Struktur Belanja Rumah Tangga Petani Padi di Kabupaten Tegal
on
Jurnal Manajemen Agribisnis
Vol.10, No.5, Mei 2022
E- ISSN: 2684-7728
Struktur Belanja Rumah Tangga Petani Padi di Kabupaten Tegal
Rice Farmer’s Household Expenditure Structure in Tegal Regency
Mirza Andrian Syah*) Ida Syamsu Roidah Ika Sari Tondang
Fakultas Pertanian, UPN “Veteran”, Jawa Timur, Indonesia
*) Email: mirza.a.agribis@upnjatim.ac.id
ABSTRACT
The condition of the COVID-19 pandemic has forced farmers to adopt some new habits so that household income and expenses may differ between before and after the pandemic. This study was aimed to analyze the total income and expenditure of rice farmers' households and analyze several factors that can affect the total expenditures of rice farmers' households. This research was conducted in Dukuhwaru District, Tegal Regency. The method used in this study was the survey method by taking several samples from members of the existing farmer population. The results showed that the total household income of rice farmers in Dukuhwaru District was IDR 44,944,892.37 per year. The total household expenditure of rice farmers was IDR 17,963,720.00 per year allocated 57.49% from food consumption and 42.51% from non-food consumption. Factors that affect rice farmers' household expenditures were the area of rice fields, the number of family members, and the number of school children. The COVID-19 pandemic does not affect farmers in Dukuhwaru District to keep farming three times a year but increases household spending on electricity and education costs.
Keywords : Structure, Farmer’s Household, Paddy.
ABSTRAK
Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan petani harus melakukan sejumlah kebiasaan baru sehingga pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dimungkinkan berbeda antara sebelum dan sesudah masa pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis total pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani padi serta menganalisis sejumlah faktor yang dapat memengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga petani padi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan mengambil beberapa sampel dari anggota populasi yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan rumah tangga petani padi di Kecamatan Dukuhwaru adalah Rp. 44.944.892,37 per tahun. Total pengeluaran rumah tangga petani padi sebesar Rp 17.963.720,00 per tahun yang dialokasikan untuk konsumsi pangan sebesar 57,49% dan untuk konsumsi non pangan sebesar 42,51%. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi adalah
luas lahan garapan, jumlah anggota keluarga dan jumlah anak sekolah. Pandemi COVID-19 tidak mempengaruhi petani untuk tetap bertani tiga kali dalam setahun namun meningkatkan pengeluaran rumah tangga pada biaya listrik dan pendidikan.
Kata kunci : Struktur, Rumah Tangga Petani, Padi.
PENDAHULUAN
Pengeluaran rumah tangga merupakan pengeluaran atas barang dan/ atau jasa yang dilakukan oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi demi memenuhi kebutuhannya. Pengeluaran pada setiap rumah tangga petani akan bervariasi sesuai dengan kebutuhan setiap rumah tangga. Jumlah pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga akan berbanding lurus dengan pengeluaran rumah tangga, sehingga semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka pengeluaran rumah tangga akan semakin tinggi pula (Mutis, 2002).
Pendapatan rumah tangga petani yang relatif tinggi dapat memenuhi sejumlah kebutuhan keluarga, sedangkan rumah tangga petani dengan pendapatan yang relatif lebih rendah akan melakukan penyesuaian terhadap pengeluaran rumah tangga. Umumnya petani di Indonesia menjadikan kegiatan usahataninya sebagai sumber pendapatan utama keluarga (Nugraha & Alamsyah, 2019). Apabila sedang tidak dalam periode tanam, petani akan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh rumah tangga petani adalah kebutuhan pangan, sedangkan kebutuhan lainnya antara lain kebutuhan sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan (Abbidin & Wahyuni, 2015).
Jumlah pendapatan dari kegiatan usahatani yang belum mencukupi kebutuhan rumah tangga mengharuskan anggota keluarga untuk melakukan pekerjaan tambahan demi mencukupi kebutuhan dalam keluarga. Kebutuhan rumah tangga akan semakin besar apabila jumlah anggota keluarga juga bertambah banyak, terlebih apabila terdapat anggota keluarga yang masih mengenyam bangku pendidikan. Hal tersebut secara tidak langsung menyebabkan pengeluaran rumah tangga juga akan semakin tinggi, sehingga mengharuskan petani dan/ atau anggota keluarga lainnya untuk mencari pekerjaan tambahan apabila hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukannya tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Bulan Maret 2020 di Indonesia mengakibatkan sejumlah sektor seperti perdagangan, perindustrian, dan pertanian tidak dapat berjalan normal. Akibatnya mereka yang tidak mampu bertahan di masa pandemi akan menghentikan kegiatan usahanya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi bahkan turun sebesar 2,07% (Badan Pusat Statistik, 2021). Keluarga petani padi yang tidak hanya bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan keluarga juga merasakan dampaknya. Sumber pendapatan yang berkurang menyebabkan keluarga petani harus menyesuaikan pengeluaran rumah tangga.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu penyangga pangan Provinsi Jawa Tengah, kontribusi padi tahun 2016 mencapai 394.023 ton (Romdon et al., 2020). Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal merupakan wilayah dimana sejumlah petaninya mampu melaksanakan kegiatan tanam padi sebanyak tiga periode tanam dalam setahun. Petani di Dukuhwaru mayoritas melakukan kredit pinjaman untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dalam setiap periode tanam masih belum mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga petani padi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sugesti et al. (2015) dilakukan pada rumah tangga
Syah, et al.,…|550
petani padi yang jumlah musim tanamnya tidak seragam, sehingga terdapat rumah tangga petani yang kemungkinan tidak menjadikan kegiatan usahatani padinya sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Kebaharuan dalam penelitian ini adalah dilakukan pada lokasi yang melaksanakan kegiatan usahatani padi selama tiga musim tanam dalam setahun, yang artinya sumber pendapatan utama keluarga petani benar-benar berasal dari sektor pertanian dan pekerjaan di luar sektor pertanian hanya pekerjaan sambilan untuk menambah pendapatan keluarga. Selain itu, kondisi pandemi covid-19 menyebabkan petani harus melakukan sejumlah kebiasaan baru sehingga pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dimungkinkan berbeda antara sebelum dan sesudah masa pandemi.
Berdasarkan latar belakang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dari mana saja sumber pendapatan keluarga petani padi sebagai sumber penghidupan keluarga. Selain itu perlu diketahui pula sumber pengeluaran rumah tangga petani padi serta mempelajari sejumlah faktor yang dapat memengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis total pendapatan rumah tangga petani padi; menganalisis total pengeluaran rumah tangga petani padi; dan menganalisis sejumlah faktor yang dapat memengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga petani padi.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada 100 petani padi di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yang melaksanakan kegiatan tanam padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin yang diambil dari populasi sebanyak 10.935 petani. Untuk mengetahui pendapatan usahatani padi dilakukan rangkaian analisis pendapatan sebagai berikut (Soekartawi, 2002):
Π = TR – TC
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
Keterangan:
Π = Pendapatan usahatani padi
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
P = Harga jual output
Q = Jumlah output
TFC = Jumlah Biaya Tetap
TVC = Jumlah Biaya Tidak Tetap
Untuk mengetahui pendapatan total rumah tangga petani dilakukan perhitungan berdasarkan model persamaan sebagai berikut:
PΠ = P1 + P2 + P3
Keterangan:
PΠ = Pendapatan rumah tangga petani padi
P1 = Pendapatan on farm
P2 = Pendapatan off farm
P3 = Pendapatan anggota keluarga lainnya
Untuk mengetahui pengeluaran total rumah tangga petani dilakukan perhitungan berdasarkan model persamaan sebagai berikut (Badan Pusat Statistik, 2020):
Ct = Ca + Cb + … + Cn
Keterangan:
Ct = Total pengeluaran rumah tangga
Ca = Pengeluaran untuk konsumsi pangan
Cb = Pengeluaran untuk konsumsi non-pangan
Cn = Pengeluaran lainnya
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan model persamaan yang diajukan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Total pengeluaran rumah tangga petani padi (Rp/tahun)
a = Konstanta
b(1-7) = Koefisien variabel bebas
X1 = Total pendapatan rumah tangga petani padi (Rp/tahun)
X2 = Luas lahan sawah (ha)
X3 = Lama berusahatani (tahun)
X4 = Usia kepala keluarga (tahun)
X5 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)
X6 = Jumlah anggota keluarga yang masih sekolah (orang) e = koefisien error.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendapatan Rumah Tangga Petani
-
1. Pendapatan On Farm
Pendapatan merupakan laba bersih yang di terima petani dari hasil usahataninya. Pendapatan dianggap sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang digunakan. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut merupakan korbanan yang harus dibayarkan oleh petani dalam proses produksi untuk menghasilkan produk. Hasil perhitungan pendapatan kegiatan usahatani padi di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani padi di Kecamatan Dukuhwaru per tahun
No. |
Rincian |
Jumlah (Rp) |
1. |
Biaya Usahatani | |
- Biaya Tetap | ||
1. Penyusutan |
286.722,55 | |
2. Sewa Lahan |
2.434.000,00 | |
A. Total Biaya Tetap |
2.720.722,55 | |
- Biaya Tidak Tetap | ||
1. Biaya Benih |
2.081.818,97 | |
2. Biaya Pupuk |
3.766.467,21 | |
3. Biaya Tenaga Kerja |
9.261.655,68 | |
4. Biaya Obat |
423.764,08 | |
5. Biaya Lain-lain |
18.024.176,41 | |
B. Total Biaya Tidak Tetap |
33.557.882,35 | |
C. Total Biaya (A+B) |
36.278.604,90 | |
2. |
Penerimaan Usahatani | |
- Penerimaan MT1 |
19.021.130,00 | |
- Penerimaan MT2 |
18.482.740,00 | |
- Penerimaan MT3 |
26.944.717,00 | |
D. Total Penerimaan |
64.448.587,00 | |
3. |
Pendapatan Usahatani (D-C) |
28.169.982,10 |
Kecamatan Dukuhwaru merupakan wilayah dimana petaninya mampu melakukan kegiatan tanam padi sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Rata-rata pendapatan petani padi adalah Rp 28.768.796 per hektar per tahun. Kondisi pandemi covid-19 tidak menghambat petani di Dukuhwaru untuk melaksanakan kegiatan usahataninya. Hal ini dibuktikan dari petani yang tetap melakukan kegiatan tanam padi sebanyak tiga kali dalam satu tahun, meskipun dalam masa pandemi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petani tetap melakukan kegiatan usahataninya karena merupakan sumber pendapatan utama. Selain itu kegiatan berusahatani yang tidak mengharuskan mereka melakukan kerumunan selain saat panen. Protokol kesehatan juga diterapkan oleh petani pada saat kegiatan yang mengundang kerumunan seperti waktu panen atas saran dari penyuluh. Berdasarkan pernyataan Badan Pusat Statistik (2021) bahwa selama masa pandemi tahun 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,75%.
Tabel 2. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di Kecamata Dukuhwaru per tahun
No |
Sumber Pendapatan |
Jumlah (Rp) |
Persentase (%) |
1 |
Pendapatan Usahatani Padi |
28.169.982,10 |
62,68 |
2 |
Pendapatan Di Luar Pertanian |
5.254.322,03 |
8,81 |
3 |
Pendapatan Anggota Keluarga Lain |
11.520.588,24 |
11,13 |
Total |
44.944.892,37 |
100,00 |
-
2. Pendapatan di Luar Pertanian
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase pendapatan keluarga di luar sektor pertanian adalah 8,81%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sumber pendapatan utama
Syah, et al.,…|553
petani di Dukuhwaru adalah kegiatan usahatani padi. Pendapatan di luar pertanian dalam penelitian ini merupakan sumber pendapatan lain yang diperoleh oleh petani di luar pendapatan atas hasil panennya, diantaranya adalah buruh, kuli bangunan, perangkat desa/kecamatan, dan pekerja bengkel. Berdasarkan hasil penelitian, petani melakukan pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan keluarga karena hasil pendapatan dari kegiatan usahatani belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Kegiatan off farm dilakukan oleh petani pada saat mereka tidak melakukan aktivitas di lahan. Hasil penelitian Alfrida dan Noor (2017) menyatakan bahwa demi memenuhi kebutuhan rumah tangga petani yang tidak dapat tercukupi oleh pendapatan hasil panen, sejumlah petani melakukan pekerjaan lain di luar kegiatan pertanian untuk menambah pendapatan rumah tangga.
-
3. Pendapatan Anggota Keluarga Lain
Pendapatan anggota keluarga lain dalam penelitian ini berasal dari anggota keluarga petani yang tidak melakukan pekerjaan utamanya sebagai petani. Sumber pendapatan anggota keluarga petani dalam penelitian diantaranya adalah perangkat desa/kecamatan, pekerja swasta, guru honorer, dan pedagang. Berdasarkan penelitian, anggota keluarga yang bekerja di luar sektor pertanian berharap memperoleh pendapatan yang lebih baik dan dapat mengubah nasib keluarga. Hasil penelitian Susilowati (2016) menyatakan bahwa sejumlah anggota keluarga petani enggan untuk berprofesi sebagai petani diantaranya adalah tingkat upah dan pendapatan di pertanian rendah, terutama dengan status petani gurem.
-
4. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
Total pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga petani. Jumlah pendapatan yang diperoleh oleh anggota keluarga dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga tersebut. Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani padi di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar Rp 44.944.892,37. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari pendapatan dari sektor on farm dan sektor off farm, baik kegiatan off farm yang dilakukan petani dan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya.
Pengeluaran Rumah Tangga Petani
Pengeluaran rumah tangga merupakan sejumlah nominal yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani padi dalam memenuhi kebutuhan hariannya. Pengeluaran rumah tangga terbagi atas pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan. Hasil analisis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani padi per tahun
No |
Pengeluaran |
Jumlah (Rp) |
Persentase (%) |
Pangan | |||
1 |
Makan dan Minum |
7.864.560,00 |
43,78 |
2 |
Rokok |
2.462.400,00 |
13,71 |
Total Konsumsi Pangan |
10.326.960,00 | ||
Non Pangan | |||
3 |
Listrik |
1.742.400,00 |
9,70 |
No |
Pengeluaran |
Jumlah (Rp) |
Persentase (%) |
4 |
Air |
593.760,00 |
3,31 |
5 |
Pendidikan |
1.365.800,00 |
7,60 |
6 |
Pulsa |
759.600,00 |
4,23 |
7 |
Lainnya (Kosmetik, Pakaian, dll) |
3.175.200,00 |
17,68 |
Total Konsumsi Non Pangan |
7.636,760,00 | ||
Total |
17.963.720,00 |
100,00 |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsumsi pangan adalah sebesar Rp 10.326.960,00 (57,49%) dan total konsumsi non pangan adalah sebesar Rp 7.636,760,00 (42,51%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga petani padi di Kecamatan Dukuhwaru tergolong kedalam rumah tangga yang kurang sejahtera, karena pangsa pengeluaran pangan yang lebih tinggi dibandingkan pangsa pengeluaran non pangan. Sejalan dengan pernyataan Purwantini dan Ariani (2008) bahwa semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan, berarti semakin kurang sejahtera rumah tangga yang bersangkutan. Hasil perhitungan pangsa konsumsi pangan dan non pangan tidak jauh berbeda dengan hasil Susenas Tahun 2019, dimana untuk daerah pedesaan di Provinsi Jawa Tengah, persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan adalah 52,35% dan untuk non pangan adalah 47,65% (Badan Pusat Statistik, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selama masa pandemi, sejumlah petani yang masih memiliki anggota keluarga yang masih bersekolah mengalami peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan listrik. Kondisi ini merupakan alokasi pengeluaran tidak terduga yang harus disesuaikan oleh keluarga petani. Berubahnya aktivitas pembelajaran menjadi daring membuat pengeluaran keluarga untuk biaya pendidikan meningkat dalam pembelian kuota, sedangkan peningkatan pengeluaran biaya listrik diakibatkan meningkatnya aktivitas penggunaan gawai.
Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi
Tabel 4. Hasil analisis regresi
Variabel |
Koef. |
Sig. |
Keterangan |
Pendapatan |
0,032 |
0,150 |
Tidak Berpengaruh |
Luas Lahan Garapan |
2.145.000,000 |
0,047 |
Berpengaruh |
Pengalaman Berusahatani |
35.223,159 |
0,647 |
Tidak Berpengaruh |
Usia Kepala Rumah Tangga |
-58.724,713 |
0,505 |
Tidak Berpengaruh |
Jumlah Anggota Keluarga |
1.171.000,000 |
0,005 |
Berpengaruh |
Jumlah Anak Sekolah |
5.530.000,000 |
0,000 |
Berpengaruh |
F Sig. |
0,000 | ||
Adjusted R2 |
0,760 |
Hasil analisis variabel luas lahan garapan menunjukkan secara parsial variabel tersebut berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga petani padi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan luas lahan garapan petani padi sebesar 1 hektar, maka pengeluaran rumah tangga petani padi akan meningkat sebesar Rp 2.145.000 per hektar. Semakin luas lahan garapan petani, maka pengeluaran petani yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan usahatani akan ikut meningkat. Hasil ini sejalan dengan penelitian Andrias et al. (2017) bahwa luas lahan merupakan faktor yang mempengaruhi pengeluaran petani.
Variabel jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga petani padi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah anggota
Syah, et al.,…|555
keluarga sebanyak 1 orang, maka pengeluaran rumah tangga petani akan meningkat sebesar Rp 1.171.000. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka pengeluaran rumah tangga akan semakin meningkat. Bertambahnya anggota keluarga berarti pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga juga akan bertambah, begitu pula pengeluaran untuk setiap pemenuhan kebutuhan pendukung lainnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Adiana dan Karmini (2012) bahwa jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi pula jumlah pengeluaran rumah tangga yang dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga, begitu pula sebaliknya.
Hasil analisis variabel jumlah anak sekolah menunjukkan secara parsial variabel tersebut berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga petani padi. Artinya setiap penambahan jumlah anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 1 orang, maka pengeluaran rumah tangga petani akan meningkat sebesar Rp 5.530.000. Semakin bertambahnya anggota keluarga yang bersekolah akan meningkatkan biaya yang perlu dikeluarkan oleh keluarga untuk kebutuhan pendidikan. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hanum (2018) bahwa akses pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Terlebih pada kondisi pandemi COVID-19 saat ini, dimana sistem pendidikan secara daring mengharuskan siswa memiliki akses untuk bersekolah secara daring. Pemenuhan kebutuhan di masa pandemi COVID-19 diantaranya gawai dan akses internet untuk tetap dapat melakukan kegiatan belajar mengajar. Aji (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kondisi pandemi COVID-19 mengharuskan siswa memiliki perangkat pendukung teknologi yang tidak murah, dimana kondisi ini mengharuskan keluarga siswa harus mengeluarkan uang lebih untuk tetap dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Total pendapatan rumah tangga petani padi di Kecamatan Dukuhwaru sebesar Rp 44.944.892,37 dengan kontribusi terbesar berasal dari pendapatan on-farm sebesar 62,68%. Hal tersebut menegaskan bahwa sumber pendapatan petani berasal dari usahatani padi. Total pengeluaran pangan rumah tangga petani padi lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non-pangan. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi tergolong ke dalam rumah tangga yang kurang sejahtera, karena masih mengalokasikan pengeluaran terbesarnya untuk kebutuhan pangan. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Kecamatan Dukuhwaru adalah luas lahan garapan, jumlah anggota keluarga dan jumlah anak sekolah.
Saran
Petani di Kecamatan Dukuhwaru harus dapat mengatur pengeluaran rumah tangga dengan sangat bijak, terlebih di masa pandemi covid-19 saat ini. Peningkatan pengeluaran tak terduga untuk biaya listrik dan biaya pendidikan perlu diperhitungkan secara serius oleh rumah tangga petani, terlebih pada saat pembelajaran daring seperti saat ini. Pengeluaran untuk rokok sebaiknya dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbidin, Z., & Wahyuni, S. (2015). Strategi Bertahan Hidup Petani Kecil Di Desa Sindetlami Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. European Journal of Endocrinology, 171(6), 727–735. Retrieved from https://eje.bioscientifica.com/view/journals/eje/171/6/727.xml
Adiana, P. P. E., & Karmini, N. L. (2012). Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, Dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 1(1), 39–48.
Aji, R. H. S. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(5), 395–402. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314
Alfrida, A., & Noor, T. I. (2017). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 04(03), 426.
Andrias, A. A., Darusman, Y., & Ramdan, M. (2017). Pengaruh luas lahan terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sawah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 4(1), 521–529. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/276040-pengaruh-luas-lahan-terhadap-produksi-da-7c93ec15.pdf
Badan Pusat Statistik. (2019). Berdasarkan Hasil Susenas September 2018. Jakarta. Retrieved from https://www.bps.go.id/publication/2020/06/29/a0c51afcd2c799871ed40f19/penge luaran-untuk-konsumsi-penduduk-indonesia-per-provinsi-september-2019.html
Badan Pusat Statistik. (2020). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2020. Jakarta. Retrieved from https://www.bps.go.id/publication/2020/11/30/5d97da0e92542a75d3cace48/indikator-kesejahteraan-rakyat-2020.html
Badan Pusat Statistik. (2021). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2020. In www.bps.go.id. Jakarta. Retrieved from https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/ 1811/ekonomi-indonesia-2020-turun-sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html
Hanum, N. (2018). Pengaruh Pendapatan , Jumlah Tanggungan Keluarga Dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Nelayan Di Desa Seuneubok Rambong Aceh Timur. Jurnal Samudra Ekonomika, 2(1), 75–84. Retrieved from
https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/article/view/779
Mutis, T. (2002). Cakrawala Demokrasi Ekonomi. Yogyakarta: LP KUKMUS USAKTI.
Nugraha, I. S., & Alamsyah, A. (2019). Factors Affecting Income Level of Rubber Farmers in Village of Sako Suban, Districts of Batang Hari Leko, South Sumatra. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24(2), 93–100. https://doi.org/10.18343/jipi.24.2.93
Purwantini, T. B., & Ariani, M. (2008). Pola Pengeluaran dan Konsumsi Pangan Pada Rumahtangga Petani Padi. Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian Dan Perdesaan : Tantangan Dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani, 1-16.
Romdon, A. S., Prasetyo, F. R., & Harwanto, H. (2020). Kelayakan Usahatani Tanaman Pangan Pada Pola Tanam Berbeda di Kabupaten Tegal. Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Pertanian Dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0, 585– 593. Kabupaten Semarang. Retrieved from http://repository.pertanian.go.id/handle/ 123456789/9265
Soekartawi, S. (2002). Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.
Sugesti, M. T., Abidin, Z., & Kalsum, U. (2015). Analisis Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 3(3), 268–276.
Susilowati, S. H. (2016). Farmers Aging Phenomenon and Reduction in Young Labor: Its Implication for Agricultural Development. Forum Penelit. Agroecon., 34(1), 35–55.
Syah, et al.,…|558
Discussion and feedback