ISSN 2722-7286

Jurnal

FAPET UNUD


Jurnal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: jurnaltropika@unud.ac.id

Submitted Date: December 21, 2021

Accepted Date: May 3, 2022


Editor-Reviewer Article : Eny Puspani & A.A. Pt. Putra Wibawa

MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DALAM MENERAPKAN KANDANG SISTEM CLOSED HOUSE DI KABUPATEN KEBUMEN

Wafiyah, A., N. W. T.Inggriati, dan G. Suarta

PS. Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email : anisatulwafiyah@student.unud.ac.id , Telp. 081222210024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat motivasi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kebumen, dari bulan April sampai dengan Juni 2021. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposive sampling, dan penentuan responden ditentukan secara quota sampling sebanyak 30 orang. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house digunakan metode analisis Kofisien Korelasi Jenjang Spearman (Siegel, 1997). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat motivasi peternak tergolong tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan sangat nyata adalah : pengetahuan dan intensitas komunikasi; Faktor-faktor yang berhubungan nyata adalah : sikap; sedangkan faktor umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, kepemilikan ternak, tanggungan keluarga dan pengalaman berternak memiliki hubungan yang tidak nyata dengan motivasi peternak dalam menerapkan kandang sistem closed house. Kesimpulan: 1) tingkat motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house termasuk katagori kuat, 2) Faktor yang berhubungan dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house yaitu pengetahuan, sikap dan intensitas komunikasi peternak. Saran : Kepada petugas Dinas Peternakan agar lebih meningkatkan pembinaan dan penyuluhan terhadap peternak ayam, agar dapat meningkatkan motivasi serta wawasan peternak dalam beternak ayam pedaging.

Kata kunci : penyuluhan, korelasi, sikap, pengetahuan, komunikasi

MOTIVATION OF BROILER FARMERS TO IMPLEMENT CLOSED HOUSE SYSTEM IN KEBUMEN REGENCY

ABSTRACT

This study aims to determine the level of broiler farmers motivation in implementing a closed house system and to determine the factors associated with the level of motivation. The research was conducted in Kebumen Regency, from April to June 2021. The location selection used a purposive sampling method, and the determination of respondents was determined by quota sampling as many as 30 people. To find out the factors related to the motivation of broiler farmers in implementing a closed house system, the Spearman Level Correlation Coefficient analysis method was used (Siegel, 1997). The results of this study indicate that the level of farmers motivation is high. The factors that are very significantly related are: knowledge and intensity of communication; The factors that are significantly related are: attitude; while the factors of age, formal education, non-formal education, livestock ownership, family dependents and livestock experience have an unreal relationship with the motivation of farmers in implementing a closed house system. Conclusions: 1) the level of motivation of broiler farmers in implementing a closed house system is included in the strong category, 2) Factors related to the motivation of broiler farmers in implementing a closed house system are knowledge, attitude and intensity of farmer communication. Suggestion: To the officers of the Livestock Service Office to further improve the guidance and counseling for chicken farmers, in order to increase the motivation and insight of farmers in raising broilers.

Key words : counseling, correlation, attitude, knowledge, communication

PENDAHULUAN

Peranan usaha ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol hingga sekarang. Usaha ayam pedaging tetap mempunyai prospek baik dan cukup cerah, karena tingkat konsumsi masyarakat akan kebutuhan protein hewani, khususnya ayam terus meningkat. Dwiyanto (2002), menambahkan bahwa daging ayam pedaging mengandung gizi yang lumayan tinggi sebagai salah satu sumber protein dan vitamin. Ayam pedaging memiliki nilai gizi, nilai kesehatan, dan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga ayam pedaging sangat layak untuk dibudidayakan.

Dalam pemeliharaan ayam pedaging banyak faktor lingkungan yang memengaruhi salah satunya kandang. Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan beraktivitas sehingga kandang yang nyaman sangat berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas yang baik. Ayam merupakan ternak yang bersifat homeotermis, artinya ayam akan selalu berusaha

menjaga suhu tubuhnya tetap konstan, tidak mengikuti suhu lingkungan. Cara yang dipakai oleh ayam untuk mengurangi panas tubuh yaitu dengan radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi (North dan Bell, 1990).

Kandang merupakan salah satu bagian dari manajemen ternak unggas yang sangat penting untuk diperhatikan. Bagi peternak dengan sistem intensif, kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan beternak. Fungsi utama dari pembuatan kandang adalah memberikan kenyamanan dan melindungi ternak dari panasnya sinar matahari pada siang hari, hujan, angin, udara dingin dan untuk mencegah gangguan seperti predator. Selain itu, kandang juga berfungsi untuk memudahkan tata laksana yang meliputi pemeliharaan dalam pemberian pakan dan minum, pengawasan terhadap ayam yang sehat dan ayam yang sakit, (Rasyaf, 2011).

Di Kabupaten Kebumen memiliki populasi ternak ayam pedaging cukup banyak. Jumlah populasi ternak ayam pedaging adalah 2.166.722 ekor yang tersebar di 26 Kecamatan dengan rata rata 1-7 peternak disetiap Kecamatan. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah 2018). Sebagian besar peternak ayam pedaging yang ada di Kabupaten Kebumen rata-rata masih menggunakan kandang sistem open house, akan tetapi sekarang ini banyak peternak yang beralih menggunakan kandang sistem closed house.

Melihat perkembangan peternakan ayam pedaging dengan sistem kandang closed house yang begitu pesat di daerah tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house di Kabupaten Kebumen yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan peternakan ayam pedaging di Kabupaten Kebumen secara khusus atau di Jawa Tengah secara umum.

METODE DAN METODE

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan metode survei yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mendatangi dan mewawancarai responden secara langsung (wawancara personal) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya (Singarimbun, 1981). Selain itu juga, data diambil dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian (observasi). Hal ini bertujuan selain untuk mengetahui kondisi

dari obyek penelitian, juga untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai semua kegiatan yang dilakukan oleh peternak ayam pedaging.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tiga bulan pada bulan April - Juni 2021 di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya pada beberapa Kecamatan, meliputi: Kecamatan Pejagoan, Kecamatan Ambal, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Klirong, Kecamatan Puring, Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Ayah dan Kecamatan Karangsambung.

Dalam penelitian ini di lakukan beberapa tahap yaitu : tahap persiapan penelitian, kemudian tahap pelaksanaan penelitian dan yang terakhir adalah tahap pengolahan data.

Populasi dan Sampel Penelitian

Responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan peternak ayam pedaging, dengan menggunakan metode survey. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atas dasar keberadaan peternak ayam pedaging yang melakukan peternakan secara closed house yang berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Responden akan diambil secara Kuota Sampling sebanyak 30 responden.

Definisi Operasional Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) umur/usia, 2) pendidikan formal, 3) pendidikan non formal, 4) tanggungan keluarga, 5) jumlah kepemilikan ternak 6) pengetahuan, 7) sikap, 8) pengalaman beternak, 9) intensitas komunikasi, 10) motivasi. Indikator dan parameter yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mendatangi dan mewawancarai responden secara langsung. Data primer yang dikumpulkan meliputi (1) karakteristik responden yaitu: umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, dan pemilikan ternak (2) perilaku yaitu: pengetahuan dan sikap dan (3) unsur-unsur penerapan yaitu: pengalaman beternak dan intensitas komunikasi. Data sekunder merupakan data pelengkap sebagai gambaran umum tempat penelitan. Data sekunder diperoleh dari kumpulan-kumpulan literatur atau referensi dan beberapa sumber lain yang relevan dengan objek penelitian meliputi data yang didapat dari kantor desa, dan instansi terkait.

Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu: (1) Karakteristik responden; (2) Motivasi peternak ayam pedaging dalam melakukan peternakan secara closed house.

Variabel diukur menggunakan skala Likert yaitu dengan pemberian skor jenjang lima. Kategori responden dinyatakan dengan nilai bilangan bulat yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap jawaban oleh responden yang diteliti.

Total skor motivasi, umur, tingkat pendidikan, pemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman beternak ayam pedaging, intensitas komunikasi, sikap dan pengetahuan beternak ayam pedaging secara closed house, disajikan dalam bentuk persen (%) berdasarkan skor maksimum ideal, dengan rumus oleh (Suharsimi Arikunto, 2008) sebagai berikut :

X= — x 100%

Keterangan :

X = Persentase total skor

x = Perolehan skor

SMI = Skor maksimum ideal

Tabel 1. Katagori pencapaian Skor Variabel Penelitian

No

Pencapaian Skor

Kategori

Pengetahuan

Sikap

Motivasi

1

> 4,2 – 5,0

Sangat tinggi

Sangat positif

Sangat kuat

2

> 3,4 – 4,2

Tinggi

Positif

Kuat

3

> 2,6 – 3,4

Sedang

Ragu-ragu

Sedang

4

> 1,8 – 2,6

Rendah

Negatif

Lemah

5

1 – 1,8

Sangat rendah

Sangat negatif

Sangat Lemah

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk keperluan pengumpulan data adalah kuesioner yang tertrukstur, yang dilengkapi dengan pertanyaan terbuka. Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dan perilaku peternak ayam broiler dalam menerapkan kandang sistem close house di Kabupaten Kebumen. Kemudin penjelasan yang bersifat kualitatif yang belum tercakup dalam kuesioner tetapi berkaitan erat dengan penelitian ini, juga di catat untuk melengkapi pembahasan dalam skripsi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu: (1) Observasi langsung, yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian, (2) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara terancana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan panduan kuesioner penelitian.

Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu bentuk analisis yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya. Untuk menguji hipotesis 2 menggunakan metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Siegel, 1997), dengan rumus:

_ 6∑^ι^

r* n(n2 - 1)

Keterangan :

T3 = Koefisien korelasi

di = Selisih jenjang unsur yang diobservasi

n = Banyaknya pasangan unsur yang diobservasi

Untuk mengetahui tingkat signifikasi dari hubungan dengan N ≥ 10 digunakan uji-t (Siegel, 1997), dengan rumus sebagai berikut :

2V-2 t = —

Keterangan :

t = Nilai hitung Uji-t

rs = Koefisien korelasi jenjang spearman

N = Banyaknya pasangan yang diobservasi

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, maka thitung di bandingkan dengan ttabel pada tingkat probabilitas 1% atau 5%, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Hipotesis penelitian di terima apabila thitung > ttabel pada P ≤ 0,01 dari kedua variabel yang diuji maka terdapat hubungan yang sangat nyata. Apabila thitung > ttabel pada P 0,05 – 0,10 dari kedua variabel yang diuji maka terdapat hubungan yang nyata. Apabila thitung > ttabel pada P > 0,10 dari kedua variabel yang diiuji maka terdapat hubungan yang sangat tidak nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Adapun karakteristik responden masyarakat Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Umur

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43,33%), sedangkan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (3,33%) berada pada rentang umur lebih dari 60 tahun. Berdasarkan data tersebut juga dapat dilihat bahwa rata-rata umur peternak dari 30 responden adalah 45,9 tahun dengan umur termuda 26 tahun dan umur tertua adalah 62 tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur

Umur

Jumlah Responden

Persentase %

20 – 30

3

10,00

31 – 40

8

26,67

41 – 50

5

16,67

51 – 60

13

43,33

>61

1

3,33

Jumlah

30

100,00

Pendidikan formal

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan formal yang ditempuh cukup bervariasi yaitu mulai dari responden yang tidak pernah sekolah sampai tamat perguruan tinggi. Responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal berjumlah 1 orang (3,33%), SD berjumlah 3 orang (10,00%), SMP berjumlah 5 orang (16,67%), SMA berjumlah 16 orang (53,33%), dan sisanya adalah perguruan tinggi berjumlah 5 orang (16,67%). Berdasarkan data tersebut juga

dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan formal peternak dari 30 responden adalah 11,2 tahun (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan formal

Pendidikan Formal

Jumlah Responden

Persentase %

tidak sekolah

1

3,33

SD

3

10,00

SMP

5

16,67

SMA

16

53,33

Perguruan Tinggi

5

16,67

Jumlah

30

100,00

Pendidikan non formal

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat Pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan atau penyuluhan yang berkaitan dengan peternakan ayam pedaging yang pernah diikuti responden sangatlah minim. Sebanyak 24 orang (80%) tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, sedangkan responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal sebanyak 6 orang (20%) dengan jumlah banyak 1-3 kali mengikuti kegiatan pendidikan non formal (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pendidikan non formal

Pendidikan Non Formal

Jumlah Responden

Persentase %

tidak pernah

24

80,00

1 - 2 kali

6

20,00

Jumlah

30

100,00

Jumlah tanggungan keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga berjumlah 4 orang (36,67%), sedangkan sebagian kecil responden memiliki tanggungan keluarga berjumlah 2 orang (6,67%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan tanggungan keluarga

Tanggungan Keluarga

Jumlah Responden

Persentase %

2 orang

2

6,67

3 orang

8

26,67

4 orang

11

36,67

5 orang

5

16,67

>6 orang

4

13,33

Jumlah

30

100,00

Jumlah kepemilikan ternak

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki ternak ayam pedaging berkisar 11000 – 25000 ekor yaitu sebanyak 12 orang (40,00%), sedangkan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 3 orang (10,00%) berada pada rentang kepemilikan ternak 5000 – 10000 ekor (Tabel 6).

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan kepemilikan ternak

Kepemilikan Ternak

Jumlah Responden

Persentase %

5000 – 10000

3

10,00

11000 – 25000

12

40,00

26000 – 50000

6

20,00

51000 – 75000

4

13,33

>75000 ekor

5

16,67

Jumlah

30

100,00

Pengalaman berternak

Berdasarkan hasil penelitian, rataan lama beternak ayam pedaging dari 30 responden adalah 6,8 tahun, yang berkisar antara 2 sampai 20 tahun. Sebagian besar responden yaitu 25 orang (83,33%) memiliki pengalaman beternak ayam pedaging antara 2-10 tahun, dan sebagian kecil responden yaitu 1 orang (3,33%) memiliki pengalaman beternak selama 16-20 tahun (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan lama beternak

Lama Beternak

Jumlah Responden

Persentase %

2 - 10 Tahun

25

83,33

11 - 15 Tahun

4

13,33

16 - 20 Tahun

1

3,33

Jumlah

30

100,00

Pengetahuan peternak

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house menunjukan sebanyak 23 orang (76,67%) memiliki pengetahuan yang tinggi, serta 7 orang (23,33%) memiliki pengetahuan sangat tinggi (Tabel 8.).

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan peternak

Pencapaian Skor

Jumlah Responden

Persentase %

Kategori

4,2 – 5

7

23,33

Sangat tinggi

3,4 – 4,2

23

76,67

Tinggi

Jumlah

30

100,00

Sikap peternak

Berdasarkan hasil penelitian, sikap peternak terhadap motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house menunjukan sebanyak 27 orang (90,00%) memiliki kategori sikap positif, serta 3 orang (10,00%) memiliki kategori sikap sangat positif (Tabel 9.).

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap peternak

Pencapaian skor

jumlah responden

Persentase %

Kategori

4,2 – 5

3

10,00

Sangat positif

3,4 - 4,2

27

90,00

Positif

Jumlah

30

100

Intensitas komunikasi peternak

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house menunjukan sebanyak 26 orang (86,67%) memiliki intensitas komunikasi yang kuat, serta 4 orang (13,33%) memiliki intensitas komunikasi sangat kuat (Tabel 10.).

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan intensitas komunikasi peternak

Pencapaian Skor

Jumlah Responden

Persentase %

Kategori

4,2 – 5

4

13,33

Sangat Kuat

3,4 - 4,2

26

86,67

Kuat

Jumlah

30

100

Motivasi peternak

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house menunjukan sebanyak 21 orang (70,00%) memiliki motivasi yang kuat, serta 9 orang (30,00%) memiliki motivasi sangat kuat (Tabel 11).

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan motivasi peternak

Pencapaian Skor

Jumlah Responden

Persentase %

Kategori

4,2 – 5

9

30,00

Sangat Kuat

3,4 - 4,2

21

70,00

Kuat

Jumlah

30

100

Faktor karakteristik yang berhubungan dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house

Dari hasil analisis data dengan uji koefisien korelasi jenjang spearman menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house, seperti pengetahuan peternak dan intensitas komunikasi

peternak memiliki hubungan yang sangat nyata (P<0,01), faktor sikap peternak memiliki hubungan yang nyata (P<0,05), faktor umur, pendidikan formal, pendidikan non formal dan kepemilikan ternak memiliki hubungan yang tidak nyata (P<0,10), faktor tanggungan keluarga dan pengalaman berternak memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,05) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house di Kabupaten Kebumen. Rincian data selengkapnya mengenai analisis hubungan menggunakan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Tabel 12).

Tabel 12. Hasil analisis koefisien korelasi jenjang spearman untuk variabel yang diamati

No   Faktor-Faktor

rs

thitung

1    Umur

0,071

0,337tn

2    Pendidikan formal

-0,223

-1,210tn

3    Pendidikan non formal

0,054

0,288tn

4    Tanggungan keluarga

0,246

1,345tn

5    Kepemilikan ternak

-0,040

-0,213tn

6    Pengalaman berternak

0,265

1,453tn

7    Pengetahuan peternak

0,509

2,981sn

8    Sikap peternak

0,419

2,445n

9    Intensitas komunikasi peternak

0,558

3,556sn

Keterangan :

rs : koefisien korelasi

n : nyata

sn : sangat nyata

tn : tidak nyata

t tabel (0,01) db 28 = 2,467 t tabel (0,05) db 28 = 1,701 t tabel (0,10) db 28 = 1,312

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur berhubungan tidak nyata (P<0,01) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Rataan umur responden di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah adalah 45,9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur semakin resposif responden dalam berternak. Sari et al. (2009), menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh negatif terhadap adopter cepat, hal ini menunjukkan orang yang muda umurnya lebih inovatif dari pada mereka yang berumur lebih tua. Tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa umur peternak ayam pedaging tidak berpengaruh terhadap penerapan kandang sistem closed house ternak ayam pedaging. Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya perbedaan perilaku antara peternak muda dengan peternak tua. Sehingga tidak nampak secara nyata pengaruhnya terhadap penerapan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house.

Tingkat pendidikan formal menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,01) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Pada umumnya taraf Pendidikan yang tinggi, produktivitasnya juga akan semakin tinggi karena rasional dalam berfikir dibanding dengan yang tingkat pendidikan rendah, yang sulit untuk mengadopsi inovasi baru dan relatif bimbang dalam mangambil keputusan namun hal tersebut tidak berlaku untuk peternak yang ada di Kabupaten Kebumen. Hal ini didukung oleh Inggriati (2014), bahwa pendidikan formal pada peternak dapat meningkatkan wawasan peternak, sehingga peternak lebih inovatif. Suarta et al. (2020), yang menyatakan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya semakin baik.

Pendidikan non formal menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Sebagian besar peternak (80%) di Kabupaten Kebumen belum pernah mengikuti pendidikan non formal atau penyuluhan, hal ini dikarenakan kurangnya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan. Inggriati (2014), menyatakan bahwa peternak yang memiliki pendidikan non formal lebih tinggi, akan memiliki kemampuan belajar lebih tinggi dan memiliki wawasan yang lebih luas. Semakin sering peternak mengikuti pendidikan non formal maka semakin tinggi tingkat motivasi peternak ayam pedaging yang dilakukan karena semakin sering peternak mengikuti pendidikan non formal maka semakin meningkat pengetahuan dari peternak tersebut. Hal ini didukung oleh Inggriati (2014), bahwa untuk mengubah perilaku sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak setuju menjadi setuju, dan dari tidak terampil menjadi terampil, sampai menerapkan secara penuh suatu inovasi diperlukan penyuluhan yang efektif.

Tanggungan keluarga menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,05) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal ini berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sumbayak (2006), yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi petani dalam pengembangan usaha. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak pula beban hidup. Lebih lanjut Pricilia et al. (2019), menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak pula

beban hidup. Peternak hanya mendirikan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa melihat jumlah anggota keluarganya.

Jumlah kepemilikan ternak ayam pedaging menunjukkan hubungan sangat tidak nyata (P>0,10) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Jumlah kepemilikan ternak tidak mempengaruhi tingkat motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house karena banyak dan sedikitnya jumlah ternak yang dimiliki manajemen pemeliharaannya tetap sama. Berbeda dengan pendapat dari Rogers dan Shoemaker (1986), yang menyatakan bahwa petani peternak yang mempunyai ternak lebih banyak jumlahnya akan mempengaruhi petani peternak untuk belajar dengan giat dalam pengusahaan ternaknnya dan lebih cepat menerima ide-ide baru jika dikaitkan dengan kebutuhan ekonomi yang mereka dapatkan. Selain itu, petani peternak yang memiliki jumlah ternak yang lebih banyak akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk usaha ternaknya. Lebih lanjut Samsudin (1987), menyatakan bahwa semakin banyak ternak yang dipelihara, maka semakin besar kemungkinan resiko yang mereka hadapi dalam mengelola usaha taninya dilihat dari faktor ekonomi.

Pengalaman beternak ayam pedaging menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,05) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap motivasi peternak dalam menerapkan kandang sistem closed house, yang menyebabkan tidak adanya perbedaan perilaku antara peternak yang memiliki pengalaman beternak sebentar dengan peternak yang memiliki pengalaman beternak lebih lama dalam mencari alternatif atau inovasi baru untuk mengatasi masalah yang sedang dialami peternak. Berbeda dengan pendapat Soekartawi (2005), yang mengatakan bahwa pengalaman beternak suatu hal yang sangat mendasari seseorang dalam mengembangkan usahanya dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Lebih lanjut pendapat Mardikanto (1993), yang mengemukakan bahwa lebih banyak pengalaman yang dimiliki oleh petani peternak akan memudahkan petani peternak untuk meneruskan usaha peternakannya.

Pengetahuan beternak ayam pedaging menunjukkan hubungan yang sangat nyata (P>0,01) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Tingginya pengetahuan peternak dikarenakan kepedulian peternak kepada ternak yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena pengetahuan mempengaruhi pola pikir mereka dan mempunyai peranan penting dalam memunculkan motivasi seseorang terhadap suatu objek.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahyu (1986), yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan produk dari kegiatan berpikir manusia sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk mengadopsi inovasi. Supriyanto (1978), menyatakan bahwa orang yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi tentang suatu inovasi tersebut cenderung akan menerapkan inovasi lebih baik daripada mereka yang memiliki pengetahuan rendah. Lebih lanjut Spriyanto menyatakan bahwa pengetahuan sangat menunjang kelancaran petani dalam mengadopsi suatu inovasi untuk kelangsungan usaha taninya.

Sikap beternak ayam pedaging menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal ini berarti bahwa sikap yang positif dapat meningkatkan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Donnelly dalam Inggriati (2014), yang menyatakan bahwa, sikap adalah faktor penentu (determinasi) perilaku, karena berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam tingkah laku sosial masyarakat berkenaan mau tidaknya seseorang menerapkan suatu teknologi baru (Sanjaya, 2013). Sesuai dengan pendapat Rogers dan Shoemaker (1971) yang menyatakan bahwa semakin besar manfaat yang dirasakan dari suatu inovasi, maka semakin kuat pula motivasi maupun sikap petani untuk mengadopsinya.

Intensitas komunikasi menunjukkan hubungan yang sangat nyata (P<0,01) dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden melakukan komunikasi dengan sumber informasi akan menyebabkan semakin kuatnya motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house. Semakin giat petani mengadakan kontak atau komunikasi dengan penyuluh atau sesama petani akan semakin tinggi motivasi yang mereka miliki untuk memanfaatkan sumber informasi. Hal ini didukung oleh pendapat Tatik Inggriati et al. (2014), menyatakan bahwa intensitas komunikasi akan mendukung kebersamaan pengertian dan menyebabkan terjadinya tindakan yang sama. Intensitas komunikasi berhubungan dengan tingkat interaksi pengusaha peternakan terhadap seseorang dalam menunjang keberhasilan usahanya. Lebih lanjut Wijaya et al. (2014) mengemukakan bahwa intensitas komunikasi akan mendukung kebersamaan pengertian dan menyebabkan terjadinya tindakan yang sama.

Motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house dalam kategori kuat dengan rataan skor 4,0. Menurut Handoko (1977) menyatakan bahwa makin kuat motivasi seseorang maka makin kuat pula usaha untuk mencapai tujuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Bahwa yang berpengaruh pada motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house adalah pengetahuan dalam kategori tinggi, sikap dalam kategori positif, intensitas komunikasi dalam kategori kuat dan secara keseluruhan motivasi peternak termasuk tergolong katagori kuat dalam menerapkan kandang sistem closed house.

  • 2.    Faktor yang berhubungan dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house yaitu pengetahuan peternak, sikap dan intensitas komunikasi sedangkan umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, kepemilikan ternak, tanggungan keluarga dan pengalaman berternak tidak berhubungan nyata dengan motivasi peternak ayam pedaging dalam menerapkan kandang sistem closed house di Kabupaten Kebumen.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

Di harapkan kepada peternak untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan agar dapat meningkatkan motivasi serta wawasan peternak dalam beternak ayam pedaging.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., IPU. selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2018. Populasi Unggas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Unggas di Provinsi Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kebumen.

Dwiyanto. 2002. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia. PSKK-UGM, Yogyakarta.

Handoko, T.Hani. ( 1997). Manajemen Personalia dan Sumber Dayu Manusia. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.

Inggriati, N. W. T, I.G.P.S. Wijaya, N. K. Nuraini. 2014. Perilaku Pengusaha Peternakan Babi Landrace dalam Menanggulangi Dampak Pencemaran Lingkungan dan Respon Peternak Tradisional di Desa Wisata Taro kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Fakultas Peternakan Udayana. Denpasar.

Inggriati, N. W. T, Suparta. N, Suarna. W, dan Antara. M. 2014. An Effective Extension System to Improve the Behavior of Bali Cattle Breeder in Bali. E-Jurnal Peternakan Tropika, Denpasar.

Inggriati, N. W. T. 2014. Perilaku Peternak Sapi Bali Perbibitan dalam Sistem Penyuluhan di Bali (Disertasi). Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

North, M.O dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th Edit. Chapman and bHall, New York USA.

Pricilia, N.A.M., I. N. Suparta, N. W. Tatik Inggriati. 2019. Hubungan Perilaku Peternak dengan Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Sumba Timur. Peternakan Tropika. Fakultas Peternakan Udayana. Denpasar.

Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971 . Communication of Innovation : A Cross Cultural Approach . The Free Press . New York

Rogers, E.M. dan Shoemaker, F.F. 1971. Communication of Innovations. The Free Press, New York

Samsudin, U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta, Bandung.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sari, A.R., Trisakti, H. Dan Suci, P.S. 2009. Karakteristik Katagori Adopter dalam Inovasi Feed Additive Herbal Untuk Ayam Pedaging. Buletin Peternakan Vol. 33 (3): 1962013. Yogyakarta.

Siegel, S. 1997. Non Parametric for the Behavior al Sciences. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siegel, Sidney. 1997. "Statistik Nonparametik untuk Ilmu-ilmu Sosial" Dialihbahasakan oleh Zanzawi Suyuti dan Landung Siamtupang. Jakarta.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1981. Metodologi Penelitian Survai. LP3s, Jakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit UI Press.Jakarta

Suarta, G, N. Suparta, I G. N. G Bidura, B. R. T. Putri. 2020. Effective communication models to improve the animal cooperatives performance in Bali-Indonesia. International Journal of Pharmaceutical Research 2020 vol. 12 (4): 3776 - 3785

Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sumbayak, J.B. 2006. Materi, Metode, dan Media Penyuluhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Supriyanto.1978. Adopsi Teknologi Baru di Kalangan Petani Tanaman Hias di Kelurahan Sukabumi Hilir. Agroenomika. Bogor.

Wahyu. 1986. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Usaha Nasional, Surabaya.

Wafiyah, A., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 2 Th. 2022 :291-307

Page 307