ISSN : 2302 – 8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2 (2015) : 602-617

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN PUBLIK, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN NET PROFIT MARGIN PADA PERATAAN LABA

I Komang Gede Ginantra1

I Nyoman Wijana Asmara Putra2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: gede.ginantra@yahoo.com/ Tlp.+6289685674499

ABSTRAK

Perataan laba merupakan usaha suatu perusahaan dalam menurunkan kisaran keuntungan yang dilaporkan di laporan keuangan sebagai pencapaian tingkat laba yang diinginkan. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu ingin menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufakur. Metode penentuan sampelnya adalah purposive sampling. Sampel yang terpilih sebanyak 17 perusahaan melalui kriteria yang telah di tentukan. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa variabel NPM berpengaruh positif terhadap perataan laba sedangkan variabel profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik dan DPR tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Profitabilitas, financial leverage dan NPM

ABSTRACT

Income smoothing is the business of an enterpriseed to reduced fluctuation’s in earnings reported in the financial statements the orsders goes a achieved in desiredde levels the profitys. This study aims to examine the factors that influence income smoothing. The population in this study is all manufacture companys. The sampling method used was purposive sampling. Samples were selected by 17 companies through the criteria that had been set. Based on the results of tests performed showed that NPM variable positive effect on income smoothing while variable profitability, financial leverage, firm size, public ownership and the House is not a positive effect on income’s the smoothinging a companies listeds in Indonesia Stock Exchange.

Keyword: profitability, financial leverage and NPM

PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini berkembangnya pasar modal di Indonesia begitu pesat dan cepat, hal tersebut menjadikan alasan yang kuat bagi manajemen dalam suatu perusahaan untuk menunjukan kinerja yang terbaik. Laporan keuangan perusahaan salah satu cerminan dari kondisi suatu perusahaan, karena adanya banyak informasi yang diperlukan oleh berbagai pihak, salah satunya yang

digunakan untuk mengukur kinerja manajer yaitu laba. Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen sehingga manajemen cendrung melakukan dysfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) (Budiasih, 2009).

Peralatan laba adalah alat untuk meminimalisir fluktuasi laba yang akan dilaporkan (Syahriana, 2006). Perataan laba dapat merugikan investor, sebab investor tidak mengetahui posisi dan fluktuasi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Tidakan perataan laba tidak hanya memiliki dampak negatif saja tetapi juga memiliki dampak positif yaitu dapat memper erat hubungan antara manajemen perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan.

Profitabilitas dalam hal ini adalah kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu laba di masa depan. Profitabilitas didalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Jika suatu perusahaan mempunyai profitabilitas tinggi maka manajemen cenderung akan melakukan perataan laba karena manajemen mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa depan, sedangkan perusahaan yang kinerjanya lebih rendah tentu akan mencoba untuk mengangkat kinerjanya dengan melakukan manajemen laba tetapi mereka tentu lebih sulit untuk menutupinya ditahun berikutnya sehingga tidak terjadi perataan, tetapi lebih kepada income increasing selama beberapa periode (Wijaya, 2004).

Financial leverage merupakan hal penting dalam perusahaan dengan berdasarkan penggunaan sumber keuangan yang memiliki beban tetap dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar. Serta jika perusahaan memiliki hutang yang relatif besar tentunya akan mempunyai resiko semakin meningkat,

Maka akan dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk menstabilkan posisi keuangan perusahaan.

Ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung akan lebih kritis mendapatkan perhatian baik dari para analisis, investor maupun pemerintah. Perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang drastis dengan melakukan tindakan perataan laba, karena perusahaan nantinya akan dibebani pajak yang besar dan meminimalisir resiko yang kemungkinan akan terjadi.

Kepemilikan publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Proporsi yang besar atas kepemilikan saham oleh publik akan berakibat pada tingkat kepercayaan dari para investor terhadap perusahaan tinggi, maka manajemen cenderung melakukan perataan laba agar dapat meningkatkan laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur’aeni, 2010). Tujuan utama para investor dalam berinvestasi yaitu melakukan peningkatan kesejahteraan dengan mendapatkan dividen maupun capital gain.

Dividend payout ratio (DPR) yang mengecil dapat berakibat merugikan para investor tetapi dari aspek keuangan di dalam perusahaan tentunya akan semakin tangguh (solid). Jika kucuran dari hasil keuntungan perusahaan stabil tentunya akan berakibat pada dukungan dividen dengan tingkat yang lebih besar daripada kucuran hasil keuntungan yang lebih bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba.

Net profit margin (NPM) dapat mengungkapkan potensi dari suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Septoaji (2002) yang dikutip dalam Dewi (2012),

NMP berpengaruh pada perataan laba, apabila NPM meningkat maka akan memberikan nilai tambah bagi para investor.

Teori agensi menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Budiasih (2009), adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dengan agen. Konflik keagenan akan muncul ketika antara agen dan prinsipal memiliki kepentingan yang berbeda.

Pengertian dari manajemen laba yaitu usaha dari manajemen dalam memanipulasi laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengelabuhi para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan para manajer.

Peralatan laba adalah alat untuk meminimalisir fluktuasi laba yang akan dilaporkan (Syahriana, 2006). Perataan laba yaitu proses yang dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba dengan memindahkan pendapatan dari tahun yang pendapatannya tinggi ke periode yang pendapatan rendah sampai dengan tingkat laba yang dianggap normal. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan perataan laba yaitu seperti tipe industri, risiko spesifik, risiko keuangan, financial leverage, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dividend payout ratio, profitabilitas, risiko keuangan, net profit margin, tax income, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik. Penulis hanya memakai variabel profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, dividend payout ratio, dan net profit margin dalam penelitian ini.

Profitabilitas dalam hal ini adalah kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu laba di masa depan. Jika suatu perusahaan mempunyai profitabilitas tinggi maka manajemen cenderung akan melakukan perataan laba karena manajemen mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa depan, sedangkan perusahaan yang kinerjanya lebih rendah tentu akan mencoba untuk mengangkat kinerjanya dengan melakukan manajemen laba tetapi mereka tentu lebih sulit untuk menutupinya ditahun berikutnya sehingga tidak terjadi perataan, tetapi lebih kepada income increasing selama beberapa periode (Wijaya, 2004).

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Perataan Laba

Penggunaan hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Financial leverage dipandang sebagai hal yang penting dalam perusahaan dengan berdasarkan penggunaan sumber keuangan yang memiliki beban tetap dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar. Serta jika perusahaan memiliki hutang yang relatif besar tentunya akan mempunyai risiko semakin meningkat, sehingga semakin besar rasio leverage, maka resiko yang ditanggung pemilik juga semakin meningkat. Maka akan dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk menstabilkan posisi keuangan perusahaan.

H2 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap Perataan Laba

Ukuran perusahaan atau skala perusahaan ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan Sartono (2010). Ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung akan lebih kritis mendapatkan perhatian dari pemerintah, para

analisis dan investor. Perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang drastis dengan melakukan tindakan perataan laba, karena perusahaan nantinya akan terhindar dari beban pajak yang besar dan meminimalisir resiko yang kemungkinan akan terjadi. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi nantinya.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Perataan Laba.

Proporsi kepemilikan publik tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor mau terus menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan perataan laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi para keputusan investor untuk berinvestasi.

H4: Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan. DPR yang mengecil dapat berakibat merugikan para investor tetapi dari aspek keuangan di dalam perusahaan tentunya akan semakin tangguh (solid). Jika kucuran dari hasil keuntungan perusahaan stabil tentunya akan berakibat pada dukungan dividen dengan tingkat

yang lebih besar daripada kucuran hasil keuntungan yang lebih bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba.

  • H5: Dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba

Net profit margin digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi, baik administrasi, produksi, penentuan harga, pemasaran, pendanaan maupun manajemen pajak. Manajemen akan menampilkan kinerja yang terbaik untuk meningkatkan NPM perusahaan agar dapat menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Meningkatkan kinerja dari perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan perataan laba agar selalu mendapatkan laba yang sesuai keinginan.

  • H6: Net profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk asosiatif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian yaitu pada Bursa Efek Indonesia. Populasi pada studi ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 dimana jumlah emiten yang tercatat secara berturut-turut adalah 130 perusahaan. Sampel yang di peroleh sebanyak 17 perusahaan dengan metode Purposive sampling. Perataan laba dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut.

Indeks Eckel =


CV ΔI

CV ΔS


Indeks perataan laba yang bernilai ≥ 1 berarti perusahaan tidak melakukan perataan laba, sedangkan ˂ 1 berarti perusahaan melakukan perataan laba.

Pengukuran profitabilitas menggunakan rasio ROA, dengan rumus sebagai berikut.

Laba bersih setelah Pajak

ROA =

Total aset rata-rata

Pengukuran financial Leverage menggunakan rasio antar total hutang dengan total ekuitas dengan rumus sebagai berikut.

Total Hutang

DER =

Total Ekuitas

Pengukuran untuk ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan rumus logaritma natural dari total aktiva (total assets).

Ukuran perusahaan = Ln Total Aktiva

Pengukuran untuk kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham publik dengan jumlah saham keseluruhan beredar yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

KP =


Saham Publik

Jumlah saham keseluruhan beredar

Pengukuran untuk Dividend payout ratio dihitung dengan membandingkan Dividen per lembar dengan earnings per lembar yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

DPR =


Dividen per lembar

Earnings per lembar

Pengukuran untuk Net profit margin dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total penjualan dengan rumus sebagai berikut.

Laba bersih setelah pajak

NPM =

Total Penjualan

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik dalam pengujian hipotesis karena variabel terikat yang digunakan merupakan variabel dummy maka persamaan model yang digunakan adalah sebagai berikut.

Ln      = α + β1ROA + β2DER + β3UP + β4KP + β5DPR + β6NPM + ε

1 - IS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil uji analisis yang disajikan dalam bentuk tabel. Pada tabel 1 dibawah ini merupakan hasil uji analisis pertama.

Tabel 1.

Hasil Statistik Deskriptif

Variabel

N

Min

Max

Rata-rata

Std. Deviation

Status perataan laba

85

0.000

1.000

0.48

0.503

ROA

85

0.009

0.435

0.14773

0.098335

DER

85

0.144

3.110

0.65388

0.561687

UP

85

12,779

26.795

16.39658

3.820111

KP

85

0.018

0.499

0.24007

0.163336

DPR

85

0.036

3.654

0.51036

0.486273

NPM

85

0.005

0.296

0.12158

0.069634

Valid N (listwise)

85

Sumber: Data diolah, 2014

Hasil dari variabel yang diteliti tersebut menunjukkan bahwa nilai standar deviasi variabel ROA (X1), DER (X2), dan UP (X3), KP (X4), DPR (X5), NPM (X6) lebih rendah dari pada rata-ratanya (mean). Hal tersebut berarti bahwa data mengindikasikan hasil yang baik karena semakin kecil nilai standar deviasi maka

data atau variabel tersebut semakin merata, artinya standar deviasi tidak jauh menyimpang dari nilai rata-ratanya (mean).

Sementara hasil perhitungan untuk variabel peralatan laba (Y), menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar dibandingkan nilai mean. Hasil tersebut mengindikasikan hasil yang kurang baik dan menujukkan adanya penyimpangan data yang tinggi dikarenakan nilai standar > nilai rata-ratanya (mean).

Uji Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menguji Kelayakan model regresi. Berikut pada tabel 2 adalah hasil ujinya.

Tabel 2.

Uji Hosmer dan Lemeshow

No

Chi-square

df

Sig.

1

4.512

7

0.719

Sumber: Olah Data 2014

Pada hasil tersebut di atas dapat diketahui nilai sig = 0,719 > 0,05. Artinya data pada model ini dianggap cocok dengan data observasinya.

Kemudian untuk menilai keseluruhan model dengan menggunakan uji iteration history. Berikut pada tabel 3 hasil ujinya.

Tabel 3.

Iteration History

No

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0

117.729

-0.71

Step 1

107.729

-0.02

Sumber: Olah Data 2014

Berdasarkan hasil analisis menunjukan model regresi yang baik. Selanjutnya uji koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai Nagelkerke R Square akan disajikan pada tabel 4.

Tabel 4.

Koefisien Determinasi

No

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1

108.438a

0.104

0.138

Sumber: Olah Data 2014

Berdasarkan tabel di atas diperoleh besarnya nilai Nagelkerke R Square = 0,138, artinya sebesar 13,8% variabilitas variabel dependen dijelaskan variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 86,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian.

Pengujian multikolinieritas dalam regresi logistik dapat dilihat dari tabel matriks korelasi berikut ini.

Tabel 5.

Matriks Korelasi

Constant

ROA

DER

UP

KP

DPR

NPM

Step   Constant

1.000

0.128

-0.276

-0.825

0.164

-0.374

-0.258

1    ROA

0.128

1.000

-0.331

-0.207

0.390

-0.270

-0.624

DER

-0.276

-0.331

1.000

0.009

-0.264

-0.108

0.537

UP

-0.825

-0.207

0.009

1.000

-0.442

0.351

0.011

KP

0.164

0.390

-0.264

-0.442

1.000

-0.114

-0.224

DPR

-0.374

-0.270

-0.108

0.351

-0.114

1.000

0.074

NPM

-0.258

-0.624

0.537

-0.011

-0.224

0.074

1.000

Sumber: Olah Data 2014

Pada tabel diatas nilai matrik korelasi diantara variabel lebih kecil dari 0,8.

Sehingga tidak diperoleh gejala multikolinieritas.

Selanjutnya pada tabel 6 merupakan hasil uji matrik klasifikasi Berikut disajikan tabel matriks klasifikasi.

Tabel 6.

Matriks Klasifikasi

Observed

Perataan laba

Predicted

Percentage Correct

NIS

IS

Step

Perataan laba

NIS

30

14

68.2

1

Overall Percentage

IS

21

20

48.8

58.8

Sumber: Olah Data 2014

Tabel 6 menunjukan hasil kemungkinan perusahaan tidak melakukan perataan laba adalah 68,2%, artinya bahwa dari 44 sampel yang tidak melakukan perataan laba terdapat 30 sampel diprediksi tidak melakukan perataan laba sedangkan 14 sampel penelitian melakukan perataan laba.

Pada tabel 7 merupakan uji model regresi logistik yang terbentuk menghasilkan nilai koefisien regresi dan signifikansi.

Tabel 7.

Hasil Uji Regresi Logistik

B

S.E

Wald

Df

Sig.

Exp(B)

Step  ROA

-4.576

3.406

1.805

1

0.179

0.010

1    DER

0.528

0.505

1.093

1

0.296

1.695

UP

0.141

0.078

3.235

1

0.072

1.151

KP

-0.009

1.722

0.026

1

0.996

0.991

DPR

0.639

0.625

1.045

1

0.307

1.894

NPM

7.598

5.047

4.570

1

0.033

1994.100

Constant

-3.277

1.320

6.160

1

0.009

0.038

IS

Ln      =-3,277-4,576ROA+0,528DER+0,141UP-0,009KP+0,639DPR+7,598NPM+ε

1 - IS

Sumber : Olah Data 2014

Hasil diatas menunjukan nilai konstanta sebesar -3,277 yang berarti apabila semua variabel independen bernilai konstan, maka kecendrungan perusahaan melakukan perataan laba semakin kecil.

Koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar -4,576 yang berarti peningkatan setiap persen profitabilitas, dengan asumsi variabel DER, UP, KP, DPR, dan NPM dianggap konstan, maka kecenderungan perusahaan dalam melaksanakan perataan laba semakin kecil dan dapat dilihat juga dari nilai sig variabel profitabilitas = 0,179 > 0,05, sehingga H1 diterima, maka profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal tersebut dikarenakan manajemen atau agen memiliki asimetri informasi yang lebih daripada pihak luar perusahaan atau prinsipal sehingga agen memiliki kesempatan untuk memanipulasi lapoan keuangan yaitu dengan melakukan perataan laba.

Koefisien regresi variabel DER = 0,528 yang berarti peningkatan setiap persen DER, dengan asumsi variabel ROA, UP, KP, DPR, dan NPM dianggap konstan, maka kecendrungan perusahaan untuk melakukan peratan laba semakin besar dan dapat dilihat juga dari nilai sig variabel debt to equity ratio = 0,296 > 0,05, sehingga H2 diterima. Maka Financial Leverage tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba. Penyebabnya atas risiko yang diterima pihak internal perusahaan juga semakin kecil, jadi karena demikan dengan risiko yang semakin kecil tersebut, membuat perusahaan tidak melakukan perataan laba.

Koefisien regresi variabel Ukuran Perusahaan (UP) sebesar 0,141 yang berarti peningkatan setiap persen Ukuran Perusahaan, dengan asumsi variabel ROA, DER, KP, DPR dan NPM dianggap konstan, maka kecenderungan

perusahaan dalam melakukan perataan laba semakin besar dan dapat dilihat juga dari nilai signifikansi variabel Ukuran Perusahaan = 0,072 > 0,05, sehingga H3 diterima. Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan hasil ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif pada perataan laba, dikarenakan perataan laba yang dilakukan beberapa perusahaan tidak dipicu atas besar kecilnya perusahaan tersebut, tetapi bisa dipicu atas dasar tujuan perusahaan menginginkan investasi yang lebih besar.

Koefisien regresi variabel Kepemilikan Publik (KP) sebesar -0.009 yang berarti peningkatan rupiah setiap kepemilikan publik, dengan asumsi variabel ROA, DER, UP, DPR dan NPM dianggap konstan. Dimana nilai sig kepemilikan publik = 0,996 > 0,05 sehingga H4 diterima. Artinya bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba. Ini disebabkan perusahaan melakukan peratan laba karena besar atau kecil proporsi kepemilikan saham oleh publik pihak agen akan selalu menampilkan kinerja yang terbaik agar selalu bisa menarik perhatian pihak investor untuk menanamkan investasinya.

Koefisien regresi variabel dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,639 yang berarti setiap persen peningkatan dividend payout ratio, dengan asumsi variabel ROA, DER, UP, KP dan NPM dianggap konstan, maka kecendrungan perusahaan melakukan perataan laba semakin besar dan dapat dilihat juga dari nilai signifikansi variabel dividend payout ratio yaitu sebesar 0,307 > 0,05 sehingga H5 diterima. Artinya DPR tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba. Artinya kebijakan dividen tidak hanya ditentukan oleh manajeman selaku agen tetapi

kebijakan dividen ditentukan juga atas keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Koefisien regresi variabel Net Profit Margin (NPM) sebesar 7.598 yang berarti peningkatan setiap net profit margin, dengan asumsi variabel ROA, DER, UP, KP dan DPR dianggap konstan, maka kecenderungan perusahaan untuk melakukan suatu perataan laba semakin besar dan dapat dilihat juga dari nilai sig variabel NPM = 0,033 < 0,05, sehingga H6 ditolak dan H6 diterima. Maka NPM berpengaruh positif terhadap perataan laba. Artinya investor cenderung melihat laba setelah pajak saja dalam mengambil suatu keputusan atas investasinya. Terjadilah bebagai hal yang memicu pihak internal perusahaan untuk meratakan keuntunganya, sehingga keuntungan perusahaan terlihat stabil dan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulannya yaitu profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik dan dividend payout ratio tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012, dan variabel net profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.

Penelitian selanjutnya agar menggunakan faktor-faktor lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap perataan laba serta untuk para pemakai laporan keuangan, kreditur, ataupun calon investor, ada baiknya berhati-hati dan memperhatikan margin keuntungan bersih dari perusahaan manufaktur yang akan dituju sebelum melakukan investasi.

REFERENSI

Budiasih, I.G.A.N. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. AUDI Jurnal Akuntansi & Bisnis, 4(1), hal:44-50.

Cahan, Steven, Liu G, & Sun. 2008. The Effect of Investoryed Protectiones, Incomems  Smoothings,  & Earning’s Informattiveness. International

Accounting Research Journal, 7 (1). pp:272-279

Dewi, Kartika S, 2012. Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (Online)

Kustono, Alwan S. 2009. Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 14(3), hal: 200-205.

Ma’ruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Siylviana M. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Utomo, Semcesen B dan Baldric S. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, & Kontrol Kepemilikan Pada Perataan Laba Di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Manajemen, 19(2): h:113-125

Yurianto, Priyo Sarjowo. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Pasar Modal Utama ASEAN. Jurnal Akuntansi Manajemen & Sistem Informasi. 5 (2), hal: 119-138.

617