PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, DAN SELF ESTEEM PADA BUDGETARY SLACK DENGAN BUDGET EMPHASIS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Pada Hotel Berbintang di Kota Denpasar)
on
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3 (2014): 700-715
PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEE DAN BUDGET EMPHASIS PADA BUDGETARY SLACK
I Gusti Agung Ayu Surya Cinitya Ardanari1
I Nyoman Wijana Asmara Putra2
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
email: nana_ardanari@yahoo.com/telp: +62 81 936048393
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini menguraikan mengenai pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem pada budgetary slack dengan dimoderasi oleh budget emphasis. Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh hotel berbintang di Kota Denpasar, sedangkan sampel untuk penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 12 hotel berbintang 3 ke atas. Responden penelitian ini adalah manajer tingkat menengah dan bawah yang bekerja pada hotel tersebut yang telah menduduki jabatannya minimal selama satu tahun dan diikutsertakan dalam penganggaran. Dari 70 kuesioner yang disebarkan, diterima kembali dan diisi lengkap sebanyak 53 kuesioner. Data yang dikumpulkan, setelah melalui uji validitas dan reliabilitas serta telah memenuhi asumsi klasik kemudian diolah menggunakan uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran dan self esteem berpengaruh negatif terhadap budgetary slack, sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Selain itu, budget emphasis juga mampu memoderasi hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack, dimana budget emphasis memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack.
Kata kunci: penganggaran, asimetri, self esteem, budgetary slack.
ABSTRACT
This study outlines the effect of budgetary participation, information asymmetry, and selfesteem on budgetary slack to be moderated by budget emphasis. The population in this study is all starhotel in the city of Denpasar, while the sample for this study was determined by purposive sampling method. The samples obtained in this study were 12 3-star hotels and above. Respondents of this study were middle-level and lower-level managers who work at the hotel who had been in office for at least one year and included in the budget. From 70 questionnaires that have been distributed, 53 questionnaires have been received and filled correctly. Data are collected after the validity and reliability test and is in compliance classical assumptions are then processed using the Moderated Regression Analysis (MRA) which is a special application of multiple linear regression. The results of this study indicate that budgetary participation and self esteem negatively affect budgetary slack, while the positive effect of information asymmetry on budgetary slack. In addition, budget emphasis was also able to moderate the relationship budgetary participation, information asymmetry, and self esteem on budgetary slack, where budget emphasisweakens the influence of the three.
Keywords: budgetary, asymmetry, self esteem, budgetary slack.
PENDAHULUAN
Baridwan (1989) dalam Hafsah (2005) menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana kegiatan organisasi yang dinyatakan dalam satuan moneter untuk
menunjukkan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan. Anggaran memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan manajemen yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi pengawasan (controlling). Hal itu disebabkan karena anggaran sebagai alat manajemen dalam pelaksanaan fungsinya (M. Nafarin, 2009).
Terdapat perilaku negatif maupun positif yang mungkin timbul sebagai akibat dari anggaran. Perilaku positif yang timbul karena manajer merasa termotivasi oleh anggaran yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja sehingga mereka semakin meningkatkan kinerjanya. Perilaku negatif yang mungkin timbul adalah munculnya anggapan bahwa anggaran sering kali dipandang sebagai alat tekanan manajer puncak kepada bawahan. Ketika manajemen puncak berusaha melakukan penekanan terhadap anggaran yang telah ada (budget emphasis), manajer tingkat menengah dan bawah akan cenderung menciptakan slack dalam anggaran guna meningkatkan kemungkinan untuk memenuhi atau melampaui standar kinerja (M. Faruq, 2013).
Menurut Young (1985), budgetary slack didifiniskan sebagai jumlah yang dinyatakan oleh bawahan mengenai kemampuan produktifnya saat diberikan kesempatan untuk memilih standar kerja terhadapnya yang kemudianakan evaluasi. Mereka menciptakan slack agar lebih mudah dalam pencapaian target anggaran.Keinginan untuk mencapai anggaran dengan mudah tersebut bisa saja terjadi karena adanya penekanan terhadap anggaran (budget emphasis).
Budget emphasis merupakan sebuah desakan dari atasan kepada bawahan untuk melaksanakan anggaran dengan baik dan mencapai target anggaran (M. Faruq, 2013). Bawahan yang telah mencapai targetnya biasanya akan diberikan reward dan kompensasi, sedangkan bawahan yang tidak mencapai targetnya akan diberikan sanksi (Mardiasmo, 2002).
Shim dan Siegel (2001) menyatakan para manajer nonkeuangan diharapkan menggunakan pendekatan bottom up dalam melakukan penyusunan anggaranyang dimulai dari bawahan kepada atasannya atau pimpinan perusahaan. Dengan adanya partisipasi anggaran seperti itu, bawahan memiliki kesempatan untuk memberitahukan informasi yang mereka ketahui kepada atasan, sehingga atasan nantinya dapat membuat keputusan terbaik untuk organisasinya. Djoko Kristianto (2009) berpendapat adanya partisipasi yang benar bukan pertisipasi semu dalam proses penganggaran dapat mengurangi terjadinya slack.
Dalam kaitannya dengan budgetary slack, asimetri informasi dianggap dapat mempengaruhi timbulnya slack dalam anggaran. Dalam konteks teori keagenan, asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasannya. Hal tersebut menyebabkan prinsipal tidak mampu menentukan usaha yang dilakukan agen apakah memang benar-benar optimal (Arfan, 2011). Semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi maka akan semakin tinggi juga kesenjangan anggaran (budgetary slack) yang terjadi (Dunk, 1993).
Di sisi lain, dalam melakukan pekerjaannya seseorang pasti memikirkan harga dirinya (self esteem). Sharma dan Agarwala (2013) menyebutkan bahwa self esteem adalah kepercayaan diri seseorang, kepuasan diri terhadap suatu hal dan rasa menghormati diri sendiri. Hal tersebut meliputi keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dan kelayakan. Dalam kaitannya dengan budgetary slack, seseorang dengan self esteem yang rendah cenderung lebih tinggi dalam menciptakan slack (Tri S. Nugraheni dan Slamet Sugiri, 2004).
Penelitian mengenai budgetary slack telah banyak dilakukan sebelumnya, namun masih banyak ditemukan ketidakkonsistenan hasil penelitian. Dunk (1993), menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh negatif terhadap
budgetary slack. Hal tersebut tidak sama dengan hasil yang didapatkan oleh Pratiwi Puji (2008) dan Wenny Sugianto (2012), yang menyimpulkan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap budgetary slack.
Menurut penelitian yang dilakukan M. Faruq (2013) dan Paingga Rukmana (2013), asimetri informasi disimpulan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Paingga Rukmana (2013) menyebutkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgdetary slack. Hasil tersebut tidak sama dengan hasil yang didapatkan oleh Pratiwi Puji (2008) dan Wenny Sugianto (2012) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara asimetri informasi dengan budgetary slack.
Tri S. Nugraheni dan Slamet Sugiri (2004) menyimpulkan bahwa self esteem berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Di sisi lain, Wenny Sugianto (2012) menyebutkan bahwa self esteem berpengaruh positif terhadap budgetary slack.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini untuk terus dilanjutkan. Perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya bisa dipecahkan dengan menggunakan pendekatan kontinjensi (Govindarajan, 1986 dalam Falikhatun, 2007). Hal tersebut dilakukan dengan cara memasukan variabel lain yang mungkin mempengaruhi hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi dan self esteem dengan budgetary slack. Variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi dan self esteem dengan budgetary slack tersebut adalah budget emphasis.
Pratiwi Puji (2008) dan Wenny Sugianto (2012) menyatakan bahwa budget emphasis berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Dunk (1993) dan Dina (2010) menyebutkan bahwa budget emphasis mempengaruhi hubungan partisipasi penganggaran dan budgetary slack.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack dengan dimoderasi oleh budget emphasis pada hotel berbintang di Kota Denpasar.
Arfan (2011) menyatakan teori keagenan menyangkut suatu kontrak dimana prinsipal membawahi agen untuk melaksanakan kinerja yang efisien.Menurut Meisser (2006) dalam Wendy (2010), hubungan keagenan ini akan menciptakan dua masalah yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi; dan (b) konflik kepentingan, yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara agen dan prisipal sehingga agen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik.
Arfan (2011) mendefinisikan partisipasi penganggaran sebagai suatu proses pengambilan keputusan bersama mengenai masa depan yang dilakukan oleh dua bagian atau lebih. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Djoko Kristianto (2009), diperoleh hasil semakin tinggi tingkat partisipasi penganggaran maka tingkat budgetary slack yang ditimbulkan akan semakin rendah, dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Partisipasi penganggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack pada
hotel berbintang di Kota Denpasar.
Busuioc (2011) menyebutkan bahwa teori asimetri informasi mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena agen memiliki informasi pribadi yang lebih banyak tentang bidangnya dibandingkan prisipal. Semakin tinggi asimetri informasi yang ada, maka akan semakin tinggi juga budgetary slack yang terjadi (Paingga Rukmana, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack pada hotel berbintang di Kota Denpasar.
Oakes, dkk (2008) mendifinisikan self esteem sebagai perasaan kasih sayang terhadap diri sendiri. Biasanya seseorang dengan self esteem yang tinggi termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik untuk menjaga konsistensi hasil evaluasi dirinya agar tetap baik (Ferris, dkk, 2010). Tri S. Nugraheni dan Slamet Sugiri (2004) menyatakan bahwa subordinat yang mempunyai reputasi, etika, dan self esteem rendah cenderung lebih tinggi dalam pembuatan budgetary slack.Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3 : Self esteem berpengaruh negatif terhadap budgetary slack pada hotel berbintang di Kota Denpasar.
Budget emphasis dikatakan sebagai suatu alat kontrol pelaporan keuangan secara formal yang digunakan oleh manajer (Sivabalan, dkk, 2007). Chong M. Lau (1998) mendefinisikan budget emphasis sebagai alat pengendalian akuntansi dan non akuntansi untuk mencapai tujuan dari organisasi. Fan Hua Kung, dkk (2013) menyatakan bahwa budget emphasis dapat membantu untuk mencapai tujuan anggaran dengan memperkuat hubungan dengan motivasi kerja bawahan. Namun, budget emphasis yang terlalu ketat dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang pada bawahan karena tekanan kerja untuk mencapai target yang ditetapkan tersebut (Tagwireyi, 2012).
Dunk (1993) dan Dina (2010) menyebutkan bahwa budget emphasis mampu mempengaruhi hubungan partisipasi penganggaran dan budgetary. Arfan (2011) menyatakan adanya partisipasi dalam proses penyusunan anggaran akan memberikan manajer semacam kekuasaan dalam menetapkan isi dari anggaran mereka. Kekuasaan
ini dapat disalahgunakan dengan cara menciptakan slack. Hal tersebut dapat terjadi krena adanya budget emphasis yang terlalu ketat sehingga menyebabkan perilaku yang menyimpang pada bawahan (Tagwireyi, 2012).
Asimetri informasi sering kali dimanfaatkan oleh bawahan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya (Saad, 2002), dimana bawahan cenderung memberikan informasi bias kepada atasannya, seperti menaikkan biaya atau menurunkan pendapatan. Hal tersebut akan semakin kuat apabila diberikan budget emphasis yang sangat ketat.
Seseorang dengan self esteem yang rendah cenderung tidak dapat bekerja dengan baik seperti yang diinginkan, ia merasa kurang mampu untuk bekerja dan tidak memperoleh kepuasan dalam bekerja (Bateman, 1986 dalam Tri S. Nugraheni dan Slamet Sugiri, 2004). Dengan adanya budget emphasis yang sangat ketat, bisa memperkuat seseorang dengan self esteem rendah untuk berperilaku menyimpang demi mendapatkan hasil yang baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H4a : Budget emphasis memperlemah hubungan partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack
H4b : Budget emphasis memperkuat hubungan asimetri informasi terhadap budgetary slack.
H4c : Budget emphasis memperkuat hubungan self esteem terhadap budgetary slack.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Diolah (2013)
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian meliputi seluruh hotel berbintang di Kota Denpasar sebanyak 28 hotel, sedangkan metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut memiliki anggaran yang digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam mengelola usahanya. Bambang Suprasto (2004) menyatakan bahwa pada umumnya hotel yang memanfaatkan anggaran tersebut sebagai alat bantu manajemen adalah hotel berbintang 3 ke atas. Mengikutsertakan manajer tiap departemennya untuk menyusun anggaran. Telah beroperasi lebih dari dua tahun.
Sampel yang didapatkan berjumlah 12 hotel berbintang 3 ke atas. Responden penelitian ini adalah manajer tingkat menengah dan bawah yang bekerja pada hotel tersebut yang telah menduduki jabatannya minimal selama satu tahun dan diikutsertakan dalam penganggaran. Total responden dalam penelitian ini sebanyak 70 manajer, dengan jumlah responden tiap hotelnya berbeda, dimana jumlah responden tiap hotelnya berkisar antara 2 sampai 13 manajer. Perbedaan jumlah responden pada tiap hotel disebabkan karena berbedanya jumlah departemen yang ada dalam hotel tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner. Seluruh variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert 7 point. Sebanyak 53 kuesioner telah diterima kembali dan diisi secara lengkap dari total 70 kuesioner yang disebarkan.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan transformasi data ordinal menjadi data interval. Sebelum dilakukan teknik analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian yang meliputi pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari masalah normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas, serta heteroskedastisitas. Data yang dikumpulkan, setelah memenuhi asumsi klasik tersebut kemudian diolah menggunakan uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda.
Suyana Utama (2009) menyebutkan bahwa dalam uji interaksi, terdapat beberapa ketentuan untuk mengetahui apakah suatu variabel moderating memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu: Jika konstanta variabel independen positif (negatif), signifikan atau tidak, dan konstanta interaksinya dengan variabel moderating positif (negatif) signifikan, maka variabel moderating tersebut memperkuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana pengaruh positifnya (negatifnya) bertambah. Jika konstanta variabel independen positif (negatif), signifikan atau tidak, dan konstanta interaksinya dengan variabel moderating negatif (positif) signifikan, maka variabel moderating tersebut memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana pengaruh positifnya (negatifnya) berkurang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukan bahwa semua instrumen penelitian adalah valid. Hal tersebut dikarenakan seluruh instrumen penelitian memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,30, dimana nilai koefisien korelasi partisipasi penganggaran sebesar 0,651 – 0,875, nilai koefisien korelasi asimetri informasisebesar 0,752 – 0,883, nilai koefisien korelasi self esteemsebesar 0,724 – 0,951, nilai koefisien korelasi budget emphasis sebesar 0,773 – 0,904, dannilai koefisien korelasi budgetary slack sebesar 0,656 – 0,936.
Hasil uji reliabilitas dilakukan menunjukan seluruh instrumen penelitian reliabel dimana keseluruhan instrumen layak digunakan untuk mengumpulkan data. Nilai keseluruhan cronbach’s alpha > 0,6, dimana cronbach’s alpha partisipasi penganggaran sebesar 0,800, cronbach’s alpha asimetri informasisebesar 0,874, cronbach’s alpha self esteemsebesar 0,910, cronbach’s alpha budget emphasis sebesar 0,911, dan cronbach’s alpha budgetary slack sebesar 0,853. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,470 melebihi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji autokorelasi yang dilakukan menunjukkan nilai D-W sebesar 1,871 dengan nilai dL= 0,45 dan dU = 1,68 sehingga 4-dL = 4-0,45 = 3,55 dan 4-dU = 4-1,68 = 2,32. Oleh karena nilai dstatistic 1,871 berada diantara nilai dU dan 4-dU (1,68 <1,871 < 2,32) maka pengujian dengan Durbin-Watson berada pada daerah tidak ada autokorelasi maka ini berarti pada model regresi tidak terjadi gejala autokorelasi.
Hasil uji multikolinearitas didapatkan nilai tolerance variabel bebas berada di atas 0,1, dimana nilai tolerance partisipasi penganggaran sebesar 0,644, nilai tolerance asimetri informasi sebesar 0,676, nilai tolerance self esteem sebesar 0,872, serta nilai tolerance budget emphasis sebesar 0,892; dan nilai VIF berada di bawah
10, dimana nilai VIF partisipasi penganggaran sebesar 1,553, nilai VIF asimetri informasi sebesar 1,497, nilai VIF self esteem sebesar 1,147, serta nilai VIF budget emphasis sebesar 1,121. Jadi dapat disimpulkan bahwa data penelitian terbebas dari multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, keseluruhan variabel memiliki nilai signifikansi melebihi 0,05, dimana nilai signifikansi partisipasi penganggaran sebesar 0,515, nilai signifikansi asimetri informasi sebesar 0,231, nilai signifikansi self esteem sebesar 0,583, serta nilai signifikansi budget emphasis sebesar 0,821. Maka dapat disimpulkan data penelitian terbebas dari heteroskedastisitas. Interaksi (Moderated Regression Analysis—MRA) ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel partisipasi penganggaran, asimetri informasi dan self esteem terhadap budgetary slack dimana budget emphasis digunakan sebagai variabel moderasi. Hasil analisis uji interaksi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Hasil Uji Interaksi (Moderated Regression Analysis)
Nama Variabel |
Koefisien Regresi |
thitung |
Sig. |
Konstanta |
25,853 | ||
Partisipasi Penganggaran (X1) |
-1,097 |
-1,085 |
0,000 |
Asimetri Informasi (X2) |
0,504 |
0,501 |
0,025 |
Self Esteem (X3) |
-0,452 |
-0,507 |
0,020 |
Budget Emphasis (X4) |
-0,103 |
-0,114 |
0,810 |
X1*X4 |
0,042 |
0,981 |
0,021 |
X2*X4 |
-0,059 |
-1,636 |
0,000 |
X3*X4 |
0,049 |
0,944 |
0,001 |
R |
0,932 | ||
R square (R²) |
0,869 | ||
F hitung |
42,480 | ||
F sig |
0,000 |
Sumber: Data diolah, 2013
Persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut.
Y = 25,853 – 1,097X1 + 0,504X2 – 0,452X3 + 0,042X1*X4 – 0,059X2*X4+
0,049X3*X4+ ε
Besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai R square (R2) adalah 0,869. Hasil ini berarti bahwa budgetary slack dipengaruhi oleh variabel partisipasi penganggaran, asimetri informasi dan self esteem dan budget emphasis sebagai variabel pemoderasi sebesar 86,9% dan sisanya 13,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian.
Tabel 1 menunjukkan nilai signifikansi hasil uji F sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,005, sehingga dapat disimpulkan variabel partisipasi penganggaran, asimetri informasi dan self esteem, serta budget emphasis yang digunakan sebagai variabel moderasi berpengaruh secara serempak terhadap budgetary slack.
Nilai signifikansi uji t variabel partisipasi penganggaran sebesar 0,000 < α (0,05), hal ini berarti variabel partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap variabel budgetary slack, maka H1 diterima. Nilai β1 = -1,097 menunjukkan pengaruh negatif dari partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Nilai signifikansi uji t variabel asimetri informasi sebesar 0,025 < α (0,05), yang menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi berpengaruh terhadap variabel budgetary slack, maka H2 diterima. Nilai β2 = 0,504 menunjukkan pengaruh positif dari asimetri informasi terhadap budgetary slack. Nilai signifikansi uji t variabel self esteem sebesar 0,020 < α (0,05), dengan demikian variabel self esteem berpengaruh terhadap variabel budgetary slack, maka H3 diterima. Nilai β3 = -0,452 menunjukkan pengaruh negatif dari self esteem terhadap budgetary slack.
Interaksi antara variabel partisipasi penganggaran (X1) dengan variabel budget emphasis (X4) menunjukkan nilai signifikansi (0,021 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel budget emphasis mampu memoderasi hubungan variabel partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack. Dimana, koefisien regresi variabel partisipasi penganggaran sebesar -1,097 dan koefisien regresi interaksi
variabel budget emphasis dengan partisipasi penganggaran sebesar 0,042, itu artinya budget emphasis memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack (pengaruh negatifnya berkurang), maka dapat disimpulkan H4a diterima. Interaksi antara variabel asimetri informasi (X2) dengan variabel budget emphasis (X4) menunjukkan nilai signifikansi (0,000 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel budget emphasis mampu memoderasi hubungan variabel asimetri informasi terhadap budgetary slack, dengan koefisien regresi variabel asimetri informasi sebesar 0,504 dan koefisien regresi interaksi variabel budget emphasis dengan asimetri informasi sebesar -0,059, itu artinya budget emphasis memperlemah pengaruh asimetri informasi terhadap budgetary slack (pengaruh positifnya berkurang), maka dapat disimpulkan H4b ditolak. Interaksi antara variabel self esteem (X3) dengan variabel budget emphasis (X4) menunjukkan nilai nilai signifikansi (0,001 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel budget emphasis mampu memoderasi hubungan variabel self esteem terhadap budgetary slack dengan koefisien regresi variabel self esteem sebesar -0,452 dan koefisien regresi interaksi variabel budget emphasis dengan self esteem sebesar 0,049, itu artinya budget emphasis memperlemah pengaruh self esteem terhadap budgetary slack (pengaruh negatifnya berkurang), maka dapat disimpulkan H4c ditolak.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah partisipasi penganggaran dan self esteem berpengaruh negatif terhadap budgetary slack, asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack, serta budget emphasis mampu memoderasi hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self esteem terhadap budgetary slack, dimana budget emphasis memperlemah hubungan ketiganya.
Saran yang diajukan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah manajer puncak hotel lebih memperhatikan asimetri informasi dan budget emphasis yang dilakukan. Penelitian mengenai budgetary slack namun pada perusahaan/instansi yang berbeda seperti pada hotel-hotel berbintang 5 saja atau instansi pemerintahan untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian ini. Mengingat hasil penelitian terdahulu banyak yang tidak konsisten. Penelitian berikutnya diharapkan untuk menggunakan faktor-faktor internal lain sebagai variabel pemoderasi, atau menggunakan faktor-faktor eksternal lain sebagai variabel independen yang diduga mempunyai pengaruh terhadap munculnya budgetary slack, untuk melihat besarnya nilai R square (R2) yang timbul apakah semakin meningkat atau menurun.
REFRENSI
Arfan Ikhsan Lubis. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Bambang Suprasto. 2004. Pengaruh Interaksi Antar Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri dan Penekanan Anggaran Terhadap Slack. Sripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Busuoic, Andrada dan Ristian Radu Birau. 2011. The Role of Information Asymmetry in The Outburst and The Deepening of The Contemporary Economic Crisis. Academy of Economic Studies Journal, pp:891-902.
Chong M. Lau. 1998. The Impact of Budget Emphasis, Participation and Task Difficulty on Managerial Performance: A Cross-Cultural Study of The Financial Services Sector. Management Accounting Research, 9 (2),pp: 163183.
Dina Nur Afiani. 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran dan Asimetri Informasi Terhadap Senjangan Anggaran Pada Instansi Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang). Sripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro, Semarang.
Djoko Kristianto. 2009. Pengaruh Information Asimmetry dan Budget Emphasis Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Budget Participation dan Budgetary Slack.Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia, 3 (2), pp: 122131.
Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review, 68 (2), pp: 400.
Falikhatun. 2007. Pengaruh Patisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas Kelompok. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 6 (2), pp: 207-221.
Fan Hua Kung, Cheng Li Huang, dan Chia Ling Cheng. 2013. The Examination of The Relationships Among Budget Emphasis, Budget Planning Models and Performance. Management Decision, 52 (1), pp: 121-140.
Ferris, D Lance, Huiwen Lian, Douglas J. Brown, Fiona X. J. Pang, dan Lisa M. Keeping. 2010. Self Esteem and Job Performance: The Moderating Role of SelfEsteem Contingecies. Personnel Psychology, 63 (3), pp: 561-593.
Hafsah. 2005. Pengaruh Asimetri Informasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kesenjangan Anggaran. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
M. Faruq Dwi Jaya. 2013. The Effects of Budget Participation, Asymmetric Information, Budget Emphasis, and Organizational Commitment On Budgetary Slack In Pemerintah Kota Pasuruan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 1 (1).
M. Nafarin. 2009. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Oakes, Mark A, Jonathon D. Brown, dan Huajian Cai. 2008. Implicit and Explicit Self-Esteem: Measure for Measure. Social Cognition, 26 (6), pp: 778.
Paingga Rukmana. 2013. Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Asimetri Informasi Terhadap Timbulnya Budgetary Slack (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Padang).SkripsiFakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Pratiwi Puji Lestari, Made. 2008. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran, dan Komitmen Organisasi terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus pada BPR-BPR di Kecamatan Kuta). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Saad Saleh Al-Rwita. 2002. Budgetary slack: The Effects of Truth-Inducing Schemes on Slack and Performance. Economics and Administratiom Journal, 16 (2).
Sharma, Shraddha dan Surila Agarwala. 2013. Contribution of Self Esteem and Collective Self Esteem in Predicting Depression. Psychological Thought, 6(1), pp: 117-123.
Shim, Jae K. dan Joel G. Siegel. 2001. Budgeting: Pedoman Lengkap Langkah-langkah Penganggaran. Jakarta: Erlangga.
Sivabalan, Prabhu, Peter Booth, dan Teemu Malmi. 2007. Budget participation and Budget Emphasis in Low Uncertainty Conditions—Considering Alternative Reasons to Budget. University of Technology Sydney Journal.
Suyana Utama, Made. 2009. Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi 3. Denpasar: Sastra Utama.
Tagwireyi, Frank. 2012. An Evaluation Of Budgetary Slack in Public Institutins in Zimbabwe. Departement of Accounting and Information Systems Great Zimbabwe University Journal, Faculty of Commerce Vol. 3, pp: 38-41.
Tri Siwi Nugraheni dan Slamet Sugiri. 2004. Pengaruh Reputasi, Etika dan Self Esteem Subordinat Terhadap Budgetary Slack Di Bawah Asimetri Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 19 (4), pp: 375-388.
Wendy Endrianto. 2010. Analisa Pengaruh Penerapan Basel dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Risiko pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Wenny Sugianto. 2012. Pengaruh Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget Emphasis, dan Self Esteem Terhadap Budgetary Slack. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Jakarta.
Young, S. Mark. 1985. Participative Budgeting: The Effect of Risk Aversion and Asymmetric Information on Budgetary Slack. Journal of Accounting Research, 23 (2), pp: 829-842.
715
Discussion and feedback