ISSN 2722-7286

Jurnal

FAPET UNUD


Jurnal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

Submitted Date: June 29, 2020

Accepted Date: July 9, 2020


Editor-Reviewer Article;: A.A. Pt. Putra Wibawa & I Wayan Wirawan

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BACILLUS SP.STRAIN BT3CL ATAU BACILLUS SUBTILIS STRAIN BR2CLTERHADAP PRODUKSI DAN KOMPOSISI KARKAS AYAM BROILER

Kertiyasa, I K.Y., I. G. Mahardika, I. M. Mudita.

PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali E-mail: [email protected] Telpon: +628196447775

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan komposisi karkas ayam broiler yang diberikan probiotik Bacillus sp. strain BT3CLatau Bacillus subtilis strain BR2CL. Penelitan dilaksanakan selama 2 bulan di Desa Tajen, Penebel, Tabanan, Bali. Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu ayam tanpa diberikan inokulan probiotik melalui air minum (A), ayam yang diberi tambahan inokulan bakteri probiotik Bacillus sp. strain BT3CL melalui air minum (B), ayam yang diberi inokulan bakteri probiotik Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (C) dan ayam yang diberi inokulan bakteri probiotikkombinasi Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (D). Variabel yang diamati meliputi berat hidup, berat karkas, persentase karkas, persentase lemak abdominal, bagian bagian karkas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan bakteri probiotik Bacillus sp. strainBT3CL dan Bacillus subtilis strainBR2CL dapat menghasilkan berat karkas, berat dada, berat paha atas, berat paha bawah dan berat sayap yang nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada ayam yang tanpa diberikan inokulan probiotik (A) serta dengan persentase lemak abdominal yang nyata lebih rendah (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian inokulan probiotik bakteri Bacillussp.strain BT3CL atau Bacillus subtilisstrain BR2CL mampu meningkatkan berat karkas, berat dada, berat paha atas, berat paha bawah dan berat sayap dan menurunkan persentase lemak abdominal broiler pada umur 35 hari

Kata kunci: Ayam broiler, Bacillus sp. strain BT3CL, Bacillus subtilis strain BR2CL, Karkas

EFFECTS OF ADDITION PROBIOTIC OF BACILLUS SP. BT3CL STRAIN OR BACILLUS SUBTILIS BR2CL STRAIN ON BROILER CHICKEN PRODUCTION AND CARCASS COMPOSITION

ABSTRACT

This experiment as conducted to findproduction and composition of broiler chicken carcasses given probiotics Bacillus sp. BT3CL strain or Bacillus subtilis BR2CL strain. The research was carried out for 2 months in the Tajen Village, Penebel, Tabanan, Bali and


continued with sample analysis at the Laboratory of Animal Nutrition and Food, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University. The design used completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments and 5 replications. The treatment given was chicken without additional probiotic inoculants through drinking water (A), chickens were given additional probiotic bacteria inoculants Bacillus sp. BT3CL strain through drinking water (B), chickens given additional inoculant probiotic bacteria Bacillus subtilis BR2CL strain through drinking water (C) and chickens given additional probiotic bacterial inoculant combination Bacillus sp. BT3CL strain and Bacillus subtilis BR2CL strain through drinking water (D). The observed variables included cutting weight, carcass weight, carcass percentage, abdominal fat, carcass portion, and non carcass weight. The results showed that the administration of probiotic bacteria Bacillus sp.strains BT3CLor Bacillus subtilis strain BR2CL can produce carcass weight, breast weight, back percentage, upper thigh weight, lower thigh percentage and wing weight that are significantly higher (P<0.05) than chickens without additional probiotic inoculants (A) and with abdominal fat percentage which was markedly lower (P<0.05). Based on the results of this research concluded that the additionof probiotic bacteria Bacillus sp. BT3CL strain or Bacillus subtilis BR2CL strain can increase carcass weight, chest weight, upper thigh weight, lower thigh weight and broiler wing weight at 35 days and with lower abdominal fat percentage

Keywords:broiler, Bacillus sp. BT3CL, Bacillus subtilis BR2CL, carcas’s composition

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan penduduk serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, membutuhkan suatu upaya ekstra untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pengembangan sektor peternakan khususnya ayam broiler yang diketahui memiliki daya produktivitas tinggi, terutama kemampuan produksi daging dalam waktu yang relatif singkat merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan. Data BPS, telah menunjukkan populasi ayam dari Sabang sampai Merauke terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2016 tercatat 1,63 miliar, tahun 2017, populasi ayam tercatat sebesar 1,84 miliar dan di Tahun 2018, populasi ayam mencapai 1,89 miliar ekor. Peningkatan tersebut karena produk ayam pedaging merupakan salah satu produk yang digemari di kalangan masyarakat Indonesia dengan harga yang relatif murah.

Peternak di Indonesia pada umumnya masih berkeyakinan bahwa produksi ternak broiler khususnya hampir tidak mungkin berhasil tanpa penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan. Sejak tahun 1970 pada saat peternakan broiler mulai berkembang di Indonesia, muncul penggunaan antibiotika sebagai pemacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Penggunaan antibiotik berhasil membuat peternakan rakyat mampu meningkatkan produksinya, sehingga dalam waktu yang relatif singkat penggunaan

antibiotik dibidang peternakan berkembang pesat bahkan cendrung tanpa terkendali dan antibiotik dapat dibeli di berbagai poultry shop dengan bebas (Soeharsono, 2010).

Sebagai bahan tambahan, antibiotik diberikan dalam dosis kecil secara terus menerus dengan maksud mencegah berkembangnya mikroorganisme patogen. Penggunaan antibiotik semacam ini dapat menyebabkan mutasi kromosom patogen. Selain itu, penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan diketahui juga memiliki beberapa efek negatif lain terhadap kesehatan hewan dan hasil produksinya, seperti residu pada jaringan, waktu eliminasi yang lama, perkembangan resistensi mikroorganisme, alergi. Meskipun aplikasi antibiotik bukan pada manusia, penggunaan antibiotik untuk ternak ini dampaknya dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Markovic et al., 2009; Soeharsono, 2010).

Permasalahan terkait produktivitas ternak muncul ketika usaha ayam broiler tidak diperbolehkan lagi menggunaan imbuhan pakan khususnya antibiotik.DiIndonesia, pelarangan penggunan antibiotika sebagai Agen Growth Promoter/AGP telah diatur dalam Undang-Undang No. 18/2009 juncto Undang-Undang No.41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menyatakan pelarangan penggunaan pakan yang dicampur dengan hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan. Disisi lain, pelarangan penggunaan AGP menimbulkan keluhan dari para pengusaha/peternak ayam pedaging karena tanpa penggunaan AGP mengakibatkan pertambahan bobot badan ternak menjadi lambat sehingga akan berpengaruh juga terhadap berat karkas serta potongan komersial karkas dan juga mempengaruhi masa panen menjadi lebih lama yang menyebabkan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan peternak terutama dari biaya konsumsi pakan untuk mencapai bobot badan yang diharapkan (Harsono,2018).Penggunaan probiotik pada broiler diharapkan mampu merangsang mikroba asam laktat dalam usus sehingga komposisi bakteri asam laktat (BAL) dapat mempengaruhi fungsi usus. Proses penyerapan makanan kedalam tubuh akan menjadi optimal, dan berdampak pada bertambahnya bobot badan yang akan berkaitan terhadap persentase karkas. Persentase karkas broiler bervariasi antara 65 – 75% dari bobot badan, semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula (North dan Bell, 1990 )

Sumber pakan atau imbuhan pakan yang aman dan ramah lingkungan adalah solusi yang mampu menjawab permasalahan di atas. Pemanfaatan Mikroorganisme agen probiotik disinyalir mampu mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai referensi menunjukkan bahwa probiotik mampu meningkatkan produktivitas ternak serta menggantikan peran antibiotik karena kemampuannya menekan pertumbuhan mikroba patogensebagai respon dari aktivitas

serta kerja enzim ekstraseluler yang dihasilkannya (Fuller, 1997; Santosa 1999). Bakteri probiotik selulolitik seperti Bacillus subtilis strain BR2CLmaupunBacillus sp.strain BT3CL merupakan isolat bakteri yang potensial dimanfaatkan sebagai probiotik bagi ternak broiler.

Bakteri dari genus Bacillus baik Bacillus subtilis maupun Bacillus sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai agen probiotik. Bakteri Bacillus subtilis telah banyak digunakan sebagai probiotik oral (Green et al., 1999) dan merupakan bakteri Gram positif, non patogen, membentuk spora, serta umumnya digunakan sebagai organisme antidiare (Mazza, 1994). Santosa (1999) menyatakan bahwa bakteri proteolitik, seperti Bacillus sp., dapat menghambat konversi uric acid menjadi ammonia dengan cara menggunakan uric acid tersebut sebagai zat nutrisinya.

Bacillus subtilis strain BR2CL merupakan isolat bakteri selulolitik unggul asal cairan rumen sapi bali, sedangkan Bacillus sp. strain BT3CL merupakan isolat bakteri selulolitik unggul asal rayap yang keduanya mempunyai kemampuan mendegradasi substrat kaya selulosa selulosa cukup tinggi serta terindikasi mampu berperanan sebagai agen probiotik berdasarkan kemampuan hidupnya pada berbagai variasi suhu (30 – 60oC), pH (3,0 – 6,5) dan berbagai konsentrasi garam empedu (konsentrasi Natrium Dioksikolat/NaDC; 0,2 – 0,6 mM) (Mudita, 2019). Pemanfaatan kedua jenis bakteri tersebut bersama isolat Bacillus subtilis strain BR4LG dan Aneurinibacillus sp strain BT4LS dalam formula inokulan BR23T14 mampu menghasilkan silase jerami padi, konsentrat maupun ransum berbasis limbah berkualitas serta mampu meningkatkan produktivitas ternak sapi bali dengan emisi polutan yang rendah (Mudita, 2019).

Pemanfaatan bakteri Bacillus subtilis strain BR2CL maupun Bacillus sp. strain BT3CL sebagai probiotik bagi broiler belum pernah dilakukan, sehingga penelitian pemanfaatan kedua isolat bakteri tersebut sebagai pengganti Antibiotica Growth Promoter (AGP) dalam optimalisasi produksi dan komposisi karkas ayam broiler penting untuk dilakukan

MATERI DAN METODE

Materi

Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak serta Lab.

Sesetan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana untuk produksi inokulan probiotiknya selama ±1 bulan dan dilanjutkan dengan penelitian lapangan yang dilaksanakan di Desa

Tajen, Penebel, Tabanan, Bali, selama penelitian 45 hari.

Ayam

Penelitian ini menggunakan ayam broiler strain CP 707umur 14 hari sebanyak 100 ekor yang diproduksi PT. Charoen Phokphand Indonesia, Tbk. tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed).

Ransum dan air minum

Ransum yang diberikan pada ayam broiler penelitian adalah BR10 untuk broiler umur 1-7 Hari, BR1 (umur 8-21 hari), dan BR2 (umur 21 – 35 hari) yang diproduksi PT. Charoen Phokphand Indonesia, Tbk. Kandungan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel .1

Tabel 1.Kandungan nutrien ransum penelitian

Zat Nutrisi(1)

Umur(2)

BR10 (1 – 7 Hari )

BR1

(8 – 21 Hari )

BR2 (21 – Panen )

Kadar air (%)

Max 13.00

Max 13.00

Max 13.00

Protein (%)

22.0-24.0

21.0-23.0

19.0-21.0

Lemak (%)

Min 5.00

Min 5.00

Min 5.00

Serat (%)

Max 4.00

Max 5.00

Max 5.00

Abu (%)

Max7.0 0

Max7.0 0

Max7.0 0

Calsium (%)

Min 0.90

Min 0.90

Min 0.90

Fosfor (%)

Min 0.60

Min 0.60

Min 0.55

Alfatoksin

Max 40 ppb

Max 50 ppb

Max 50 ppb

Keterangan :

1) Brosur makanan ternak PT. Charoen Phokphand Indonesia tbk.

2) Semua perlakuan diberikan pakan yang sama sesuai dengan umur masing- masing.

Pemberian ransum dan air minum dilakukan secara adlibitum. Ransum tersebut diberikan setiaphari pada ayam broiler penelitian. Pemberian air minum yang ditambahkan dengan probiotik dilakukan mulai umur broiler 14 hari sampai 35 hari (sesuai perlakuan) dengan cara mencampur 50 ml probotik/1 liter air minum dan diberikan selama 2 jam/hari dan selanjutnya diberikan air biasa. Air minum yang diberikan adalah air yang bersumber dari PDAM. Konsumsi ransum, probiotik dan konsumsi air minum secara keseluruhan dicatat setiap hari.

Kandang

Sebelum DOC broiler dimasukkan ke dalam kandang, terlebih dahulu dilakukan sanitasi. Sanitasi kandang dilakukan setelah kandang dicuci dengan air dan detergen. Setelah kandang disanitasi kandang dibiarkan sampai kering kemudian ditaburi sekam dengan

ketebalan 10-15 cm, dan menyediakan tempat pakan dan minum pada setiap unit kandang. Luas unit kandang yang digunakan, yakni 1 x 1 m dengan tinggi 40cm. Persiapan broiler dipelihara dari DOC sampai umur 35 hari, perlakuan diberikan pada umur 14 hari sampai panen. Jumlah ayam keseluruhan adalah sebanyak 200 ekor selanjutnya ayam penelitian menggunakan interval bobot badan 5% dari bobot badan broiler umur 14 hari dan diambil sebanyak 100 ekor tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed), kemudian dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam kandang yang telah disekat dengan jumlah broiler 5 ekor/unit kandang. Pemanas kandang menggunakan lampu pijar 40 watt atau penambahan gasolek (pemanas)

Peralatan dan perlengkapan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah ember plastik, timbangan “Scale Kitchen” kapasitas 5 kg dengan kepekaan 50 g, kantong plastik, lampu, tempat pakan, tempat minum, sendok,tali, kalkulator. Alat tulis berupa buku, pulpen, penggaris. Alat-alat penunjang seperti pisau, gunting, baskom.

Perlengkapan lain yang digunakan dalam penelitian ini yakni kertas koran sebagai alas, bola lampu 100 watt, terpal/kain untuk menutupi kandang dari angin dan sabun untuk mencuci peralatan kandang

Vaksin

Vaksin yang diberikan :

  • 1.    Umur 5 hari :ND Kill melalui subcutan dan ND Lasota memulai tetes mata.

  • 2.    Umur 12 hari : Gumboro melalui tetes mulut

  • 3.    Umur 19 hari : ND Lasota melalui air minum

Probiotik

Probotik yang dipakai dalam penelitian ini adalah 3 jenis yaitu probiotik yang menggunakan Bacillus sp. strain BT3CL,Bacillus subtilis strain BR2CL, dan kombinasi kedua bakteri tersebut sebagai sumber bakteri probiotiknya.

Metode

Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor broiler sehingga terdapat 20 unit percobaan dengan perlakuan (P) yaitu:

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor broiler sehingga terdapat 20 unit percobaan

dengan perlakuan (P) yaitu:

P0 = Ayam tanpa diberikan tambahan probiotik.

P1 = Ayam yang diberi tambahan probiotikBacillussp.strain BT3CLsejumlah 5% dalam 1 liter air minum selama 2 jam setiap hari

P2 = Ayam yang diberi tambahan probiotikBacillus subtilis strain BR2CLsejumlah 5% dalam 1 liter air minumselama 2 jam setiap hari

P3 = Ayam yang diberi tambahan probiotikkombinasi Bacillussp.strain BT3CLdan Bacillus subtilis strain BR2CLsejumlah 5% dalam 1 liter air minumselama 2 jam setiap hari.

Pembuatan probiotik

  • 1 . Kultur isolat bakteri unggul

Isolat bakteri murni yang dipakai pada penelitian ini adalah isolat bakteri selulolitik unggul hasil penelitian Mudita (2019) yaitu isolat bakteri selulolitik unggul asal rumen sapi bali “Bacillus subtilis starin BR2CL”, serta isolat bakteri selulolitik unggul asal rayap “Bacillus sp. strain BT3CL” yang terlebih dahulu ditumbuhkan dalam medium Nutrien Broth pada Abs. 0,5 λ 650 nm yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 37-39oC selama 3 hari. Kultur bakteri cair yang dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan untuk produksi inokulan.

  • 2 .Medium Inokulan

Medium yang dipakai dalam produksi inokulan pada penelitian ini adalah medium yang disusun dari kombinasi sumber nutrien sintesis (pro-analisis) dan bahan alami dengan komposisi bahan disajikan pada Table 2

Tabel 2. Komposisi Bahan Penyusun Medium Inokulan Probiotik dalam 1 liter

No

Bahan penyusun

Presentase

1

Nutrien Broth (g)

1%

3

Molases (g)

10%

4

Urea(g)

1%

5

CMC

0,25%

6

Multi vitamin Mineral “pignox”(g)

0,15%

7

Garam dapur

0,25%

8

ZA

1%

9

Air bersih

Hingga volume 1liter

Sumber: Mudita (2019)

Pembuatan medium inokulan dilakukan dengan cara mencampur seluruh bahan medium inokulan sehingga homogen dan di bantu pula dengan proses pemanasan hingga mendidih selama ± 15 menit dan selanjutnya disaring. Kemudian larutan medium inokulan disterilisasi dalam autoklap pada T 121˚C selama 15 menit. Setelah medium inokulan mendingin (T 39 ˚C), medium siap dimanfaatkan dalam produksi bioinokulan.

  • 3.I nokulan Probiotik

Inokulan probiotik yang diproduksi pada penelitian ini adalah 3 jenisyang di formulasikan dari bakteri probiotik selulolitik unggul hasil penelitian Mudita (2019) yaitu “Bacillus sp strain BT3CL” isolat bakteri asal rayap dan “Bacillus subtilis strain BR2CL”isolat bakteri asal cairan rumen sapi bali. Jenis dan komposisi probiotik yang diproduksi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi dan Formulasi Inokulan penelitian

Jenis/Formulasi

Kultur Bakteri (ml)

Medium (ml)

Bacillus sp strain BT3CL  Bacillus subtilis strain BR2CL

Probiotik 1

Probiotik 2

Probiotik12

900                 100                         -

900                  -                         100

900                 50                        50

Produksi inokulan dilakukan dengan cara mencampur 10% kultur mikroba (sesuai perlakuan) dengan 90% medium inokulan, selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar selama 57 hari. Setelah masa inkubasi, inokulanprobiotik siap dimanfaatkan. Kualitas inokulan probiotik yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kualitas Inokulan Probiotik Penelitian

Kualitas

Inokulan Probiotik

IB1            IB2             IB12

Kandungan Nutrien

  • 1 . Fosfor (ppm)

  • 2 .Calsium (ppm)

Total Bakteri (x 108 CFU)

172.654      172.478        161.688

977.774      979.424       958.486

13,13         14,67           12,13

Tingkat Degradasi Substrat Inokulan (cm/15µl inokulan)

  • 1.    Asam Tanat (cm/15µl)

  • 2.    CMC (cm/15µl)

  • 3.    Avicel (cm/15µl)

  • 4.    Xylan (cm/15µl)

1.003            1,000         0.979

1.148            1.129         1.133

1.179            1.249         1.167

1.312            1.318         1.254

Aktivitas Enzim setelah inkubasi 1 jam (IU = mmol/ml/menit)

  • 1.    Ligninase (IU)

  • 2.    Endoglukanase (IU)

  • 3.    EksoGlukanase (IU)

  • 4.    Xylanase (IU)

6,566           6,410        6,590

11,319          10,817        11,043

10,525          10,623         9,741

133,002         149,375      156,181

Keterangan :

1) IB1 adalah Bacillus sp. strain BT3CL

2) IB2 adalah Bacillus subtilis strain BR2CL

3) IB12 adalah campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL Sumber: Mudita et al. (2019)

Pemeliharaan

Persiapan kandang dilakuan dua minggu sebelum penelitian. Persiapan kandang dimulai dari pencucian kandang dan peralatannya dengan menggunakan desinfektan dengan larutan formalin dengan pertandingan 1 : 15 liter air, untuk membunuh penyakit. Pengontrolan kandang, pemasangan tempat pakan dan minumserta pemberian alas dari sekam kemudian kandang diistirahatkan selama 1 minggu. DOC yang baru datang diberi 2% larutan air gula selama 4 jam untuk mengembalikan tenaga yang hilang dan mencegah stress pada ayam. Ternak diterima sudah di Vaksin ND La Sota yang diteteskan pada mata oleh pihak perusahaan. Setiap hari dilakukan pengontrolan pemeliharaan seperti pakan, air minum perlakuan, air minum biasa dan lain-lain.

Pengacakan Ayam

Jumlah ayam perlakuan sebanyak 200 ekor selanjutnya ayam penelitian menggunakan interval bobot badan 5% dari bobot badan broiler umur 14 hari dan diambil sebanyak 100 ekor tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed), kemudian dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam kandang yang telah disekat dengan jumlah broiler 5 ekor ayam untuk 1 unit penelitian. Ayam yang telah masuk dalam interval yang ditentukan diambil secara acak hingga menjadi diperoleh 20 unit penelitian. Kemudian dilakukan pengacakan kandang untuk penentuan pemberian perlakuan. Tiap perlakuan (dari 4 perlakuan) dilakukan 5 kali ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat 20 unit perlakuan.

Pemotongan Ayam

Untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, ayam yang akan dipotong dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam agar saluran pencernaan bersih sehingga mempermudah penanganan dan pengamatan serta diperoleh data pengamatan yang lebih akurat. Pemotongan yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti metode Kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan oesofagus. Pada saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat keluar secara sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot tubuh. Setelah proses penyembelihan, dilakukan pencabutan dan pembersihan bulu. Proses pembersihan bulu ini dapat dipermudah dengan sebelumnya mencelupkan ayam ke dalam air panas dengan suhu 50-54°C selama 30 detik. Proses selanjutnya adalah pemotongan bagian kepala dan kaki serta pengeluaran organ dalam. Proses pengeluaran organ dalam dimulai dari pemisahan tembolok dan trakhea serta kelenjar minyak bagian ekor. Kemudian pembukaan rongga badan dengan membuat irisan dari kloaka ke arah tulang dada. Kloaka dan

organ dalam lalu dikeluarkan, kemudian dilakukan pemisahan tiap-tiap organ (Soeparno, 1994).

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain berat hidup, berat dan persentase karkas, bobot berat bagian karkas (dada, paha atas, paha bawah, sayap dan punggung), dan persentase lemak abdominal.

Pengukuran Variabel Pengamatan a.Berat Hidup

Berat hidup adalah berat yang didapat dengan cara menimbang berat ayam pada akhir penelitian (broiler umur 35 hari) setelah dipuasakan selama 12 jam.

  • b.    Berat Karkas (g/ekor)

Berat karkas ayam diperoleh dari hasil pengurangan berat potong hidup dikurangi berat kepala, darah, bulu, kaki, dan isi perut.

Berat karkas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

BK (g/ekor) = BH - BO

Dimana : BK = Berat karkas (g/ekor)

BH = Berat hidup (g/ekor)

BO = Berat organ kepala, kaki, bulu, darah, dan isi perut (g/ekor) c. Persentase Berat Karkas

Persentase berat karkas dihitung berdasarkan perbandingan berat karkas dengan berat potong dan dikalikan 100%.

Menurut Bundy dan Diggins (1960), persentase karkas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

,           . i            Berat karkas(a} .  _

Persentase Berat Karkas (%) = ----—-—— x 10 O

v 7 Barathldup(g}

  • d.    Berat bagian-bagian karkas

Pengukuran potongan karkas dilakukan dengan cara ayam broiler dipotong, kemudian bagian-bagian karkas dipisahkan dari tubuh ayam dan ditimbang. Peubah yang 1.Potongan karkas komersial bagian dada (Breast) diperoleh dengan cara memotong bagian karkas yang didapatkan pada daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang. 2.Paha atas (Thigh) didapat dari paha yang dipotong pada sendi Articulation coxae dengan Os femur, (Kristiani etal, 2017). Pada saat penelitian, pengambilan sampel daging paha atas dilakukan dengan memotong pada sendi Articulation coxae dengan Os femur,. Hasil penimbangan

dinyatakan sebagai berat paha atas .3.Paha bawah (drumstick) didapat dengan memotong pada bagian sendi antara tulang femur dan tulang tibia (Kristiani etal, 2017). Pada saat penelitian, pengambilan sampel daging paha bawah dilakukan dengan memotong pada sendi antara tulang femur dan tulang tibia. Hasil penimbangan dinyatakan sebagai berat paha bawah. 4. Sayap (wing) terdiri dari seluruh sayap dengan semua otot dan jaringan kulit secara utuh. Sayap dipotong pada bagian pangkal persendian Os humerus (Kristiani et.al, 2017). Hasil penimbangan yang telah dilakukan dinyatakan sebagai berat sayap. 5. Bobot punggung (carcass) diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas yang diambil pada daerah tulang belakang sampai tulang panggul (g).

  • e.    Persentase berat lemak abdominal

Persentase lemak abdominal dilakukan dengan cara menimbang lemak yang didapat dari lemak yang berada pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang (Salam et al, 2013). Sembiring (2001), menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas broiler ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari broiler tersebut, selain itu banyaknya kandungan lemak akan mempengaruhi penyusutan dari daging. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, sebagian yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi.

Menurut Waskito (1983), persentase lemak abdominal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

  • . r 1     1   ∙  1     _ S^-βtiwnβk^<iβwnnαZ⅛) . .

Persentase Lemak Abdominal (%) —---------ii------XlOU

Analisis data

Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis sidik ragam (anova), apabila terdapat nilai yang berbeda nyata (P<0,05), analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (Sastrosupadi, 1995)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat hidup

Rata–rata berathidup ayam broiler umur 35 hari yang diberikan air minum tanpa tambahan probiotik sebagai perlakuan kontrol (A) adalah 2146 g/ekor,sedangkan ayam yang diberi tambahan probiotikBacillussp.strain BT3CL(B), Bacillus subtilis strain BR2CL serta kombinasi Bacillussp.strain BT3CLdan Bacillus subtilis strain BR2CL(D) menghasilkan bobot hidup yang nyata lebih tinggi (P<0,05) masing-masing sebesar 13,56 %; 14,77 % dan 9,69 %

dibandingkan dengan perlakuan A. Pemberian tambahan probiotik Bacillus subtilis strain BR2CLmelalui air minum (C) menghasilkan berat hidup tertinggi (2463.6 g/ekor) yang secara kuantitatif lebih tinggi (P>0,05) 2437.80 g/ekor dan 2354.00 g/ekor dibandingkan dengan perlakuan B dan D, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05)

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus sp.strain BT3CL atau Bakteri Bacillus

subtilis strain BR2CL Terhadap Komposisi Karkas Ayam Broiler

Variabel

Perlakuan1)

SEM2)

A

B

C

D

Berat Hidup (g/ekor)

2146.00b

2437.80a

2463.60a

2354.00a

38.30

Berat Karkas (g/ekor)

1535.00c

1774.20ab

1836.20a

1688.80b

31.19

Persentase Karkas (%)

71.56a

72.84a

74.53a

71.69a

0.94

Keterangan :

1). Ayam tanpa diberikan tambahan inokulan probiotik sebagai kontrol (A), Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus sp. strain BT3CL melalui air minum (B), Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (C), dan Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (D).

2). SEM = Standard Error of the Treatment Mean

3). Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Berat hidup dipengaruhi oleh konsumsi pakan dimana hasil penelitian Dewi (2019; unpublish) menunjukkan bahwa konsumsi pakan pada pemberian inokulan probiotik Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL menunjukan konsumsi pakan yang lebih tinggi (Lampiran 2).Hal ini diduga sebagai akibat inokulan probiotik Bacillus sp.strain BT3CL(B) dan Bacillus subtilis strain BR2CL (C)mempunyai total bakteri dan enzim endoglukanase maupun eksoglukanase yang lebih tinggi yaitu masing-masing sebesar11.319; 10.817; 10.525;10.623(Tabel 4). Adanyapopulasi bakteri dan aktivitas enzim perombakserat (endoglukanase maupun eksoglukanase) yang tinggi akan membantu proses pencernaan pakan menjadilebih cepatdan membuat tembolok lebih cepat kosong sehingga akan merangsang hipotalamus untuk mengonsumsi pakan kembali sehingga akan meningkatkan pasokan dan ketersediaan nutrien bagi ternak. Hal inilah yang menyebabkan berat hidup broiler yang diberi perlakuan B dan C menjadi lebih tinggi. Selain itu bakteri yang telah mengalami degradasi atau mati akan menjadi single protein yang berkualitas dan mudah diserap melalui fili- fili usus ternak sehingga mampu meningkatkan suplai nutrien dan sekaligus pertumbuhan ayam broiler.

Pada perlakuan D yaitu broiler yang diberiinokulan probiotik kombinasibakteri Bacillus sp. strain BT3CL danBacillus subtilis strain BR2CL memiliki berathidup yang lebih

rendah dibandingkan perlakuan B dan C. Hal ini diduga karena penggunaan kombinasi bakteri probiotik pada perlakuan D menghasilkan inokulan dengan populasi bakteri yang lebih rendah daripada inokulan B atau C yaitu 12,13x108 CFU Vs 13,13 – 14,67 x 108CFU dan dengan tingkat degradasi substrat maupun aktivitas enzim yang lebih rendah (kecuali xylanase) (Tabel 4). Hal ini kemungkinan akibat penggunaan kombinasi dua jenis mikroba yang mempunyai kharakteristik hampir sama yaitu pendegradasi serat mengakibatkan mulai terjadinya kompetisi mikroba dalam pemenuhan kebutuhan nutriennya sehingga kualitas inokulan yang tercermin dari populasi total bakteri, kemampuan degradasi substrat maupun aktivitas enzim yang dihasilkan lebih rendah daripada penggunaan bakteri tunggal. Sehingga berpengaruh terhadap lambatnya proses pencernaan dan penyerapan nutrien pakan dibandingkan pemberian inokulan bakteri probiotik tunggal (perlakuan B dan C).

Berat badan yang tinggi mengindikasikan pertumbuhan yang baik karena nutrien dalam ransum mampu digunakan tubuh untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal, baik pertumbuhan tulang, daging maupun lemak. Berat badan yang tinggi menunjukkan pertumbuhan daging yang baik serta semakin besar konformasi tulang yang dibentuk sebagai tempat melekatnya daging dan menopang tubuh. Dalam proses pembentukan konformasi tulang, proses kalsifikasi tulang meningkat. Proses kalsifikasi tulang memerlukan jumlah kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang seimbang guna dibawa ke dalam matriks tulang yang akan mempengaruhi kepadatan, kekuatan dan struktur tulang. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain faktor nutrisional yang meliputi protein, vitamin dan mineral (kalsium, fosfor, natrium, kalium). Hal ini juga tercermin pada penelitian ini, dimana pemberian probiotik yang kaya nutrien “ready fermentable” serta mineral khususnya kalsium dan fosfor (Tabel 4) mampu meningkatkansecarasignifikan berat hidup broiler yang dihasilkan. Pemberian inokulan probiotik pada perlakuan B, C dan D akan meningkatkan pasokan nutrien khususnya kalsium dan fosfor yang akan dimanfaatkan dalam proses kalsifikasi sehingga pembentukan komponen tubuh khususnya tulang akan meningkatkan yang sekaligus akan meningkatkan percepatan pertumbuhan yang tercermin dalam bobot badan maupun bobot potong broiler (Tabel 5). Hal ini didukung oleh Soeharsono (2002) yang menyatakan bahwa efek dari penggunaan atau penambahan probiotik pada pakan ayam broiler dapat meningkatkan daya tahan tubuh, rata-rata pertambahan bobot badan meningkat dan efisiensi pemanfaatan ransum meningkat.

Berat Karkas dan Presentase Karkas

Rata-rata berat karkas ayam broiler pada perlakuan A adalah 1535 g/ekor, sedangkan pada perlakuan B,C dan D masing–masing 15,58 %,19,62% dan 10,01% nyata lebih tinggi (P<0,05)daripada perlakuan A.Rata- rata berat karkas pada perlakuan B adalah 1774.20 g/ekor,sedangkan pada perlakuan C 3,49 % nyata lebih tinggi (P<0,05)daripada perlakuan B dan perlakuan D 4,18 %tidak nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan B.Rata- rata berat karkas pada perlakuan D adalah 1688.80g/ekor sedangkan pada perlakuan B 5,05 % nyata lebih tinggi di bandingkan perlakuan D.Rata–rata persentase karkas pada perlakuan A 71,57% sedangkan pada perlakuan B,C dan D masing–masing adalah 1,77 %,4,14 % dan 0,16 % tidak nyata lebih tinggi (P>0,05)dari pada perlakuan A. Rata – rata persentase karkas pada perlakuan B adalah 72.84 % sedangkan pada perlakuan C 2,32 % tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan perlakuan B dan pada perlakuan D 1,57 % tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan perlakuan B.Rata-rata persentase karkas pada perlakuan D adalah 71,69 % sedangkan pada perlakuan B 1,60 % tidak lebih tinggi (P>0,05) di bandingkan perlakuan D.

Berdasarkan Tabel .5 dapat diamati berat karkas paling tinggi berada pada perlakuan C dengan rata- rata berat karkas 1836,2 g/ekor, sedangkan rata – rata berat karkas paling rendah berada pada perlakuan A yang menghasilkan berat karkas sebesar 1535 g/ekor. Berat karkas dipengaruhi oleh berat ayam akhir saat dipotong.Hal ini menunjukan bahwa pemberian probiotik dalam air minum mampu meningkatkan berat karkas secara signifikan yang berarti terjadinya peningkatan yang lebih tinggi pada komponen tubuh yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Di samping itu probiotik dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, seperti di laporkan juga oleh Candrawati et,al. (2014) bahwa suplementasi khamir Saccharomyses sp. yang diisolasi dari feses sapi bali nyata dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan dalam saluran pencernaan ayam.

Berat Karkas yang dihasilkan pada penelitian dengan penambahan probiotik lebih tinggi dengan kisaran antara 1688,8-1836,2 g/ekor, sedangkan broiler tanpa penambahan inokulan probiotik menghasilkan berat karkas 1535 g/ekor. Berat karkas individual ditentukan oleh berat karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya dibedakan menjadi ukuran kecil 0,81 kg, ukuran sedang 1-1,3 kg, ukuran besar 1,2-1,5 kg (SNI 3924;2009.).Berdasarkan katagori tersebut, semua ternak penelitian menghasilkan karkas dengan katagori tinggi/besar, diatas standar yang ditetapkan SNI. Dihasilkannya berat karkas yang lebih rendah pada perlakuan A diduga disebabkan oleh ketiadaan penambahan probiotik sehingga populasi bakteri pathogen

dalam saluran pencernaan ayam broiler lebih tinggi yang berpengaruh pada peningkatan resiko infeksi saluran cerna (yang akan menambah berat saluran cerna sekaligus berat non karkas. Disamping itu ketiadaan bakteri probiotik juga akan meningkatkan deposisi lemak pada saluran cerna (lemak mesentrium, lemak empedal) sehingga akan menurunkan pasokan nutrien yang akan dipakai untuk produksi daging (protein) yang mengakibatkan penurunan produksi karkas.

Hasil penelitian menunjukkan rata – rata persentase karkas ayam broiler berkisar antara 71,56 – 74,53%. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian tambahan inokulan bakteri probiotik Bacillus sp. strain BT3CL,Bacillus subtilis strain BR2CL dan inokulan bakteri probiotik campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL ke dalam air minum memberrikan pengaruh tidak nyata terhadap presentase karkas ayam broiler(P>0,05). Brake et. al.(1993) persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan berat hidup. Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan berat hidup.

Persentase karkas yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu 71,56 – 74,53%, masih berada pada kisaran normal65-75% dari bobot hidup (North dan Bell, 1990). Ditambahkan pula bahwa semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya akan semakin tinggi.Sumarsih et al. (2012) mengungkapkan bahwa mikroba-mikroba probiotik penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah komponen serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran percernaan ternak unggas. Pada penelitian ini, probiotik yang diguanakan adalah bakteri probiotik selulolitik yaitu Bacillus sp.strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL yang keduanya telah diketahui mempunyaikemampuan yang tinggi dalam perombakan senyawa selulosa (Mudita, 2019). Keuntungan lain penggunaan probiotik adalah dapat mengurangi tekanan negatif yang diakibatkan adanya hambatan pakan (berupa anti nutrisi) pada pakan, karena probiotik mampu menstimulasi peningkatan ketersediaan zat gizi bagi induk semang melalui kemampuan aktivitas enzim yang dihasilkannya dalam menguraikan berbagai senyawa anti nutrisi.

Berat dada (Breast)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan A yaitu broiler yang tanpa diberi tambahan inokulan probiotik (kontrol) menghasilkan berat dada sebesar523,6 g/ekor, sedangkan pada broiler yang diberiperlakuan B(diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus sp. strain BT3CL) dan C (diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus subtilis

strain BR2CL) menghasilkan berat dada masing-masing 19,44 % dan 26,01% lebih tinggidan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan perlakuan A, sedangkan pemberian perlakuan B (diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL) adalah 9,74% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05)dari perlakuan A.Pemberian perlakuan B menghasilkan berat dada (625.40 g/ekor) sedangkan pada perlakuan C 5,50 %, yang tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan perlakuan B, sedangkan pada perlakuan D 8,12 % tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan perlakuan B.Rata-rata berat dada pada perlakuan D adalah 574.60 g/ekor sedangkan pada perlakuan B 8,84 % nyata tidak lebih tinggi dibandingkan perlakuan D.

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Bacillus sp.strain BT3CL atau Bacillus subtilis strain BR2CL Terhadap Bagian-Bagian Karkas Ayam Broiler

Variable

Perlakuan1)

SEM2)

A

B

C

D

Berat dada (Breast)

523.60b

625.40a

659.80a

574.60ab

20.79

Berat paha atas (Thigh)

218.40b

279.20a

274.80a

234.60b

8.87

Berat paha bawah (drumstick)

172.20b

211.20a

224.40a

185.80ab

12.00

Berat sayap (wing)

140.60b

160.20a

159.80a

149.80ab

3.96

Berat punggung (caracass)

478.40a

494.00a

512.60a

495.40ab

12.45

Persentase lemak abdominal

2.35a

1.26b

1.24b

1.09b

0.14

Keterangan :

1). Ayam tanpa diberikan tambahan inokulan probiotik sebagai kontrol (A), Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus sp. strain BT3CL melalui air minum (B), Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (C), dan Ayam yang diberi tambahan inokulan probiotik bakteri campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL melalui air minum (D).

2). SEM = Standard Error of the Treatment Mean

3). Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hal ini disebabkan peningkatan kemampuan mendegradasi subtrat (nutrien pakan) sebagai respon dari adanya populasi bakteri, aktivitas enzim (ligninase, endoglukanase, eksoglukanase, maupun xylanase) serta kemampuan degradasi substrat yang tinggi sehingga proses pencernaan pakan berlangsung dengan lebih baik dan lebih efisien. Disamping itu adanya berbagai nutrien dalam inokulan akan meningkatkan pasokan nutrien (makro maupun mikro nutrien) termasuk fosfor yang merupakan salah satu elemen penting dalam pembentukan serat daging sehingga akan meningkatkan pula berat dada ayambroiler.

Pada perlakuan D yaitu pemberian inokulan bakteri probiotik campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL ke dalam air minum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap potongan komersial karkas ayam khususnya dada. Hal ini diduga karena pada inokulan B12 (perlakuan D) sudah mulai adanya kompetisi antar mikroba

yang juga tercermin dari kualitas inokulan yang dihasilkan khususnya populasi total bakteri, aktivitas enzim dan kemampuan degradasi substrat yang lebih rendah daripada inokulan pada perlakuan B maupun C. Adanya kompetisi antara probiotik Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL mengakibatkan penyerapan nutrient mulai terganggu dan juga menyebabkan tidak menunjukan hasil yang signifikan. Selain itu perbedaan berat dada disebabkan karena perbedaan berat karkas setiap perlakuan sehingga berpengaruh terhadap berat dada dan persentase dada pada ayam pedaging.Pola pertumbuhan yang di tunjukan persentase dada tertinggi di peroleh pada perlakuan C dan rataan terendah di peroleh pada perlakuan D.Peningkatan persentase dada pada perlakuan B dan C disebabkan karena penurunan persentase lemak subkutan termasuk kulit karkas.Dalam keadaan normal, dengan kondisi lingkungan yang baik persentase dada berkisar 35 % (Tatli et al., 2007) dan apabila dibandingkan dengan persentase potongan komersial lainnya,bagian dada mempunyai persentase lebih tinggi.

Berat paha atas (Thigh)

Rata–rata berat paha atas pada perlakuan A adalah 218,4 g/ekor (Tabel 6), sedangkan pada perlakuan B dan C masing–masing 27,83% dan 25,82% nyata lebih tinggi (P<0,05)daripada perlakuan A,sedangkan perlakuan D adalah7,41% tidak nyata lebih tinggi(P>0,05) dibandingkan perlakuan A.Rata- rata berat paha atas pada perlakuan B adalah 279.20 g/ekor sedangkan pada perlakuan C 1,57% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05). dibandingkan perlakuan B dan pada perlakuan D 15% nyata lebih rendah di bandingkan perlakuan B. Rata-rata perlakuan D adalah 234.60 g/ekor sedangkan pada perlakuan B 19,01 % nyata lebih tinggi (P<0,05) di bandingkan perlakuan D.

Berat paha atas yang semakin tinggi di pengaruhi oleh berat karkas. Hal ini menunjukan pemberian probiotik dalam air minum terutama Bacillus sp, Bacillus subtilis mampu mengubah berat paha atas secara signifikan hal ini di karenakan kedua probiotik tersebut mengandung mineral calcium dan fosfor ketika bakteri probiotik dapat meningkatkan berat daging dan tulang ayam. Mudita (2019) menyatakan bahwa bakteri inokulan probiotik Bacillus subtilis dan Bacillus sp memiliki kandungan kalcium sebesar 979,424; 977,774 dan fosfor sebesar 172,478 ; 172,654 (Tabel 4) sehingga perpaduan dengan mineral pada pakan menyebabkan peningkatan serat daging dan berat tulang pada ayam.

Berat paha bawah (drumstick)

Rata–rata berat paha bawah pada perlakuan A adalah 172.2 g/ekor. Pemberian perlakuan B dan C meningkatkan secara nyata (P<0.05)masing masing 22.64% dan 30.31%

dibandingkan perlakuan A (kontrol), sedangkan pemberian perlakuan D sebesar 7.89% tidak nyata lebih tinggi (P>0.05) dibandingkan perlakuan A.Pemberian perlakuan Bmenghasilkan berat paha bawah sebesar 211.20 g/ekor sedangkan pada perlakuan C 6,25% tidak nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan perlakuan D 12,02% tidak nyata lebih lendah di bandingkan perlakuan B.Rata-rata perlakuan D adalah 185.80 g/ekor sedangkan pada perlakuan B 13,67% lebih tinggi dibandingkan perlakuan D, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).

Dalam penelitian ini, ayam mengkonsumsi ransum dengan jumlah dan nutrien yang sama, diduga enzim fitase yang dihasilkan menyerap nurien yang relatif sama pula, sehingga enzim fitase tersebut belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketersediaan asam amaino yang diperlukan untuksintesis protein daging paha.

Energi dan asam amino yang ada lebih aktif digunakan untuk berjalan atau sebagai tenaga gerak. Hal inilah yang mungkin juga menyebabkan persentase bagian paha ayam broiler tidak berbeda nyata. Menurut Moran (1995) bahwa bagian paha dari karkas ayam broiler sangat dipengaruhi oleh faktor ransum.

Berat sayap (wing)

Rata- rata berat sayap pada perlakuan A adalah 140,6 g/ekor sedangkan pada perlakuan B dan C masing – masing 13,94% dan 13,65% nyata lebih tinggi dari perlakuan A (P<0,05),sedangkan pada perlakuan D 6,54% tidak nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan A(P>0,05). Pemberian perlakuan Bmampu menghasilkan rata- rata berat sayap sebesar 160.20g/ekor sedangkan pada perlakuan C dan D 0,24% dan 6,49 %, lebih rendah dibandingkan perlakuan B, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).Rata-rata perlakuan D 149,80 g/ ekor sedangkan pada perlakuan B 7,08% lebih tinggi dibandingkan perlakuan D, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05)

Pemberian inokulan probiotik tunggalBacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL terhadap berat sayap (Tabel 6) meningkat secara nyata (P<0.05) di bandingkan kontrol. Sedangkan pemberian inokulan campuran bakteri probiotik Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol (P>0.05). Nilai rata–rata berat sayap berkisar antara 140,6– 160,2 g/ekor. Berdasarkan hasil penelitan Persentase sayap berkisar antara 8,708-9,16 %,(Lampiran 5)nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai hasil penelitian Yulia (2004) bahwa persentase potongan komersial bagian sayap sebesar 7,54% untuk ayam broiler yang berumur 6 minggu.

Berat punggung (caracass)

Rata-rata berat punggung ayam broiler pada perlakuan A adalah 478,4 (Tabel 6) sedangkan pada perlakuan B,C dan D masing–masing 3,26 %, 7,14% dan 3,55% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan perlakuan A. Rata–rata berat punggung pada perlakuan B adalah 494.00g/ekor sedangkan pada perlakuan C dan D masing 3,76% dan 0,28% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dari perlakuan B. Rata –rata berat punggung pada perlakuan D adalah 495.40 g/ekor sedangkan pada perlakuan B 0,28 % lebih rendah dibandingkan perlakuan D namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05).

Hal ini disebabkan karena punggung merupakan komponen tubuh utama (pembentuk kerangka tulang belakang) yang sebagian besar tersusun atas tulang dan pertumbuhannya seiring dengan laju pertumbuhan ternak.

Deposisi otot daging pada daerah punggung relatif kecil sehingga pengaruh perlakuan khususnya pakan relatif kecil pada komponen punggung (Soeparno, 2009). Pemberian tambahan inokulan probiotik menurunkan persentase punggung ayam broiler Hal ini disebabkan karena komponen punggung yang mempunyai pertumbuhan konstan (mayoritas dipengaruhi oleh umur) dibandingkan dengan produksi karkas yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (terutama pasokan nutrien/pakan) akan mengakibatkan penurunan persentase punggung. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Soeparno (2009) yang menyatakan bahwa bagian-bagian tubuh yang banyak tulang seperti sayap, kepala, punggung, leher dan kaki, persentasenya semakin menurun dengan meningkatnya umur ayam, karena bagian-bagian ini mempunyai pertumbuhan yang konstan pada ayam dewasa.

Persentase berat lemak abdominal

Rata-rata persentase lemak abdominal pada ayam broiler perlakuan A adalah 2,35% (Tabel 6), sedangkan pada perlakuan B,C dan D masing–masing 46,38%, 47,23% dan 53,19% nyata lebih rendah(P<0,05) dibandingkan perlakuan A. Pemberian perlakuan B menghasilkan persentase lemak abdominal paling rendah (1,26%) sedangkan terhadap perlakuan C dan D masing-masing 1,58 % dan 13,49% lebih rendah namun tidak berbeda nyata (P>0,05). Rata – rata persentase lemak abdominal pada perlakuan D 1.09% sedangkan pada perlakuan B 15,59% lebih tinggi dibandingkan perlakuan D namun secara statistik tidak berbeda nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tampak bahwa pemberian tambahan inokulan bakteri probiotik Bacillus sp. strain BT3CL,Bacillus subtilis strain BR2CL dan inokulan bakteri probiotik campuran Bacillus sp. strain BT3CL dan Bacillus subtilis strain BR2CL ke

dalam air minum memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap presentase lemak abdominal. Rata–rata persentase lemak abdominal yang diperoleh dari perlakuan penggunaan probiotik (Tabel 6 ) tergolong rendah yaitu sebesar 1,26%, 1,24% dan 1,09%. Hal ini sesuai dengan pendapat Salam et al., 2013 bahwa persentase lemak abdominal karkas broiler berkisar antara 0,73% sampai 3,78%.

Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat disekitar usus membentang sampai ischium, disekitar fabricus dan rongga perut. Pemberian probiotik pada ternak ayam dapat memperbaiki kualitas dari kadar lemak. Ini menunjukkan bahwa adanya interaksi yang baik antara probiotik, sehingga lebih efektif dalam menurunkan persentase lemak abdominal tersebut. Rendahnya persentase lemak abdominal yang dihasilkan menunjukkan bahwa kondisi perlemakan yang dihasilkan cenderung lebih baik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa lemak abdominal merupakan hasil ikutan yang dapat mempengaruhi kualitas karkas. Oleh karena itu semakin rendah persentase lemak abdominal maka semakin baik karkas yang diperoleh. Hal ini juga di dukung oleh penelitian Santoso dan Sartini (2001) probiotik secara efektif dapat menurunkan aktivitas asetil KoA karboksilase yaitu enzim yang berperan dalam laju sintetis asam lemak. Fadhilah et al. (2015) menambahkan terdapat beberapa mekanisme penurunan asam lemak oleh Bakteri asam laktat/BAL, yaitu: hasil produksi fermentasi oleh BAL menghambat sintesis kolesterol sehingga menurunkan produksi kolesterol. Mekanisme lain yaitu kemampuan bakteri asam laktat (BAL) untuk mengikat kolesterol sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke hati. Oleh karena itu semakin rendah persentase lemak abdominal maka semakin baik karkas yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuniastuti (2002) yang mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas broiler ditentukan dari jumlah lemak yang terdapat pada broiler.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian inokulan probiotik bakteri Bacillussp.strain BT3CL atau Bacillus subtilisstrain BR2CL mampu meningkatkan produksi berupa berat hidup dan berat karkas,serta meningkatkan komposisi karkar seperti berat dada, berat paha atas, berat paha bawah dan berat sayap dan persentase lemak abdominal menurun pada broiler umur 35 hari.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk memanfaatkan inokulan probiotik bakteri Bacillussp.strain BT3CL atau Bacillus subtilisstrain BR2CL sebagai bahan untuk mengganti penggunaan Antibiotik Growth Promoter (AGP) pada usaha peternakan broiler guna tetap dihasilkannya produksi karkas yang tinggi beserta komponen-komponen karkasnya.

Perlu dilakukan kegiatan penelitian lebih lanjut terkait dosis optimum pemanfaatan inokulan probiotik dalam pengembangan usaha peternakan broiler termasuk terhadap produksi dan komposisi karkas yang dihasilkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Brake, J., G. B. Havestein., S.E. Scheideler., P.R. Ferket and D.V. Rives., 1993. Relationship of Sex, Age and Body Weight to broiler, carcassyield and offal production. Poultry Science 72 : 1137 – 1145.

Badan Pusat Statistik, 2018. Populasi Ayam Ras Pedaging menurut Provinsi, 2009-2018. (Online). (https://www.bps.go.id). Diakses 5 Maret 2019.

Bidura, I. G. N. G., D. P. M. A. Candrawati, and D.A. Warmadewi 2014. Implementation of Saccharomyces spp.S-7 isolate (Isolated from manure of bali cattle) as a probiotics agent in diets on performance, blood serum cholesterol, and ammonia-N concentration of broiler excreta. International Journal of Research Studies in Biosciences (IJRSB) Vol. 2 (8): 6-16.

Bundy, C. E and R. V. Dinggins. 1960. Livistock and Poltry Produktion. 2 Ed. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey

Dewi, R. A. S. 2019. Unpublish Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus subtilisStrain BR2CLdan Bacillus sp. Strain BT3CL Terhadap Penampilan Ayam Broiler

Fadhilah AN, Hafsan, Fatmawati N. 2015. Penurunan kadar kolesterol oleh bakteri asam laktat asal dangke secara in vitro. Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan; 29 Jan 2015; Makasar, Indonesia. Makasar (ID): Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alaudin Makasar. hlm 174-180

Fuller. 1997. Probiotic 2 Applications And Practical Aspect. Chapman & Hall. London. 365 – 378

Green DH, Wakeley PR, Page A, Barnes A, Baccigalupi L, Ricca E, Cutting SM. 1999. Characterization of Two Bacillus Probiotics. Appl Environ Microbiol 65(9): 4288-4291.

Harsono,F. H. 2018.Pakan ayam pengganti antibiotic bikin ayam tak lagi nafsu makan. https://www.liputan6.com/health/read/3485001/pakan-pengganti-antibiotik-bikin-ayam-tak-lagi-nafsu-makan (Di Akses tanggal 8 Mei 2019)

Kristiani, N.K.M., N.W Siti.,dan M.S Sukmawati. 2017. Potongan Karkas Komersial Itik Bali Betina yang diberi Ransum dengan Suplementasi Daun Pepaya Terfermentasi. E-journal Peternakan Tropika. 5 (1) : 159-170

Lu L, Luo XG, Ji C, Liu B, Yu SX. 2007a. Effect of manganese supplementation and source on carcass traits, meat quality and lipid oxidation in broilers. J Anim Sci. 85:812-822.

Markovic, R., Šefer, D., Krstic, M. and Petrujkic, B. (2009) Effect of different growth promoters on broiler performance and gut morphology. Arch. Med. Vet. 41: 163-169.

Mazza P. 1994. The use of Bacillus subtilis as an antidiarrhoeal microorganism. Boll Chim Farm 133: 3-18.

Mudita, I. M. (2019). Penapisan dan pemanfaatan bakteri lignoselulolitik cairan rumen sapi bali dan rayap sebagai inokulan dalam optimalisasi limbah pertanian sebagai pakan sapi bali. Disertasi Univ. Udayana, Denpasar.

Moran, E. T., 1995. Body Compotition. In: Poultry Production. P. Hunon, Eds. Elsivier Science BV. Amsterdam.

North, M. O. and Bell, D. D. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Nostrand. Reinhold, New York.

Oluyemi, J.A. and F. A. Roberts. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The Mac Millan Press, Ltd. London

Roeswandy, 2006. Pemanfaatan lumpur sawit fermentasi aspergillus niger dalam ransum terhadap karkas itik Peking umur 8 minggu. Jurnal Agribisnis Peternakan. 2: 62—66

Salam, S., A. Fatahilah., D. Sunarti dan Isroli. 2013. Bobot karkas dan lemak abdominal broiler yang diberi tepung jintan hitam (Nigella sativa) dalam ransum selama musim panas. Jurnal Sains Peternakan, 11 (2): 84-89.

Santoso U, Sartini. 2001. Reduction of fat Accumulation in Broiler Chicken by Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. J Anim Sci. 14(3): 346-350

Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang Pertanian. Yogyakarta:

Penerbit Kanisiu

Sembiring, H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Sumatera Utara.

Soeharsono, 2002. Probiotik alternatife pengganti antibiotika dalam bidang peternakan. Makalah seminar staf pengajar Fakultas Peternakan.Laborturium Fisiologi dan Biokimia, Universitas Padjajaran, Bandung.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam. Badan Standar Nasional. SNI 3924;2009.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Daging. Edisi ke-5. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Sumarsih S, Sulistiyanto B, Sutrisno CI, Rahayu ES. 2012. Peran probiotik bakteri asam laktat terhadap produktifitas unggas. Jurnal Litbang Prov JaTeng. 10(1): 1-9. Tillman

Sturkie RD. 1976. Avian Physiology.3rded. New York (USA): Springer Verlag

Tatli P, Seven I, Yilmaz M, Simsek UG. 2007. The Effect of Turkish propolis on growth and carcass characteristics in broiler under heat stress. Anim Feed Sci Technol. 146: 137148.

Waskito, W. M. 1983. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan terhadap Gala Tumbuh Ayam Broiler. Disertasi. Universitas Padjajaran, Bandung.

Young LL, Northcutt JK,Buhr RJ, Lyon CE , Ware GO. 2001. Effects of age, sex, and duration of postmortem aging on percentage yield of parts from broiler chicken carcasses. Poult Sci.80:376–379.

Yuniastuti, A. 2002. Efek Pakan Berserat pada Ransum Ayam Terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Daging Broiler. JITV. Vol 9 (3) : 175 – 183

Yulia. 2004. Pengaruh Suplementasi kolin klorida terhadap potongan karkas komersil ayam broiler umur 6 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kertiyasa, I K.Y., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 346 –367

Page 367