Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.11, No.1, Mei 2023

E- ISSN: 2684-7728

Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Analysis of Potential and Development Strategy of Vegetable Farming in Wates Village, Getasan District, Semarang Regency

Iin Eufrasia Roswita*)

Lasmono Tri Sunaryanto

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

*) E-mail : [email protected]

ABSTRACT

This enelitian aims to 1) Manalyze the potential of farmers in carrying out farming in Wates Village, Getasan District, Semarang Regency. 2) Menyusun strategy for developing vegetable farming in Wates Village, Getasan District, Semarang Regency. The types of data used are primary and secondary data. The sample determination technique used is purposive sampling. The data analysis technique that is used, namely descriptive quality analysis, is used to analyze the potential of farmers in Wates Village in carrying out a vegetable crop business. The results showed that alternative farming strategies in Wates Village are a strategic location for vegetable cultivation and utilizing a close market location to market vegetables, (S-O), use public awareness to create new online-based markets (W-O), improve the quality of vegetables to be superior to other regions (S-T) The use of social media as a medium for promoting vegetables to encourage price stability (W-T).

Keywords : Vegetable Farming, Potential, SWOT Analysis, Development Strategy, Wates Village

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis potensi petani dalam melakukan usahatani di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 2) Menyusun strategi pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik analisis data yang dugunakan yaitu deskiptif kualitaif analisis ini dipergunakan untuk menganalisi potensi petani di Desa Wates dalam melakasanakan usaha tanaman sayuran. dan analisis SWOT untuk melihat lingkungan internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal yaitu peluang dan ancaman Usahatani Sayuran di Desa Wates. Hasil penelitian menunjukan bahwa alternatif strategi usahatani di Desa Wates yaitu yaitu lokasi yang strategis untuk budidaya sayuran dan memanfaatkan lokasi pasar yang dekat untuk memasarkan sayur, (S-O), gunakan kesadaran masyarakat untuk menciptkan pasar baru berbasis online (W-O), Meningkatkan kualitas sayuran agar lebih unggul dari daerah lain

(S-T) Penggunaan media sosial sebagai media promosi sayuran untuk mendorong stabilitas harga (W-T)

Kata Kunci : Usahatani Sayuran, Potensi Analisis SWOT, Strategi Pengembanagan, Desa Wates

PENDAHULUAN

Tanaman hortikultura adalah tanaman yang biasanya ditanam oleh orang di kebun-kebun atau pekarangan rumah, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Subsektor hortikultura merupakan komponen penting dalam pembangunan pertanian yang terus bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Pasar produk komoditas tersebut bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri saja, melainkan juga sebagai komoditas ekspor yang dapat menghasilkan devisa untuk negara (Djatnika et al, 2015). Dari berbagai jenis tanaman hortikultura yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah sayuran.

Menurut Taufik (2012), Permasalahan utama dalam agribisnis sayuran adalah produksi dan produktivitas rendah, pemilikan lahan sempit, penanganan pascapanen masih tradisional, keterbatasan modal, infrastruktur terbatas, dan akses pemasaran kurang berkembang. Selain itu agribisnis sayuran juga harus menghadapi tantangan pasar bebas pada masa mendatang para pelaku usaha perlu mengembangkan agribisnis yang mampu merespons pasar dengan menawarkan produk yang berdaya saing. Permasalahan tersebut juga dialami oleh petani sayuran di Desa Wates.

Desa Wates yang terletak di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang berada pada ketinggian 1200 -1.350 mdpl dan memiliki suhu rata-rata sekitar 32°C, dengan kondisi tanah pada wilayah tersebut terbilang subur sehingga cocok untuk membudidayakan tanaman hortikultura, khususnya sayuran. Namun dalam kegiatan usahatani sayuran Petani di Desa Wates menghadapi permasalahan seperti pemilikan lahan sempit untuk budidaya tanaman sayuran, rata-rata petani di Desa Wates memiliki luas lahan 0,5 ha dan akses informasi pasar yang kurang berkembang. Hal ini mendorong petani untuk mengembangkan tanaman sayuran ke arah dan strategi untuk fokus pada produksi dengan sumber daya yang terbatas. Namun, petani dapat mengelola dan mengembangkan tanaman sayuran dengan baik.

Berdasarkan paparan di atas rumusan masalanya yaitu 1) Bagaimana potensi petani dalam melaksanakan usaha tanaman sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang 2)Bagaimana Strategi pengembangan tanaman sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang kemudian tujuan dari peneltian ini yaitu 1) Menganalisis potensi petani dalam melaksanakan usaha tanaman sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.2) Menyusun strategi pengembangan tanaman sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Jawa Tengah, 50716 - Indonesia. Tempat penelitian dipilih karena Salah satu daerah yang potensial untuk mengembangkan tanaman sayuran.

Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menggunakan desain deskriptif di objek penelitian. Deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umumnya (Sugiyono, 2017).

Jenis Dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah hasil pengambilan langsung dan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan hasil wawancara dengan petani sayuran di Desa Wates. Data sekunder adalah studi dokumentasi berupa gambar yang didapat dari lokasi penelitian yaitu di Desa Wates.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan . Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: Observasi Menurut Arikunto (2016) observasi yaitu mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha dalam pengamatan secara langsung ditempat yang akan dilakukan penelitian Metode wawancara Sugiyono (2017), wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.3) Studi Dokumentasi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Teknik Analisis Data

Analisis kualitatif dan deskriptif adalah mengkaji atau menginterpretasikan data yang diperoleh agar lebih jelas dan lebih bermakna daripada angka-angka. Rangkuti (2013) mengungkapkan bahwa analisis SWOT merupakan alat untuk merumuskan strategi secara sistematis untuk berbagai faktor guna merumuskan strategi dari penelitian. Analisis SWOT terdapat beberapa tahapan yaitu : 1) matrik IFAS dan EFAS Data faktor strategis internal dievaluasi menggunakan matrik faktor internal (IFAS), sedangkan data faktor eksternal dievaluasi menggunakan matriks faktor eksternal (EFAS).

Tabel 1. Matriks IFAS,EFAS

Faktor-faktor

Strategi Internal

Bobot

Rating

Skor

Total

Kekuatan

(Strengths)

Kelemahan

(Weaknesses)

TOTAL

1,00

Faktor-faktor

Rata-Rata Bobot

Rata-Rata

Skor

Strategi Eksternal

Rating

Total

Peluang

(Opportunities)

Ancaman (Threats)

TOTAL

1,00

  • 1.    Tentukan faktor-faktor pada kolom pertama kekuatan dan kelemahan perusahaan.

  • 2.    Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan, berikan bobot pada masing-masing faktor dalam rentang 1,0 (paling penting) hingga 0,0 (tidak penting). (Semua bobot ini tidak boleh melebihi skor total 1,00).

  • 3.    Beri skor pada setiap faktor dari 1 sampai 4 untuk menunjukkan apakah faktor tersebut memiliki kelemahan utama (skor = 1), kelemahan kecil (skor = 2), keunggulan kecil (skor = 3), dan keunggulan utama (skor = 4) . Jadi sebenarnya peringkat mengacu pada perusahaan, dan bobot mengacu pada industri di mana perusahaan tersebut berada.

  • 4.   Kalikan setiap bobot dengan peringkatnya untuk mendapatkan skor.

  • 5.    Jumlahkan skor total untuk setiap variabel. Tidak peduli berapa banyak faktor yang

termasuk dalam matriks IFAS,EFAS rata-rata tertimbang total berkisar dari yang terendah 1,0 hingga tertinggi 4,0, dengan rata-rata 2,5. Jika nilai rata-rata total kurang dari 2,5 menunjukkan perusahaan lemah, dan jika nilai total lebih besar dari 2,5 menunjukkan perusahaan dalam kondisi baik.

Matrik SWOT

Matrik SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan peluang), strategi WO (kelemahan peluang), strategi ST (kekuatan ancaman), dan strategi WT (kelemahan ancaman).

Tabel 2. Matriks SWOT

   IFAS

EFAS

Kekuatan∕S⅛wt⅛∕Λs(S)

Faktor-Iaktor kekuatan internal

Kek ma h a n/ W'eaknessesl W ’)

Faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Faktor -Iaktorpeluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T)

Faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciplakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Selanjutnya ada diagram SWOT Langkah selanjutnya adalah menelaah melalui diagram analisis SWOT dengan membuat titik potong antara sumbu X dan sumbu Y, nilai dari sumbu X didapat dari selisih antara total strength dan total weakness, sedangkan untuk nilai sumbu Y didapat dari selisih antara total opportunities dan total threat.

Kuadran I (positif, positif), mewakili organisasi yang sehat dan Peluang. Strategi yang disarankan adalah inkremental, artinya organisasi dalam kondisi terbaiknya sehingga dapat terus melakukan Perluas, perluas pertumbuhan, dan buat kemajuan maksimal.

Kuadran II (positif, negatif), menunjukkan organisasi Kuat tetapi dengan tantangan besar. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi strategi, sehingga diperkirakan jika hanya mengandalkan strategi sebelumnya organisasi roda kesulitan untuk terus beroperasi. Oleh karena itu disarankan agar organisasi segera meningkatkan keragaman strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif), Posisi ini menunjukkan bahwa perusahaan lemah, tetapi sangat berpeluang. Strategi perusahaan berfokus pada meminimalkan masalah internal perusahaan untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar atau dengan mengubah strategi, yaitu menyarankan perusahaan untuk mengubah strategi sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran bahwa strategi lama akan kesulitan menangkap peluang yang ada sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan.

Kuadran IV (negatif, negatif), Posisi ini menunjukkan bahwa perusahaan lemah dan menghadapi tantangan besar. Strategi yang direkomendasikan yang diberikan adalah strategi bertahan, yang artinya situasi internal perusahaan sedang dilematis. Oleh karena itu, disarankan agar perusahaan menerapkan strategi bertahan dan mengendalikan kinerja internal untuk menghindari penurunan lebih lanjut. Pertahankan strategi ini sambil terus berusaha memperbaiki diri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dan Potensi Responden

Umur

Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mental dan fisik petani, selain itu umur juga mempengaruhi perilaku petani dalam mengadopsi teknologi. Menurut Nurulita (2011), orang muda cenderung lebih aktif dan berani dalam menghadapi tantangan, sedangkan orang tua tampaknya lebih berhati-hati dalam bekerja.

Tabel 3. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur

Umur (tahun)

Jumlah(orang)

Persentase(%)

33-38

12

35,3

39-40

7

20,6

45-50

10

29,4

51-56

5

14,7

Jumlah

34

100

Sumber, Data primer hasil wawancara, 2022

Tabel di atas menunjukkan bahwa petani berusia 33-38 yaitu 12 orang dengan persentase 35,3%, yang paling banyak jumlah respondennya, karena petani sayuran pada usia tersebut berpotensi untuk bekerja, sehingga petani sayuran masih dapat melakukan kegiatan pertanian. Dan usia yang paling sedikit adalah 51-56 tahun, sebanyak 6 responden, terhitung 14,7% yang berarti bahwa petani sayuran di Desa Wates pada

kelompok usia ini masih memiliki potensi pekerjaan, tetapi mengingat usia mereka akan bertahun-tahun naik sampai 60 tahun tahun sudah mulai tidak efektif dalam melaksanakan produksi pertanian.

Jumlah Beban Tanggungan

Menurut Sukino (2013), jumlah keluarga berpengaruh terhadap pemberdayaan petani terdapat hubungan positif antara jumlah anggota yang ditanggung dengan tingkat kesulitan bagi petani untuk mengembangkan usahataninya, jika jumlah anggota keluarga petani semakin banyak maka akan semakin banyak pula pendapatan petani yang dikeluarkan untuk konsumsi keluarga. Namun banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga untuk membantu kegiatan usahatani.

Tabel 4. Jumlah dan persentase responden berdasarkan beban tanggungan

Jumlah tanggungan (orang)

Jumlah(or ang)

Persentase( %)

1-3

20

58,9

4-6

14

41,1

Jumlah

34

100

Sumber, Data primer hasil wawancara, 2022

Tabel 4 menunjukan bahwa responden di Desa Wates sebagian besar mempunyai jumlah tanggungan anggota keluarga berkisar 1-3 orang dengan jumlah 20 responden dengan persentase 58,9 % dan responden yang memiliki tanggungan anggota keluarga berkisar 4-6 orang sebanyak 14 orang dengan persentase 41,1 %. Jumlah anggota keluarga berkisar 1-3 orang Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan rumah tangga lebih kecil dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga 4-6 orang Sehingga petani berorientasi pada produksi, dengan tujuan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi pola pengolahan usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Pola pikir dan penyerapan dalam menerima sesuatu yang baru untuk mengembangkan kemampuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima hal-hal baru seperti perkembangan teknologi, sedangkan orang yang tingkat pendidikannya rendah akan cenderung mengikutinya. Tingkat pendidikan yang dimaksud disini mengacu pada tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh para petani di Desa Wates. Berdasarkan data tersebut, jenjang pendidikan dapat dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu SD, SMP dan SMA.

Tabel 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat Pendidikan

Kategori

Jumlah(ora ng)

Persentase( %)

SD

19

55,8

SMP

12

35,2

SMA

3

9

Jumlah      34          100

Sumber, Data primer hasil wawancara, 2022

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD adalah Pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh petani sayur di Desa Wates yaitu 19 orang dengan persentase 55,8%, 12 orang tamatan SMP dengan persentase 35,2%, dan terakhir tamatan SMA sebanyak 3 orang, dengan persentase 9%.

Pengalaman Usahatani

Pengalaman bertani dapat diartikan sebagai apa yang dialami, dirasakan, dan dijalani petani dengan mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk mencapai tujuan Lama kerja seseorang mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan pertanian., semakin tinggi pengetahuan dan pengalaman petani dalam menanam maka semakin kuat pula kemampuan petani tersebut. tersebut menjalankan usahanya sendiri.

Tabel 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman usahatani

Pengalaman usahatani (tahun)

Jumlah(orang )

Persentase(% )

5-10

6

17,6

11-15

10

29,4

16-20

14

41,2

21-25

2

5,9

26-30

2

5,9

Jumlah

34

100

Sumber, data primer hasil wawancara, 2022

Tabel 6 menunjukan bahwa pengalaman berusahatani yang berkisaran 16-20 tahun merupakan yang paling dominan di Desa Wates Kecamatan Getasan yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase 41,2%. Pengalaman berusahatani 5-10 tahun yaitu berjumlah 6 orang dengan presentase 17,6 persen, pengalaman berusahatani 11-15 tahun sebanyak 10 orang dengan persentase 29,4% kemudian pengalaman berusahatani 21-25,26-30 sebanyak 2 orang dengan persentase 5,9%. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan

Roswita dan Sunaryanto,... |109

bahwa petani di Desa Wates memiliki pengalaman yang sangat kaya dalam menanam sayuran

Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Strategi) Dan EFAS (Dan Eksternal Factor Analysis Strategi)

Secara umum untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan usahatani Sayuran di Desa Wates digunakan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan usahatani sayuran. Pengembangan budidaya sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sangat bergantung pada kondisi internal dan eksternal dalam usahatani sebagai objek yang akan dikembangkan. Untuk itu perlu dilakukan analisis potensi pengembangan usahatani sayuran di Desa wetas dan alternatif strategi yang diperlukan.

Tabel 7. Faktor analisis internal (ifas) strategi pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Faktor Internal

Kekuatan

Bobot

Rating

Skor (Bobot* Ranting)

Lokasi Mendukung Dan Strategis

Untuk Pengembangan Usahatani

0,127

3,62

0,45

sayuran

Kualitas Sayuran Yang Dihasilkan

0,116

3,31

0,38

Cukup Baik

Ketersedian Kelompok Tani Untuk

0119

3,37

040

Mendukung Usahatani Sayuran

Sarana Dan Prasarana Mendukung

0,111

3,14

0,35

Ketersedian Tenaga Kerja, Dan

0105

300

031

Modal Untuk Usahatani Sayuran

Subtotal

0,578

1,89

Kelemahan

Semakin Sempitnya Lahan Pertanian

0,103

2,94

0,30

(Alih Fungsi Lahan)

Kurangnya Perhatian Dari Penyuluh

0102

2,91

029

Pertanian Terkait Budidaya Sayuran

Kurangnya Pemanfaatan Sosial

Media Sebagai Sarana Promosi

0,058

1,65

0,09

Untuk Pemasaran Sayuran

Biaya Pupuk Dan Bibit/Benih Cukup

0,047

1,34

0,06

Mahal

Status Kepemilikan Lahan

0,112

3,17

0,35

Subtotal

0,422

1,09

Total

1

2,98

Sumber, Data primer, diolah, 2022

Pada Tabel 7 pada faktor kekuatan yang mempunyai nilai paling tinggi yaitu lokasi mendukung dan strategis untuk pengembangan usahatani sayuran dengan skor 0,45 Roswita dan Sunaryanto,... |110

sedangkan pada faktor kelemahan yang menjadi kelemahan usahatani sayuran Desa Wates yaitu Biaya Pupuk Dan Bibit/Benih Cukup Mahal dengan skor 0,07. Namun secara keseluruhan faktor kekuatan memiliki skor kuat 1,89 dan skor lemah 1,08 yang berarti bahwa strategi pengembangan budidaya sayuran Desa Wates masih memiliki keunggulan yang lebih baik dari titik lemah yang ada.Kemudian dari hasil analisis matriks IFAS faktor kekuatan dan kelemahan memiliki total skor 2,89 kerana nilai skor tersebut di atas 2,5 hal tersebut mengidentifikasikan bahwa memiliki posisi internal yang kuat.

Tabel 8. Faktor analisis eksternal (EFAS) strategi pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Faktor Eksternal

Peluang

Bobot

Rating

Skor (Bobot* Rating)

Kesadaran      Masyarakat      Untuk

Mengkonsumsi Sayuran

0,115

3,02

0,34

Berkembangnya Pasar Modern/online

0,122

3,22

0,39

Peningkatan  Jumlah  Penduduk  Dan

0126

041

Peningkatan Jumlah Permintaan Sayur

,

Berkembangnya Sistem Budidaya Yang

0,131

3,45

0,45

Lebih Modern

lahan petani dekat dengan pasar

0,140

3,68

0,51

Subtotal

0,634

2,1

Ancaman

Persaingan Pasar Dari Daerah Lain Yang

0,072

1,88

0,13

Produksi Sayur

Produk   Sayuran   Organik   Sehingga

Permintaan    Sayuran    Konvensional

0,073

1,91

0,13

Semakin Menurun

Stabilitas Harga Sayuran Yang Tidak

0,055

1,45

0,07

Menentu

Tanaman  Sayuran  Terserang  Hama

0042

1,11

004

Penyakit Sehingga Produktivitas Menurun

Potensi Bencana Alam Seperti Banjir Dan

0,124

3,25

0,40

Tanah Longsor

Subtotal

0,366

0,77

Total

1

2,87

Sumber, Data Primer, Diolah, 2022

Pada Tabel 8 pada faktor peluang yang mempunyai nilai paling tinggi yaitu lahan petani dekat dengan pasar dengan skor 0,51 Dan ancaman terhadap budidaya sayuran di Desa Wates yaitu tanaman sayuran terserang hama penyakit sehingga produktivitas menurun dengan skor 0,04. Namun Secara keseluruhan faktor peluang memiliki skor 2,1 sedangkan faktor ancaman mempunyai skor 0,77 hal ini berarti dalam strategi pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates memiliki peluang lebih baik dari ancaman-ancaman yang ada.

ANALISIS SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Setelah Matriks IFAS dan EFAS dianalisis sehingga dapat dihasilkan skor untuk masing-masing faktor, yaitu Strength factor 1.89, Weakness factor 1.09, Opportunity factor 2.1, dan Threat factor 0.77. Selanjutnya nilai total skor dari masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut:

Sumbu x = 1,89 – 1,09 = 0,8

Sumbu y = 2,1 – 0,77 = 1,33

Gambar 1. Hasil diagram analisis SWOT

Diagram diatas menunjukkan bahwa pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates berada pada (1,33 ; 0,8) kuadran 1, yang artinya usahatani sayuran di Desa Wates berada pada posisi kuat dan berpeluang. Dengan begitu petani terus melakukan strategi usahatani dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalisir ancaman dan kelemahan yang ada.

ALTERNATIF STRATEGI

Strategi pengembangan budidaya sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dapat dilakukan melalui berbagai alternatif. Penentuan alternatif strategi pengembangan yang tepat adalah dengan mengembangkan matriks SWOT berdasarkan faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman). Matriks SWOT ini dengan jelas menggambarkan bagaimana menggabungkan Kekuatan dan kelemahan peluang dan ancaman untuk mengembangkan strategi pengembangan bisnis. Matriks SWOT menghasilkan 4 strategi, yaitu strategi SO (strength -opportunities), WT (weakness -opportunities),ST (strength -Threats) dan WT (weaknessThreats).

  • 1.    Strategi S-O

Strategi ini diperoleh dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

  • a.    lokasi yang strategis untuk budidaya sayuran dengan memanfaatkan lokasi pasar yang dekat untuk memasarkan sayur sehingga lebih meminimalisir biaya transportasi untuk penjualan.

  • b.    dengan kualitas sayur yang cukup baik dapat memanfaatkan peningkatan jumlah penduduk untuk meningkatkan produksi .

  • c.    dengan kualitas sayur yang baik dapat memanfaatkan pasar modern/online untuk memasarkan produk. Hal ini pelaku usaha disarankan untuk mengajukan kerjasama dengan pasar modern seperti Supermarket

  • d.    Ketersedian tenaga kerja dan modal untuk mengembangkan sistem budidaya yang lebih modern. Hal ini pelaku usaha disarankan untuk membuat inovasi baru seperti budidaya sayuran organic dengan sistem verticulture maupun hidroponik.

  • 2.    Strategi W-O

Strategi ini diperoleh dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

  • a.    Dengan semakin sempitnya lahan, petani bisa beralih ke sistem tanam modern, yaitu menanam sayuran organik secara vertikultur dan hidroponik.

  • b.    Gunakan kesadaran masyarakat untuk menciptakan pasar online baru. Disarankan agar Petani

  • c.    Mendapat pengetahuan dari penyuluh sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dan memanfaatkan uang dari hasil penjualan untuk membeli pupuk/benih.

  • 3.    Strategi S-T

Strategi ini diperoleh untuk mengatasi ancaman dengan kekuatan

  • a.    Meningkatkan kualitas sayuran agar lebih unggul dari daerah lain dengan produksi sayuran yang sama Dalam hal ini disarankan agar petani berani berusaha meningkatkan kualitas sayuran, dan mengacu pada peningkatan kualitas sayuran saat ini.

  • b.    Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja dan modal untuk menciptakan inovasi baru dalam budidaya sayuran, dalam hal ini petani disarankan untuk mencoba mengubah pola produk sayuran, seperti mencoba menanam sayuran yang jarang atau tidak pernah ditanam petani di tempat lain.

  • c.    Memanfaatkan sarana/prasarana seperti toko pertanian untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sayur agar tidak terjadi gagal panen dan tetap menjaga kualitas sayur.

  • 4.    Strategi W-T

Strategi ini digunakan untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman yang ada

  • a.    Menggunakan sosial media sebagai media promosi sayuran untuk menjaga harga agar tetap stabil, petani disarankan untuk melakukannya Promosi di media sosial dengan tujuan mendapatkan pelanggan baru

  • b.    Upaya pengolahan pupuk dan pestisida buatan untuk meminimalkan biaya operasional. Jika petani memiliki ternak seperti sapi,kambing atau ayam dari kotoran ternak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media untuk membuat pupuk.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian di Desa wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, maka dapat disimpulkan bahwa :

  • 1.    Potensi petani dalam berusahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yaitu terdiri dari tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan dan luas lahan, serta memiliki potensi untuk memanfaatkan teknologi, mulai dari pengelolaan lahan hingga pemasaran dan kelembagaan, termasuk penyuluhan.

  • 2.    Alternatif strategi dirumuskan dalam strategi pengembangan usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yaitu:

  • a.    Strategi S-O lokasi yang strategis untuk budidaya sayuran dan memanfaatkan lokasi pasar yang dekat untuk memasarkan sayur, ketersedian tenaga kerja dan modal untuk mengembangkan sistem budidaya yang lebih modern

  • b.    Strategi W-O gunakan kesadaran masyarakat untuk menciptakan pasar baru berbasis online, lahan yang semakin sempit dapat mengupayakan sistem budidaya yang modern

  • c.    Strategi S-T meningkatkan kualitas sayuran agar lebih unggul dari daerah lain yang juga memproduksi sayur, memanfaatkan sarana/prasarana seperti toko pertanian untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman sayur

  • d.    Strategi W-T penggunaan media sosial sebagai media promosi sayuran untuk mendorong stabilitas harga kemudian upaya pengolahan pupuk dan pestisida buatan untuk meminimalkan biaya operasional

Saran

Saran – saran yang diberikan kepada pelaku usahatani sayuran di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yaitu :

  • 1.    Meningkatkan kualitas sayur dan kuantitas lahan yang dimiliki untuk menghadapi pesaing lama dan baru dari daerah itu sendiri dan sekitarnya.

  • 2.    Cobalah media sosial sebagai sarana pemasaran produk untuk meningkatkan pendapatan dari usaha yang jalankan.

  • 3.    Melakukan inovasi baru dalam mengembangkan produk sayuran

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Luntungan, Antonius. 2012. “Analisis tingkat pendapatan usahatani tomat dan apel di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa.” Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKD).7 (3): 1-25

Nurulita, Siti. 2011. “Analisis Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di

Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo”. Skripsi Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Rangkuti, Freddy. 2013. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI Teknik Membedakan Kasus Bisnis Analisis SWOT. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.

Sukino. 2013. Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Taufik Muhammad., 2012. “Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran Di Sulawesi Selatan”. (Jurnal Litbang Pertanian), 31(2), 43 – 50.

Roswita dan Sunaryanto,…|115