Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.9, No.1, Mei 2021

E- ISSN: 2684-7728

Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Corporate Farming

(Studi Kasus: Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

Analysis of Income and Factors Affecting Farmers' Decisions to Join Corporate Farming

(Case Study: Tawangsari District, Sukoharjo Regency)

Duwi Apriyani 1) *) A.Faroby Falatehan 2) Memen Surahman 3)

  • 1,2)    Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Indonesia

  • 3) Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Email: [email protected]*)

ABSTRACT

The Government of Sukoharjo District established a corporate farming program in Dalangan, Tawangsari District, Sukoharjo Regency since 2017 as an example of early development of agriculture modern in the countryside. However, the program has not run continuously due to constraints capital and has a high dependence on the decisions of decision makers. The objectives of this study are: (1) to identify farmers’ perceptions of corporate farming programs; (2) identifying and analyzing the importance and influence of corporate farming in Dalangan, Tawangsari District, Sukoharjo Regency; (3) analyze the impact of the application of corporate farming on the income of member farmers and not members of the corporate farming; and (4) analyze the level of influence of farmer characteristic factors on the decision to follow corporate farming. Data analysis methods used were descriptive analysis, stakeholder analysis, R / C ratio income analysis, and binomial logistic regression analysis. The results showed that the majority of farmer respondents agreed that the implementation of farmer corporations in Dalangan could improve farm performance, but the corporate farming had not made it easier for farmers to access Gapoktan capital. Based on stakeholder analysis, the Agriculture Service of Sukoharjo Regency and Gapoktan Tani Mandiri have the highest level of importance and influence in implementing the corporate farming. Based on income analysis, the value of R / C ratio and B / C ratio for cash costs to member farmers and not members of corporate farming is more than 1, so farming in groups is profitable and feasible. Factors that influence farmers' decisions to follow the corporate farming, namely the number of family dependents and farm income.

Keywords: binomial logistic regression analysis, corporate farming, descriptive analysis, r/c ratio income analysis, stakeholder analysis

ABSTRAK

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo membentuk program corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo sejak tahun 2017 sebagai contoh pengembangan pertanian modern di pedesaan. Namun demikian, program corporate farming tersebut belum berjalan terus menerus karena terkendala modal dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keputusan para stakeholder. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi persepsi petani terhadap program corporate farming; (2) mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo; (3) menganalisis dampak penerapan corporate farming terhadap pendapatan petani anggota dan bukan anggota corporate farming; dan (4) menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor karakteristik petani terhadap keputusan mengikuti corporate farming. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis stakeholder, analisis pendapatan R/C ratio dan B/C ratio, dan analisis regresi binomial logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden petani setuju bahwa pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan dapat meningkatkan kinerja usahatani, namun corporate farming belum mempermudah akses petani terhadap permodalan gapoktan. Berdasarkan analisis stakeholder, Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo dan Gapoktan Tani Mandiri memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh tertinggi dalam pelaksanaan corporate farming. Berdasarkan analisis pendapatan, nilai R/C ratio dan B/C ratio atas biaya tunai pada petani anggota dan bukan anggota corporate farming lebih dari 1, sehingga usahatani pada kelompok menguntungkan dan layak diusahakan. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming yaitu jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan usahatani.

Kata kunci : analisis deskriptif, analisis R/C ratio, analisis regresi binomial logistik, analisis stakeholder, corporate farming

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB Indonesia tahun 2015 sebesar Rp 1.171 triliun, tahun 2016 sebesar Rp 1.210 triliun, dan Rp 1.256 triliun pada tahun 2017. Sub sektor tanaman pangan memiliki peranan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan data sosial ekonomi BPS (2018), daerah sentra produksi padi di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia dengan jumlah masing-masing sebesar 4,33 juta orang , 3,61 juta orang, dan 3,89 juta orang. Tingkat kemiskinan petani di pedesaan yang tinggi dipengaruhi pula oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan rendah, penguasaan lahan pertanian kecil, infrastruktur terbatas, keterbatasan akses modal, dan lainnya (Hermanto, 2017).

Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yaitu program corporate farming. Pada tahun 2017, pemerintah Kabupaten Sukoharjo bekerjasama dengan Bank Indonesia

Perwakilan Wilayah Solo membentuk program corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo sebagai contoh awal pengembangan pertanian modern di pedesaan. Namun demikian, program corporate farming tersebut belum berjalan terus menerus karena terkendala kondisi sosial di Desa Dalangan tersebut dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keputusan para stakeholder. Program corporate farming akan memiliki insentif yang tinggi bagi petani apabila program tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani. Keberlanjutan program sangat ditentukan oleh sikap petani terhadap program tersebut. Sikap positif atau negatif terhadap suatu program merupakan proses perilaku seseorang yang akan dipengaruhi oleh faktor karakteristik orang tersebut (Soekartawi 1988). Oleh karena itu, analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo penting untuk diteliti.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • 1.    Mengidentifikasi persepsi petani terhadap program corporate farming di Desa Dalangan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

  • 2.    Mengidentifikasi tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder corporate farmingdi Desa Dalangan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

  • 3.    Menganalisis dampak penerapan corporate farming terhadap pendapatan petani anggota dibandingkan petani non anggota corporate farming.

  • 4.    Menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor karakteristik petani terhadap keputusan mengikuti corporate farming.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Pertimbangan Desa Dalangan sebagai lokasi penelitian karena Desa Dalangan merupakan salah satu desa yang berhasil menerapkan program corporate farming. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Januari sampai dengan Februari 2019.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden menggunakan kuisioner. Data primer yang dibutuhkan berupa karakteristik responden, aturan main dalam kelembagaan corporate farming, persepsi responden mengenai program corporate farming, hasil produksi, serta penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim tanam. Responden dalam penelitian terdiri atas petani anggota full corporate farming, semi corporate farming dan non corporate farming dan dinas atau instansi yang terkait dalam pelaksanaan program corporate farming di Desa Dalangan. Data sekunder sebagai pelengkap penelitian diperoleh melalui instansi terkait seperti BPS, Publikasi Ilmiah, Jurnal, dan penelitian terdahulu.

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan 62 responden yang terbagi menjadi tiga, yaitu 8 responden petani yang menerapkan full corporate farming, 24 responden petani yang menerapkan semi corporate farming dan 32 responden lainnya merupakan petani yang belum menerapkan program tersebut. Data awal petani yang menerapkan program corporate farming diperoleh melalui PPL dan Gapoktan Tani Mandiri. Data primer diambil dengan menerapkan metode probability sampling menggunakan teknik pengambilan sensus sampling untuk petani anggota full corporate farming dan simple random sampling untuk petani anggota semi dan non corporate farming.

Metode Analisis Data

Metode analisis data terdiri atas tujuan penelitian, jenis data yang digunakan, sumber data, dan metode analisis data. Metode analisis data dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode analisis data

No

Tujuan

Jenis Data

Sumber Data

Metode Analisis Data

1

Identifikasi persepsi responden terhadap program corporate farming

Data primer

Wawancara dengan responden

Analisis Deskriptif

2

Identifikasi dan analisis

Data primer

Wawancara

Analisis

tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder

dan sekunder

dengan stakeholder terkait dan data sekunder

Stakeholder

3

Menganalisis dampak program corporate farming terhadap pendapatan responden

Data primer

Wawancara dengan responden

R/C Ratio dan B/C Ratio

4

Menganalisis faktor karakteristik petani yang mempengaruhi keputusan mengikuti program corporate farming

Data primer

Wawancara dengan responden

Analisis    Regresi

Logistik Binomial

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan grafik, tabel, atau data dalam bentuk lainnya sehingga dapat memberikan informasi mengenai data pada grafik atau tabel. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian,karakteristik responden, dan persepsi responden petani mengenai manfaat pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo. Tahapan yang dilakukan dalam melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui persepsi responden meliputi:

  • 1.    Menyajikan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, kuisioner, maupun dokumentasi. Prinsip dalam penyajian data yaitu komunikatif dan lengkap, artinya data yang disajikan menarik untuk dibaca dan mudah dipahami (Sugiyono, 2011). Penyajian data dapat dilakukan menggunakan tabel, grafik, diagram lingkaran, dan pictogram.

  • 2.    Interpretasi data yang telah disajikan menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami.

Analisis Stakeholder

Menurut Suhana (2008, dalam Baroroh, 2017) menyatakan bahwa analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal balik dan kepentingan yang berkaitan dengan isu atau sumberdaya yang ada. Tahapan analisis stakeholder pada program corporate farming di Kabupaten Sukoharjo dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • 1.    Identifikasi stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program corporate farming.

  • 2.    Membuat tabel pengaruh dan kepentingan stakeholder, ditransformasikan menjadi data berupa skoring dan dikelompokkan menurut pengaruh dan kepentingan stakeholder.

  • 3.    Membuat actor grid untuk mengetahui tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder serta posisi stakeholder apakah masuk pada kategori subjects, players, by standers, atau actors.

Tinggi

S M) .s

c ω ft ω


Subject (Kuadran I)


Rendah


By standers (Kuadran III)


Players (Kuadran II)

Actors

(Kuadran

  • IV)

-------------► Tinggi

Pengaruh

Sumber: Abbas (2005)

Gambar 1. Pemetaan pengaruh dan kepentingan dalam aktor grid

Pemetaan di atas dikelompokkan menjadi empat kuadran berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder. Setiap kuadran memiliki peran yang berbeda disesuaikan dengan porsi masing-masing.

Analisis Pendapatan

Perhitungan penerimaan, biaya, dan pendapata usahatani dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Ringkasan perhitungan penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani.

No

Uraian

A

Penerimaan tunai

Harga Kering Panen (HKP) padi x total padi yang dijual (kg)

B

Penerimaan yang diperhitungkan

Harga Kering Panen (HKP) padi x total padi yang dikonsumsi atau dijadikan benih (kg)

C

Total penerimaan

A + B

D

Biaya tunai

Terdiri dari biaya input usahatani, biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pajak, dan sewa lahan

E

Biaya diperhitungkan

Terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, lahan milik sendiri, dan penyusutan peralatan

F

Total biaya

D + E

G

Pendapatan atas biaya tunai

A – D

H

Pendapatan atas biaya total

C – F

I

R/C atas biaya tunai

A/D

J

R/C atas biaya total

C/F

K

B/C atas biaya tunai

G/D

L

B/C atas biaya total

H/F

Sumber: Maulia (2012) dengan modifikasi

Analisis Regresi Logistik Binomial

Faktor karakteristik petani yang dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, lama pengalaman berusahatani, luas kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan motivasi bertani. Menurut Wibowo dan Haryadi (2006), model dugaan dari faktor karakteristik petani yang mempengaruhi kesediaan petani mengikuti program corporate farming sebagai berikut:

log [  Prob (mengikuti )  ] =ψ ^1umr + β2LPD + ^3JTK + β4LPU +

LProb (tidak mengikuti )J            r-             r-            r- >

β5JNK+ β6DPN + e

Keterangan:

β0 – β1  = Koefisien regresi

UMR = Umur (tahun)

LPD  = Lama pendidikan (tahun)

JTK   = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

LPU  = Lama pengalaman usahatani (tahun)

JNK   = Jumlah tenaga kerja (orang)

DPN = Dummy pendapatan usahatani (1= pendapatan di atas rata-rata; 0 = pendapatan di bawah rata-rata) ε      = error term

Hipotesis

Dasar penentuan hipotesis menggunakan penelitian Wibowo dan Haryadi (2006). Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming adalah umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, lama pengalaman berusahatani, pendapatan usahatani. umur dan pendapatan usahani mempengaruhi keputusan petani mengikuti program corporate farming. Lama pendidikan, lama pengalaman berusahatani, jumlah tenaga kerja, dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempengaruhi keputusan petani mengikuti program corporate farming.

Interpretasi Model Regresi Logistik Binomial

Menurut Trifosa (2014), langkah pertama yang dilakukan dalam interpretasi model regresi logistik yaitu melihat nilai tabel overall test. Tabel ini menunjukkan signifikansi variabel X terhadap variabel Y. Apabila nilai signifikan dalam tabel < α dengan nilai model yang diperoleh maka akan diketahui besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : tidak ada variabel X yang signifikan mempengaruhi variabel Y

H1 : minimal ada satu variabel yang signifikan mempengaruhi variabel Y

Langkah selanjutnya yaitu melihat tabel partial test yang menunjukkan apakah faktor-faktor yang mempengaruhi variabel Y tersebut mempengaruhi secara nyata terhadap keputusan petani mengikuti program corporate farming. Penelitian ini mengangkat enam faktor, yaitu umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, lama pengalaman berusahatani, dan pendapatan usahatani.

Langkah ketiga yang dilakukan yaitu melihat goodness of Fit. Kelayakan model dapat dilihat dari sisi substansi maupun secara statistik. Kelayakan model secara substansi dilakukan dengan pengujian Hosmer Lemeshow, Negalgarke R-Square dan Classification Plot. Pengujian dengan Hosmer Lemeshow digunakan untuk menjelaskan tingkat kelayakan model yang digunakan telah cukup mampu atau tidak dalam menjelaskan data. Hasil pengujian Negalgarke R-Square berhubungan dengan persentase kesediaan petani mengikuti program corporate farming. Hasil pengujian dengan Classification Plot digunakan untuk menjelaskan hubungan penjelasan kesediaan petani mengikuti program corporate farming yang ditunjukkan oleh model yang digunakan telah cukup atau tidak menggunakan enam faktor yang diangkat peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi responden terhadap pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam mempermudah pelaksanaan usahatani

Terdapat 76.56 % responden petani menyatakan bahwa corporate farming dapat mempemudah pelaksanaan usahatani. Sementara itu, 23.44% responden petani tidak

setuju jika corporate farming dapat mempermudah pelaksanaan usahatani. Corporate farming dinilai dapat mempermudah pelaksanaan usahatani karena pelaksanaan usahatani diatur oleh manajemen dan regu kerja sehingga lebih efektif dan efisien.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam menekan biaya usahatani

Sebagian besar responden petani menyetujui bahwa program corporate farming dapat membuat pengelolaan usahatani lebih efisien sehingga dapat menekan biaya usahatani yang dikeluarkan. Terdapat 92.19% responden petani menyatakan bahwa program corporate farming di Desa Dalangan dapat menekan biaya usahatani. Sementara itu, 7.81% responden petani tidak setuju jika program corporate farming dapat menekan biaya usahatani. Petani-petani tersebut menilai tidak ada perbedaan pengeluaran yang relatif besar.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam menekan kehilangan hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen corporate farming, penggunaan mesin panen combine harvester dapat mengurangi kehilangan hasil ketika pemanenan sebesar 8-10% per hektar. Oleh karena itu, 81.25% responden petani setuju bahwa program corporate farming dapat mengurangi resiko kehilangan hasil. Disisi lain, sebanyak 18.75% responden petani tidak setuju bahwa corporate farming di Desa Dalangan dapat mengurangi resiko kehilangan hasil. Hal tersebut disebabkan keberadaan HPT pada suatu lahan sawah merupakan faktor alam yang tidak dapat dikendalikan.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam meningkatkan kerjasama bagi kelembagaan petani

Program corporate farming merupakan salah satu program pertanian yang diterapkan oleh Gapoktan Tani Mandiri, dimana program tersebut melibatkan beberapa stakeholder. Oleh karena itu, sebanyak 79.69 % responden menyatakan bahwa program corporate farming yang dilaksanakan oleh Gapoktan Tani Mandiri dapat meningkatkan kerjasama bagi kelembagaan Gapoktan tersebut. Disisi lain, terdapat 20.31 % responden yang tidak setuju dengan hal tersebut. Sebagian besar responden petani tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada kelembagaan gapoktan dengan atau tanpa corporate farming.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam meningkatkan pendapatan petani

Pengelolaan usahatani melalui corporate farming dapat menurunkan biaya tunai dalam usahatani sehingga secara langsung dapat meningkatkan pendapatan yang diterima petani anggota corporate farming. Terdapat 92.18% responden petani menyatakan bahwa program corporate farming di Desa Dalangan dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Sementara itu, 7.81% responden petani tidak setuju dengan hal tersebut karena pengelolaan corporate farming di Desa Dalangan dinilai belum maksimal sehingga tidak ada peningkatan pendapatan yang signifikan.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam meningkatkan produksi

Berdasarkan analisis laporan gapoktan, sistem pertanian modern dapat meningkatkan produksi sebesar 13% per hektar. Teknik persemaian menggunakan mesin percetakan benih dapat menghasilkan bibit padi yang lebih banyak sehingga meningkatkan potensi hasil produksi yang lebih tinggi. Terdapat 75% responden petani menyatakan bahwa sarana produksi modern yang digunakan dalam corporate farming berpengaruh terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan. Akan tetapi, 25% responden petani berpendapat bahwa produksi yang dihasilkan corporate farming tidak berbeda jauh dengan produksi pada usahatani tradisional.

Persepsi petani terkait program corporate farming dalam mempermudah akses permodalan gapoktan

Permasalahan permodalan pada corporate farming membuat penilaian yang tidak baik dari petani terkait peran corporate farming dalam mempermudah akses permodalan gapoktan. Terdapat 59.38 % responden petani menyatakan bahwa corporate farming belum dapat meningkatkan akses terhadap permodalan. Akan tetapi, 40.62% responden petani setuju bahwa corporate farming dapat meningkatkan akses permodalan gapoktan.

Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder pada Corporate farming Identifikasi Stakeholder

Berdasarkan identifikasi stakeholder melalui studi lapang, terdapat lima stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan. Kelompok stakeholder tersebut terdiri dari Gapoktan Tani Mandiri, Perangkat Desa Dalangan, Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Kecamatan Tawangsari, dan Bank Indonesia KPw Solo. Masing-masing stakeholder tersebut memiliki kepentinan dan pengaruh terhadap pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan.

Identifikasi Tingkat Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder

Tingkat kepentingan stakeholder dilihat dari pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan, jika semakin tinggi ketergantungan stakeholder terhadap pelaksanaan corporate farming, maka semakin tinggi tingkat kepentingan stakeholder. Tingkat pengaruh stakeholder dapat dilihat dari pengaruh stakeholder dalam pelaksanaan corporate farming. Berdasarkan wawancara dengan stakeholder terkait, diperoleh skor tingkat pengaruh dan kepentingan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Skor tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan stakeholder

No

Stakeholder       K1 K2 K3 K4 K5 P1 P2 P3 P4 P5

1

Dinas Pertanian Kab.       5    5    5   4   4   5   5   1   4   5

Sukoharjo

2

3

4

5

Gapoktan Tani Mandiri     5   5   4   4   4   5   4   2   5   4

BPP Kec.Tawangsari       3    3    1    2    2   2   1    1    1   1

Desa Dalangan             2    3    1    2    1   2   1    1    1   3

Bank Indonesia KPw      4   2   3   2   2   3   2   1   2   4

Solo

Sumber : Data primer (diolah), 2019

Keterangan:

K1 : Keterlibatan stakeholder

K2 : Manfaat bagi stakeholder

K3 : Kewenangan stakeholder

K4 : Prioritas stakeholder

K5 : Tingkat Ketergantungan stakeholder

P1 : Peran dan partisipasi stakeholder

P2 : Kekuatan stakeholder

P3 : Kontrol dan Pengawasan stakeholder

P4 : Kekuatan kepribadian stakeholder

P5 : Kapasitas stakeholder

Hasil identifikasi tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder akan muncul pada pemetaan actor grid seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemetaan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan stakeholder

Keterangan:

  • 1  : Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo

  • 2  : Gapoktan Tani Mandiri

  • 3  : BPP Kecamatan Tawangsari

  • 4  : Desa Dalangan

  • 5  : Bank Indonesia Kantor Perwakilan Solo

Terdapat empat kuadran yang menggambarkan posisi masing-masing stakeholder berdasarkan koordinat pengaruh dan kepentingan pada corporate farming. Kuadran

tersebut terdiri atas: 1) subjects pada kuadran 1 dengan tingkat pengaruh rendah dan tingkat kepentingan tinggi; 2) players pada kuadran 2 dengan tingkat pengaruh tinggi dan tingkat kepentingan tinggi; 3) bystanders pada kuadran 3 dengan tingkat pengaruh rendah dan tingkat kepentingan rendah; 4) actors pada kuadran 4 dengan tingkat pengaruh tinggi dan tingkat kepentingan rendah.

Analisis Pendapatan Usahatani Pada Corporate farming dan Non Corporate farming

Struktur biaya usahatani pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming

Analisis struktur biaya usahatani pada penelitian ini meliputi analisis struktur biaya usahatani pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming. Hasil analisis biaya usahatani menunjukkan total biaya yang dikeluarkan petani dalam satu musim tanam.

Tabel 4. Struktur biaya usahatani padi pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming (Rp/ha)

Komponen Biaya

Kelompok Full Corporate farming

Kelompok Semi

Corporate farming

Kelompok Non Corporate farming

(Rp)

(%)

(Rp)

(%)

(Rp)

(%)

I. Biaya Tunai

Biaya tetap

a. Sewa traktor

875.000

5,81

875.000

5,11

927.733

4,78

b. Sewa    mesin

tanam

1.250.000

8,30

1.250.000

7,30

0

0

c. Pajak

151.538

1,01

144.059

0,84

162.720

0,84

d. Irigasi

125.000

0,83

1.011.551

5,91

1.211.733

6,32

Sub total

2.401.538

15,95

3.280.611

19,16

2.302.187

11,85

Biaya variabel

a. Benih

450.000

2,99

450.000

2,63

534.400

2,73

b. Pupuk organik

250.000

1,66

172.739

1,01

156.800

0,81

c. Pupuk kimia

1.537.500

10,21

1.815.908

10,60

2.036.533

10,40

d. Pestisida

325.000

2,16

520.462

3,32

821.333

4,23

e. Tenaga    kerja

luar keluarga

5.000.000

33,22

4.537.211

26,49

6.959.467

35,83

Sub total

7.562.500

50,24

7.545.297

44,06

10.508.533

54,10

Total biaya tunai (A)

9.964.038

66,20

10.825.908

63,21

12.810.720

65,95

II. Biaya

diperhitungkan

a. Sewa lahan

5.000.000

33,22

5.000.000

29,20

5.000.000

25,74

  • b.    Penyusutan alat pertanian

  • c.    Tenaga    kerja

dalam keluarga

88.073

0,59

125.283

0,73

105.125

0,54

0

0

1.174.917

6,86

1.509.333

7,77

Total biaya diperhitungkan (B)

5.088.073

33,80

6.300.200

36,79

6.614.458

34,05

Total biaya (A+B)

15.052.112

100,00

17.126.109

100,00

19.425.178

100,00

Penerimaan usahatani padi pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming

Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi gabah yang dihasilkan dengan harga gabah yang diterima petani. Dalam penelitian ini, harga gabah yang dimaksud sebagai penerimaan petani yaitu harga gabah kering panen (GKP). Data mengenai penerimaan pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penerimaan usahatani padi pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming per ha

Uraian

Kelompok full corporate farming

Kelompok semi corporate farming

Kelompok non corporate farming

Harga (Rp/kg)

4.700

4.696

4.678

Produksi (kg)

8446,15

8262,70

8118,40

Penerimaan (Rp)

40.044.615

38.851.419

38.405.067

Sumber: Data primer diolah (2019)

Pendapatan Usahatani pada kelompok corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming

Pendapatan usahatani dihitung dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut. Rincian mengenai rata-rata pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis rata-rata pendapatan usahatani padi pada sistem full corporate farming,

semi corporate farming, dan non corporate farming

Uraian

Full Corporate

Semi Corporate

Non Corporate

farming

farming

farming

  • 1.    Penerimaan (Rp/ha)

  • 2.    Biaya (Rp/ha)

40.044.615

38.851.419

38.405.067

- Biaya Tunai

9.964.038

10.825.908

12.810.720

Tabel 6 Lanjutan

5.088.073

6.300.200

6.614.458

Uraian

Full Corporate

Semi Corporate

Non Corporate

farming

farming

farming

3. Biaya Total (Rp/ha)

15.052.112

17.126.109

19.425.178

4. Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp/ha)

30.080.577

28.025.512

25.594.347

5. Pendapatan atas Biaya Total (Rp/ha)

24.992.504

21.725.311

18.979.889

Sumber: Data primer diolah (2019)

Perbandingan R/C dan B/C ratio usahatani padi pada kelompok full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming

Analisis rasio R/C pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total. Data rasio R/C dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Rasio R/C pada usahatani padi dengan sistem corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming

Full Corporate Semi Corporate Uraian farming         farming

Non Corporate farming

  • 1.    Penerimaan (Rp/ha)       40.044.615       38.851.419

  • 2.    Biaya Tunai (Rp/ha)        9.964.038       10.825.908

  • 3.    Biaya Total (Rp/ha)        15.052.112        17.126.109

  • 4.    R/C ratio atas biaya

,                                              ,

tunai

  • 5.    R/C ratio atas biaya total                               2,66              2,27

  • 6.    B/C ratio atas biaya

3,02              2,59

tunai

  • 7.    B/C ratio atas biaya

total                                 1,66               1,27

38.405.067

12.810.720

19.425.178

3,00

1,98

2,00

0,98

Sumber: Data primer diolah (2019)

Berdasarkan data tersebut, usahatani dengan sistem full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming memiliki nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total lebih dari 1, sehingga usahatani pada ketiga sistem layak untuk dijalankan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Corporate farming

Hasil olahan data menunjukkan bahwa model yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Z = 5,808 - 0,008 UMR + 0,176 LPD - 1,387 JTK - 0,003 LPU

-0,043 TNK + 2,492 DPN + ε

Keterangan:

Z     : keputusan petani mengikuti corporate farming ( 1 = mengikuti; 0 = tidak

mengikuti)

UMR : umur (tahun)

LPD  : lama pendidikan (tahun)

JTK   : jumlah tanggungan keluarga (orang)

LPU : lama pengalaman usahatani (tahun)

TNK : jumlah tenaga kerja (HOK/hektar)

DPN : dummy pendapatan ( 1=pendapatan di atas rata-rata; 0 = pendapatan di bawah rata-rata) ε       : error term

Hasil Regresi Logistik

  • a. Partial Test

Hasil regresi dari model diatas sebagai berikut:

Tabel 8. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming

B

Sig

Exp (B)

Step 1a  Umur (UMR)

-.008

.891

.992

Lama pendidikan (LPD)

.176

.266

1.193

J. Tanggungan Keluarga (JTK)

-1.387

.012*

.250

Lama pengalaman usahatani

-.003

.940

.997

(LPU)

Jumlah tenaga kerja (TNK)

-.043

.164

.958

Dummy Pendapatan (DPN)

2.492

.064**

12.091

Constant

5.808

.275

333.113

Keterangan: *signifikan pada α = 5%

**signifikan pada α = 10%

Sumber: Data primer diolah (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dengan α = 10%, maka faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming yaitu jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Variabel jumlah tanggungan keluarga dengan oods ratio 0.250 dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani maka akan menurunkan peluang petani mengikuti corporate farming. Hal ini disebabkan jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan diluar usahatani. Variabel pendapatan memiliki odds ratio 12.091, artinya ketika pendapatan meningkat, maka kemungkinan keputusan petani yang memiliki pendapatan tinggi 12.091 kali lebih tinggi dibandingkan petani yang berpendapatan rendah untuk mengikuti corporate farming dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.

Kelayakan model dapat dilihat dari dua sisi, yaitu secara substansi dan secara statistik. Kelayakan model secara substansi dapat dianalisis dengan pengujian Hosmer Lemeshow, Negalgarke R-Square, dan Classification Plot. Hasil pengujian menunjukkan nilai Hosmer Lemeshow pada penelitian ini yaitu 0.993 (lebih besar dari 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa model cukup mampu menjelaskan data pada taraf nyata 90%. Nilai Negalgarke R square dalam persamaan di atas sebesar 0.428. Hal ini berarti bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga dan dummy pendapatan di dalam model dapat menjelaskan keputusan petani dalam mengikuti atau tidak program corporate farming di Desa Dalangan sebesar 42.8%. Hasil pengujian pada classification menunjukkan keakuratan prediksi secara menyeluruh sebesar 89.1%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:

  • 1.    Responden petani menilai bahwa corporate farming belum mempermudah akses petani terhadap permodalan gapoktan. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan belum optimal dan mengalami penurunan jumlah luasan lahan corporate farming. Disisi lain, sebagian besar responden petani setuju bahwa pelaksanaan corporate farming di Desa Dalangan bermanfaat dalam mempermudah pelaksanaan usahatani, menekan biaya usahatani, mengurangi resiko kehilangan hasil, meningkatkan kerjasama kelembagaan petani, meningkatkan pendapatan petani, dan meningkatkan produksi.

  • 2.    Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo dan Gapoktan Tani Mandiri merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan tinggi sehingga disebut sebagai players dan berada pada kuadran II. Bank Indonesia KPw Solo merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh rendah namun tingkat kepentingan tinggi sehingga disebut sebagai subjects dan berada pada kuadran I. PPL dan Perangkat Desa Dalangan merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan rendah dalam pelaksanaan corporate farming sehingga disebut sebagai bystanders dan berapa pada kuadran III. Tidak ada stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh tinggi dengan kepentingan rendah sehingga tidak ada stakeholder yang berada pada kuadran IV.

  • 3.    Berdasarkan nilai rata-rata penerimaan dan biaya tunai pada masing-masing kelompok responden, dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani anggota full corporate farming sebesar Rp 30.080.577/ha, lebih besar dari rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani anggota semi corporate farming sebesar Rp 28.025.512 /ha dan rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani non corporate farming sebesar Rp 25.594.347 /ha. Pendapatan yang diterima petani anggota full corporate farming lebih besar dari petani anggota semi corporate farming dan non coprorate farming. Nilai R/C dan B/C ratio atas biaya tunai pada petani anggota full corporate farming, semi corporate farming, dan non corporate farming masing-masing lebih besar dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani menguntungkan dan layak diusahakan.

  • 4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengikuti corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari yaitu jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan usahatani dapat memengaruhi ketersediaan modal masing-masing petani dalam mengikuti corporate farming.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan saran sebagai berikut.

  • 1.    Berdasarkan hasil analisis terkait persepsi responden, dapat diketahui persepsi responden terhadap akses permodalan pada corporate farming masih rendah. Hal ini

tidak sesuai dengan Permentan tahun 2018 tentang kegiatan percontohan korporasi petani, dimana corporate farming Desa Dalangan sebagai wilayah percontohan seharusnya dapat memberikan aksesibilitas pembiayaan dan asuransi. Oleh karena itu, Gapoktan Tani Mandiri sebagai manajemen corporate farming harus menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintah maupun swasta untuk penyediaan modal bagi petani untuk bergabung dengan corporate farming. Adanya persepsi yang baik terhadap permodalan di corporate farming dapat meningkatkan partisipasi responden untuk mengikuti corporate farming.

  • 2.    Berdasarkan hasil analisis stakeholder, guna meningkatkan keberlanjutan pelaksanaan corporate farming, stakeholder yang terlibat dalam corporate farming dapat meningkatkan peran dan pengaruh dalam membuat strategi yang dapat meningkatkan efisiensi corporate farming dan partisipasi petani. Salah satu strategi yang digunakan yaitu pelaksanaan corporate farming dilakukan dengan sistem bottom-up, artinya corporate farming dilaksanakan oleh petani yang tergabung dalam kelompok serta memiliki kesadaran dan kemauan yang tinggi, sehingga peluang keberhasilan corporate farming tinggi. Keberhasilan pelaksanaan corporate farming tersebut dapat memengaruhi petani lainnya untuk bergabung dalam corporate farming tanpa paksaan atau intervensi dari suatu pihak. Selain itu, manajemen corporate farming harus diperbaiki melalui pendampingan pakar dan pembentukan sistem manajemen yang profesional dengan sistem insentif. Hal tersebut dapat meningkatkan keberlanjutan pelaksanaan program corporate farming di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

  • 3.    Berdasarkan hasil analisis pendapatan, guna meningkatkan pendapatan usahatani, petani dapat mengikuti corporate farming di sekitar wilayahnya.

  • 4.    Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, guna meningkatkan keterlibatan petani pada corporate farming, maka perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan khususnya bagi petani yang memiliki pendapatan usahatani tinggi dan jumlah tanggungan keluarga sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, R. 2005. Mekanisme Perencanaan Partisipasi Stakeholder Taman Nasional Gunung Rinjani. [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Baroroh, A.I. 2017. Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau di Kampung Cibulao Puncak Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Data Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 2018. Jakarta: BPS.

Hermanto. 2017. Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan: Pengembangan SDM, Penguatan Usaha, dan Inovasi Pertanian. Bogor: Forum Penelitian Agro Ekonomi 35 (2): 139-150.

Maulia S. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kentang di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : Rajawali Press.

Sugiyono. 2011. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.

Trifosa, F. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wibowo, SA dan Haryadi, FT. 2006. Faktor Karakteristik Petani yang Mempengaruhi Sikap terhadap Program Kredit Sapi Potong di Kelompok Peternak Andiniharjo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta (ID) : Media Peternakan 29 (3) : 176186.

Suhana. 2008. Analisis Ekonomi Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teluk Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. [Tesis]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.

Duwi, et al., Analisis…|277