HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBAKARAN DENGAN KESIAPSIAGAAN KEBAKARAN PADA PEKERJA OPERATOR DI PT. XYZ
on
Arc. Com. Health • agustus 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
Vol. 9 No. 2: 271 - 285
HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBAKARAN DENGAN KESIAPSIAGAAN KEBAKARAN PADA PEKERJA OPERATOR DI PT. XYZ
Kezia Handari Pertiwi1, Ni Luh Putu Ariastuti1*
2Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Jalan P.B. Sudirman, Denpasar, Bali, 80232
ABSTRAK
Kebakaran merupakan bencana yang dapat merugikan bagi perusahaan maupun pekerja. Kurangnya pengetahuan dan kesiapsiagaan menjadi penyebab timbulnya korban dari kejadian kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan pekerja terhadap kebakaran di PT. XYZ. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja bagian operator di PT. XYZ sebanyak 98 responden yang diperoleh menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2021. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk google form. Hasil penelitian menunjukkan 60,2% responden memiliki pengetahuan kebakaran yang baik dan 66,33% responden memiliki kesiapsiagaan kebakaran yang baik. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan pekerja terhadap kebakaran (p= 0,000). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan kebakaran maka semakin baik kesiapsiagaan kebakaran seseorang. Perusahaan perlu melakukan evaluasi pelatihan kebakaran dengan memberikan pre-test dan post-test serta melakukan sosialisasi terkait prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat kebakaran di perusahaan.
Keywords: Pengetahuan, Kesiapsiagaan, Kebakaran
ABSTRACT
Fire is a disaster that can be detrimental to companies and workers. Lack of knowledge and preparedness are the cause of victims of fire incidents. The purpose of this study is to determine the relationship between fire knowledge and fire preparedness on operator workers at PT. XYZ. This research is a quantitative study with cross sectional approach. The sample in this study are workers in the operator section at PT. XYZ. As many as 98 respondents were obtained using accidental sampling technique. This research was conducted from January to July 2021. The instrument used in this study was a questionnaire in the form a google form. The result showed 60,2 % of the respondents have good knowledge of fire and 66,33% respondents have good preparedness of fire. The result of bivariate analysis with the chi-square test showed that there is a relationship between fire knowledge and fire preparedness on operator workers (p= 0,000). The result of the study conclude that the better the fire knowledge, the better fire preparedness. Companies need to evaluate fire training by providing pre-test and post-test and socializing fire preparedness and emergency procedures in the company.
Keywords: Knowledge, Preparedness, Fire
PENDAHULUAN
Kebakaran diartikan sebagai kejadian timbulnya api atau asap yang tidak terkendali dan tidak diinginkan serta dapat terjadi sewaktu-waktu. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian materi serta membahayakan keselamatan jiwa
(Mahawati, et al., 2021). Dampak dan jumlah kerugian yang akan ditimbulkan karena kebakaran tidak dapat diprediksi (Qirana, 2018). Menurut Pribadi (2009)
dalam Syihabuddin (2018), kebakaran merupakan keadaan darurat sehingga tidak ada kepastian. Kebakaran di suatu industri menurut Azrini et al. (2015) dalam Fatikhah & Setyawan (2020), dapat mengakibatkan kerugian kepada berbagai pihak. Mulai dari pemilik perusahaan yang dapat kehilangan bangunan perusahaan serta kehilangan sumber penghasilan. Kebakaran tidak hanya menyebabkan kerusakan aset dan kerugian material,
*) e-mail korespondensi : [email protected]
tetapi juga dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan (Sudarman, 2020). Hal ini akan mengganggu kestabilan bahkan menurunkan produktivitas perusahaan yang semakin memperbesar kerugian finansial perusahaan (Kowara & Martiana, 2017). Selanjutnya, investor juga mengalami kerugian karena dapat kehilangan investasi yang telah diberikan kepada perusahaan. Sedangkan kerugian yang dirasakan pekerja yaitu dapat mengalami cedera atau kecacatan bahkan terancam kehilangan nyawa akibat dari kebakaran. Selain itu, menurut Suma’mur (1995) dalam Wardana (2017), kebakaran dapat menyebabkan pekerja kehilangan pekerjaannya walaupun pekerja tidak mengalami cedera.
ILO (2018) menyatakan bahwa sepanjang kejadian terparah pada dunia kesehatan dan keselamatan kerja, kebakaran pabrik merupakan kejadian yang menelan banyak korban jiwa. Pada tahun 2012 terjadi kebakaran pada sebuah pabrik garmen di Karachi, Pakistan, yang menewaskan 289 jiwa (ILO, 2018). Di Indonesia, data terkait kejadian kebakaran di tempat kerja masih terbatas ditemukan pada dinas terkait, sebagian besar informasi kebakaran lebih banyak disorot oleh media massa. Kejadian kebakaran pabrik di Indonesia cukup sering terjadi, mulai dari pabrik rumahan hingga perusahaan. Dikutip dari CNN Indonesia (2019), terjadi kebakaran pada pabrik korek api di Kecamatan Binjai, Sumatera Utara. Peristiwa ini menewaskan 30 orang yang terdiri dari 25 wanita dan 5 anak. Kebakaran yang terjadi pada pabrik rumahan ini diduga akibat ledakan gas. *) e-mail korespondensi : [email protected]
Peristiwa kebakaran lainnya dikutip dari Sindonews.com (2020), terjadi pada pabrik reparasi gas PT. Obsidian Stainless Steel (OSS) di Sulawesi Tenggara yang menyebabkan 1 orang luka parah dan 1 orang meninggal dunia. Kebakaran ini disebabkan karena percikan mesin las yang menyambar selang gas yang bocor.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, menyatakan bahwa setiap tempat kerja wajib melaksanakan keselamatan kerja. Salah satu syarat keselamatan kerja di tempat kerja yaitu untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.KEP.186/MEN/1999, penanggulangan kebakaran merupakan upaya untuk mencegah kebakaran dengan melakukan pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana. Menurut Nick Carter (1991) dalam LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Tindakan yang termasuk dalam kesiapsiagaan yaitu penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil. Kesiapsiagaan menjadi
langkah strategis untuk mempersiapkan individu menghadapi terjadinya suatu bencana (Syihabuddin, 2018).
ILO (2018) menyebutkan penyebab umum kebakaran menjadi ancaman keselamatan jiwa adalah ketidakmampuan individu untuk menyelamatkan diri. Menurut hasil kajian LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kurangnya pengetahuan terkait bencana menyebabkan masyarakat tidak dapat menyelamatkan diri dari bencana dan akhirnya menjadi korban. Maka, kesiapsiagaan dan pengetahuan terhadap kebakaran merupakan hal penting dalam mengurangi dan meminimalisir dampak dari kebakaran.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, didapatkan bahwa pengetahuan pekerja merupakan faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya kebakaran (Fitriyana, 2016) (Qirana, 2018). Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) dalam Masturoh & Anggita (2018), adalah hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan menjadi dasar terbentuknya tindakan seseorang (Yunita, 2018).
Dari penelitian terdahulu, ditemukan hasil yang bervariasi terkait hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan kebakaran di beberapa tempat. Dalam penelitian yang dilakukan pada perusahaan garmen yang pernah mengalami kebakaran, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan kebakaran (Fitriana, 2017). Sedangkan, hasil penelitian di perusahaan tekstil yang juga pernah mengalami kebakaran tidak *) e-mail korespondensi : [email protected]
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan kebakaran (Fitriani, 2019). Ditemukan perbedaan hasil penelitian pada tempat yang sama-sama memiliki riwayat kebakaran sebelumnya.
PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri alas kaki yang dikhususkan untuk ekspor. PT. XYZ menggunakan lebih dari 1000 mesin dengan tenaga listrik yang dioperasikan selama 24 jam. PT. XYZ memberlakukan 3 shift kerja dengan 5 hari kerja. Penggunaan mesin dalam waktu yang lama dapat menghasilkan panas dan dapat menjadi potensi kebakaran. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi perusahaan ini juga dapat menjadi potensi kebakaran, seperti kain, kulit, penggunaan bahan kimia. Menurut klasifikasi potensi kebakaran pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.KEP.186/MEN/1999, PT. XYZ termasuk tempat kerja dengan potensi kebakaran sedang III, yaitu jika terjadi kebakaran akan melepaskan panas tinggi dan api menjalar cepat.
Berdasarkan informasi yang didapat, PT. XYZ tidak pernah mengalami kebakaran. Upaya penanggulangan kebakaran telah dilakukan oleh PT. XYZ sesuai dengan manajemen keselamatan kebakaran yang tertera dalam standar panduan kebijakan perusahaan. Terdapat sarana proteksi dan sarana penyelamatan yang telah tersedia di PT. XYZ, seperti alarm kebakaran, pintu darurat, hidran, alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, detektor, lampu darurat, tempat berkumpul. PT. XYZ juga memiliki petugas tanggap darurat yang dibuktikan dengan
adanya struktur tanggap darurat serta memiliki petugas dengan sertifikasi K3 kebakaran. Perusahaan memberikan pelatihan kebakaran kepada pekerja saat diterima kerja dan pelatihan rutin 2 kali dalam setahun. Selain itu, perusahaan melakukan juga simulasi keadaan darurat XYZ.
serta pengawasan baik dari manajer dan supervisor. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan kebakaran dengan kesiapsiagaan kebakaran pada pekerja operator di PT.
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden di PT. XYZ
Karakteristik |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-Laki |
23 |
23,5 |
Perempuan |
75 |
76,5 |
Usia | ||
<20 tahun |
10 |
10,2 |
20-29 tahun |
88 |
89,8 |
Pendidikan | ||
SMP |
11 |
11,2 |
SMA |
75 |
76,5 |
D4/S1 |
12 |
12,3 |
Masa Kerja | ||
< 3 tahun |
53 |
54,1 |
≥ 3 tahun |
45 |
45,9 |
Bagian Produksi | ||
Cutting |
19 |
19,4 |
Pre-Stitching |
8 |
8,2 |
Stitching |
10 |
10,2 |
Stockfitting |
11 |
11,2 |
2nd Process |
37 |
37,8 |
Assembling |
13 |
13,3 |
Pengalaman Kebakaran | ||
Pernah |
6 |
6,1 |
Tidak Pernah |
92 |
93,9 |
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuatitatif dengan pendekatan *) e-mail korespondensi : [email protected]
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling kepada pekerja bagian operator. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 98 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dalam bentuk google form. Metode analisis data menggunakan uji chi-square dan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor protokol 2021.01.1.0689.
HASIL
-
a. Gambaran Karakteristik
Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (76,5%), berada pada kategori usia 20-29 tahun (89,9%), serta memiliki pendidikan terakhir SMA (76,5%). Berdasarkan masa kerja, responden sebagian besar dikategorikan pekerja baru (<3 tahun) dengan persentase 54,1%. Responden didominasi pekerja dari bagian stockfitting (37,8%), serta hanya sebagian kecil responden yang memiliki pengalaman kebakaran (6,1%).
-
b. Gambaran Pengetahuan Pekerja terhadap Kebakaran di PT. XYZ
Responden sebagian
besar memiliki pengetahuan kebakaran yang baik (60,2%). Adapun pernyataan kuesioner yang dijawab kurang tepat oleh responden adalah dampak dari kebakaran yaitu gaji pekerja dipotong (43,88%), tidak ada
kemungkinan pengurangan
pekerja akibat terjadinya
kebakaran (37,76%), dan APAR adalah alat pemadam api ramah lingkungan (25,51%).
-
c. Gambaran Kesiapsiagaan Pekerja terhadap Kebakaran di PT. XYZ
Responden sebagian
besar memiliki kesiapsiagaan kebakaran yang baik (66,33%). Diketahui terdapat responden yang tidak mengetahui letak alat pemadam kebakaran (10,2%), belum pernah mengikuti
pelatihan atau simulasi kebakaran di perusahaan (8,16%), tidak mengetahui petugas evakuasi jika terjadi kebakaran (8,16%), serta tidak akan menekan tombol alarm kebakaran (7,14%)
-
d. Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Pekerja terhadap Kebakaran di PT. XYZ
Tabel 2 menunjukkan kelompok responden yang
memiliki pengetahuan baik
cenderung memiliki
kesiapsiagaan yang baik (81,4%) dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan kurang (43,6%). Berdasarkan hasil uji chi-square, didapatkan p value (0,000) kurang dari 0,05, sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan.
Tabel 2. Analisis Hubungan Pengetahuan Kebakaran dengan Kesiapsiagaan Kebakaran
*) e-mail korespondensi : [email protected]
Pengetahuan |
Kesiapsiagaan Total P Value Baik Kurang |
Baik Kurang Total |
48 (81,4%) 11 (18,6%) 59 (100%) 17 (43,6%) 22 (56,4%) 39 (100%) 0,000 65 (66,3%) 33 (33,7%) 98 (100%) |
PEMBAHASAN
-
a. Gambaran Karakteristik
Responden
Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang diukur meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja, bagian produksi, dan
pengalaman. Berdasarkan jenis kelamin, responden sebagian besar terdiri dari perempuan dengan jumlah 75 orang (76,5%). Pada penelitian di industri garmen juga didapatkan
responden perempuan lebih banyak dibanding dengan responden laki-laki dengan masing-masing persentase yaitu 70,8% dan 29,2% (Fitriana, 2017). Menurut Muniarti (2004) dalam Hedwich (2016), pekerja
perempuan dianggap memiliki ketelitian tinggi sehingga lebih dibutuhkan pada sektor industri.
Diketahui usia terendah responden 19 tahun dan usia tertinggi 29 tahun. Hal ini sesuai dengan persyaratan usia yang ditetapkan PT. XYZ dalam penerimaan pekerja, yaitu minimal 18 tahun. Usia responden termasuk ke dalam
*) e-mail korespondensi : [email protected]
kelompok usia produktif menurut Kemenkes (2014), yaitu berada pada rentang 15-64 tahun.
Berdasarkan riwayat pendidikan terakhir, sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA (76,5%). Pendidikan terendah responden SMP dan pendidikan tertinggi D4/S1. Pada beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan di perusahaan garmen, juga ditemukan sebagian besar pekerja memiliki pendidikan SMA dengan persentase lebih dari 50% (Fitriana, 2017) (Fatikhah & Setyawan, 2020).
Dalam penelitian ini, masa kerja dikategorikan menjadi baru (<3 tahun) dan lama (≥3 tahun) dengan masing-masing persentase 54,1% dan 45,9%. Masa kerja terendah responden 8 bulan dan masa kerja paling lama 5 tahun. Berdasarkan bagian produksi, distribusi responden tidak merata pada masing-masing bagian. Responden didominasi pekerja dari bagian stockfitting (37,8%). Hal ini dikarenakan pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan tidak dilakukan pembagian proporsi sampel pada setiap
bagian produksi. Berdasarkan pengalaman kebakaran, sebagian besar responen tidak memiliki pengalaman kebakaran (93,9%).
-
b. Gambaran Pengetahuan Pekerja terhadap Kebakaran di PT. XYZ
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dengan jumlah 59 orang (60,2%). Skor terendah responden 33 dan skor tertinggi 54. Diketahui beberapa pernyataan kuesioner yang dijawab kurang tepat oleh responden terdiri dari indikator dampak kebakaran dan sarana penyelamatan.
Pada indikator dampak kebakaran, responden tidak setuju dampak dari kebakaran gaji pekerja dipotong (43,88%) dan tidak ada kemungkinan pengurangan pekerja akibat kebakaran (37,76%). Menurut Kowara & Martiana (2017), kebakaran dapat menurunkan produktivitas perusahaan yang dapat memperbesar kerugian finansial. Selain itu menurut Suma’mur (1995) dalam Wardana (2017), kebakaran dapat menyebabkan pekerja kehilangan pekerjaannya walaupun pekerja tidak mengalami cedera. Selain itu, menurut Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat terjadi karena perusahaan melakukan efisiensi yang
*) e-mail korespondensi : [email protected]
disebabkan perusahaan mengalami kerugian. Maka dampak dari kebakaran dapat memungkinkan perusahaan memotong gaji pekerja atau mengurangi jumlah karyawan. Perbedaan pengetahuan pada responden dapat dilihat berdasarkan tingkatan pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2014) dalam Masturoh & Anggita (2018), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yang terdiri dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Setiap tingkatan menunjukkan tingkat pemahaman dan penerimaan individu terhadap suatu informasi, sehingga memungkinkan setiap responden memiliki pendapat yang berbeda terhadap dampak dari kebakaran. Dalam penelitian terdahulu yang mencari gambaran pengetahuan bencana pada mahasiswa, menyatakan pemahaman yang berbeda-beda terhadap konsep bencana dikarenakan adanya variasi pada tingkatan domain kognitif responden (Pangesti, 2012).
Pada indikator sarana penyelamatan, masih terdapat responden yang menjawab tidak tepat pada pengertian APAR (25,51%). Padahal diketahui perusahaan telah memberikan pelatihan penggunaan APAR kepada pekerja serta
menyediakan APAR di setiap area tempat kerja. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kesadaran pekerja terhadap informasi yang diterimanya. Kesadaran terhadap informasi APAR akan memengaruhi respon pekerja untuk mengingat dan mencari tahu informasi terkait APAR, termasuk pengertian APAR. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pengetahuan saat pelatihan dengan memberikan pre-test dan post-test kepada peserta untuk memastikan seluruh informasi dalam pelatihan dapat diterima dan dipahami.
Selain itu, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima seseorang. Menurut Riyanto & Budiman (2014) dalam Fatikhah (2020), pengetahuan dapat dipengaruhi banyaknya informasi yang diterima, baik yang bersifat formal maupun non formal. Informasi formal dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan/ atau pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pendidikan terendah responden SMP dan pendidikan tertinggi D4/S1. Dilihat dari riwayat pendidikannya, semua responden kemungkinan pernah mendapatkan informasi terkait kebakaran melalui pendidikan formal. Perusahaan juga memberikan pelatihan kebakaran kepada seluruh pekerja. Adapun
*) e-mail korespondensi : [email protected]
materi pelatihan kebakaran yang diberikan yaitu prinsip kebakaran, klasifikasi kebakaran, penggunaan APAR, penggunaan hidran, pemadaman tradisional, dan evakuasi. Selain secara formal, responden dapat memeroleh informasi secara non formal melalui pengalaman, media cetak (booklet, poster, dll), media elektronik (televisi, radio, video, dll), serta non media (keluarga, teman. dll). Diketahui perusahaan menyediakan informasi terkait prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat kebakaran perusahaan secara tertulis di setiap gedung serta ditayangkan pada videotron. Berdasarkan pengalaman, hanya sebagian kecil responden yang memiliki pengalaman kebakaran. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian mendalam terkait sumber informasi yang diterima responden, namun tidak menutup kemungkinan sumber informasi dapat memengaruhi hasil akhir skor pengetahuan responden.
-
c. Gambaran Kesiapsiagaan Pekerja terhadap Kebakaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kesiapsiagaan baik dengan jumlah 65 orang (66,33%). Beberapa pernyataan kuesioner yang masih dijawab kurang tepat oleh responden terdiri dari indikator pengetahuan dan sikap
terhadap risiko kebakaran, sistem peringatan kebakaran, dan kemampuan memobilisasi sumber daya.
Pada indikator pengetahuan dan sikap terhadap risiko kebakaran, masih terdapat responden yang tidak mengetahui letak alat pemadam kebakaran di sekitar area kerja (10,2%). Pengetahuan terkait dengan sarana pemadam kebakaran tentunya penting diketahui supaya pekerja dapat melakukan upaya mengurangi risiko kebakaran. Diketahui PT. XYZ telah menyediakan di dalam setiap gedung alat pemadam, yaitu hidran dan APAR. Letak dan posisi alat pemadam sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26/PRT/M/2008, seperti hidran diberi warna cat merah serta diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna cat putih.
Berdasarkan prosedur tanggap darurat perusahaan, saat terjadi kebakaran orang/ karyawan yang dekat dengan tombol alarm kebakaran segera menekan tombol alarm kebakaran. Namun, terdapat responden yang memilih tidak akan menekan tombol alarm kebakaran karena bukan tugasnya (7,14%). Menurut penelitian yang dilakukan Indragiri (2016), hal ini dapat dipengaruhi adanya ketidakyakinan responden untuk
*) e-mail korespondensi : [email protected]
melakukan upaya penanggulangan kebakaran serta timbulnya rasa emosional seperti cemas, tegang, dan gugup. Penyebab lain yang dapat memengaruhi adalah informasi terkait prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat kebakaran di perusahaan. Diketahui perusahaan telah memberikan informasi terkait prosedur tersebut dengan menempelkan di setiap gedung dan menanyangkan pada videotron. Namun perusahaan tidak mengadakan sosialisasi secara khusus terkait prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat, sehingga dapat memungkinkan responden kurang memerhatikan informasi tersebut.
Selain itu, masih terdapat responden yang tidak mengetahui petugas evakuasi (8,16%). Pada masing-masing gedung terdapat petugas evakuasi yang memiliki tugas untuk memberikan arahan evakuasi kepada pekerja saat terjadi bencana atau keadaan darurat. Selain itu, petugas evakuasi bertugas menghubungi tim pemadam kebakaran terlatih untuk memadamkan api mula, sehingga jika pekerja mengetahui petugas evakuasi maka dapat membantu mengurangi risiko dampak kebakaran.
Pelatihan sangat penting
dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pekerja dalam menghadapi keadaan darurat, termasuk kebakaran. Menurut penelitian Syihabuddin (2018) yang mencari hubungan antara pelatihan dengan kesiapsiagaan pada pekerja di gudang PT. VSL Indonesia, menunjukkan bahwa semakin banyak pelatihan diberikan kepada pekerja maka semakin baik persepsi pekerja terhadap kesiapsiagaan. PT. XYZ telah memberikan fasilitas pelatihan dan simulasi terkait kebakaran, seperti penggunaan APAR, penggunaan hidran, pemadaman tradisional, evakuasi. Pelatihan kebakaran diberikan kepada seluruh pekerja pada saat orientasi pekerja baru. Sedangkan pelatihan rutin diikuti oleh perwakilan dari setiap bagian produksi sebanyak 2 kali dalam setahun. Selanjutnya informasi dalam pelatihan terkait kebakaran akan dibagikan kepada pekerja lainnya melalui briefing setiap bagian yang juga dilakukan 2 kali dalam setahun. Setiap pelatihan dilakukan simulasi terhadap materi yang diberikan. Simulasi mendadak juga dilakukan 1 kali dalam setahun dengan membunyikan sirine untuk melatih karyawan, operator, dan seluruh penghuni gedung menghadapi keadaan darurat. Namun, ditemukan beberapa responden yang menjawab belum
*) e-mail korespondensi : [email protected]
pernah mengikuti pelatihan atau simulasi kebakaran di perusahaan (8,16%). Peneliti menduga hal ini disebabkan karena responden sedang berhalangan hadir saat jadwal pelatihan atau waktu simulasi sehingga belum sempat mendapatkan pelatihan atau melakukan simulasi kebakaran dari perusahaan. Selain itu, peneliti juga menduga karena pernyataan kuesioner bersifat subjektif sehingga daya ingat responden memengaruhi
jawaban.
-
d. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Pekerja terhadap Kebakaran di PT. XYZ
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan pekerja terhadap kebakaran di PT. XYZ. Diketahui kelompok responden yang memiliki pengetahuan baik cenderung memiliki
kesiapsiagaan yang baik (72,9%). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Asmara (2020) yang menemukan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan kebakaran dengan kesiapsiagaan bencana kebakaran pada pekerja bagian produksi PT. Semar Mas Garment. Dalam penelitian tersebut menunjukkan semakin baik tingkat pengetahuan tentang kebakaran maka semakin tinggi pula kesiapsiagaan terhadap
bencana kebakaran. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nursalekha (2019) yang tidak menemukan
hubungan antara pengetahuan dan kesiapsiagaan terhadap kebakaran pada penghuni rusunawa. Peneliti menduga perbedaan ini dipengaruhi karena adanya perbedaan risiko
kebakaran pada tempat
penelitian.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan kunci kesiapsiagaan (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Menurut Prasilika (2007) dalam Syihabuddin (2018), menyatakan bahwa persepsi kesiapsiagaan dibentuk melalui proses belajar yang memengaruhi individu merespon sesuatu menurut penilaian masing-masing serta membentuk persepsi terhadap sesuatu yang diterimanya. Proses belajar dapat diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan, sosialisasi, pelatihan, dan sumber informasi lainnya. Penelitian yang dilakukan Fitriana (2017) pada pekerja bagian produksi PT. Sandang Asia Maju, menemukan pekerja yang memiliki
pengetahuan baik cenderung memiliki kesiapsiagaan yang baik. Hal ini dikarenakan perusahaan telah memberikan pelatihan pemadaman kebakaran sehingga pekerja memeroleh pengetahuan dan informasi terkait pencegahan
*) e-mail korespondensi : [email protected]
dan penanggulangan kebakaran. Selain itu, Nursalekha (2019) dalam penelitiannya menyatakan jika penambahan informasi terkait pencegahan dan kesiapsiagaan kebakaran tidak diberikan secara berkala, maka pengetahuan yang baik tidak menjamin praktik kesiapsiagaan yang baik pula.
PT. XYZ telah memberikan pelatihan terkait kebakaran kepada pekerja sehingga setiap pekerja mendapatkan informasi terkait kebakaran. Pelatihan diberikan kepada seluruh pekerja saat orientasi pekerja baru serta pelatihan rutin 2 kali dalam sebulan kepada perwakilan pekerja. Selain itu, terdapat prosedur tindakan darurat dan kesiapsiagaan kebakaran secara tertulis serta ditayangkan pada videotron di setiap gedung. Banyaknya sumber informasi yang diterima pekerja terkait kebakaran, dapat meningkatkan pengetahuan pekerja. Semakin baik pengetahuan maka semakin baik kesiapsiagaan, karena kesiapsiagaan dapat terbentuk dari seberapa sering seseorang mendapat pengetahuan atau informasi. Meskipun, masih terdapat pengetahuan kebakaran yang masih kurang psda pekerja, yaitu terkait dampak kebakaran dan sarana penyelamatan. Begitu juga dengan kesiapsiagaan kebakaran, masih terdapat
pekerja yang tidak mengetahui mengetahui letak alat pemadam kebakaran, belum pernah mengikuti pelatihan atau simulasi kebakaran, tidak mengetahui petugas evakuasi, serta tidak akan menekan tombol alarm kebakaran.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik akan membentuk kesiapsiagaan yang baik pula. Selain itu, pengetahuan dan kesiapsiagaan yang baik pada responden juga didukung adanya upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dilakukan perusahaan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerja operator di PT. XYZ sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik (60,2%) dengan rata-rata skor pengetahuan 44,69. Pengetahuan kebakaran yang masih kurang diketahui responden yaitu dampak kebakaran dan sarana penyelamatan memiliki kesiapsiagaan yang baik. Sebagian besar pekerja memiliki kesiapsiagaan yang baik (66,33%) dengan rata-rata skor kesiapsiagaan 49,56. Kesiapsiagaan kebakaran yang masih kurang dimiliki sebagian responden yaitu tidak mengetahui letak alat pemadam kebakaran, belum pernah mengikuti pelatihan atau simulasi kebakaran, tidak mengetahui petugas evakuasi, tidak akan menekan tombol alarm kebakaran.
*) e-mail korespondensi : [email protected]
Terdapat hubungan pengetahuan kebakaran dengan kesiapsiagaan kebakaran pada pekerja bagian operator di PT. XYZ.
SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan yaitu melakukan evaluasi terhadap pelatihan kebakaran dengan memberikan post- test dan pre-test kepada peserta saat mengikuti pelatihan, melakukan evaluasi kehadiran pekerja dalam pelatihan untuk memastikan setiap pekerja telah mendapatkan pelatihan saat orientasi pekerja baru maupun pelatihan rutin, meningkatkan pengetahuan kebakaran pekerja dengan menekankan informasi terkait dampak kebakaran dan sarana penyelamatan saat pelatihan, meningkatkan kesiapsiagaan pekerja dengan melakukan sosialisasi terkait prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat kebakaran serta sarana prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran di perusahaan. Saran bagi pekerja, sebaiknya meningkatkan kesadaran akan risiko kebakaran di area kerja dengan memerhatikan prosedur kesiapsiagaan dan tindakan darurat kebakaran yang ada di perusahaan.
Sedangkan saran bagi peneliti selanjutnya, melakukan pengkajian terkait upaya pencegahan dan penanggulangan perusahaan terhadap kebakaran dan dihubungkan dengan kesiapsiagaan pekerja. Melakukan pengkajian lebih dalam terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesiapsiagaan pekerja selain pengetahuan, seperti faktor pelatihan. Jika melakukan penelitian dengan jenis sampel
yang sama sebaiknya pengambilan sampel dilakukan proporsi sampel pada setiap bagian supaya distribusi sampel merata.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti ditujukan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing selama penyusunan skripsi. Terima kasih kepada PT. XYZ yang telah memberikan ijin penelitian, pekerja operator yang telah bersedia menjadi responden, serta semua pihak yang telah membantu proses penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, A. A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kebakaran Dengan Kesiapsiagaan Bencana Kebakaran Pada Pekerja Bagian Produksi PT Semar Mas Garment. Skripsi. Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret, 2020.
BPBD. (2020). Infografis. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah: Available from:
https://bpbd.jatengprov.go.id/categ ory/infografis/ (Accessed: 2021,
January 4)
CNN Indonesia. (2019). Dipetik Januari 20, 2021, dari Kebakaran Pabrik Korek Api Diduga Akibat Ledakan Gas: Availabel from:
https://www.cnnindonesia.com/nasi onal/20190621201431-20-405439/keb akaran-pabrik-korek-api-diduga-aki bat-ledakan-gas (Accessed: 2021, January 20)
Fatikhah, I. S., & Setyawan, D. (2020).
Gambaran Pengetahuan dan Sikap *) e-mail korespondensi : [email protected]
Karyawan Tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di
Perusahaan Garmen. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 3(1), 21-27. https://doi.org/10.32584/jikk.v3i1.56 0
Fitriana, L., Suroto, & Kurniawan, B. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Upaya Kesiapsiagaan Karyawan Bagian Produksi Dalam Menghadapi Bahaya Kebakaran di PT Sandang Asia Maju Abadi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(3), 295-307. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jkm/article/view/17241
Fitriani, Z., Lestantyo, D., & Wahyuni, I. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat PT. Apac Inti Corpora Semarang (Studi Pada Bagian Spinning IV OE). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
166-172. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jkm/article/view/24362
Fitriyana, I. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Pada Aviation Security Terhadap Bahaya Kebakaran di Terminal Bandara X. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(3), 416-424. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jkm/article/view/13071
Hedwich, D. S. (2016). Dunia Kerja Buruh Wanita Industri Garmen. Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Manajemen.
ILO. (2018). Manajemen Risiko Kebakaran. Indonesia.
Kemenkes. (2014). Kamus Pusdatin. Pusat Data dan Informasi. Availabel from: https://pusdatin.kemkes.go.id/index .php?category=folder&option=view &content_id=kamus&id=structure (Accessed: 2021, July 14)
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.KEP.186/MEN/1999. (1999). Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
Kowara, R. A., & Martiana, T. (2017).
Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (Studi di PT. PJB UP Brantas Malang). Jurnal Managemen Kesehatan Yayasan RS Dr. Soetomo, 3(1), 70-85. DOI:
10.29241/jmk.v3i1.90
LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta.
Mahawati, E., Fitriyatinur, Q., Yanti, C. A., Rahayu, P. P., Aprilliani, C., Chaerul, M., et al. (2021). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri. Kita Menulis.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Nursalekha, P., Kurniawan, B., & Ekawati. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Sarana Proteksi Terhadap Kesiapsiagaan Penghuni Dalam Menghadapi Kebakaran di
Rusunawa UNDIP Semarang. Jurnal *) e-mail korespondensi : [email protected]
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(3), 95-101. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jkm/article/view/26303
Pangesti, A. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan Bencana Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Studi Sarjana, 2012.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021 (2021).
Perjanjuan Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.
Qirana, M. Q., Lestantyo, D., & Kurniawan, B. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KESIAPSIAGAAN PETUGAS
DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN (Studi pada Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 6(5), 603-609.
Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index. php/jkm/article/view/22100
Sindonews.com. (2020). Pabrik Reparasi Gas PT OSS Terbakar Hebat, 1 TKA Asal China Tewas Terpanggang: Availabel from:
https://daerah.sindonews.com/read/ 284318/174/pabrik-reparasi-gas-pt-o ss-terbakar-hebat-1-tka-asal-china-t ewas-terpanggang-1609254737 (Accessed: 2021, Januari 23)
Sudarman. (2020). Hubungan Sikap Dengan Kesiapsiagaan Tanggap
Darurat Kebakaran Penghuni Gedung di Rektorat Universitas Hasanuddin. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), 96-100.
Syihabuddin, R. Hubungan Antara Kompetensi Pekerja Dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Kebakaran di Warehouse PT. VSL Indonesia. Skripsi. Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Jakarta, 2018.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 . (1970). Keselamatan Kerja.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. (2007). Penanggulangan Bencana.
Wardana, R. P. Analisa Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di PT. Pertamina Lubricants
Production Unit Gresik. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Airlangga, 2017.
Yunita, A. Hubungan Pengetahuan Tentang Bencana Kebakaran Dengan Kesiapsiagaan Menghadapi
Kebakaran Pemukiman di
Kelurahan Air Putih Kecamatan Samarinda Ulu. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur, 2018.
*) e-mail korespondensi : [email protected]
285
Discussion and feedback