Jurnal Manajemen Agribisnis     Vol.8, No.1, Mei 2020    E- ISSN: 2684-7728

PENGARUH PERILAKU PETERNAK PLASMA TERHADAP KINERJA USAHA KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BANGLI

Effect of Plasma Breeders’ Behavior on the Partnership Business Performance of Broilers in Bangli Regency

I Made Dwi Wiwekananda Pande*) Nyoman Suparta, Made Antara

Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Email: Pandepandedwi@gmail.com*)

ABSTRACT

Broiler partnership business has been implemented in almost every region in Bali Province. In the development of broiler partnership business, the factors driving farmers to join the partnership pattern are the availability of livestock production facilities, availability of experts, working capital from the core and a guaranteed marketing. Research was conducted in Bangli Regency, the sample size was 77 respondents of broiler breeders spread in Bangli Regency. Data analysis techniques used Smart PLS programs. This study was conducted to analyze the effect of the farmer characteristics, interactions of communication, entrepreneurial spirit and breeder's motivation to breeder behavior, as well as the correlation of behavior and partnership business performance. The results showed that (1) Farmer Characteristics, Interactions of Communication, Farmer Entrepreneurial Soul and Farmer Motivation significantly affected the behavior of broiler breeders in Bangli Regency. (2) Farmer Characteristics, Communication Interaction, Farmer Entrepreneurial Soul and Farmer Motivation have a significant effect on the performance of broiler partnership business in Bangli Regency. (3) Behavior of broiler breeders significantly influences the partnership business performance. This study suggests that the entrepreneurial spirit of breeders, interactions of communication, characteristics of breeders, and breeders' motivations need to be improved, because behavior of breeders and partnership business performance are affected by those factors. Thus, a successful business partnership undertaken by broiler breeders in Bangli Regency can be achieved.

Keywords: plasma farmer behavior and partnership business performance

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di Kabupaten Bangli. Ukuran sampel ditentukan sebanyak 77 responden perternak ayam ras pedaging yang tersebar di Kabupaten Bangli. Teknik analisis data menggunakan program Smart PLS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana pengaruh dari karakeristik peternak, interaksi komunikasi, jiwa kewirausahaan dan motivasi peternak dengan perilaku peternak, serta hubungan perilaku dengan kinerja usaha kemitraan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Karakteristik Peternak, Interaksi komunikasi, jiwa kewirausahaan peternak dan motivasi peternak berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli. (2) Karakteristik Peternak, Interaksi komunikasi, jiwa kewirausahaan peternak dan motivasi peternak berpengaruh nyata terhadap Kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli, (3) Perilaku Perternak ayam ras pedaging berpengaruh nyata terhadap Kinerja usaha kemitraan. Saran dari penelitian ini yaitu dalam meningkatkan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli, peternak plasma harus lebih kuat melatih kemampuan dalam manajemen pemeliharaan. Hal ini juga dapat dilatih dengan rutinnya berinteraksi dengan technical

service untuk menunjang peningkatan keterampilan beternak sehingga peternak memiliki keyakinan diri untuk mampu mewujudkan harapan dapat meningkatkan peforma produksi maupun pendapatan peternak

Kata kunci: perilaku peternak plasma dan kinerja usaha kemitraan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan dan juga berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Salah satu komoditas peternakan yang memiliki potensi yang cukup tinggi di Indonesia adalah usaha ternak unggas. Sumber produksi daging khususnya dalam ternak unggas di Provinsi Bali menurut jenisnya terdiri dari ternak ayam buras, ayam ras, dan itik. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali 2016, perkembangan populasi unggas pada 2012-2016 mengalami fluktuasi menurut jenisnya, perkembangan populasi ayam ras mengalami peningkatan rata-rata 9,57%, sedangkan ayam buras dan itik mengalami penurunan masing-masingnya sebesar rata-rata 1,48% dan itik 1,30%. Populasi tertinggi pada tahun 2016 yaitu jenis ayam ras yang berjumlah 14.576.916 ekor, lebih banyak dibandingkan ayam buras dan itik. Populasi ternak unggas di Provinsi Bali, setiap tahunnya mengalami peningkatan maupun penurunan populasi, misalkan populasi pada jenis ayam ras, rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 9,57 %.

Populasi ayam pedaging di Kabupaten Bangli berada di peringkat kedua setelah Kabupaten Tabanan dengan populasi sebesar 2.683.994 ekor. Ketidak berdayaan plasma dalam mengontrol kualitas sarana produksi ternak yang dibelinya sehingga menyebabkan kerugian bagi plasma. Dalam pola kemitraan, baik pihak perusahaan kemitraan maupun peternak yang bermitra mempunyai tujuan masing-masing dalam menjalankan usahanya. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah diantara perusahaan inti dengan peternak plasma. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu berhubungan dengan pendapatan yang ingin dicapai masing-masing pelaku kemitraan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

  • 1.    Menganalisis pengaruh karakeristik peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 2.    Menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 3.    Menganalisis pengaruh interaksi komunikasi terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 4.    Menganalisis pengaruh motivasi peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli

  • 5.    Menganalisis pengaruh perilaku peternak terhadap kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

Hipotesis Penelitian

Sebagai dasar analisis, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

  • 1.    Karakeristik peternak berpengaruh positif terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 2.    Jiwa kewirausahaan peternak berpengaruh positif terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 3.    Interaksi komunikasi berpengaruh positif terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 4.    Motivasi peternak berpengaruh positif terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 5.    Perilaku peternak berpengaruh positif terhadap kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bangli pada peternak plasma kemitraan ayam ras pedaging. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive yaitu penentuan daerah yang didasarkan pada pertimbangan tertentu.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode (1) Wawancara (interview) yaitu metode pengumpulan data primer dengan cara mewawancarai responden secara langsung, (2) Observasi yaitu metode pengumpulan data primer dengan cara pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan peternak ayam ras pedaging. (3) Dokumentasi adalah pengumpulan data-data sekunder dengan cara meneliti dokumen yang tersedia dari berbagai sumber data.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis deksriptif dan analisis statistik. Analisis deksriptif dilakukan dengan melihat nilai capaian skor masing-masing konstruk, indikator, maupun parameter yang dibagi menjadi lima kategori. Analisis statistik dilakukan dengan analisis SEM (Structural Equation Modeling) yang meliputi evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model) dengan aplikasi SmartPLS versi 3.0. Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel, atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penentuan kategori konstruk dilakukan berdasarkan skor yang dicapai responden dengan menggunakan rumus interval class sebagai berikut. i = Jarak / Jumlah kelas dimana: i = interval class. Jarak = nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah. Jumlah Kelas = jumlah kelas atau kategori yang ditentukan. Jumlah kategori pada penelitian ini adalah lima, sehingga interval class= (5-1)/5 = 0,8. Evaluasi model pengukuran (outer model) dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Ghozali (2011) menyebutkan kriteria evaluasi model pengukuran (outer model) sebagai berikut: (1) Nilai loading factor > 0,70 untuk uji validitas convergent. (2) Nilai AVE (Average Variance Extracted) > 0,50 untuk uji validitas discriminant. (3) Nilai composite reliability > 0,70 untuk confirmatory research. (4) Nilai cronbach’s alpha > 0,70 untuk confirmatory research. Evaluasi model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square dan Q2 predictive. Ghozali (2011) menyebutkan kriteria penilaian evaluasi model struktural (inner model) sebagai berikut: (1) Nilai R-square 0,67; 0,33; dan 0,19 menunjukkan model kuat, moderat, dan lemah. (2) Nilai Q2 predictive > 0 menunjukkan model mempunyai predictive relevance, sedangkan < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Kriteria penentuan uji statistik t (ttest) yaitu: 1. Jika nilai P-Value < 0,05 (thitung > ttabel 5%) maka konstruk dikatakan berpengaruh nyata. 2. Jika nilai P-Value > 0,05 (thitung < ttabel 5%) maka konstruk dikatakan berpengaruh tidak nyata.

Evaluasi model pengukuran (outer model)

Evaluasi model pengukuran digunakan untuk memeriksa validitas dan reliabilitas indikatorindikator yang membentuk konstruk. Konstruk dalam penelitian ini terdiri dari: karakteristik peternak (KP), interaksi komunikasi (IK), jiwa kewirausahaan peternak (JKP), motivasi peternak (MP), perilaku peternak (PP) dan kinerja usaha kemitraan (KUK) yang merupakan model pengukuran dengan indikator reflektif. Ghozali (2011) mengemukakan bahwa evaluasi model pengukuran dengan indikator reflektif dievaluasi dengan convergent validity, discriminant validity dari indikatornya, dan composite reliability untuk blok indikator. 1. Uji convergent validity Kontribusi setiap indikator membentuk konstruk dapat dilihat dari nilai outer loading. Semakin besar nilai outer loading maka

semakin kuat indikator membentuk konstruk. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur, namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Chin 1998, dalam Ghozali 2011). Secara r

inci hasil pengujian outer model dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pengujian Outer Model

Konstruk

Indikator

Outer Loading

Karakteristik Peternak (KP)

Umur Peternak (UP)

0.782

Jumlah Kepemilikan Ayam (JKA)

0.881

Lama  Pengalaman  Berusaha  Ternak

(LPBT)

0.858

Tingkat Pendidikan (TP)

0.842

Jumlah Tanggungan Keluarga (JTK)

0.743

Interaksi Komunikasi (IK)

Antar Peternak (AP)

0.717

Dengan Inti (DI)

0.860

Dengan technical service (DTS)

0.902

Motivasi Peternak (MP)

Kebutuhan (keb)

0.807

Harapan (hap)

0.810

Dorongan (dor)

0.804

Jiwa       Kewirausahaan

Instrumental (Ins)

0.813

Peternak (JKP)

Prestatif (Prs)

0.746

Kerja Keras (Kker)

0.880

Keyakinan Diri (Kdi)

0.756

Inovatif (Ino)

0.763

Kreatif (Kre)

0.800

Berorientasi Pada Tindakan (BPT)

0.730

Berpikir Sederhana (Bsed)

0.757

Fokus Pada Usaha (Fus)

0.768

Perilaku Peternak (PP)

Pengetahuan (P)

0.797

Sikap (S)

0.894

Keterampilan (K)

0.926

Kinerja Usaha Kemitraan

Performa Produksi (pro)

0.916

(KUK)

Peningkatan Pendapatan Usaha Ternak (pput)

0.938

Efisiensi Usaha Ternak (eut)

0.885

Hasil pengujian outer model pada Tabel 1 menunjukkan indikator disetiap konstruk karakteristik peternak, interaksi komunikasi, jiwa kewirausahaan peternak, motivasi peternak, perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0,70. Hal ini berarti bahwa seluruh indikator sudah dinyatakan valid untuk mengukur konstruk

  • 2. Uji discriminant validity

Fornell dan Larcker (1981 dalam Ghozali, 2011) menyatakan bahwa jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Ghozali, 2011). Nilai square root of average variance extracted (AVE) yang

direkomendasikan lebih besar dari 0,50. Secara rinci hasil pengujian discriminant validity dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Pengujian Discriminant Validity

Konstruk

Nilai AVE

Nilai √AVE

Karakteristik Peternak (KP)

0.667

0.817

Interaksi Komunikasi (IK)

0.690

0.831

Motivasi Peternak (MP)

0.651

0.807

Jiwa Kewirausahaan Peternak (JKP)

0.612

0.782

Perilaku Peternak (PP)

0.764

0.874

Kinerja Usaha Kemitraan (KUK)

0.834

0.913

Composite reliability dan cronbach’s alpha

Uji reliabilitas konstruk diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach’s alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Ghozali (2011) mengungkapkan bahwa konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach’s alpha di atas 0,70. Secara rinci hasil pengujian composite reliability dan cronbach’s alpha dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Hasil Pengujian Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha

Konstruk

Composite Reliability

Cronbach's Alpha

Karakteristik Peternak (KP)

0.913

0.883

Interaksi Komunikasi (IK)

0.868

0.776

Motivasi Peternak (MP)

0.848

0.732

Jiwa Kewirausahaan Peternak (JKP)

0.934

0.920

Perilaku Peternak (PP)

0.906

0.847

Kinerja Usaha Kemitraan (KUK)

0.938

0.900

Ini menunjukkan bahwa konstruk kinerja usaha kemitraan memiliki tingkat akurasi dan konsistensi instrumen paling tinggi dibandingkan dengan konstruk lainnya dalam mengukur konstruk.

Evaluasi model struktural (inner model)

Evaluasi model struktural dilakukan untuk mengetahui hubungan antar konstruk. Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan beberapa uji yaitu melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness-fit model dan uji prediction relevance (Q2) yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Uji goodness of fit model Nilai R-square adalah koefisien determinasi pada variabel endogen; pengujian terhadap model structural dilakukan dengan melihat nilai R-square (R2) yang merupakan uji goodness of fit model untuk setiap variabel sebagai kekuatan prediksi dari model structural. Chin (1998 dalam Ghozali, 2011) mengemukakan bahwa kriteria untuk uji goodness of fit yakni jika hasil nilai R-square sebesar 0,67 berarti menunjukkan model baik, nilai R-square sebesar 0,33 berarti menunjukkan model moderat, dan nilai R-square sebesar 0,19 berarti menunjukkan model lemah. Secara rinci hasil uji goodness of fit model dan predictive relevance dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Hasil Pengujian Goodness Of Fit Model dan Predictive Relevance

Konstruk

R-square

Q-square

Perilaku Peternak (PP)

0.767

0.954

Kinerja Usaha Kemitraan (KUK)

0.942

Keterangan:

Q-square      = 1 - (1 – R2PP) x (1 – R2KUK)

Q-square      = 1 - (1 - 0,767) x (1-0,942)

Q-square      = 0,954

Hasil pengujian Goodness Of Fit Model dan Predictive Relevance pada Tabel 5.17 menunjukkan bahwa konstruk kinerja usaha kemitraan memiliki nilai R-square sebesar 0.942. Hal ini menunjukkan

bahwa konstruk kinerja usaha kemitraan dapat dijelaskan oleh konstruk karakteristik peternak, interaksi komunikasi, motivasi peternak, jiwa kewirausahaan peternak dan perilaku peternak sebesar 94.20% dan sisanya sebesar 5.80% dapat dijelaskan oleh konstruk lainnya yang tidak terdapat dalam model penelitian. Konstruk perilaku peternak memiliki nilai R-square sebesar 0.767. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk perilaku peternak dapat dijelaskan oleh konstruk karakteristik peternak, interaksi komunikasi, motivasi peternak, jiwa kewirausahaan peternak sebesar 76,70% dan sisanya sebesar 23,30% dapat dijelaskan oleh konstruk lainnya yang tidak terdapat dalam model penelitian.

Uji predictive relevance (Q2)

Ghozali (2011) mengemukakan bahwa model PLS juga dievaluasi dengan melihat Q-square predictive relevance. Jika nilai Q-square lebih besar dari nol menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan jika nilai Q-square lebih kecil dari nol menunjukkan bahwa model mempunyai nilai kurang predictive relevance. Hasil pengujian Q-square pada Tabel 4 menunjukkan bahwa konstruk perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan memiliki nilai Q-square sebesar 0,954. Ini membuktikan bahwa model memiliki nilai predictive relevance. Ini mengindikasikan bahwa model dan estimasi parameternya memiliki nilai observasi yang baik.

Evaluasi koefisien jalur struktural

Evaluasi koefisien jalur struktural bertujuan untuk menganalisis pengaruh Karakteristik peternak, interaksi komunikasi, motivasi peternak dan jiwa kewirausahaan peternak terhadap perilaku peternak, serta pengaruh Karakteristik peternak, interaksi komunikasi, motivasi peternak dan jiwa kewirausahaan peternak terhadap Kinerja usaha kemitraan dan pengaruh perilaku peternak terhadap kinerja usaha kemitraan. Secara rinci hasil evaluasi koefisien jalur struktural dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Evaluasi Koefisien Jalur Struktural

Konstruk

Original Sample

Sample Mean

Standard Deviation

T-statistic

P-Value

IK -> KUK

0.581

0.590

0.070

8.271

0.000

IK -> PP

0.462

0.449

0.128

3.618

0.000

JKP -> KUK

0.257

0.244

0.086

2.996

0.001

JKP -> PP

0.231

0.226

0.137

1.681

0.047

KP -> KUK

0.067

0.066

0.040

1.682

0.047

KP -> PP

0.135

0.137

0.064

2.092

0.018

MP -> KUK

0.151

0.154

0.057

2.673

0.004

MP -> PP

0.180

0.196

0.104

1.733

0.042

PP -> KUK

0.150

0.151

0.066

2.290

0.011

Keterangan:

KP    = Karakteristik Peternak

PP    = Perilaku Peternak

IK     = Interaksi Komunikasi

JKP   = Jiwa Kewirausahaan Peternak

MP   = Motivasi Peternak

KUK  = Kinerja Usaha Kemitraan

Hasil evaluasi jalur struktural pada Tabel 5 menunjukkan bahwa persamaan model struktural yang terbentuk antara konstruk eksogen dan konstruk endogen adalah sebagai berikut.

PP    = 0,462 IK + 0,231 JKP + 0,135 KP + 0,180 MP

KUK  = 0,581 IK + 0,257 JKP + 0,067 KP + 0,151 MP + 0,150 PP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh karakteristik peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan

Konstruk karakteristik peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk perilaku peternak dengan nilai p-value sebesar 0,018 dan t-hitung sebesar 2,092 > 1,665 (t-tabel). Konstruk karakteristik peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk kinerja usaha kemitraan dengan nilai p-value sebesar 0,047 dan t-hitung sebesar 1,682 > 1,665 (t-tabel).

Karakteristik peternak terdiri dari lima indikator dan memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0,70 yang terdiri dari umur peternak, tingkat Pendidikan, lama pengalaman berusaha ternak, jumlah kepemilikan ayam dan jumlah tanggungan keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik peternak berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak, jumlah kepemilikan ayam memiliki peranan paling besar diikuti juga indikator-indikator lain lama pengalaman, umur peternak, tingkat Pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. hal ini menyatakan bahwa semakin baik karakteristik peternak maka akan semakin baik pula perilaku dari peternak tersebut, indikator tingkat pendidikan peternak dapat mempengaruhi perilaku peternak dalam hal pengetahuan tentang berusaha kemitraan maupun berternak ayam ras pedaging. Sejalan dengan pendapat Mosher (1967) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan formal yang dialami oleh seseorang maka tingkat pengetahuan dan keterampilannya semakin tinggi serta sikapnya lebih terbuka dengan teknologi baru. Mardikanto (1992) berpendapat bahwa dalam mengembangkan usaha peternakan nya seseorang peternak untuk jangka waktu yang lebih lama akan mengalami proses belajar yang lebih banyak baik dengan menggunakan pikiran perasaan maupun keterampilannya serta lebih banyak pengalaman akan lebih memudahkan dalam mengerjakan atau menerapkan inovasi.

Pengaruh jiwa kewirausahaan peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan

Konstruk jiwa kewirausahaan peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk perilaku peternak dengan nilai p-value sebesar 0,047 dan t-hitung sebesar 1,681 > 1,665 (t-tabel). Konstruk jiwa kewirausahaan peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk kinerja usaha kemitraan dengan nilai p-value sebesar 0,001 dan t-hitung sebesar 2,996 > 1,665 (t-tabel).

Jiwa kewirausahaan terdiri dari sembilan indikator yang meliputi instrumental, prestatif, kerja keras, keyakinan diri, inovatif, kreatif, berorientasi pada tindakan, berpikir sederhana dan fokus pada usaha. hasil penelitian ini menunjukkan jiwa kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak, dengan jiwa kewirausahaan yang tinggi tentunya akan dapat mengembangkan usaha ternak ayam ras

pedaging saat ini, dapat dipahami karena memang terjadi hubungan timbal balik, yakni jiwa kewirausahaan akan mendorong peternak untuk menerapkan teknis budidaya ayam ras pedaging dengan baik dari segi pengetahuan serta keterampilan budidaya ayam ras pedaging serta hal penerapan inovasi inovasi terkini dalam berternak yang menunjang produktivitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Udayani (2008) bahwa sifat atau jiwa kewirausahaan itu mempengaruhi perilaku seseorang, maka perilaku positif seperti bekerja keras, tekun, inovatif, kreatif tentu akan menyebabkan peternak dalam menjalankan usahanya serta kinerja menjadi lebih baik.

Sifat inovatif merupakan salah satu dari sifat jiwa kewirausahaan, adanya sifat inovatif peternak yaitu dalam hal penggunaan kandang close house, berdasarkan pengamatan di lapangan salah satu peternak dengan menggunakan kandang close house menyatakan bahwa produktivitas ternak ayam menjadi lebih baik, dikarenakan suhu dan kelembaban kandang menjadi stabil, ini yang membuat kematian ayam relatif sedikit yang dampaknya akan mempengaruhi kinerja usaha kemitraan tersebut dari tingkat kematian ternak, hal ini berkaitan dengan tingkat pendapatan yang meningkat, bisa disimpulkan bahwa adanya sikap dari peternak yang mau menerima akan inovasi-inovasi baru dalam peternakan, yang dipastikan akan mempengaruhi kinerja usaha kemitraan yang baik.

Pengaruh interaksi komunikasi terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan

Konstruk interaksi komunikasi berpengaruh sangat nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk perilaku peternak dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan t-hitung sebesar 3,618 > 1,665 (t-tabel). Konstruk interaksi komunikasi berpengaruh sangat nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk kinerja usaha kemitraan dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan t-hitung sebesar 8,271 > 1,665 (t-tabel).

Interaksi komunikasi terdiri dari tiga indikator yaitu komunikasi antar peternak komunikasi, komunikasi dengan inti dan komunikasi dengan technical service. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan technical service memiliki peranan yang paling besar technical service dari kemitraan ini merupakan pendamping dari peternak plasma technical service merupakan penyuluh pendamping yang bertujuan untuk memberikan atau penyebaran informasi terkait peternakan mengenai teknik budidaya ayam ras pedaging dan sebagainya. sesuai dengan tujuan technical service maka akan terciptanya interaksi yang baik dengan peternak ayam ras pedaging apabila komunikasi yang diterima juga baik yang diharapkan pengetahuan serta keterampilan peternak semakin bertambah dan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi terkini.

Technical service akan selalu berkunjung ke kandang peternakan, karena sesuai dengan tugas technical service tersebut, tugas technical service meliputi memberikan pengawasan terkait kinerja peternak serta memberikan pengetahuan tata cara dalam budidaya ayam ras pedaging, serta memberikan inovasi-inovasi terkini terkait budidaya ayam ras pedaging, dari pemeliharaan awal, penanganan dan pencegahan penyakit dan virus, hingga penanganan pasca panen ternak ayam ras pedaging. dengan hal itu akan timbul sikap peternak untuk melakukan budidaya ayam ras pedaging dengan baik, sejalan dengan pendapat Anzwar (2007) bahwa sikap petani terhadap suatu inovasi akan terbentuk dikarenakan adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu, hal inilah yang kuat mendasari pembentukan sikap positif atau kecenderungan bertindak peternak plasma dalam menerima, menyenangi dan menjalankan usaha kemitraan ayam ras pedaging. Sikap peternak akan terbentuk oleh adanya interaksi komunikasi sikap dalam menjalani usaha kemitraan ayam ras pedaging tergantung dari informasi-informasi yang didapat dari lingkungan sekitar peternakan yang berkaitan.

Pengaruh motivasi peternak terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan

Konstruk motivasi peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk perilaku peternak dengan nilai p-value sebesar 0,042 dan t-hitung sebesar 1,733 > 1,665 (t-tabel). Konstruk motivasi peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk kinerja usaha kemitraan dengan nilai p-value sebesar 0,004 dan t-hitung sebesar 2,673 > 1,665 (t-tabel).

Motivasi peternak terdiri dari tiga indikator yang terdiri dari kebutuhan, harapan dan dorongan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh nyata terhadap perilaku dari peternak. Menurut Handoko (1992) setiap tindakan manusia digerakkan dan dilator belakangi oleh dorongan tertentu tanpa motivasi tertentu orang tidak berbuat apa-apa. Motivasi yang didapat dari peternak bukan hanya dari dalam diri melainkan ada motivasi dari pihak luar seperti dorongan dari orang sekitar, misalkan dorongan dari keluarga hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari oleh peternak misalkan sandang pangan dan papan serta kebutuhan lainnya.

Waston (dalam As'ad 1982) menegaskan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.

Pengaruh perilaku peternak terhadap kinerja usaha kemitraan

Konstruk perilaku peternak berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) terhadap konstruk perilaku peternak dengan nilai p-value sebesar 0,011 dan t-hitung sebesar 2,290 > 1,665 (t-tabel). Perilaku peternak terdiri dari 3 indikator yaitu pengetahuan sikap dan keterampilan. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku peternak berpengaruh nyata terhadap kinerja usaha kemitraan perilaku peternak berkaitan dengan bagaimana pengetahuan sikap dan keterampilan peternak dalam menjalankan usaha ternak ayam ras pedaging, semakin baik pengetahuan sikap dan keterampilan peternak dalam mengelola usahanya maka semakin baik pula kinerja usaha kemitraan yang dijalani.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih kuat dalam mengadopsi sesuatu hal daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Roger, 2003). Pengetahuan peternak ayam ras pedaging terdiri atas pemeliharaan bibit DOC, pemberian pakan yang baik penanggulangan virus dan penyakit pengaturan suhu kandang yang baik serta teknik-teknik yang lain terkait budidaya ayam ras pedaging, ketika hal ini dilakukan dengan baik maka kinerja usaha kemitraan akan baik pula yang berkaitan dengan performa produksi yang baik dan peningkatan pendapatan. selain itu sikap yang dimiliki oleh peternak sikap positif terhadap usaha kemitraan akan mendorong peternak untuk menjalankan usahanya dengan baik sesuai dengan aturan-aturan dari perusahaan inti berkaitan dengan kewajiban-kewajiban plasma serta melakukan budidaya sesuai SOP yang diberikan oleh perusahaan inti dengan hal ini ketika peternak mampu menjalankan SOP dengan baik maka kinerja usaha kemitraan tersebut akan baik pula yang akan berdampak bagi peningkatan pendapatan peternak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut.

  • 1.      Karakeristik peternak berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak dan kinerja

usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 2.     Jiwa kewirausahaan peternak berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak dan

kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 3.      Interaksi komunikasi berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha

kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 4.     Motivasi peternak berpengaruh nyata terhadap perilaku peternak dan kinerja usaha

kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli.

  • 5.     Perilaku peternak berpengaruh nyata terhadap kinerja usaha kemitraan ayam ras

pedaging di Kabupaten Bangli.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

  • 1.     Jiwa kewirausahaan peternak, interaksi komunikasi, karakteristik peternak, dan

motivasi peternak perlu lebih diperhatikan dan ditingkatkan, karena terbukti mempengaruhi perilaku peternak dan kinerja usaha kemitraan sehingga keberhasilan kemitraan usaha yang dijalani oleh peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli dapat tercapai.

  • 2.     Perusahaan inti harus mengevaluasi technical service yang selama ini diterapkan di

lapangan untuk menciptakan technical service yang lebih efektif dari sebelumnya guna mengubah perilaku peternak yang lebih baik.

  • 3.    Dalam meningkatkan kinerja usaha kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten

Bangli, peternak plasma harus lebih meningkatkan pengetahuan dalam membudidayakan ayam ras pedaging, menumbuhkan sikap terhadap inovasi baru dalam budidaya seperti penggunaan kandang close house dan keterampilan penggunaan alat ternak dengan efektif dan efisien. Hal ini juga dapat dilatih dengan rutinnya berinteraksi dengan technical service untuk menunjang peningkatan keterampilan beternak sehingga peternak memiliki keyakinan diri untuk mampu mewujudkan harapan dapat meningkatkan peforma produksi maupun pendapatan peternak.

  • 4.    Pemerintah perlu melakukan pengawasan berkala pada manajemen dan kebijakan inti

terkait kerjasama dengan peternak kecil. Pemerintah harus mengurangi dampak ketidak-adilan yang dirasakan peternak plasma maupun inti agar mengurangi tingkat kecurangan, kecurigaan dan persaingan usaha yang tidak sehat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bangli, seluruh dosen di fakultas pertanian Universitas Udayana dan pihak -pihak lainnya yang senantiasa membantu dalam penyusunan E-jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

As’ad. 1982. Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, Liberty, Yogyakarta.

Azwar, S. 2007. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberti.

Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 3. Semarang: Universitas Diponegoro.

Handoko. T. Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Japfa Comfeed. 2012. Pedoman Pemeliharaan Lohmaan Broiler. Manual Book PT. Jafpa Comfeed Indonesia. Jakarta: Jafpa Comfeed Indonesia, tbk.

Kast,F.E dan J.E. Rosenzweig. 1995. Organisasi dan Manajemen. Jilid 1. Ed. Ke 4. A. Hasyani Ali Penerjemah. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.Terjemahan dari: Organization and Management.

Mahyuni, N.A. 2003. Efektifitas Pola Kemitraan Agribisnis Ayam Ras Pedaging Di Bali (Kasus Pada PT Aneka Satwa Perkasa). Tesis. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis UNUD.

Mardikanto,T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.Ed. Ke-1. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Mosher, A. T. 1967. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV. Yasaguna, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Rasyaf, M. 2004. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Jakarta: PT. Gramedia.

Roger, E.M. 2003. Diffusion Of Innovation Fifth edition. New York : Free Press.

Saptana, R. dan Daryanto, A. 2013. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis Berdaya saing dan Berkelanjutan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : PT Gramedia.

Sukanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Sukanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Sukarta, I. W. 2010 “ Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta Kinerja Usaha” (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana.

Suparta, N. 2001. Perilaku Agribisnis dan Kebutuhan Penyuluhan Peternak Ayam Ras Pedaging. (Disertasi). Program Pascasarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Salemba Empat Patria.

Susila, N.D. 2007. “Pentingnya Upaya Membangun Jiwa Kewirausahaan Para peternak Anggota Pola Kemitraan (PIR)” (tesis). Program Pasca sarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Udayani, Ratna. 2010. “Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha Agribisnis”. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Wijayanti, D.M.D. 2011. “Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan Agribisnis dan Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana.

Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah. Yogyakarta: Multi Presindo.

Dwi Wiwekananda et al., Pengaruh….. |38