P<0,05) ialah suhu pengeringan daging buah nanas. Perlakuan pelayuan buah nanas dan interaksi perlakuan tidak mempengaruhi nilai b secara nyata (P>0,05). Dari uji BNT seperti pada Tabel 2 diperoleh bahwa nilai b dari daging buah nanas kering pada perlakuan suhu pengeringan 80 oC tanpa pelayuan menyebabkan nilai b daging buah nanas kering memiliki rata-rata lebih besar secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan nilai b dari daging buah nanas kering hasil perlakuan lainnya. Sebaliknya nilai b rata-rata dari daging buah nanas kering yang dihasilkan dari kontrol memiliki nilai rata-rata lebih kecil. Hal tersebut disebabkan karena pengeringan daging buah nanas kontrol menghasilkan daging buah nanas kering dengan warna lebih gelap. Lebih lanjut Hardiyanti et al. (2009) mengungkapkan bahwa perubahan nilai b pada bahan yang diukur dipengaruhi oleh suhu selama proses pengeringan berlangsung, perlakuan yang diberikan dan cara pengeringan.

Uji Kadar Vitamin C Daging Buah Nanas Kering

Hasil sidik ragam uji kadar vitamin C menunjukkan bahwa perlakuan pelayuan buah nanas dan interaksi perlakuan tidak berpengaruh secara nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C daging buah nanas kering. Kadar vitamin C daging buah nanas kering dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh perlakuan suhu pengeringan buah nanas.

Tabel 3. Nilai rata-rata kadar vitamin C buah nanas kering (%bk) dengan hasil analisis BNT

Perlakuan                   Persiapan Buah Nanas                     Rerata %

Cara Pengeringan

Tanpa Pelayuan

Dengan Pelayuan

Kontrol

105.81

116.29

111.05 a

Vakum Suhu 60 oC

100.69

88.39

94.54 ab

Vakum Suhu70 oC

68.72

139.24

103.98 bc

Vakum Suhu 80 oC

76.87

90.84

83.86 c

Rerata

88.02

108.69

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom rerata berarti tidak berbeda nyata (P>0.05).

Dari hasil uji BNT dapat diketahui bahwa perlakuan yang menghasilkan rata-rata tertinggi ialah suhu pengeringan dengan kontrol daging buah nanas yaitu sebesar 111,05 %. Sebaliknya perlakuan yang memiliki nilai rata-rata terkecil ialah perlakuan suhu pengeringan dengan suhu 80 oC sebesar 83.86 %. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi suhu yang digunakan untuk mengeringkan buah nanas maka semakin rendah kadar vitamin C yang diperoleh dari buah nanas tersebut. Kerusakan vitamin C juga dapat disebabkan ketika bahan kontak langsung dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas, selain itu Adanya perlakuan pemanasan dimana pada cara pemanasan ini menggunakan suhu tinggi. Menyebabkan kadar vitamin C semakin cepat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat (Hidayat, 2008).

Uji Oganoleptik Daging Buah Nanas Kering Berdasarkan hasil sidik ragam uji organoleptik daging buah nanas kering menunjukkan bahwa interaksi perlakuan mempengaruhi secara nyata (P< 0,05) terhadap uji pembeda yaitu warna, kerenyahan dan uji hedonik yaitu rasa daging buah nanas kering.

Tabel 4. Nilai rata-rata uji pembeda dan uji hedonik yaitu warna, kerenyahan dan rasa daging buah nanas kering dan hasil anaslisi uji BNT

Interaksi perlakuan

Warna

Kerenya han

Rasa

Tanpa pelayuan

Kontrol

4,0 cd

4.15 a

4.10 c

Vakum 60 oC

4.95 b

4.00 a

4.70 b

Vakum 70 oC

5.70 a

3.95 a

5.35 a

Vakum 80 oC

5.50 a

3.60 b

5.15 a

Dengan pelayuan

Kontrol

3,15 f

4.20 a

3.20 d

Vakum 60 oC

4.20 c

3.45 b

4.80 b

Vakum 70 oC

3.8 de

3.65 bc

4.85 b

Vakum 80 oC

3.70 e

3.95 ab

4.75 b

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf

yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda

nyata (P>0.05).

Uji Pembeda Warna Daging Buah Nanas Kering

Dari uji BNT pada Tabel 7 menunjukkan ada perbedaan secara nyata (P<0,05) terhadap perlakuan yang diberikan. Dari hasil analisis BNT dapat diketahui bahwa perlakuan yang memiliki nilai warna daging buah nanas kering tertinggi ialah perlakuan pelayuan buah nanas dan suhu pengeringan dengan suhu 70 oC dan suhu 80 oC tanpa pelayuan dengan nilai 5,70 dan 5,50 (kuning hingga sangat kuning). Sebaliknya perlakuan yang memberi nilai terkecil yaitu perlakuan pelayuan buah nanas kontrol dengan pelayuan dengan nilai 3,15 yaitu (agak coklat sampai sangat coklat). Warna daging buah nanas kering yang baik yaitu mulai dari kuning hingga sangat kuning.

Uji Pembeda Kerenyahan Daging Buah Nanas Kering

Berdasarkan uji BNT pada Tabel 4 terlihat ada perbedaan secara nyata (P<0,05) terhadap tingkat kerenyahan daging buah nanas kering. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan yang memiliki nilai tertinggi yaitu perlakuan pelayuan buah nanas, kontrol dengan pelayuan dan kontrol tanpa pelayuan dengan nilai 4,15 dan 4,20 (renyah sampai sangat renyah). Sebaliknya perlakuan yang memiliki nilai terendah yaitu perlakuan pelayuan buah nanas

dengan suhu pengeringan suhu 60 oC dan suhu 80 oC dengan dan tanpa pelayuan dengan nilai 3.45 dan 3.60 (agak alot sampai sangat alot). Untuk tingkat kerenyahan daging buah nanas yang baik yaitu mulai dari renyah hingga sangat renyah.

Uji Hedonik Rasa Daging Buah Nanas Kering

Dari uji BNT Tabel 7 menunjukkan ada perbedaan secara nyata (P<0,05) dari perlakuan yang diberikan. Hasil rata-rata uji BNT dapat diketahui perlakuan yang menghasilkan nilai tertinggi ialah perlakuan pelayuan buah nanas dengan suhu pengeringan suhu 70 oC dan 80 oC tanpa pelayuan dengan nilai 5.35 dan 5.15 (suka sampai sangat suka). Sebaliknya perlakuan yang memiliki nilai terkecil yaitu perlakuan pelayuan buah nanas kontrol dengan pelayuan dengan nilai 3.20 (tidak suka sampai sangat tidak suka). Dari uji rasa daging buah nanas kering semakin besar nilai organoleptik yang didapat berarti semakin banyak panelis menyukai daging buah nanas kering yang di uji Sebaliknya semakin kecil nilai organoleptik yang didapat berarti semakin banyak panelis yang tidak menyukai daging buah nanas kering yang ditawarkan. Hasil uji organoleptik terhadap daging buah nanas kering menunjukkan bahwa ada interkasi perlakuan yang menghasilkan daging buah nanas kering dengan mutu terbaik yang ditunjukkan oleh hasil penilaian dengan nilai tertinggi dari panelis. Perlakuan persiapan buah yang berupa daging buah tanpa pelayuan dan kemudian dikeringkan secara vakum pada suhu 70 oC memberikan hasil uji dengan nilai tertinggi untuk warna, kerenyahan dan rasa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui Perlakuan pelayuan berpengaruh nyata terhadap parameter - parameter yang diuji yaitu kadar air, komponen warna nilai L, dan komponen warna nilai a. Perlakuan suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap parameter komponen warna nilai b dan kadar vitamin C. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap

parameter yang di uji yaitu warna, kerenyahan dan rasa daging buah nanas kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pelayuan dan suhu pengering 70 oC dengan waktu dua setengah jam menghasilkan daging buah nanas dengan mutu terbaik dilihat dari nilai uji organoleptik yaitu warna, kerenyahan, dan rasa dengan nilai organoleptik tertinggi sebesar 5,70 (antara kuning sampai dengan sangat kuning), 4.20 (antara renyah sampai sangat renyah) dan 5,35 (antara suka sampai dengan sangat suka). Selain itu mutu daging buah nanas kering juga dilihat dari hasil perlakuan terbaik antara perlakuan tanpa pelayuan dan suhu pengeringan 70 oC. Mulai dari kadar air daging buah nanas kering dengan nilai 37,36%, komponen warna nilai L dengan nilai 105.22, nilai a sebesar -299.4, dan untuk nilai b sebesar 94.94. Selanjutnya untuk nilai kadar vitamin C sebesar 68,72%.

Saran

Untuk mengeringkan daging buah nanas dengan ukuran 3x3 cm dan ketebalan irisan 3 mm menggunakan pengering vakum, maka disarankan irisan buah dilayukan dan pengeringan dilakukan pada suhu70 oC selama 2,5 jam

DAFTAR PUSTAKA

Aman, W., Subarna, M. Arfah, D. Syah, dan A.I. Budiwati. 1992. Pengeringan dalam Petunjuk Laboratorium Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Institut Pertanian Bogor. Halaman. 177-194.

Asni, N. 2006. Prospek pengembangan agroindustri nenas tangkit di Provinsi Jambi. J. Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. 5(1):47-50.

Fitriani, S. 2008. Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap beberapa mutu manisan belimbing wuluh (Averrhoa bellimbi L.). J. SAGU. 7(1):32 – 37.

Hardiyanti, N., E. J. Kining, Fauziah Ahmad, and N. M. Ningsih. 2009. Warna Alami. Jurusan Geografi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar.

Hidayat, N. 2008. Pengaruh lama pemanasan terhadap kandungan vitamin C daun singkong. http://nur_hidayat.com. Diakses tanggal 10 Februari 2008.

Larmond, E. 1987. Method for Sensory

Evaluation of Food. Food Research

Institute; Canada Departement of

Agriculture. Canada Ottawa

Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses

Pengolahan Pangan. Petunjuk

Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Rukmana, R. 1996. Nanas Budidaya dan

Pascapanen. Yogyakarta, Kanisius.

Sebayang, S. N. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Tepung Cabai. Universitas Sumatra Utara.

Sudarmadji, S., Bambang Haryono dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi I. Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Liberty.

Tjahjadi, C dan H. Marta. 2011. Pengantar

Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung

26