POTENSI RELATIF SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANGLI

Relative Potential of Agricultural Sector in Economic Development of Bangli Regency

Anak Agung Tri Sugiari, Made Sudarma, Widhianthini

Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Email: agungtrisugiari@gmail.com

ABSTRACT

The agricultural sector in Bangli Regency contributes the most to the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Bali Province which reaches Rp 939,394.0 million compared to other sectors. The large contribution of the agricultural sector is often not balanced with the growth of the region at the center of producing agricultural commodities themselves. Based on the Village Geographic Difficulties Index (IKG) released by Bali's Central Bureau of Statistics 2014, it noted that the highest IKG was in Bangli Regency. The high number of IKG in Bangli Regency can show that the potentials in Bangli Regency, especially the agricultural potentials have not been developed maximally. The purpose of this study is to explain the typology of Bangli Regency, explaining the potential and agricultural commodity in Bangli Regency, and also explaining the economic shift in Bangli Regency. This research was conducted in Bangli Regency using secondary data. Data analysis used is Klassen Typology analysis, LQ and DLQ analysis, and Shift Share analysis. The result of this research shows the typology of Bangli Regency are in quadrant IV (four), it means that the Bangli Regency is relatively in underdeveloped regions in Bali Province. The potential of agriculture commodities in Bangli Regency that need to be developed are crop commodities such as onion, cabbage, beans, squash, spinach, oranges, bananas, tobacco, and coffee plants. The result of Shift Share analysis shows that the economic structure in Bangli Regency is transformed from agriculture to service business field with the biggest total value of change then continued by industrial fields and the last field being agricultural business. Suggestions that can be made to the government of Bangli Regency are that they are expected to continue giving extension to the farmers, to prioritize the development and identify superior sectors, especially commodities that can be developed optimally in a certain area in, and maintain superior agricultural products which have been achieved at this time and spur the growth of developing commodities, so that superior products do not experience downward trend in the coming years. So, that Bangli Regency in the future can become a developed and fast growing region. In addition to the leading sectors, non-basic sectors, especially the agricultural sector should be paid more attention to in agricultural development planning; thus it is expected that Bangli Regency GRDP continues to increase.

Keywords:    Klassen Typology, LQ, DLQ, SSA

ABSTRAK

Sektor pertanian di Kabupaten Bangli memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali yang mencapai Rp 939,394,0 juta dibandingkan dengan sektor lain. Kontribusi besar dari sektor pertanian sering tidak diimbangi dengan pertumbuhan daerah di pusat produksi komoditas pertanian itu sendiri. Berdasarkan Indeks Kesulitan Geografis Desa (IKG) yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik Bali 2014, tercatat bahwa IKG tertinggi ada di Kabupaten Bangli. Tingginya angka IKG di Kabupaten Bangli dapat menunjukkan bahwa potensi di Kabupaten Bangli, terutama potensi pertanian belum berkembang secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tipologi Kabupaten Bangli, menjelaskan potensi dan komoditas pertanian di Kabupaten Bangli, dan juga menjelaskan pergeseran ekonomi di Kabupaten Bangli. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bangli menggunakan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, analisis LQ dan DLQ, dan analisis Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan tipologi Kabupaten Bangli berada di kuadran IV (empat), artinya Kabupaten Bangli relatif berada di wilayah terbelakang di Provinsi Bali. Potensi komoditas pertanian di Kabupaten Bangli yang perlu dikembangkan adalah komoditas tanaman seperti bawang merah, kubis, buncis, labu, bayam, jeruk, pisang, tembakau, dan tanaman kopi. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa struktur ekonomi di Kabupaten Bangli ditransformasikan dari bidang usaha pertanian ke jasa dengan total nilai perubahan terbesar kemudian dilanjutkan oleh bidang industri dan bidang terakhir adalah usaha pertanian. Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Kabupaten Bangli adalah bahwa mereka diharapkan untuk terus memberikan penyuluhan kepada petani, untuk memprioritaskan

pembangunan dan mengidentifikasi sektor unggulan, terutama komoditas yang dapat dikembangkan secara optimal di daerah tertentu, dan mempertahankan pertanian unggul. produk yang telah dicapai saat ini dan memacu pertumbuhan komoditas berkembang, sehingga produk unggulan tidak mengalami tren menurun di tahun-tahun mendatang. Jadi, Kabupaten Bangli di masa depan bisa menjadi daerah yang berkembang dan berkembang pesat. Selain sektor-sektor terkemuka, sektor non-dasar, terutama sektor pertanian harus lebih memperhatikan dalam perencanaan pembangunan pertanian; dengan demikian diharapkan PDRB Kabupaten Bangli terus meningkat.

Kata kunci: Tipologi Klassen, LQ, DLQ, SSA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian di Kabupaten Bangli memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali yang mencapai Rp 939,394.0 juta dibandingkan dengan sektor lainnya. Besarnya sumbangan sektor pertanian seringkali tidak diimbangi dengan pertumbuhan wilayah pada daerah sentra penghasil komoditas pertanian itu sendiri. Berdasarkan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa yang dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2014, mencatat bahwa IKG tertinggi berada di Kabupaten Bangli. Tingginya angka IKG di Kabupaten Bangli dapat menunjukkan bahwa potensi-potensi di Kabupaten Bangli, khususnya potensi pertanian belum dikembangkan secara maksimal akibat Indeks Kesulitan Geografi yang tinggi tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Potensi Relatif Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bangli guna dapat meningkatkan daya saing daerah sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah, khususnya di Kabupaten Bangli.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tipologi Kabupaten Bangli berdasarkan analisis Tipologi Klassen, potensi dari komoditi sektor pertanian,    serta    menjelaskan    pergeseran

perekonomian di Kabupaten Bangli.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bangli, salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan Februari 2018 dengan menggunakan data sekunder. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja   (purposive)   yang didasarkan atas

pertimbangan Kabupaten Bangli termasuk ke dalam kriteria Indeks Kesulitan Geografis yang sangat tinggi, namun masih memiliki potensi di sektor pertanian.

Variabel Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan operasionalisasi variabel dan konsep pengukuran sebagai berikut:

  • 1.    Tipologi Kabupaten Bangli dianalisis dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen dengan menggunakan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan tahun 2010.

  • 2.    Menentukan potensi dari komoditi sektor pertanian di Kabupaten Bangli dianalisis dengan menggunakan analisis LQ untuk menentukan sektor tersebut basis ataupun non basis, dan analisis DLQ untuk menentukan apakah suatu sektor masih dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis pada masa yang akan datang.

  • 3.    Menentukan pergeseran perekonomian sebagai akibat perubahan ekonomi nasional maupun ekonomi regional itu sendiri di Kabupaten Bangli dapat dianalisis dengan menggunakan analisis shift share.

Mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang terjadi, maka digunakan metode pengumpulan data seperti berikut.

  • 1.    Library Research, yaitu dengan membaca sumber bacaan serta literatur yang terkait dengan penelitian ini. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mempelajari buku – buku terbitan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Bangli seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), dinas instansi terkait, jurnal – jurnal, dan buku – buku yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yang diperoleh melalui perpustakaan.

  • 2.    Field Research, yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada penelitian ini.

Metode Analisis Data

  • 1.    Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif tertinggal (low

growth and low income)  (Kuncoro dan

Aswandi, 2002).

  • 2.    Analisis LQ (Location Quotient), digunakan untuk menentukan subsector  unggulan

perekonomian daerah. Bila LQ >1 berarti komoditas  tersebut menjadi basis atau

merupakan  komoditas unggulan, hasilnya

tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat di ekspor keluar wilayah. Bila LQ <1 berarti komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi komoditas tersebut disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. Bila LQ = 1 berarti komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi dari komoditas tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

  • 3.    Analisis DLQ digunakan untuk menentukan reposisi komoditas unggulan ke depan di daerah tertentu. Analisis ini penting digunakan untuk mengetahui apakah di masa yang akan datang komoditas tertentu dapat bertahan sebagai komoditas unggulan atau tidak dan sebaliknya apakah komoditas yang sebelumnya bukan unggulan dapat mengalami reposisi/berpotensi    menjadi komoditas

unggulan di masa yang akan datang (Hidayat, 2013). Apabila nilai DLQ >1 berarti suatu sektor masih dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis pada masa yang akan datang, sedangkan apabila nilai DLQ <1 berarti sektor tersebut tidak dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis di masa yang akan datang (Suyatno, 2002, dalam Usman, 2016)

  • 4.    Analisis Shift Share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor industri di daerah dengan wilayah nasional (Tarigan, 2005). Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bangli

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar termasuk dalam klasifikasi daerah maju dan tumbuh cepat. Sementara itu, dari empat klasifikasi tersebut, tidak ada satupun Kabupaten/Kota yang termasuk ke dalam kategori daerah yang maju tapi tertekan. Klasifikasi daerah yang berkembang yakni Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng. Empat Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Karangasem termasuk ke dalam klasifikasi daerah yang relatif tertinggal. Secara rinci, klasifikasi daerah

berdasarkan Tipologi Klassen disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen

KUADRAN I Daerah Maju dan Cepat Tumbuh

Kota Denpasar, Kabupaten Badung.

KUADRAN II Daerah maju tapi Tertekan

-

KUADRAN III Daerah Berkembang

Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten

Buleleng

KUADRAN IV Daerah Relatif Tertinggal

Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Karangasem

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Berdasarkan pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa salah satu Kabupaten yang termasuk dalam klasifikasi daerah tertinggal adalah Kabupaten Bangli, hal ini salah satunya dikarenakan nilai IKG Kabupaten Bangli tinggi. Perlu untuk diperhatikan, bahwa pengelompokan ini bersifat dinamis karena sangat tergantung pada perkembangan kegiatan pembangunan pada daerah yang bersangkutan, hal ini menunjukkan bahwa beberapa tahun kedepan, pengelompokan akan dapat berubah sesuai dengan perkembangan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita daerah yang bersangkutan (Sjafrizal, 2008).

Potensi Relatif dan Sektor Unggulan di Kabupaten Bangli

Analisis LQ (Location Quotient)

Berdasarkan nilai LQ sektor lapangan usaha di Kabupaten Bangli, yang menjadi sektor basis dan unggulan di Kabupaten Bangli ada enam sektor, yaitu sektor Administrasiinistrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan nilai LQ tertinggi yaitu sebesar 2,14 sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai LQ 2,01 , sektor jasa lainnya dengan nilai LQ 1,81 di urutan ketiga, sektor pertanian pada urutan keempat dengan nilai LQ 1,75, sektor lainnya adalah sektor industri pengolahan dan perdagangan besar&kecil serta reparasi kendaraan dengan nilai LQ masing-masing 1,46 dan 1,15. Keenam tersebut memiliki nilai LQ lebih dari 1, ini berarti bahwa sektor-sektor tersebut merupakan kegiatan ekonomi daerah yang mempunyai keuntungan kompetitif untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses pembangunan di daerah, khususnya di Kabupaten Bangli. Data nilai LQ pada sektor lapangan usaha di

Kabupaten Bangli tahun 2016 ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Nilai LQ Kabupaten Bangli Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2016

No.

Lapangan Usaha

Rata-Rata LQ

1

Pertanian

1,75

2

Pertambangan dan Penggalian

2,01

3

Industri Pengolahan

1,46

4

Pengadaan Listrik dan Gas

0,16

5

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang

0,30

6

Konstruksi

0,81

7

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

1,15

8

Transportasi dan

Pergudangan

0,17

9

Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

0,58

10

Informasi dan Komunikasi

0,75

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

0,62

12

Real Estat

0,73

13

Jasa Perusahaan

0,51

14

Administrasiinistrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos Wajib

2,14

15

Jasa Pendidikan

0,45

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,66

17

Jasa Lainnya

1,81

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Peranan sektor-sektor lainnya adalah merupakan sektor-sektor penunjang dari sektor basis tersebut. Melihat hal tersebut, keterpaduan antara sektor basis dan sektor non basis juga merupakan unsur penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangli, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya yang serius untuk mendorong pengembangan sektor-sektor tersebut, terutama sektor yang menjadi basis di Kabupaten Bangli.

Ditinjau dari besarnya kontribusi yang diberikan, sektor pertanian sebagai salah satu sektor basis di Kabupaten Bangli dengan nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1), disebabkan karena dukungan kondisi geografis Kabupaten Bangli. Masing-masing subsektor terus dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu serta menghasilkan beraneka ragam hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun industri yang mengolah hasil pertanian, memperluas lapangan kerja serta memberi kesempatan berusaha yang pada akhirnya dapat mendukung pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Bangli. Nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,75 menunjukkan bahwa sektor pertanian ini potensial dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Bangli karena sektor pertanian ini memberikan kecenderungan untuk mendistribusikan ataupun mengekspor produk pertanian dari

Kabupaten Bangli ke daerah lain. Adanya pendistribusian atau ekspor produk ke daerah lainnya akan memberikan tambahan pendapatan ekonomi di Kabupaten Bangli.

Subsektor unggulan di Kabupaten Bangli

Subsektor tanaman pangan

Tanaman sayur-sayuran

Berdasarkan tabel 3 berikut, dapat dilihat bahwa tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 yang menjadi komoditas unggulan atau komoditas basis di Kabupaten Bangli adalah komoditas tanaman bawang merah, kubis, buncis, labu siam dan bayam. Nilai LQ>1 berarti bahwa komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi yang mempunyai keuntungan kompetitif untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses pembangunan di daerah, khususnya di Kabupaten Bangli. Komoditi lainnya seperti kentang, sawi, kacang panjang, cabai, terung, labu siam, tomat dan bayam menjadi komoditi penunjang atau komoditi non basis di Kabupaten Bangli.

Tabel 3. Nilai LQ Komoditas Pertanian Tanaman Sayuran di Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

Rata-rata

No

Jenis Komoditas

LQ

LQ (20122016)

2012

2013

2014

2015

2016

1

Bawang Merah

3,12

2,72

3,33

3,06

2,08

2,89

2

Kentang

0,51

0,46

0,35

0,22

0,27

0,37

3

Kubis

1,64

1,81

1,55

2,14

1,66

1,78

4

Sawi

0,13

0,18

0,35

0,22

0,28

0,24

5

Kacang

Panjang

0,06

0,04

0,05

0,05

0,04

0,05

6

Cabai

1,00

0,94

0,60

0,49

0,52

0,72

7

Terung

0,05

0,06

0,09

0,23

0,53

0,20

8

Buncis

1,86

1,06

1,59

0,97

0,59

1,23

9

Labu Siam

3,22

2,84

4,22

3,26

2,32

3,17

10

Tomat

0,86

1,12

1,04

0,32

0,78

0,83

11

Bayam

3,22

2,84

4,22

3,26

2,32

3,17

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Peranan komoditi lainnya ini adalah merupakan sektor-sektor penunjang dari sektor basis tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong komoditi komoditi-komoditi penunjang ini agar dapat menjadi komoditi unggulan adalah dengan penggunanaan bibit tanaman sayur yang unggulan, pemberantasan hama dengan mengurangi penggunaan pestisida, serta perbaikan sarana dan prasarana transportasi khususnya jalan menuju kegiatan usaha tani di daerah tersebut. Keterpaduan antara komoditas tanaman sayur yang menjadi komoditas basis dan non basis juga merupakan unsur penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangli, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya yang serius untuk mendorong pengembangan komoditas tersebut, terutama komoditas yang menjadi basis di Kabupaten Bangli.

Tabel 4 berikut menjelaskan bahwa komoditas tanaman sayur labu siam dan bayam berada pada komoditas dengan pertumbuhan yang maju dan tumbuh cepat (kuadran I), hal ini terlihat juga bahwa kedua komoditas ini adalah komoditas basis di Kabupaten Bangli, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua komoditas ini sangat potensial untuk dikembangkan. Komoditas unggulan lainnya seperti bawang merah, kubis dan buncis berada pada kuadran III yang merupakan komoditas yang berkembang di Kabupaten Bangli. Komoditas ini menjadi komoditas yang berkembang di Kabupaten Bangli karena komoditas ini dalam budidayanya masih menemui kendala, seperti penggunaan bibit yang belum bersertifikasi, penggunaan pestisida anorganik yang tinggi hingga penanganan pasca panen yang belum sesuai dengan prosedur.

Tabel 4. Hasil Analisis Tipologi Klassen Tanaman Sayuran Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

Kontribusi

Laju

Pertumbuhan

Kontribusi komoditas pertanian Kabupaten lebih besar dari pada kontribusi Provinsi y'ikyi \

Kontibusi komoditas pertanian Kabupaten lebih kecil dari pada kontribusi

Provinsi yikyi \

Laju Pertumbuhan Kabupaten lebih besar dari pada Provinsi Tili > ■:     

Kuadran I Komoditas maju dan tumbuh cepat:

  • 1.  Labu Siam

  • 2.  Bayam

Kuadran II Komoditas maju dan tumbuh lambat:

-

Laju Pertumbuhan Kabupaten lebih kecil dari pada Provinsi rik <n

Kuadran III Komoditas yang berkembang:

  • 1.  Bawang merah

  • 2.   Kubis

  • 3.   Buncis

Kuadran IV Komoditas relatif tertinggal:

  • 1.    Kentang

  • 2.    Sawi

  • 3.   Kacang

panjang

  • 4.    Cabai

  • 5.    Terung

  • 6.   Tomat

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Komoditas yang relatif tertinggal (kuadran IV) adalah komoditas kentang, sawi, kacang panjang, cabai, terung dan tomat. Berdasarkan Tabel 4 tersebut, dapat dibuatkan zonasi komoditas tanaman sayuran menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli sebagai berikut.

Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa dari berbagai tanaman sayuran yang dikembangkan di Kabupaten Bangli, tidak semua Kecamatan di Kabupaten Bangli mengembangkan seluruh tanaman sayuran yang ada. Komoditi bawang merah dan

tomat dapat dikembangkan di Kecamatan Bangli, Tembuku dan Kintamani. Tanaman sawi dan cabai dapat dikembangkan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bangli, begitupula sebaliknya, untuk tanaman bawang putih, ketimun dan kangkung tidak dapat dikembangkan di Kabupaten Bangli. Terung dan buncis dapat dikembangkan di Kecamatan Bangli dan Kecamatan Kintamani. Tanaman kubis dapat dikembangkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangli, kecuali di Kecamatan Tembuku. Tanaman Kacang Panjang hanya dapat dikembangkan di Kecamatan Susut dan Bangli. Labu siam dapat dikembangkan di Kecamatan Tembuku dan Kecamatan Kintamani. Tanaman kentang hanya dapat dikembangkan di Kecamatan Kintamani melihat kondisi geografis yang mendukung untuk budidaya tanaman kentang di Kecamatan Kintamani. Penyebaran produksi tanaman sayur dengan komoditi unggulan bawang merah, kubis, labu siam dan buncis paling banyak diproduksi di Kecamatan Kintamani, sedangkan untuk komoditi unggulan bayam paling banyak diproduksi di Kecamatan Bangli.

Tabel 5. Zonasi Komoditas Tanaman Sayuran menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli

No.

Jenis

Kecamatan

Komoditas

Susut

Bangli

Tembuku

Kintamani

1

Bawang Merah

-

2

Kentang

-

-

-

3

Kubis

-

4

Sawi

5

Kacang

Panjang

-

-

6

Cabai

7

Terung

-

-

8

Buncis

-

-

9

Labu Siam

-

-

10

Tomat

-

11

Bayam

-

-

-

Sumber: BPS, 2016.

Tanaman buah-buahan

Produksi tanaman buah di Kabupaten Bangli cukup banyak jenisnya, meliputi tanaman buah alpukat, manga, rambutan, jeruk, nangka, durian, jambu biji, sawo, pepaya, pisang, nanas dan salak. Berdasarkan pada tabel 6 berikut, dapat dilihat bahwa buah jeruk dan pisang menjadi komoditi unggulan atau komoditi basis di Kabupaten Bangli dengan nilai LQ masing-masing yaitu 1,51 dan 1,41. Kedua komoditas ini setiap tahunnya selalu menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bangli, hal ini dikarenakan Kabupaten Bangli memiliki geografis yang sangat mendukung untuk pengembangan buah jeruk dan pisang. Nilai LQ>1 berarti bahwa tanaman buah jeruk dan pisang tersebut merupakan komoditi yang mempunyai keuntungan kompetitif untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses pembangunan di daerah, khususnya di Kabupaten Bangli. Komoditas lainnya, seperti tanaman buah alpukat, mangga, rambutan, nangka, durian, jambu biji, sawo, pepaya, nanas dan salak menjadi sektor penunjang di Kabupaten Bangli.

Tabel 6. Nilai LQ Komoditas Pertanian Tanaman Buah di Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

No

Jenis Komoditas

LQ

Rata-rata LQ (20122016)

2012

2013

2014

2015

2016

1

Alpukat

0,49

0,09

0,48

0,42

0,38

0,37

2

Mangga

0,04

0,03

0,22

0,16

0,03

0,10

3

Rambutan

0,04

0,00

0,04

0,04

0,05

0,04

4

Jeruk

1,64

0,33

1,83

2,03

1,73

1,51

5

Nangka

0,47

0,03

0,14

0,17

0,18

0,20

6

Durian

0,08

0,02

0,06

0,06

0,07

0,06

7

Jambu Biji

0,28

0,02

0,22

0,56

0,31

0,28

8

Sawo

0,01

0,00

0,00

0,00

0,01

0,01

9

Pepaya

0,81

0,10

0,23

0,21

0,01

0,27

10

Pisang

1,22

2,00

1,45

1,12

1,26

1,41

11

Nanas

0,27

0,05

0,30

0,39

0,19

0,24

12

Salak

0,20

0,34

0,08

0,21

0,22

0,21

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Selanjutnya, dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, akan diketahui pengelompokan komoditi tanaman buah dalam empat kuadran. Tabel 7 dibawah menjelaskan bahwa tidak ada komoditas tanaman buah dengan pertumbuhan yang maju dan tumbuh cepat serta komoditas yang maju dan tumbuh lambat di Kabupaten Bangli (kuadran I dan kuadran II). Komoditas unggulan seperti jeruk dan pisang berada pada kuadran III yang berarti komoditas ini adalah komoditas yang berkembang di Kabupaten Bangli. Tanaman pisang dan jeruk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, seperti penyakit layu posarium pada pisang, serta serangan kutu dan penyakit CVPD pada tanaman jeruk. Meskipun saat ini tanaman jeruk menjadi ikon di Kabupaten Bangli, namun akibat mudahnya tanaman ini terkena serangan hama penyakit tanaman, serta tindakan budidaya yang kurang tepat menyebabkan produksi dari kedua tanaman ini menjadi tidak optimal. Komoditas yang relatif tertinggal (kuadran IV) di Kabupaten Bangli adalah tanaman buah alpukat, manga, rambutan, nangka, durian, jambu biji, sawo, pepaya, nanas, dan salak.

Tabel 7. Hasil Analisis Tipologi Klassen Tanaman Buah Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

Kontribusi

Laju Pertumbuh

an

Kontribusi komoditas pertanian

Kabupaten lebih besar dari pada kontribusi

Provinsi

YikYi

Kontibusi komoditas pertanian

Kabupaten lebih kecil dari pada kontribusi

Provinsi

Yikyi

Laju Pertumbuh

an

Kabupaten lebih besar dari pada Provinsi

Tikri

Kuadran I Komoditas maju dan tumbuh cepat:

-

Kuadran II Komoditas maju dan tumbuh lambat:

-

Laju Pertumbuh

an Kabupaten lebih kecil dari pada Provinsi rik

Kuadran III Komoditas yang berkembang:

  • 1.    Jeruk

  • 2.    Pisang

Kuadran IV Komoditas relatif tertinggal:

  • 1.    Alpukat

  • 2.    Mangga

  • 3.    Rambutan

  • 4.    Nangka

  • 5.    Durian

  • 6.    Jambu biji

  • 7.    Sawo

  • 8.    Pepaya

  • 9.    Nanas

  • 10.    Salak

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Berdasarkan tabel 7 dapat pula dibuatkan zonasi komoditas tanaman buah menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli selama periode tahun 2012 sampai dengan periode 2016 sebagai berikut.

Tabel 8. Zonasi Komoditas Tanaman Buah menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli

No.

Jenis

Kecamatan

Komoditas

Susut

Bangli

Tembuku

Kintamani

1

Alpukat

2

Mangga

-

3

Rambutan

-

-

4

Jeruk

5

Nangka

6

Durian

7

Jambu Biji

8

Sawo

-

-

9

Pepaya

10

Pisang

11

Nanas

12

Salak

-

Sumber: BPS, 2016.

Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa potensi komoditas unggulan di Kabupaten Bangli yaitu tanaman jeruk dan pisang dapat dikembangkan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bangli, dengan produksi tertinggi berada di Kecamatan Kintamani. Komoditas tanaman buah lainnya seperti alpukat,

nangka, durian, jambu biji, pepaya dan nanas juga dapat dikembangkan di seluruh Kabupaten Bangli. Komoditas tanaman mangga dapat dikembangkan di Kecamatan Bangli, Tembuku dan Kintamani. Komoditas tanaman rambutan dan sawo hanya dapat dikembangkan di Kecamatan Bangli dan Tembuku. Komoditas tanaman salak dapat dikembangkan di Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku. Potensi komoditas tanaman buah-buahan menggambarkan bahwa tanaman buah di Kabupaten Bangli mampu dikembangkan di hampir semua Kecamatan di Kabupaten Bangli kecuali komoditas tanaman mangga, rambutan, sawo dan salak yang hanya dapat dikembangkan di wilayah tertentu di Kabupaten Bangli.

Subsektor tanaman perkebunan

Badan Pusat Statistik, 2016 menyebutkan bahwa perkebunan mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan sektor pertanian di Bali, terlebih lagi perkebunan di Bali merupakan perkebunan rakyat. Peningkatan kualitas dan produksi hasil-hasil perkebunan adalah salah satu tujuan pembangunan sub sektor perkebunan. Komoditas hasil perkebunan yang potensial dikembangkan dan memiliki peluang ekspor yang tinggi di Bali adalah kelapa, kopi, cengkeh, vanili, dan jambu mete. Secara rinci pada tabel 9 akan ditampilkan nilai LQ komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Bangli tahun 2012 - 2016.

Tabel 9. Nilai LQ Komoditas Pertanian Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

N

Jenis Komodit as

201

2

LQ

201

6

Rata2 LQ (2012

-2016)

201

3

201

4

201

5

1

Kelapa

0.63

0.67

0.75

0.75

0.73

0.71

2

Kopi

2.80

2.83

2.59

2.46

2.60

2.65

3

Cengkeh

0.08

0.10

0.10

0.15

0.09

0.10

4

Kakao

0.43

0.42

0.40

0.31

0.31

0.37

5

Tembaka u

0.02

0.02

0.32

0.29

18.1 3

3.76

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Berdasarkan pada tabel 9 dapat dilihat, yang menjadi komoditi basis atau unggulan di Kabupaten Bangli adalah tanaman perkebunan tembakau dan kopi dengan nilai LQ masing-masing sebesar 3,76 dan 2,65. Selain Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng juga merupakan Kabupaten yang memiliki penghasil kopi, sehingga kedua Kabupaten ini merupakan Kabupaten dengan produksi kopi terbesar di Bali.

Tabel 10. Hasil Analisis Tipologi Klassen Tanaman Buah Kabupaten Bangli Tahun 2012 – 2016

Kontribusi

Laju Pertumbuh

an

Kontribusi komoditas pertanian Kabupaten lebih besar dari pada kontribusi

Provinsi

Yikyi

Kontibusi komoditas pertanian Kabupaten lebih kecil dari pada kontribusi

Provinsi

Yikyi

Laju Pertumbuh

an

Kabupaten lebih besar dari pada Provinsi

Tikri

Kuadran I Komoditas maju dan tumbuh cepat: 1. Tembakau

Kuadran II Komoditas maju dan tumbuh lambat:

-

Laju Pertumbuh

an

Kabupaten lebih kecil dari pada Provinsi

^k

Kuadran III Komoditas sedang berkembang: 1.       Kopi

Kuadran IV Komoditas relatif tertinggal: 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Kakao

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Penggunaan analisis Tipologi Klassen, dapat dilakukan guna mengetahui pengelompokan komoditi tanaman perkebunan menurut struktur pertumbuhannya kedalam empat kuadran.

Tabel 10 menjelaskan bahwa tanaman tembakau selain merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Bangli, juga tergolong dalam tanaman perkebunan dengan pertumbuhan yang maju dan tumbuh cepat (kuadran I), sedangkan untuk tanaman kopi termasuk ke dalam komoditas yang sedang berkembang di Kabupaten Bangli. Tidak ada komoditas yang termasuk dalam komoditas yang maju dan tumbuh lambart (kuadran II). Perkembangan komoditas perkebunan secara keseluruhan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat, namun komoditas penunjang lainnya seperti komoditas kelapa, cengkeh dan kakao memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut relatif tertinggal dibandingkan komoditas lainnya di Kabupaten Bangli. Berdasarkan Tabel 10 dapat pula dibuatkan zonasi komoditas tanaman perkebunan menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli selama periode tahun 2012 sampai dengan periode 2016 sebagai berikut.

Tabel 11. Zonasi Komoditas Tanaman Perkebunan menurut Kecamatan di Kabupaten Bangli

No .

Jenis

Kecamatan

Komodit as

Susut

Bangli

Tembu ku

Kintamani

1

Kelapa

-

2

Kopi

3

Cengkeh

-

-

4

Kakao

Temba

-

5

kau

-

Sumber: BPS, (2016).

Komoditi unggulan tanaman perkebunan di Kabupaten Bangli adalah kopi dan tembakau, namun tidak semua Kecamatan di Kabupaten Bangli dapat dikembangkan tanaman unggulan ini. Komoditi tanaman kelapa, kopi, dan kakao dapat tumbuh luas dan berkembang di Kecamatan Susut, Bangli, dan Tembuku. Komoditi tanaman tembakau dapat tumbuh dan berkembang di Kecamatan Bangli, Tembuku dan Kintamani. Komoditi tanaman Cengkeh hanya dapat berkembang di daerah di Kecamatan Susut dan Kintamani. Tembakau sebagai salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Bangli, merupakan jenis tanaman perkebunan sebagai salah satu bahan dasar industri rokok.

Analisis dynamic location quotient (DLQ)

Hasil analisis perubahan posisi sektor-sektor penyokong perekonomian di Kabupaten Bangli ditampilkan pada tabel 12 berikut. Menurut Suyatno (2000), analisis LQ memiliki kelemahan yaitu masih bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa yang menjadi sektor-sektor basis tahun ini belum tentu akan menjadi sektor-sektor basis di waktu yang akan datang, sebaliknya sektor non basis pada saat ini masih mungkin akan menjadi sektor basis di waktu yang akan datang. Mengatasi kelemahan metode LQ tersebut dapat diatasi menggunakan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), yaitu menggunakan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan per tahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tahun awal dan tahun berjarak. Berdasarkan hasil perhitungan DLQ diatas diketahui bahwa sektor pertanian memiliki nilai DLQ yang lebih dari satu, yaitu 1,64 yang menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak mengalami perubahan posisi (sektor basis), sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Bangli masih sektor unggulan dan kompetitif yang dapat diunggulkan saat ini dan di masa yang akan datang. Konsistennya posisi sektor pertanian ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Bangli lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Bali, hal ini dikarenakan secara geografis Kabupaten Bangli memiliki keunggulan geografis berupa iklim dan keadaan tanah yang sangat

mendukung pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bangli.

Tabel 12. Perubahan Peranan Sektor Perekonomian di Kabupaten Bangli

No.

Lapangan Usaha

LQ

DLQ

Keterang an

1

Pertanian

1,78

1,64

Basis

2

Pertambangan

2,01

0,39

Basis – Non

dan Penggalian

Basis

3

Industri

1,53

2,72

Basis

4

Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

0,16

5,09

Non Basis – Basis

5

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan

0,32

2,95

Non Basis – Basis

6

Daur Ulang Konstruksi

0,85

1,84

Non Basis –

7

Perdagangan

Besar & Eceran,

1,16

1,06

Basis

Basis

8

Reparasi Mobil dan Motor Transportasi dan Pergudangan

0,18

1,64

Non Basis – Basis

9

Penyedia

Akomodasi dan

0,58

1,09

Non Basis

10

Makan Minum Informasi dan

0,75

1,11

Non Basis

11

Komunikasi

Jasa Keuangan

0,63

0,99

Non Basis

12

dan Asuransi

Real Estat

0,73

1,12

Non Basis –

13

Jasa Perusahaan

0,52

0,99

Basis

Non Basis

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

2,10

6,00

Tetap basis

15

Jamsos Wajib

Jasa Pendidikan

0,45

0,88

Tetap basis

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

0,66

1,10

Non Basis – Basis

17

Sosial

Jasa Lainnya

1,84

1,51

Basis

Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Sektor-sektor lainnya yang tidak terjadi perubahan peranan (tetap menjadi sektor basis) yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar & eceran, reparasi mobil dan motor, sektor Administrasiinistrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, serta sektor jasa lainnya. Sektor-sektor yang tetap menjadi sektor penunjang (non basis) di Kabupaten Bangli antara lain sektor penyedia akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, serta sektor jasa perusahaan. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami perubahan peranan dari sektor basis menjadi sektor non basis. Sektor-sektor lain yang menyokong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangli juga mengalami perubahan peranan dari, sektor non basis saat ini menjadi sektor basis di masa datang, sektor-sektor tersebut antara lain sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengolahan sampah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor real estat, serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Pergeseran Perekonomian di Kabupaten Bangli

Pergeseran perekonomian di Kabupaten Bangli dapat dianalisis dengan menggunakan analisis Shift Share. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Terdapat tiga komponen dalam shift share yaitu pertumbuhan nasional (Nij), bauran industri atau proportional shift (Mij), keunggulan kompetitif atau differential shift (Cij).

Analisis shift share Kabupaten Bangli tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 diperoleh nilai perubahan sebesar Rp 117,050,624.00 juta. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu regional share (Nij) sebesar Rp (274,343,594.02) juta, bauran industri atau proportional shift (Mij) sebesar Rp (11,508.30) juta, dan keunggulan kompetitif atau differential shift (Cij) sebesar Rp 391,405,726.32 juta.

Uraian lebih jelas mengenai hasil analisis shift share dapat diketahui sebagai tabel 13. Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Bangli memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif. Dari ketiga komponen yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB Kabupaten Bangli yaitu regional share yang memberikan kontribusi yang positif. Keadaan perekonomian Kabupaten Bangli selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 berdasarkan hasil analisis shift share terhadap PDRB Kabupaten Bangli mengalami penambahan pendapatan total sebesar Rp 117.050.624 juta. Kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian sebesar Rp 17.694.315 juta. Sektor lain juga memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap penambahan pendapatan Kabupaten Bangli yaitu sektor Administrasi inistrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan sektor akomodasi dan penyedia makan minum masing-masing sebesar Rp 17.665.174 juta dan Rp 13.794.643 juta (Tabel 13).

Sektor pertanian berkontribusi paling besar terhadap penambahan pendapatan PDRB Kabupaten Bangli tahun 2012 sampai dengan 2016. Nilai tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh dari identifikasi sektor unggulan atau analisis location qoutient (LQ) yang menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bangli. Uraian lebih rinci mengenai komponen yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB adalah sebagai berikut.

  • a.    Share regional (Nij)

Nilai regional share (Nij) lebih rendah dari nilai pertumbuhan PDRB (Dij), menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangli selama tahun 2012 sampai dengan 2016 lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara umum di Provinsi Bali. Nilai share regional menunjukkan perubahan produksi daerah yang disebabkan oleh perubahan di tingkat Provinsi Bali secara umum. Perubahan–

perubahan tersebut terjadi karena perubahan kebijakan ekonomi Provinsi Bali atau perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian keseluruhan wilayah Provinsi Bali.

  • b.    Proportional Shift (Mij)

Komponen kedua yaitu proportional shift memungkinkan untuk mengetahui sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian Provinsi Bali. Berdasarkan hasil perhitungan shift share diketahui bahwa nilai proportional shift (Mij) bernilai negatif dengan total sebesar Rp (11,508.30) juta yang menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangli secara umum lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.

Terdapat sepuluh sektor yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali meliputi sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor, sektor penyedia akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta sektor jasa lainnya. Sektor-sektor lainnya terdapat tujuh sektor yang pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali meliputi sektor pertanian, sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, industri pengadaan air, pengolahan sampah dan daur ulang, sektor transportasi dan pergudangan, sektor real estat, serta sektor jasa perusahaan.

Sektor yang memiliki nilai bauran paling tinggi adalah sektor Administrasiinistrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Nilai tersebut sesuai dengan hasil identifikasi location quotient (LQ) yang menunjukkan bahwa sektor tersebut sebagai sektor unggulan Kabupaten Bangli.

Sektor dengan nilai bauran industri terendah adalah sektor pertanian, sebesar Rp (21.499,89) juta yang berarti bahwa sektor ini di Kabupaten Bangli memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali, sehingga Kabupaten Bangli kehilangan pendapatan dari sektor pertanian sebesar Rp (21.499,89) juta.

  • c.    Differential Shift (Cij)

Differential shift atau keunggulan kompetitif digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya saing suatu sektor di Kabupaten Bangli dibandingkan dengan Provinsi Bali. Apabila differential shift (Cij) suatu sektor bernilai

positif maka sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada sektor yang sama pada perekonomian Provinsi Bali. Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 5.15 diketahui bahwa nilai differential shift (Cij) total sebesar Rp 391.405.726,32 juta, dimana seluruh sektor lapangan usaha di Kabupaten Bangli memiliki nilai positif, yang berarti secara keseluruhan daya saing sektor Kabupaten Bangli memiliki daya saing dan nilai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan sektor lapangan usaha yang sama di Provinsi Bali.

Perubahan struktur perekonomian Kabupaten Bangli berdasarkan hasil analisis shift share terhadap PDRB

memberikan gambaran bahwa terjadinya pergeseran struktur perekonomian (Tabel 14). Secara umum dilihat dari lapangan usaha, perekonomian Kabupaten Bangli ditopang oleh lapangan usaha jasa dengan nilai total perubahan terbesar kemudian dilanjutkan oleh lapangan usaha industri dan yang terakhir lapangan usaha pertanian. Nilai tersebut memberikan gambaran bahwa lapangan usaha jasa mampu berkontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Bangli.

Tabel 13. Pergeseran Struktur Perekonomian Kabupaten Bangli Tahun 2012-2016

Regional Share (Kom

Proportionality Shift

Differential Shift

No.

Lapangan Usaha

ponen Pertumbuhan)

( Komponen Bauran

(Komponen Keunggulan

PDRB (Dij)

Kab. Bangli (Nij)

Industri) (Mij)

Kompetitif) (Cij)

(Rp Juta)

1

Pertanian

(79.839.471,92)

(21.499,89)

97.555.286,82

17.694.315

2

Pertambangan dan Penggalian

(6.432.342,13)

(892,47)

8.618.065,61

2.184.831

3

Industri Pengolahan

(27.954.277,84)

(2.096,81)

39.764.120,65

11.807.746

4

Pengadaan Listrik dan Gas

(84.193,61)

8,87

137.547,74

53.363

5

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang

(202.680,96)

(38,63)

281.838,59

79.119

6

Konstruksi

(19.081.129,81)

1.629,20

31.244.471,61

12.164.971

7

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

(26.765.210,47)

1.173,72

40.527.172,75

13.763.136

8

Transportasi dan Pergudangan

(3.443.678,15)

(2,32)

5.142.522,47

1.698.842

9

Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

(30.932.760,75)

1.249,95

44.726.153,80

13.794.643

10

Informasi dan Komunikasi

(12.723.874,63)

1.672,83

20.010.173,80

7.287.972

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

(6.481.190,54)

991,72

10.666.839,83

4.186.641

12

Real Estat

(9.492.086,95)

(359,83)

13.597.307,78

4.104.861

13

Jasa Perusahaan

(1.563.249,99)

(74,66)

2.207.936,65

644.612

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos Wajib

(32.318.108,46)

4.602,54

49.978.679,93

17.665.174

15

Jasa Pendidikan

(5.803.205,16)

1.174,26

9.598.336,90

3.796.306

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

(3.584.882,21)

845,54

5.910.476,67

2.326.440

17

Jasa Lainnya

(7.641.250,43)

107,70

11.438.794,73

3.797.652

Total

(274.343.594,02)

(11.508,30)

391.405.726,32

117.050.624


Sumber: Data Sekunder, Diolah.

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan pertumbuhan yang lambat.


Tabel 14. Hasil Analisis Shift Share Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa di Kabupaten Bangli Tahun 2012-2016


Total Perubahan Dij

No                          Lapangan Usaha

(Rp Juta)


1

Pertanian

17.694.315

2

Industri

26.290.030

(Pertambangan dan Penggalian + Industri Pengolahan +

3

Pengadaan Listrik dan Gas + Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang + Konstruksi)

Jasa

(Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor + Transportasi dan Pergudangan +

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum + Informasi dan Komunikasi + Jasa Keuangan dan Asuransi + Real

Estate + Jasa Perusahaan + Administrasiinistrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial + Jasa Pendidikan + Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial + Jasa Lainnya)

73.066.279

Sumber: Data Sekunder, Diolah.


SIMPULAN DAN SARAN

Ucapan Terima Kasih

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

  • 1.    Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen,  Tipologi Kabupaten Bangli

termasuk  pada kuadran IV (empat).

Artinya, Kabupaten Bangli berada pada daerah yang relatif tertinggal.

  • 2.    Potensi dari komoditi sektor pertanian di Kabupaten    Bangli    yang    perlu

dikembangkan adalah komoditas tanaman bawang merah, kubis, buncis, labu siam, bayam, jeruk, pisang, tembakau dan tanaman kopi.

  • 3.    Struktur ekonomi di Kabupaten Bangli mengalami perubahan dari pertanian ke lapangan usaha jasa dengan nilai total perubahan terbesar kemudian dilanjutkan oleh lapangan usaha industri dan yang terakhir lapangan usaha pertanian.

Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, disampaikan beberapa saran sebagai pedoman pengambilan kebijakan sebagai berikut.

  • 1.    Kepada pemerintah Kabupaten Bangli diharapkan dalam peningkatan produksi pertanian terutama dalam pembangunan sarana dan parasarana pertanian khususnya pasar produksi pertanian dan pabrik pengolah hasil pertanian lokal serta peningkatan sumber daya manusia dibidang pertanian sehingga dapat menggeser klasifikasi posisi Kabupaten Bangli menjadi daerah yang lebih maju lagi.

  • 2.    Mempertahankan produk-produk unggulan pertanian yang telah dicapai saat ini dan memacu pertumbuhan komoditas berkembang, sehingga produk unggulan tidak mengalami pergerakan turun pada tahun mendatang. Selain sektor unggulan, sektor non basis khususnya sektor pertanian juga lebih diperhatikan dalam perencanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Bangli, sehingga dengan demikian diharapkan PDRB Kabupaten Bangli terus mengalami peningkatan.

  • 3.    Pembangunan ekonomi di Kabupaten Bangli diharapkan memperhatikan pada pergeseran struktur ekonomi, seperti sektor pertanian yang mulai mengalami pergeseran akibat transformasi struktur ekonomi dari tradisional ke perekonomian modern. Maka dari itu sektor pertanian harus terus dikembangkan, agar jangan sampai ditinggalkan karena penurunan jumlah produksi sektor pertanian akan mengganggu ketahanan pangan dan ketersediaan pangan di Kabupaten Bangli.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Made Yusri, selaku Kasi Hortikultura Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli, yang telah memberikan ijin penelitian serta memberikan data terkait keperluan penelitian ini. Kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Universitas Udayana yang membantu dalam pendanaan penelitian ini melalui Beasiswa Unggulan. Terimakasih Kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli yang telah memberikan data sekunder sebagai penunjang data penelitian, serta seluruh stakeholders yang membantu memberikan informasi terkait penelitian ini.

Daftar Pustaka

Aswandi, Hairul dan Kuncoro, Mudrajad. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 1,  2002,  27–45. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Badan Pusat Statistik. 2013. Bali Dalam Angka 2013. Tersedia pada: https://bali.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. 2014. Bali Dalam Angka

Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka

Badan Pusat Statistik. 2016. Bali Dalam Angka

Badan Pusat Statistik. 2017. Bali Dalam Angka

Badan Pusat Statistik. 2015. Tipologi Wilayah Bali Hasil Pendataan Potensi Desa Tahun 2014. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 17/02/51/Th. I, 16 Februari 2015. Denpasar: BPS Provinsi Bali.

Badan Pusat Statistik. Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015. Tersedia                             Pada:

http://bandungbaratkab.go.id/media/artikel/1 8/afef1edbc5-ikg-kbb-2015-ok.pdf.

Hidayat, Rahmat. Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Social Economic of Agriculture, Volume 2, Nomor 1, April 2013, Halaman 54-66. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.

Tarigan,     Robinson.     2005.     Perencanaan

Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Usman. 2016. Analisis Sektor Basis dan Subsektor Pertanian Basis terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 10 – 21 ISSN : 1829-9946. Papua: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.