Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.11, No.1, Mei 2023

E- ISSN: 2684-7728

Penentuan Komoditi Unggulan Buah-Buahan di Kecamatan Miomaffo Barat (Study Kasus Desa Sallu)

Determination of Leading Fruit Commodities in Barat Miomaffo District (Sallu Village Case Study)

Maria Nelde Soi*)

Werenfridus Taena Umbu Joka

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kabupaten TTU, Prov. NTT, Indonesia

*)Email : [email protected]

ABSTRACT

Determination of Leading Fruit Commodities in West Miomaffo District (Case Study of Sallu Village). This study aims to 1) determine the superior commodity of fruits based on the Location Quotient approach. 2) determine the fruit commodity based on the Analytical Hierarchy Process approach. The research was conducted using Location Quotient analysis and Analytical Hierarchy Process. The results showed that based on 1) the results of the LQ analysis stated Avocado, Mango, Jackfruit as superior commodities. 2) AHP results show that avocado with the largest weight value is 0.310. while the value of other commodities sequentially is oranges with a weight value of 0.265. mango with a weight value of 0.141 mango. and jackfruit with a weight value of 0.116. Based on the LQ and AHP values, quadrant analysis was carried out with the results of quadrant I it was known that avocado fruit was the leading commodity according to the results of the LQ (>1) and AHP (>0.25) analysis, quadrant II it was known that mango and jackfruit were superior commodities based on the analysis LQ (>1). While the results of AHP (<0.25) quadrant III revealed that citrus fruit is a leading commodity based on AHP (>0.25) while the results of LQ analysis (<1) stated that citrus is not a leading commodity.

Keywords : Pairwise Comparison Matrix, AHP, LQ

ABSTRAK

Penentuan Komoditi Unggulan Buah-Buahan di Kecamatan Miomaffo Barat (Study Kasus Desa Sallu). Buah-buahan merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki tingkat permintaan yang sangat tinggi dengan ditandai banyaknya buah-buahan yang ada di pasar modern dan pasar tradisional Indonesia. Buah-buahan di Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara disebut sebagai produk dari tanaman yang berdaging dan manis, yang memberikan pendapatan menjanjikan bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menentukan komoditi unggulan buah-buahan berdasarkan pendekatan Location Quotient (LQ); 2) menentukan komoditi unggulan buah-buahan berdasarkan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) dan Analytical

Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan 1) hasil analisis Location Quotient (LQ) menyatakan komoditi unggulan buah Alpukat sebesar (LQ : 6,83), Mangga sebesar (LQ : 5,81) dan Nangka sebesar (LQ : 5,69); 2) hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) menunjukan bahwa buah alpukat dengan nilai bobot terbesar 0,310 atau 31%, sedangkan nilai komoditi lain secara berurut adalah jeruk dengan nilai bobot sebesar 0,265 atau 26,5%, mangga dengan nilai bobot sebesar mangga 0,141 atau 14,1%, dan nangka dengan nilai bobot sebesar 0,116 atau 11,6%. Berdasarkan nilai LQ dan AHP dilakukan analisis kuadran dengan hasil kuadran I diketahui bahwa buah Alpukat merupakan komoditas unggulan sesuai hasil analisis Location quotient (>1) dan Analytical hierarchy process (>0,25), kuadran II diketahui bahwa buah mangga dan buah nangka merupakan komoditas unggulan berdasarkan analisis Location quotient (>1). Sedangkan hasil Analytical hierarchy process (<0,25) kuadran III diketahui buah jeruk merupakan komoditas unggulan berdasarkan Analytical hierarchy process (>0,25) sedangkan hasil analisis Location quotient (<1) menyatakan bahwa jeruk bukan komoditi unggulan.

Kata kunci : Matriks Perbandingan Berpasangan, AHP, LQ.

PENDAHULUAN

Buah-buahan merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki tingkat permintaan yang sangat tinggi dengan ditandai banyaknya buah-buahan yang ada di pasar modern dan pasar tradisional Indonesia. Buah disebut sebagai produk dari tanaman yang manis dan berdaging, buah juga disebut sebagai ovarium matang dari tanaman berbunga dan mengandung biji.

Buah-buahan merupakan Bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia karena mengandung vitamin dan mineral. Selain itu, buah-buahan juga memiliki serat dan enzim yang sangat bermanfaat bagi system pencernaan, serta mengandung salah satu sumber energi yang dibutuhkan yaitu gula. Buah-buahan sangat beraneka ragam jenisnya, baik yang semusim maupun sepanjang musim dan dapat dikonsumsi dalam keadaan segar maupun sesudah diolah dan diproses (Setiawan & Felix, 2011).

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukan bahwa pada tahun 2015 Indonesia menghasilkan buah-buahan sebanyak 20.167.465 ton, Tahun 2016 Indonesia menghasilkan buah-buahan 18.341.446 ton, Tahun 2017 indonesia menghasilkan buah-buahan 19.643.657 ton, Tahun 2018 Indonesia menghasilkan buah-buahan 21.264.239 ton dan Tahun 2019 Indonesia menghasilkan buah-buahan sebanyak 22.517.670 ton (BPS Indonesia, 2020).

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi produksi buah-buahan. Produksi buah-buahan di Provinsi NTT pada tahun 2015 sebanyak 307.096 ton, tahun 2016 sebanyak 366.113 ton, tahun 2017 sebanyak 274.424,5 ton, pada tahun 2018 sebanyak 307.596,5 ton dan pada tahun 2019 sebanyak 435.930,2 ton (BPS NTT, 2020).

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) merupakan salah satu daerah penghasil buah-buahan. Berdasarkan data BPS TTU (2020) menunjukan bahwa produksi buah-buahan menurut kabupaten/kota (Kabupaten Timor Tengah Utara), sebagai berikut : pada tahun 2015, produksi buah-buahan sebanyak 15.792,7 ton. Pada tahun 2016, produksi buah-buahan sebanyak 16.035,5 ton. Pada tahun 2017, produksi buah-buahan sebanyak 12.963,8 ton. Pada tahun 2018, produksi buah-buahan sebanyak 3.859,9 ton. Pada tahun 2019, produksi buah-buahan sebanyak 5.961,3 ton (BPS TTU, 2020).

Kecamatan Miomaffo Barat merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra produksi buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah Utara. Produksi buah-buahan di Kecamatam Miomafo Barat pada tahun 2019 sebanyak 2.226,9 ton, dan pada tahun 2020 sebanyak 2.113,7 ton (BPS TTU, 2020). Kecamatan Miomaffo Barat memiliki 13 Desa yang seluruhnya merupakan penghasil buah-buahan. Salah satu desa dimaksud adalah Desa Sallu Kecamatan Miomafo Barat.

Desa Sallu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Miomaffo Barat yang memiliki potensi dalam memproduksi buah-buahan. Petani di Desa Sallu menanam buah-buahan pada lahan masing-masing dengan luas lahan secukupnya. Budidaya buah-buahan ini telah ditekuni masyarakat/petani sejak tahun 1970-an. Berdasarkan badan pusat statistik, produksi buah-buahan di Desa Sallu pada tahun 2020 yang berupa jeruk sebesar 42 ton, nangka sebesar 21 ton, mangga sebesar 45 ton dan alpukat sebesar 45 ton, dengan total produksi sebanyak 153 ton (BPS TTU, 2020). Dari keempat jenis komoditi buah yang ada di Desa Sallu kecamatan Miomaffo Barat tersebut akan ditentukan komoditi unggulan dengan metode analisis Location Quotient (LQ) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Menurut Atmanti (2008) dalam Mutaqin & Haidir (2021) Metode AHP merupakan teknik pengambilan keputusan yang muda dipahami, dinamis dan muda disesuaikan untuk berbagai permasalahan. Sedangkan analisis LQ merupakan suatu suatu alat yangdigunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan suatu daerah dengan sangat sederhana (Sugiono, 2014 dalam Martauli & Gracia, 2021).

Penentuan komoditi unggulan buah-buahan dengan pendekatan Location Quotient menggunakan tingkat produksi komoditi sebagai indikator utama dalam perhitungan, sedangkan Penentuan komoditi unggulan buah-buahan Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara dengan pendekatan Analytical Hierarchy Processs didasarkan oleh Sumberdaya Manusia, program pemerintah, biaya penanaman/perawatan, ketahanan terhadap cuaca atau penyakit, usia/umur produktif, kuantitas hasil panen, harga jual dan permintaan pasar.

Salah satu maksud penerapan metode Location Quotient dan Analytical Hierarchy Process dalam penentuan komoditas unggulan buah-buahan ini adalah untuk mengetahui komoditi unggulan buah-buahan yang ada di desa Sallu agar pengembangan komoditi yang secara berulang dibudidayakan petani lebih banyak pada salah satu tanaman buah yang lebih unggul. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan topik “Penentuan Komoditi Unggulan Buah-Buahan dengan Pendekatan Location Quotient dan Analytical Hierarchy Process di Kecamatan Miomaffo Barat (Studi Kasus Desa Sallu)”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu berdasarkan pendekatan Location Quotient (LQ) dan untuk menentukan komoditi

unggulan buah-buahan di Desa Sallu berdasarkan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).

METODE PENELITIAN

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat. Penelitian ini menggunakan metode survey dan metode Fokus group discussion atau yang dikenal dengan singkatan FGD. Metode FGD merupakan suatu proses pengumpulan data mengenai permasalahan tertentu melalui diskusi kelompok terbuka yang terdiri dari 6 hingga 10 orang peserta diskusi serta di pimpin oleh seorang fasilitator (Manan, 2021). Penentuan sampel pada penelitian ini untuk analisis Location quotient menggunakan sampel jenuh (sensus) atau semua populasi dijadikan sampel sebanyak 94 responden, sedangkan untuk Analytical hierarchy process menggunakan Fokus group discussion sebanyak 22 responden.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian paling penting dalam melakukan penelitian. Ketersediaan data sangat menentukan dalam proses pengolahan dan analisa selanjutnya (Siregar et al., 2020). Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 2 sumber data diantaranya :

  • 1.    Data primer adalah data pokok yang diperoleh dari sumbernya dengan cara wawancara langsung dengan narasumber yang berupa pengisian kuisioner/angket oleh petani untuk perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar alternatif.

  • 2.    Data sekunder adalah data pendukung diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, studi kepustakaan dan referensi lainnya.

Analisis data

Analisis Location Quotient (LQ)

Menurut Hendayana (2003) dalam Hamdani & Susanto (2021) Analisis Location Quotient merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menentukan komoditas unggulan daerah. sedangkan menurut Putra (2011) dalam Hariyoko & Puspaningtyas (2020) mengatakan bahwa analisis Location Quotient (LQ) adalah untuk mengetahui sector mana yang ada di suatu daera yang menjadi komoditas unggulan dan sector mana yang bukan komoditas unggulan dengan membandingkan suatu daerah dengan daerah ditingkat atasnya pada kurun waktu tertentu.

Penggunaan pendekatan Location Quotient dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Nilai LQ memberikan indikasi kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan (Humaidi et al., 2020).

Rumus (LQ) Location Quontient:

LQ = Y^

Yi/Yt

Dimana:

LQi : indeks location quotient komoditas buah-buahan i di Desa Sallu.

Yij : nilai produksi komoditas buah-buahan i di Desa Sallu.

Yj : total nilai produksi komoditas buah-buahan i di Desa Sallu.

Yi : nilai produksi komoditi buah-buahan i di Kecamatan Miomaffo Barat.

Yt : nilai produksi total komoditi Buah-buahan di Kecamatan Miomaffo Barat.

i   : Jeruk, Alpukat, Nangka dan Mangga.

t    : 2020

Dari hasil perhitungan analisis Location Quontient dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu:

  • 1.    Jika LQ>1, maka komoditi yang bersangkutan di tingkat desa lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di tingkat kecamatan. komoditi ini dalam perekonomian di tingkat desa memiliki keunggulan komparatif basis.

  • 2.    Jika LQ=1, maka komoditi yang bersangkutan baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan memiliki tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama. Menurut Farchan et al., (2018) Apabila nilai koefisien LQ=1, artinya komoditi tersebut baik di wilayah yang bersangkutan dan hanya dapat memenuhi kebutuhan daerahnya.

  • 3.    Jika LQ<1, maka komoditi yang bersangkutan di tingkat desa kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan di tingkat kecamatan. komoditi ini dalam perekonomian di tingkat desa tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai komoditi non basis.

Analisis Hirarki Proses (AHP)

Analytical Hierarchy Process merupakan suatu metode pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Menurut Saaty (2008) dalam Herdhiansyah et al., (2021) analisis AHP metode pengukuran melalui perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian para ahli untuk mendapatkan skala prioritas.

Metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur, membuat data yang belum pasti menjadi terstruktur dan data tersebut diolah untuk mencari bobot kriteria dan uji konsistensi data yang diolah, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aktivitas petani buah dikawasan yang berhubungan dengan dengan penelitian ini serta metode wawancara dan penyebaran kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan adalah kunci untuk mengetahui komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu Kecamatan Miomafo Barat.

Penentuan komoditi unggulan buah-buahan dengan metode Analytical Hierarchy Process di Desa Salu Kecamatan Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara dapat dilakukan dengan beberapa langkah beikut:

  • a.    merumuskan masalah dan menyimpulkan tujuan yang diinginkan.

  • b.    Penyusunan kriteria dan Alternatif.

  • c.    Menggabungkan data dari petani (di peroleh dari pengisian kuisioner) dan data dari Dinas Pertanian setempat.

  • d.    Menyusun nilai perbandingan berpasangan antar kriteria dan antar alternative pada masing-masing kriteria.

  • e.    Menghitung setiap bobot pada matriks perbandingan berpasangan antar kriteria dan antar alternatife menurut semua kriteria yang ada.

  • f.    Menghitung total nilai bobot hierarki prioritas pilihan jenis buah berdasarkan perkalian bobot kriteria dengan masing-masing nilai bobot alternative pada setiap kriteria yang telah dihitung.

Analytical hierarcy process adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinyu. AHP menguraikan masalah multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks menjadi suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan kedalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih berstruktur dan sistematis (Darmanto et al, 2014).

Gambar 1. Skema hierarki penentuan komoditi unggulan buah-buahan Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat

Keterangan :

A : Sumber Daya Manusia (AHP)

B : Program Pemerintah (AHP)

C : Biaya Penanaman Dan Perawatan (AHP)

D : Ketahanan Terhadap Cuaca / Penyakit (AHP)

E : Usia/umur produktif (AHP)

F : Kualitas Hasil Panen (AHP)

G : Harga jual (AHP)

H : Permintaan pasar (AHP)

Untuk itu disimpulkan bahwa dalam pembudiadayaan atau pengembangan buah-buahan terdapat beberapa kriteria dan alternatife, dimana kriteria meliputi Sumber Daya Manusia, Program Pemerintah, Ketahanan Terhadap Penyakit/Cuaca, Usia Produktif, dan Kualitas Hasil Panen. Alternatif mencakup Jeruk, Alpukat, Nangka dan Mangga.

Analytical Hierarcy Process mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan consistency ratio (CR), yang dirumuskan :

CR = - dimana CI = (λmaks-n^

RI                  n-1

Keterangan :

CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

RI = Random Index n = jumlah elemen λmaks = nilai eigen maksimum dari matriks pairwise comparisons

Tabel 2. Random Index (RI)

Random

indeks      1      2      3      4      5      6      7      8      9     10

RI      0,00   0,00   0,58   0,90  1,12   1,24   1,32   1,41    1,45  1,49

Sumber: Jaelani & Purnamasari (2021)

Saat menerapkan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari sama dengan 0,1 (10%). Jika tidak, maka penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi (Azhar, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis komoditas unggulan berdasarkan Location Quotient (LQ) Produksi Buah di Desa Sallu

Menurut Sofyan Assauri dalam Wahyuni (2013) produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, sedangkan Menurut Hidayat (2021) produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia. Produksi sering didefinisikan sebagai penciptaan guna, dimana guna artinya kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Desa Sallu merupakan salah satu Desa di kecamatan Miomaffo Barat yang berpotensi besar memiliki buah-buahan dengan produksi pada tahun 2020 sebanyak 153 ton.

Tabel 3. Produksi buah di Desa Sallu Tahun 2020

No       Jenis Buah              Produksi Buah (Ton) di Desa Sallu

1

Jeruk

42

2

Alpukat

45

3

Mangga

45

4

Nangka

21

Jumlah

153

Sumber: BPS TTU, (2020)

Berdasarkan Data Tabel 3 dapat diketahui bahwa total produksi buah-buahan unggulan di Desa Sallu pada tahun 2020 sebanyak 153 ton dengan rincian jeruk sebesar 42 ton, alpukat sebesar 45 ton, mangga sebesar 45 ton dan Nangka sebesar 21 ton. Dari Tabel 3 juga dapat diketahui bahwa Produk buah tertinggi di Desa Sallu pada tahun 2020 adalah produksi buah mangga dan alpukat sebesar 45 ton sedangkan produksi buah terendah adalah buah nangka sebanyak 21 ton.

Menurut Habiba dan Sumiati dalam Marpaung, dkk (2021), harga merupakan komponen penting atas suatu produk karena akan berpengaruh pada keuntungan produsen. Harga buah yang berlaku di Desa Sallu dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai buah tertinggi adalah jeruk (Rp. 20.000/Kg), sedangkan nilai buah terendah adalah alpukat dan mangga (Rp. 5000/Kg).

Tabel 4. Harga komodidi buah tahun 2020

No

Satuan

Harga Komoditi Buah (Rp)

Mangga

Jeruk

Alpukat

Nangka

1

Per Pohon

100.000

200.000

100.000

-

2

Per Kilogram (kg)

5.000

20.000

5.000

10.000

Sumber: Data Primer (2021)

Nilai Produksi Buah

Nilai produksi adalah Nilai dari komoditas yang dihasilkan oleh produksi buah, biasanya merupakan hasil perkalian dari kuantitas produksi dengan harga per unit komoditas tersebut. Harga per unit dinyatakan pada harga produsen pada saat komoditas tersebut diproduksi (Badan Pusat Statistik 2020). Berikut adalah tabel nilai hasil produksi buah-buahan di Desa Sallu dan Kecamatan Miomaffo Barat.

Tabel 5. Nilai produksi buah di Desa Sallu

No

Volume      Harga Komoditi

Jenis Buah                                          Total (Rp)

Produksi (Ton)    Buah/Kg (Rp)

1

2

3

4

Jeruk            42              20.000           840.000,000

Alpukat          45               5.000           225.000,000

Mangga          45              5.000          225.000,000

Nangka          21              10.000          210.000,000

Jumlah                     153                             1.500.000,000

Sumber: Data Sekunder (Diolah) 2021

Data Tabel 5 dapat diketahui total nilai hasil produksi buah-buahan di Desa Sallu yang merupakan nilai produksi buah Jeruk, Alpukat, Mangga, Nangka yang diukur dalam rupiah sebesar Rp. 1.500.000,000.,

Tabel 6. Nilai produksi buah di Kecamatan Miomaffo Barat

No

Jenis Buah

Volume

Produksi (Ton)

Harga Komoditi Buah/Kg (Rp)

Total (Rp)

1

Jeruk

4.224

20.000

84.480.000,000

2

Alpukat

400

5.000

2.000.000,000

3

Mangga

470

5.000

2.350.000,000

4

Nangka

224

10.000

2.240.000,000

Jumlah

5.318

91.070.000,000

Sumber: Data sekunder (diolah) 2021

Data Tabel 6 dapat diketahui total nilai hasil produksi Buah-buahan di Kecamatan Miomaffo Barat yang merupakan nilai produksi buah Jeruk, Alpukat, Mangga, Nangka yang diukur dalam rupiah sebesar Rp. 91.070.000.000. Hasil Penentuan komoditi unggulan Buah-buahan dengan pendekatan Location Quotient.

Metode Location Quotient (LQ) adalah perbandingan peranan sektor atau industry disuatu daerah. Peranan sektor atau industry tersebut baik secara kecamatan, kabupaten maupun provinsi (Pratama et al., 2020). Metode Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peran suatu sector atau industry suatu daerah terhadap besarnya peran suatu sector atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peran sector atau industri tersebut secara nasional (Mujiburrahmad et al., 2021).

Analisis Location Quotient digunakan untuk mengetahui komoditi buah yang menjadi komoditi basis maupun komoditi non tidak basis di Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat. Analisis Location Quotient juga merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk menentukan komoditi buah unggulan dan hanya komoditi buah basis yang berpotensi menjadi komoditi unggulan. Hasil perhitungan analisis Location Quotient dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil perhitungan Location Quotient komoditi unggulan buah-buahan Desa Sallu

Produksi Buah (Ton)     Produksi Buah

No

Jenis Buah di kec. Miomaffo Barat  (Ton) di Desa Sallu    LQ

(2020)                 (2020)

1

Jeruk         84.480.000.000           840.000.000        0,60

2

Alpukat        2.000.000.000           225.000.000        6,83

3

Mangga

2.350.000.000

225.000.000

5,81

4

Nangka

2.240.000.000

210.000.000

5,69

Jumlah

91.070.000.000

1.500.000.000

Sumber : Data Sekunder (Diolah) 2021

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa komoditi buah basis di Desa Sallu ialah buah alpukat, buah mangga, dan buah nangka. Hal ini dilihat dari besarnya nilai Location Quotient pada masing-masing komoditi buah tersebut telah memenuhi kategori yaitu LQ > 1. Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan stantar normatif untuk ditetapkan sebagai komoditi yang memiliki keunggulan komparatif. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif menunjukan komoditas tersebut diproduksi melalui dominasi dukungan sumberdaya alam, dimana daerah lain tidak mampu memproduksinya (Mulyono, 2016).

Apabila nilai koefisien LQ>1, berarti komoditi yang bersangkutan menjadi basis atau merupakan komoditi unggulan disuatu wilayah, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan diwilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat di ekspor keluar wilayah (Saleh et al., 2021). Besarnya nilai koefisien Location Quotient buah alpukat ialah 6,83; buah mangga 5,81; dan buah nangka 5,69. Sedangkan komoditi buah jeruk dikategorikan sebagai komoditi non basis karena besaran nilai koefisien LQ = 0,60 maka komoditi yang bersangkutan di tingkat desa kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan ditingkat kecamatan. Komoditi ini dalam perekonomian di tingkat desa tidak memiliki keunggulan komperatif dan dikategorikan sebagai komoditi non basis (Amin et al., 2021).

Analisis Hierarchy process

Analisis Hierarki Proses (AHP) digunakan untuk mengurutkan prioritas pengembangan tanaman pangan unggulan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan (Gifari et al., 2018). Total rangking secara keseluruhan diperoleh dengan cara melakukan perhitungan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process untuk menentukan bobot setiap kriteria.

Perhitungan faktor pembobotan hirarki untuk semua kriteria penentuan komoditi unggulan buah-buahan

Hasil analisis preferensi gabungan 22 responden untuk 8 kriteria penentuan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu yaitu Sumberdaya Manusia (A), program pemerintah(B), biaya penanaman/perawatan (C), ketahanan terhadap cuaca atau penyakit (D), usia/umur produktif (E), kualitas hasil panen (F), harga jual (G) dan permintaan pasar (H). Perhitungan faktor pembobotan hirarki untuk semua kriteria penentuan komoditi unggulan buah-buahan, sebagai berikut:

Tabel 8. Matriks Faktor untuk semua kriteria komoditi unggulan buah-buahan di Desa Salu yang disederhanakan

A

B

C

D

E

F

G

H

A

1,000

2,000

1,000

0,500

1,000

1,000

0,333

0,333

B

0,500

1,000

1,000

0,500

1,000

0,333

0,500

0,500

C

1,000

1,000

1,000

0,500

1,000

0,500

0,333

0,500

D

2,000

2,000

2,000

1,000

3,000

0,500

0,500

0,500

E

1,000

1,000

1,000

0,333

1,000

1,000

0,500

0,500

F

1,000

3,000

2,000

2,000

1,000

1,000

0,500

0,500

G

3,000

2,000

3,000

2,000

2,000

2,000

1,000

1,000

H

3,000

2,000

2,000

2,000

2,000

2,000

1,000

1,000

Jumlah

12,500

14,000

13,000

8,833

12,000

8,333

4,667

4,833

Sumber: Hasil pengolahan data (2021)

Perhitungan untuk menormalkan matriks faktor pembobotan hirarki untuk semua kriteria penentuan komoditi buah unggulan yang sudah disederhanakan akan diformulasikan seperti a11 pada matriks yang dinormalkan merupakan hasil dari a11 pada matriks yang disederhanakan dibagi dengan total kolom 1 dan seterusnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 9. Matriks Faktor untuk semua kriteria komoditi unggulan buah-buahan di Desa Salu yang dinormalkan

A

B

C

D

E

F

G

H

Total

Vektor eigen

A

0,080

0,143

0,077

0,057

0,083

0,120

0,071

0,069

0,700

0,088

B

0,040

0,071

0,077

0,057

0,083

0,040

0,107

0,103

0,579

0,072

C

0,080

0,071

0,077

0,057

0,083

0,060

0,071

0,103

0,603

0,075

D

0,160

0,143

0,154

0,113

0,250

0,060

0,107

0,103

1,091

0,136

E

0,080

0,071

0,077

0,038

0,083

0,120

0,107

0,103

0,680

0,085

F

0,080

0,214

0,154

0,226

0,083

0,120

0,107

0,103

1,088

0,136

G

0,240

0,143

0,231

0,226

0,167

0,240

0,214

0,207

1,668

0,208

H

0,240

0,143

0,154

0,226

0,167

0,240

0,214

0,207

1,591

0,199

Sumber: Hasil pengolahan data (2021)

Nilai eigen maksimum diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vector eigen. Nilai eigen maksimum yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Amax = (12,500 x 0,088) + (14,000 x 0,072) + (13,000 x 0,075) + (8,833 x 0,136) + (12,000 x 0,085) + (8,333 x 0,136) + (4,667 x 0,208) + (4,667 x 0,199) = 8,379

Oleh karena matriks berordo 8, maka nilai indeks konsistensi yang diperoleh :

λmax-n n-1


CI =


8,379-8


8-1 0,379

7

= 0,054

Diketahui n = 8 dan RI = 1,41 (Tabel Saaty), maka:

CR = £ = 0054 = 0,038 < o,ι (Konsisten).

RI 1,41      ,           ,

Berdasarkan analisis pada Tabel 9 maka dapat di interpertasikan sebagai berikut:

  • a.    Harga Jual (G)

Harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki dan memanfaatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanan dari suatu produk (Kodu, 2013). Harga jual merupakan jumlah nilai yang ditentukan oleh produsen untuk memperoleh nilai dari suatu produk. Harga buah yang berlaku di Desa Sallu dengan Nilai buah tertinggi adalah jeruk (Rp. 20.000/Kg), kemudian nangka (Rp.10.000/Kg). sedangkan nilai buah terendah adalah alpukat dan mangga (Rp. 5000/Kg).

  • b.    Permintaan pasar (H)

Komoditi buah-buahan merupakan salah satu komoditi di desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat yang memiliki permintaan pasar yang tinggi dan bernilai ekonomis, diantaranya buah Jeruk, Alpukat, Mangga dan Nangka. Permintaan buah yang paling tinggi adalah buah Jeruk dan buah Alpukat, sedangkan permintaan buah yang paling sedikit adalah buah mangga dan buah nangka.

  • c.    Kualitas hasil panen (F)

Berdasarkan hasil penelitian untuk mendapatkan hasil panen yang baik, masyarakat di desa Sallu perlu memperhatikan 2 hal utama pada saat pemanenan yaitu:

  •    menentukan waktu panen yang tepat, yaitu menentukan kematangan yang tepat dan waktu panen yang sesuai yang dilakukan dengan cara visual/penampakan, fisik, komputasi dan kimia. Secara visual Petani buah di Desa Sallu akan memanen buah dengan melihat warna kulit buah, bentuk buah, ukuran buah. Kemudian secara fisik petani buah di Desa Sallu melakukan perabaan jika buahnya lunak dan mudah dipetik dan secara komputasi masyarakat di Desa Sallu menghitung umur tanaman atau umur buah dari mulai bunga mekar.

  •    Melakukan penanganan panen yang baik, dimana masyarakat di Desa Sallu menekan kerusakan yang dapat terjadi.

Waktu panen yang tepat untuk buah-buahan:

  • (i)    Jeruk

Buah jeruk harus dipanen pada saat yang tepat agar memperoleh kualitas buah yang baik. Jeruk dapat dipanen pada umur 6-8 bulan setelah bunganya mekar. Masyarakat di Desa Sallu akan memanen buah jeruk apabila kulit buahnya sudah kekuning-kuningan, buahnya tidak terlalu keras jika dipegang, dan bagian bawah buahnya agak empuk.

(ii)Alpukat

Masyarakat di Desa sallu akan memanen buah nangka apabila warna kulit buah tua tetapi belum menjadi coklat atau merah dan tidak mengkilap. Pada umumnya Buah alpukat dapat dipanen pada umur 6-7 bulan setelah bunganya mekar dan tergantung varietasnya. Buah dipanen pada tingkat ketuaan 80-85%. Pemanenan buah harus dilakukan secara baik dan benar serta hati-hati karena sangat mempengaruhi kualitas buah.

  • (iii)    Mangga

Kriteria mangga di Desa Sallu yang siap panen adalah pada umur 75-115 hari sejak bunga mekar serta adanya lapisan lilin pada kulit buah yang sudah merata dan menebal. Kemudian ciri lain untuk mangga masak pohon adalah adanya perubahan warna dari warna hijau menjadi warna hijau tua dan adanya semburat warna coklat disekitar pangkal buah dan mangga akan berwarna kuning dari semburat kuning di permukaan kulit hingga merata.

(iv) Nangka

Kematangan buah ditentukan apabila buah tersebut dipukul-pukul dengan benda akan berbunyi nyaring. Pohon nagka yang berbuah besar berbuah pada umur 5–10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5–2 tahun. Pada umumnya buah nangka masak setelah 8 bulan sejak bunganya muncul. Di Desa Sallu nangka di panen apabila ada Perubahan warna kulit buahnya dari hijau pucat ke kuning kecoklat-coklatan serta Mengeluarkan bau yang khas serta durinya agak lunak dan kulit buah terlihat seperti akan pecah.

Kualitas hasil panen yang meningkat dapat memberikan keuntungan bagi petani buah di Desa Sallu. Komoditi buah dengan kualitas hasil panen yang lebih baik yaitu buah alpukat.

  • d.    Ketahanan terhadap cuaca atau penyakit (D)

Keadaan iklim di Desa Sallu yaitu temperature udara tertinggi di Desa Sallu berkisar antara 27°C - 30°C dan suhu terendah adalah 18°C - 24°C, curah hujan tertinggi biasanya pada bulan desember, januari, febeuari dan maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujannya tergolong rendah sekitar 60%-80%. Hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman buah sehingga ketahanan terhadap cuaca atau penyakit perlu diperhatikan.

  • a.    Jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu tanaman Asia yang terdapat di Desa Sallu dan merupakan tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan di berbagai kondisi

iklim dan dapat ditanam didataran rendah maupun dataran tinggi. Sebagian dari masyarakat Desa Sallu tidak dapat dipisahkan dengan buah jeruk, Hal ini disebabkan buahnya yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Syarat tumbuh tanaman jeruk pada umumnya adalah pada tempreatur optimum 25-30°C (Intarti, 2021). Berdasarkan hasil wawancara Keadaan iklim di Desa Sallu yaitu temperature udara tertinggi di Desa Sallu berkisar antara 27°C - 30°C dan suhu terendah adalah 18°C - 24°C maka tempreatur di lokasi penelitian masih termasuk pada syarat tumbuh tanaman jeruk

  • b.    Alpukat

Buah alpukat merupakan tanaman yang berasal dari America Tengah yang sudah menyebar ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk Indonesia khususnya Desa Sallu. Masyarakat di Desa Sallu membudidayakan tanaman Alpukat karena memiliki potensi yang cukup besar bagi masyarakat. Suhu di lokasi penelitian masih termasuk pada syarat tumbuh tanaman alpukat karena Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3°C.

  • c.    Nangka

Salah satu buah yang popular didaerah tropis termasuk di Indonesia yaitu Buah Alpukat. Buah ini ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia. Desa Sallu merupakan salah satu desa yang membudidayakan tanaman ini karena memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. Tempreatur di lokasi penelitian masih termasuk pada syarat tumbuh tanaman nangka karena syarat tumbuh nangka pada umumnya yaitu 25-33°C.

  • d.    Mangga

Buah mangga merupakan tanaman buah tahunan yang diperkirakan berasal dari Negara India. Kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia khususnya di Desa Sallu. Buah mangga dibudidayakan di Desa Sallu karena memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Tempreatur di lokasi penelitian masih termasuk pada syarat tumbuh tanaman mangga karena tempreatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga lebih kurang pada suhu 24-27°C.

  • e.    Sumberdaya manusia (A)

Menurut Maghfiroh (2021) Sumberdaya manusia merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu lembaga. Tanpa sumberdaya manusia yang berkualitas suatu lembaga tidak akan berkembang bahkan bisa mengalami kemunduran. Budidaya buah-buahan telah ditekuni masyarakat/petani buah di Desa Sallu sejak tahun 1970-an sehingga untuk membudidayakan tanaman buah masyarakat/petani tidak perlu mengikuti pelatihan untuk membudidayakan tanaman buah karena masyarakat sudah mengetahui cara budidaya tanaman secara turun-temurun.

  • f.    Usia/umur produktif (E)

Usia/umur produktif suatu tanaman dapat mempengaruhi produksi buah karena pada saat tanaman sudah melewati usia produktif maka produksih buah mulai berkurang. Usia produktif untuk tanaman jeruk sekitar 7 tahun sehingga saat tanaman jeruk melewati usia produktif maka produksi buah jeruk mulai berkurang dan rasa manis pun akan berkurang. Kemudian untuk tanaman Alpukat Usia produktifnya 5-6 tahun setelah tanam. Usia

produktif untuk tanaman nangka adalah 5-10 tahun sedangkan untuk tanaman mangga usia produktifnya sekitar 5-6 tahun.

  • g.    Biaya penanaman/perawatan (C)

Biaya penanaman/perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan petani buah dalam membudidayakan tanaman buah. Petani buah di Desa salu tidak mengutamakan biaya penanaman/perawatan karena biaya yang dikeluarkan dalam membudidayakan tanaman buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani buah. Tanaman buah yang harus mendapatkan perawatan khusus adalah tanaman jeruk dan juga alpukat karena kedua tanaman ini sering terkena penyakit.

  • h.    Program pemerintah (B)

Berdasarkan hasil pembobotan masing-masing kriteria di Desa Sallu yang merupakan kawasan yang potensial dalam pengembangan buah-buahan dapat diketahui bahwa kriteria Program pemerintah kurang perhatikan oleh petani buah di Desa Sallu. Salah satu Program pemerintah dalam hal ini yaitu peningkatan produksi buah.

Perhitungan Total Rangking

Faktor Evaluasi Total

Dari semua evaluasi terhadap 8 kriteria penentuan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu yaitu Sumberdaya Manusia (A), Program Pemerintah (B), Biaya Penanaman/Perawatan (C), Ketahanan Terhadap Cuaca Atau Penyakit (D), Usia/Umur Produktif (E), Kualitas Hasil Panen (F), Harga Jual (G) dan Permintaan Pasar (H), maka diperoleh tabel hubungan antara kriteria dan alternatif sebagai berikut :

Tabel 10. Matriks hubungan antara kriteria dan alternatif:

A

B

C

D

E

F

G

H

Jeruk

0,233

0,469

0,221

0,117

0,029

0,162

0,508

0,303

Alpukat

0,467

0,279

0,457

0,484

0,121

0,479

0,153

0,456

Nangka

0,088

0,148

0,120

0,168

0,042

0,106

0,223

0,094

Mangga

0,213

0,093

0,202

0,231

0,058

0,254

0,116

0,146

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2021)

Tabel diatas merupakan tabel matriks hubungan antara ke-8 dengan ke-4 alternatif. Elemen-elemen pada matriks diatas merupakan vector eigen pada setiap alternatif berdasarkan keriteria penentuan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu yaitu Sumberdaya Manusia (A), Program Pemerintah (B), Biaya Penanaman/Perawatan (C), Ketahanan Terhadap Cuaca/Penyakit (D), Usia/Umur Produktif (E), Kualitas Hasil Panen (F), Harga jual (G) dan Permintaan Pasar (H).

Total Rangking

Untuk memperoleh total rangking pada masing-masing komoditi buah-buahan adalah dengan mengalikan faktor bobot masing-masing alternatif (Buah Jeruk, Alpukat, Nangka dan Mangga) untuk ke-8 kriteria dengan vector eigen/faktor bobot kriteria.

0,088'

0,072

■0,233 0,469 0,22 1 0,117 0,029 0,162 0,508 0,30?

0,075

[0^65'

0,467 0,279 0,457 0,484 0,121 0,479 0,153 0,456

0,0 88 0,148 0,12 0 0,168 0,042 0,106 0,223 0,094 X

0,085

= 0,116

0^13 0,093 0,202 0,231 0,058 0,2 54 0,116 0,146

0,136

.0,141.

0,208

0,199-

Dari hasil perhitungan matriks total rangking diatas maka setiap alternatif memperoleh bobot sebagai berikut:

Jeruk = 0,265 atau 26,5%

  •    Alpukat = 0,310 atau 31%

  •    Nangka = 0,116 atau 11,6%

  •    Mangga = 0,141 atau 14,1%

Hasil penerapan metode Analytical Hierarchy Process dalam Penentuan Komoditi Buah-buahan Unggulan di Desa Sallu Kecamatan Miomaffo Barat menghasilkan nilai bobot untuk setiap komoditi buah yang menjadi alternatif dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini perhitungan metode Analytical Hierarchy Process menghasilkan komoditi buah Alpukat sebagai komoditi yang paling unggul dari ke-3 alternatif lainnya dengan nilai bobot sebesar 0,310 atau 31%, sedangkan komoditi buah dengan nilai bobot terkecil yaitu buah Nangka sebesar 0,116 atau 11,6%.

Matriks kombinasi analisis Location Quotient (LQ) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap komoditi unggulan buah-buahan.

Sesuai dengan analisis Location Quotient (LQ) Jika nilai LQ>1, maka komoditi yang bersangkutan termasuk komoditi unggulan sedangkan pada Analytical Hierarchy Process terdapat 4 komoditi dan totalnya 1, kemudian 1 : 4 = 0,25. Apabila nilainya >0,25 maka komoditi tersebut termasuk dalam sektor unggulan, sedangkan nilainya <0,25 maka komoditi tersebut tidak termasuk dalam sector unggulan.

LQ

Mangga1 Nangka, >1, dan <0,25

Alpukat, >1 dan >0,25

Kuadran I

Kuadran IV

>1 dan >0,25


Kuadran Il

AHP---------- Kuadran Ill

<1 dan <0,25 Jeruk

Gambar 2. Matriks kombinasi analisis Location Quotient (LQ) dan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Gambar matriks diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis Analytical Hierarchy Process diketahui bahwa yang menjadi komodidi unggulan di Desa Sallu adalah buah alpukat. Buah alpukat menduduki rangking pertama dengan bobot >1 dan >0,25 seperti pada kuadran di atas.

  •    Kuadran I

Kuadran I dapat diketahui bahwa buah Alpukat merupakan komoditas unggulan sesuai hasil analisis Location quotient (>1) dan Analytical hierarchy process (>0,25). Strategi yang digunakan dalam pengembangan alpukat perlu memperhatikan harga jual, permintaan pasar, kualitas hasil panen, ketahanan terhadap cuaca/penyakit, sumberdaya manusia, usia/umur produktif, biaya penanaman/perawatan dan program pemerintah.

  •    Kuadran II

Pada kuadran II diketahui bahwa buah mangga dan buah nangka merupakan komoditas unggulan dari analisis Location quotient (>1) sedangkan Hasil Analytical hierarchy process (<0,25) menyatakan buah mangga dan buah nangka bukan komoditas unggulan. Strategi yang digunakan dalam pengembangan mangga dan buah nangka perlu memperhatikan beberapa kriteria dalam penentuan komoditi unggulan yaitu sumberdaya manusia, program pemerintah, biaya penanaman/perawatan, ketahanan terhadap cuaca/penyakit, usia/umur produktif, kualitas hasil panen, harga jual dan permintaan pasar.

  •    Kuadran III

Pada kuadran ini diketahui bahwa buah jeruk merupakan komoditas unggulan sesuai hasil Analytical hierarchy process (>0,25) sedangkan hasil analisis Location quotient (<1) menyatakan bahwa jeruk bukan komoditi unggulan. Strategi yang digunakan dalam pengembangan jeruk perlu memperhatikan harga jual, permintaan pasar, kualitas hasil panen, ketahanan terhadap cuaca/penyakit, sumberdaya manusia, usia/umur produktif, biaya penanaman/perawatan dan program pemerintah.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu berdasarkan:

  • 1.    Hasil Analisis Location Quotient menyatakan komoditi unggulan buah-buahan di Desa Sallu terbesar adalah Alpukat (LQ : 6,83), Mangga (LQ : 5,81) dan Nangka (LQ : 5,69).

  • 2.    Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) menyatakan komoditi unggulan buah Alpukat dengan nilai bobot terbesar adalah 0,310 atau 31%, sedangkan nilai komoditi lain secara berurut adalah Jeruk dengan nilai bobot sebesar 0,265 atau 26,5%, Mangga dengan nilai bobot sebesar Mangga = 0,141 atau 14,1%, dan Nangka dengan nilai bobot sebesar 0,116 atau 11,6%.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., Andry, A., & Humaidi, E. (2021). Pemetaan Sektor Agribisnis Pangan Unggulan di Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 21(1), 1–8. https://doi.org/10.25181/jppt.v21i1.1942.

Azhar, Z. (2020). Faktor Analisis Prioritas Dalam Pemilihan Bibit Jagung Unggul Menggunakan Metode AHP. Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains …, 347–350. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.31849/digitalzone.v11i1.3393

Badan Pusat Statistik. (2020). Produksi Buah-buahan Indonesia. Jakarta :BPS Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2020). Produksi Buah-buahan Nusa Tenggara Timur. Kupang : BPS NTT.

Badan Pusat Statistik. (2020c). Produksi Buah-buahan Timor Tengah Utara. Kefamenanu : BPS TTU.

Darmanto, E., Latifah, N., & Susanti, N. (2014). Penerapan Metode Ahp (Analythic Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbu. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer,    5(1),    75.

https://doi.org/10.24176/simet.v5i1.139

Farchan, M. R., Qomariah, S. N., & Hidayat, R. (2018). Analisis Identifikasi Produk Unggulan Subsektor Tanaman Pangan Di Kabupaten Jombang. 01(01), 21–27. http://ojs.unwaha.ac.id/indeks.php/sigmagri/

Fenny Krisna Marpaung, Markus Willy Arnold S, Asyifa Sofira, S. A. (2021). Pengaruh Harga, Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Indomie Pada Pt. Alamjaya Wirasentosa Kabanjahe. Manajemen, 7(1), 49–64. https://doi.org/http://ejournal.lmiimedan.net

Gifari, I. Al, L. Sukardi, & Maryati, S. (2018). Penentuan Komoditas Unggulan Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan Di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Agrimansion,           19(1),           62–72.           https://doi.org/DOI:

https://doi.org/10.29303/agrimansion.v19i1.235

Hamdani, K. K., & Susanto, B. (2021). Identifikasi komoditas tanaman pangan unggulan di kabupaten indramayu melalui analisis LQ (Location Quotient). Planta Simbiosa, 3(1),                         11–25.                         https://doi.org/DOI:

https://doi.org/10.25181/jplantasimbiosa.v3i1.1955.

Hariyoko, Y., & Puspaningtyas, A. (2020). ANALISIS PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN KOTA SURABAYA 2013-2018. Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 5(1), 110–116. https://doi.org/DOI:10.26905/pjiap.v5i2.3643.

Herdhiansyah, D., Sudarmi, S., Sakir, S., & Asriani, A. (2021). Analisis Faktor Prioritas Pengembangan Komoditas Perkebunan Unggulan Dengan Metode AHP (Analtycal Hierarchy Process). Teknik Pertanian Lampung,   10(2),   239–251.

https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jtep-l.v10i2.239-251.

Hidayat, I. (2021). Produksi: Telaah Pemikiran Muhammad Abdul Mannan Dalam Ekonomi Islam (Studi Kasus Produksi Garam Rakyat Madura). Jurnal Ilmiah Ekonomi                Islam,                7(1),                230–234.

https://doi.org/doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1666.

Humaidi, E., Unteawati, B., & Analianasasi. (2020). Pemetaan Komoditas Sayur Unggulan di Provinsi Lampung. Agribisnis Indonesia,  8(2),  106–114.

https://doi.org/https://doi.org/10.29244/jai.2020.8.2.106-114.

Intarti, I. (2021). Optimasi Variasi Zat Pengatur Tumbuh Naa (Napthalnene Aceticacid) Dan Bap (Benzylaminopurine)Pada Pembentukan Plantet Tanaman Jeruk Siam (Citurs Nobilis Var. Microcarpa) Secara Invitro. Borneo Journal of Science and Mathematics Education, 1(1), 19–31.

Jaelani, A., & Purnamasari, I. (2021). Analisa Pemilihan Kursus Daring Pada Karyawan PT. Gramedia Asri Media dengan Metode Analytical Hierarchy Process. Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI), 5(2), 736–745. https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.30645/j-sakti.v5i2.372.

Kodu, S. (2013). Harga, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza. Jurnal EMBA, 1(3), 1251–1259. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.35794/emba.1.3.2013.2536.

Maghfiroh, A. (2021). Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(1), 403–411. https://doi.org/DOI:

http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.2138.

Manan, A. (2021). Perumusan Konsep Creating Shared Value (Csv) Pada Pt. Semen Indonesia Group Dan Obyek Penelitian Di Pt Semen Gresik Pabrik Rembang. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis,   23(2),   114–125. https://doi.org/DOI:

http://dx.doi.org/10.30811/ekonis.v23i2.2358.

Martauli, E. D., & Gracia, S. (2021). Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Dataran Tinggi Sumatera Utara. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan, 20(1), 123–138. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.31293/agrifor.v20i1.5055.

Mujiburrahmad, Marsudi, E., Hakim, L., Harahap, & Pratiwi, F. (2021). Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Sosial Ekonomi Pertanian,    17(1),    19–26. https://doi.org/DOI:

https://doi.org/10.20956/jsep.v17i1.12901.

Mulyono, J. (2016). Pendekatan Location Quotient Dan Shift Share Analysis Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Di Kabupaten Bantul. Informatika              Pertanian,              25(2),              221–230.

https://doi.org/DOI:10.21082/ip.v25n2.2016.p221-230.

Mutaqin, Z., & Haidir, H. (2021). Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pangan Pada Kawasan Agropolitan Di Kota Pagar Alam. Jurnal Tekno Global, 10(1), 33–40. https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.36982/jtg.v10i1.1728.

Pratama, M. R., Nasruddin, N., & Nugroho, A. R. (2020). Analisis Keunggulan Sektor Basis dan Non Basis Produktivitas Tanaman Pangan pada Komoditas Kelapa di Kalimantan Selatan Menggunakan Metide Location Quotients (LQ). Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah), 1(2), 12–27. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.20527/jgp.v1i2.3405.

Saleh, N., Laba, M. S., & Darmawansyah, S. (2021). ANALISIS POTENSI WILAYAH KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MAMUJU. Jurnal            Ilmiah            Maju,            4(1),            34–42.

https://doi.org/ttp://ojs.balitbang.sulbarprov.go.id/index.php/maju.

Setiawan, D., & Felix, A. (2011). Khasiat Buah dan Sayur. Penebar Swadaya. IBSN : 978-602-8661-51-1.

Siregar, O. S., Fauseh, & Gustari, D. P. R. (2020). Sistem Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan Minat Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Digital        Intelligence,        1(1),        11–19.        https://doi.org/DOI:

http://dx.doi.org/10.29406/diligent.v1i1.2330.

Wahyuni, S. 2013. Teori Konsumsi Dan Produksi Dalam Perspektif Ekonomi I AKUNTABEL,          10(1),          74–79.          https://doi.org/DOI:

http://dx.doi.org/10.29264/jakt.v10i1.55.

Soi, et al,…|163