The Correlations Between Group Dynamics and Champions' Achievements at Simantri Gapoktan in Bali Province.
on

e-journal
FAPET UNUD
e-Journal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika@yahoo.com
Submitted Date: Nopember 2, 2019
Accepted Date: Nopember 4, 2019
Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & I Wyn. Wirawan
Hubungan Kedinamisan Kelompok dengan Prestasi Juara pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali
Al-Azhah, M. F., N. Suparta, dan G.Suarta
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: fatihcupang@gmail.com Telp:089635252500
ABSTRAK
Dalam upaya untuk mewujudkan atau sebagai pelaku utama yang berkualitas, petani diarahkan untuk mengembangkan kemampuannya melalui pendekatan kelompok, belajar, wahana kerja sama, unit produksi, unit penyedia sarana produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang sehingga dapat meningkatkan kemampuan para anggotanya dalam mengembangkan usaha tani yang berbasis agribisnis, yang selanjutnya dapat menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedinamisan Gapoktan Simantri yang juara dan bukan juara di Provinsi Bali.Mengetahui hubungan kedinamisan kelompok dengan prestasi juara pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali.Mengetahui sistem penyuluhan yang tepat untuk meningkatkan kedinamisan kelompok pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali.Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang terdiri dari 30 kelompok juara dan 30 kelompok bukan juara.Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan:(1) Tingkat kedinamisan Gapoktan Simantri yang memperoleh juara di Provinsi Bali tergolong lebih dinamis dibandingkan dengan kedinamisan Gapoktan bukan juara. (2) Adanya hubungan yang sangat nyata antara tingkat kedinamisan gapoktan simantri dengan prestasinya. (3) Untuk meningkatkan sistem penyuluhan pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali diperlukan sistim penyuluhan dengan metode berdasarkan pendekatan kelompok. Petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama.
Kata kunci: Kedinamisan Kelompok, Gapoktan Simantri, Prestasi.
The Correlations Between Group Dynamics and Champions' Achievements at Simantri Gapoktan in Bali Province.
ABSTRACT
In an effort to realize farmer as quality main actors, farmers are directed to develop their abilities through group approaches, learning classes, cooperation vehicles, production units, production infrastructure providers, processing and marketing units, and service units support so that it isto increase the ability of its members in developing agribusiness-based farming, which in turn can become a strong and independent farmer institution. The purpose of this study was to determine the dynamics of Gapoktan Simantri who were champions and not champions in Bali

Province. Knowing the correlations between group dynamics and champions' achievements at Simantri Gapoktan in Bali Province.Knowing the right extension system to improve group dynamics at the Simantri Gapoktan in Bali Province. The number of samples used as many as 60 people consisted of 30 groups of champions and 30 groups of non-champions. Research data collection conducted by interview method. The results of the study showed: (1) That the level of dynamics of Gapoktan Simantri which won the championship in Bali Province was more dynamic compared to the dynamics of Gapoktan non champions. (2) There is a very real relationship between the level of dynamism of the Simantri Gapoktan and their achievements. (3) To improve the extension system in Simantri Gapoktan in Bali Province, a counseling system with a method based on a group approach is needed. Farmers or ranchers are guided and directed in groups to do something more productive on the basis of cooperation.
Keywords: Group Dynamics, Simantri Gapoktan, Achievements.
PENDAHULUAN
Gapoktan menurut peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/KPTS/OT.160/4/2007
tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani, Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Adanya gapoktan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dan menyediakan sarana produksi pertanian, peningkatan, permodalan, atau perluasan usaha tani untuk para petani dan kelompok tani dari sektor hulu dan hilir, serta peningkatan kerja sama dan pemasaran produk.
Di Indonesia untuk mengukur kinerja, keberhasilan, dan prestasi gabungan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya perlu dilakukan penilaian terhadap gabungan kelompok tani yang telah berhasil dan berprestasi dengan menyelenggarakan lomba gapoktan simantri.Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana (2008), mengakui jika tidak semua unit Simantri yang saat ini berjumlah 632 unit bisa menunjukkan hasil yang positif, masih ada yang kurang berhasil dengan baik, bahkan ada beberapa yang tidak berjalan sama sekali.
Sementara untuk hasil lomba sendiri, setelah melalui seleksi oleh tim ahli, akhirnya ditetapkan enam pemenang dari juara I hingga harapan III. Di sisi lain harapan Gubernur Bali agar semua gapoktan simantri berhasil dengan baik, tentu ada masalah-masalah yang harus diselesaikan secara baik dari aspek pengelolaan kinerja gapoktan agar berhasil dengan baik semuanya. Sehingga menjadi suatu yang perlu di dalami mengenai kedinamisan Gapoktan simantri yang dapat meraih juara agar dapat dijadikan pembelajaran untuk meningkatkan program pengembangan prestasi bagi Gapoktan Simantri lainnya di seluruh Kabupaten di Bali.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan waktu pelaksanaan
Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih dahulu.Adapun pertimbangan yang dipakai yaitu Kabupaten Bangli dan Klungkung.Lokasi dipilih, karena di kedua kabupaten terdapat gapoktan simantri yang mendapat juara dan tidak mendapat juara.
Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten Bangli dan Klungkung, selama 1 bulan dari tanggal 8 November 2018 sampai 8 Desember 2018. Waktu yang digunakan mulai dari persiapan hingga analisis data dan penulisan skripsi.
Penentuan populasi dan responden
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001).
Subjek penelitian atau Responden adalah anggota gapoktan simantri yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 orang responden petani, terdiri atas 30 orang anggota kelompok juara dari 30 anggota kelompok bukan juara.
Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumber data yang meliputi jumlah pemilikan kebun, pemeliharaan ternak.Sedangkan data sekunder adalah data pelengkap sebagai gambaran umum tempat penelitian yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dan berbagai sumber yang mendukung penelitian yang telah ada.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan kajian pustaka, laporan dan lain lain. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara. Menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang disebut kuisioner, Observasi dan data sekunder memerlukan suatu alat bantu, yang biasa disebut instrumen.
Pengukuran variabel
Untuk mengukur variabel, diukur dengan menggunakan skala jenjang lima. Skor tertinggi adalah 5 diberikan untuk jawaban yang palig diharapkan dan skor terendah adalah 1 diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan.
Perolehan skor disajikan dalam bentuk (%) berdasarkan jumlah skor maksimum ideal.Dalam hal menentukan distribusi hasil penelitian, maka dibuatkan suatu kategori. Hal ini dilakukan dengan cara menggolongkan variabel dalam kriteria tertentu berdasarkan presentase skor.
Analisis data
Untuk menguji hipotesis 1 dan 3, menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk menguji hipotesis 2 menggunakan metode koefisien korelasi jenjang seperman (Siegel, 1997).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa aspek hasil penelitian yang akan diuraikan berikut ini yaitu : karakteristik responden serta hubungan kedinamisan kelompok dengan prestasi juara pada gapoktan simantri di Bali.
Karakteristik responden
Karakteristik responden berdasarkan daftar pertanyaan data pribadi responden yang akan diuraikan yaitu : umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tahun memulai usaha, prioritas pekerjaan yang dilakukan, pengalaman penerapan inovasi simantri selama menjadi anggota Gapoktan, yang mendorong pertama kali untuk memelihara ternak sapi Bali, dan Jumlah ternak yang dimiliki.
Umur
Rataan umur responden adalah 46,3 tahun dengan kisaran umur antara 20-60 tahun, sebagian besar 43 orang (71,66%) responden berusia antara 40-50 tahun.
No. |
Klasifikasi Umur |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
>20-30 |
1 |
3,33% |
0 |
0% |
1 |
1,66% |
2 |
>30-40 |
3 |
10% |
4 |
13,33% |
7 |
11,66% |
3 |
>40-50 |
23 |
76,66% |
20 |
66,66% |
43 |
71,66% |
4 |
>50-60 |
3 |
10% |
6 |
20% |
9 |
15% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Depkes RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15 – 54 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden anggota simantri tergolong usia produktif dan dinamis untuk melakukan aktivitas kelompok simantri yang penuh dinamika. Tenaga kerja yang usianya sudah lanjut ( > 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam tubuhnya (Roestam, 2003).
Tingkat pendidikan formal
Sebagian besar responden yaitu 41 orang (68,33%) adalah tamat SLTP, tamat SLTA terbanyak ditemukan pada kelompok juara, terbukti karena semakin tinggi pendidikan yang
ditempuh maka akan semakin cakap dalam mencapai prestasi.
No. |
Klasifikasi Pendidikan Formal |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Tidak Pernah Sekolah |
0 |
0% |
1 |
3,33% |
1 |
1,66% |
2 |
SD |
4 |
13,33% |
2 |
6,66% |
6 |
10% |
3 |
SLTP |
19 |
63,33% |
22 |
73,33 |
41 |
68,33% |
4 |
SLTA |
7 |
23,33% |
5 |
16,66% |
12 |
20% |
5 |
Akademi/S1 |
0 |
0% |
0 |
0% |
0 |
0% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Tadjuddin (1995) berpendapat, pendidikan dipandang tidak hanya dapat menambah pengetahuan tetapi dapat juga meningkatkan keterampilan (keahlian) tenaga kerja, pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pendapat tersebut diharapkan melalui pendidikanlah anggota simantri yang berkualitas akan dihasilkan agar mempunyai keahlian dan keterampilan.
Tingkat pendidikan non formal
Sebagian besar responden yaitu 40 orang (66,33%) telah mengikuti pendidikan non formal.
No. |
Klasifikasi Pendidikan Non Formal |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Ya |
27 |
90% |
13 |
43,33% |
40 |
66,66% |
2 |
Tidak |
3 |
10% |
17 |
56,66% |
20 |
33,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Menurut Brembeck (1976) pendidikan non formal berkaitan dengan kegiatan-kegiatan belajar yang terjadi diluar sistem pendidikan yang diorganisasi secara formal untuk mendidik ke arah tujuan-tujuan khusus di bawah sponsorship, baik orang, kelompok, maupun organisasi. Dengan menjalani pendidikan non formal responden akan lebih mempunyai etos kerja karena dalam pendidikan non formal memiliki karakteristik menekan pada pemecahan masalah-masalah khusus, memprakarsai sebuah program atau proyek setelah fase eksperimental, dan dapat berlangsung sepanjang proses kehidupan.
Jumlah tanggungan keluarga
Sebagian besar jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang dengan kisaran 0-6 orang.
Sebagian besar 32 orang (53,33%) responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang.
No. |
Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Tidak Punya Tanggungan Keluarga |
0 |
0% |
1 |
3,33% |
1 |
1,66% |
2 |
1-2 Tanggungan Keluarga |
11 |
36,66% |
12 |
40% |
23 |
38,33% |
3 |
3-4 Tanggungan Keluarga |
18 |
60% |
14 |
46,66% |
32 |
53,33% |
4 |
5-6 Tanggungan Keluarga |
1 |
3,33% |
3 |
10% |
4 |
6,66% |
5 |
6 Tanggungan keluarga atau lebih |
0 |
0% |
0 |
0% |
0 |
0% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Menurut Ridwan Halim (1990) Jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih menjadi beban tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan memotivasi peternak berusaha semaksimal mungkin dalam mengembangkan usaha ternaknya agar mampu mengatasi persoalan-persoalan rumah tangganya.
Tahun mulai beternak
Sebagian besar petani ternak responden (58,33%) baik anggota kelompok juara (56,66%) maupun anggota kelompok bukan juara (60%) pertama kali memelihara ternak sapi adalah antara tahun 1981 sampai tahun 1990.
No. |
Klasifikasi Tahun Mulai Beternak |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
1970-1980 |
0 |
0% |
1 |
3,33% |
1 |
1,66% |
2 |
1981-1990 |
17 |
56,66% |
18 |
60% |
35 |
58,33% |
3 |
1991-2000 |
10 |
33,33% |
7 |
23,33% |
17 |
28,33% |
4 |
2001-2010 |
3 |
10% |
4 |
13,33% |
7 |
11,66% |
5 |
2010 atau lebih |
0 |
0% |
0 |
0% |
0 |
0% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Masa kerja juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya (Muflichatun, 2006).
Pekerjaan pokok
Sebagian besar pekerjaan pokok responden yaitu sebagai petani, dengan jumlah 24 orang
(40%).
No. |
Klasifikasi Pekerjaan Pokok |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Petani |
6 |
20% |
18 |
60% |
24 |
40% |
2 |
Peternak |
15 |
50% |
6 |
20% |
21 |
35% |
4 |
Swasta |
9 |
30% |
6 |
20% |
15 |
25% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Menurut Mathis, R.L dan Jackson (2006) Sifat pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja. kondisi psikologis akan mempengaruhi motivasi secara internal, kualitas kerja, serta kepuasan kerja. Sebagian besar pekerjaan pokok responden yaitu sebagai petani dan peternak.Dengan kepuasan kerja sebagian besar anggota kelompok simantri diharapkan mampu mempengaruhi semangat kerja sebagian anggota kelompok lainnya.
Pengalaman penerapan inovasi simantri
Sebagian besar pengalaman responden dalam menerapkan Inovasi Simantri selama menjadi anggota Gapoktan yaitu 1(satu) Inovasi dengan kisaran antara 0-2 inovasi.
No. |
Klasifikasi Pengalaman Petani/Peternak |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Tidak Pernah |
1 |
3,33% |
12 |
40% |
13 |
21,66% |
2 |
1 Inovasi |
21 |
70% |
15 |
50% |
36 |
60% |
3 |
2 Inovasi |
8 |
26,66% |
3 |
10% |
11 |
18.33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Menurut Van de Ven, dan Andrew H (2007) inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi di dalam tatanan organisasi tertentu. Apabila responden banyak menerapkan inovasi simantri dalam bertani maupun beternak maka dimungkinkan responden dapat mengembangkan objek objek dalam bertani dan beternak.
Sumber dorongan pertama kali bagi responden untuk memelihara ternak
Sumber dorongan terbesar bagi responden untuk pertama kali memelihara ternaksapi bali adalah dari diri sendiri sebanyak 32 orang, dorongan untuk berusaha ternak sapi memiliki
konsekuensi pada curahan waktu responden.
No. |
Klasifikasi yang Menganjurkan Untuk Memelihara Ternak Sapi |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Petugas/Dinas |
4 |
13,33% |
2 |
6,66% |
6 |
10% |
2 |
Sesama Peternak |
2 |
6,66% |
0 |
0% |
2 |
3,33% |
3 |
Keluarga |
4 |
13,33% |
16 |
53,33% |
20 |
33,33% |
4 |
Diri Sendiri |
20 |
66,66 |
12 |
40% |
32 |
53,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Aktivitas harian yang dikerjakan akan lebih banyak. Aktifitas tersebut merupakan
gambaran motivasi seseorang dalam berperilaku.Dengan jumlah yang tidak sedikit tersebut tentunya ada faktor yang mempengaruhi.Faktor-faktor yang mempengaruhi dapat bersumber dari dalam (internal) individu peternak maupun dari luar (eksternal) individu. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor pendorong motivasi individu. Menurut Asnawi (2007) bahwa selain motivasi, perlu adanya dorongan dari faktor internal dan faktor eksternal untuk membuat seseorang memutuskan sesuatu.Sumber dorongan terbanyak berasal dari diri sendiri, sebagaimana responden ingin memenuhi kebutuhan sandang papan pangan melalui hasil ternak.
Jumlah ternak yang dimiliki
Sebagian besar jumlah ternak yang dimiliki responden baik anggota gapoktan juara
maupun bukan juara yaitu sebanyak 3-4 ekor dengan jumlah responden sebanyak 37 orang (61,66%).
No. |
Klasifikasi Ternak yang Dipelihara |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
1-2 |
11 |
36,66% |
9 |
30% |
20 |
33,33% |
2 |
3-4 |
18 |
60% |
19 |
63,33% |
37 |
61,66% |
3 |
5-6 |
1 |
3,33% |
2 |
6,66% |
3 |
5% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Jumlah kepemilikan adalah besar kecilnya skala usaha berdasarkan jumlah ternaknya. Peternak yang memiliki ternak lebih banyak akan memiliki motivasi yang lebih dibandingkan dengan peternak yang memiliki ternak lebih sedikit. Hal ini dikarenakan peternak yang memiliki ternak lebih sedikit masih sulit untuk menerima suatu inovasi.Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (2009), bahwa semakin luas usaha tani biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
Kedinamisan gapoktan simantri juara dan bukan juara
No. |
Kriteria Kedinamisan |
Kelompok |
erd |
B | ||
Juara % |
Bukan Juara % |
Gabungan Kelompok % | ||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
63,33% |
3,75% |
33,54% | ||
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
33,33% |
22,08% |
27,70 |
asa | |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
3,33% |
27,91% |
15,62 |
rka | |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0% |
20% |
10% | ||
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0% |
26,25% |
13,12% |
n | |
JUMLAH |
100% |
100% |
100% |
per |
sentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara, rataan tingkat kedinamisan tersebut diperoleh dari jumlah seluruh unsur-unsur dinamika kelompok.
Tujuan kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur tujuan kelompok untuk kelompok yang juara sebanyak 24 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis(80%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Tujuan Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
24 |
80% |
2 |
6,66% |
26 |
43,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
5 |
16,6% |
10 |
33,33% |
15 |
25% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
1 |
3,33% |
6 |
20% |
7 |
11,66% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
6 |
20% |
6 |
10% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
6 |
20% |
6 |
10% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara
memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur tujuan kelompok dibandingkan dengan
anggota kelompok bukan juara.Berkaitan dengan hal ini, Johnson dan Johnson (2003) mengemukakan pengertian tujuan kelompok sebagai suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok dan oleh karena itu mereka melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka mencapai keadaan tersebut.
Struktur kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur struktur kelompok untuk kelompok yang
juara sebanyak 22 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis(73,33%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Struktur Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
22 |
73,33% |
1 |
3,33% |
23 |
38,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
8 |
26,66% |
5 |
16,6% |
13 |
21,66% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
0 |
0% |
8 |
26,66% |
8 |
13,33% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
5 |
16,6% |
5 |
8,33% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
11 |
36,66% |
11 |
18,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur struktur kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Shaw (1977), mengemukakan bahwa struktur kelompok adalah pola-pola hubungan di antara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok.Dalam menganalisis struktur kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu posisi, status, dan peranan perlu ditelaah.
Fungsi tugas
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur fungsi tugas untuk kelompok yang juara sebanyak 21 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori dinamis(70%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Fungsi Tugas) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
7 |
23,33% |
0 |
0% |
7 |
11,66% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
21 |
70% |
4 |
13,33% |
25 |
41,66% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
2 |
6,66% |
9 |
30% |
11 |
18,33% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
9 |
30% |
9 |
15% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
8 |
26,66% |
8 |
13,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur fungsi tugas dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Hal ini menggambarkan bahwa fungsi tugas kelompok sudah terlaksana.Meskipun demikian apabila tugas kelompok tidak dikelompokkan sebagaimana menurut Shaw (1977) bahwa tugas kelompok dibagi menjadi tiga jenis yaitu tugas produksi, tugas diskusi, dan tugas pemecahan masalah.maka fungsi tugas tidak maksimal dalam meningkatkan kedinamisan kelompok.
Pembinaan dan pengembangan kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur pembinaan dan pengembangan kelompok untuk kelompok yang juara sebanyak 20 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis(66,66%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Pembinaan dan Pengembangan Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
20 |
66,66% |
0 |
0% |
20 |
33,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
8 |
26,66% |
6 |
20% |
14 |
23,33% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
2 |
6,66% |
9 |
30% |
11 |
18,33% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
10 |
33,33% |
10 |
16,66% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
5 |
16,6% |
5 |
8,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur pembinaan dan pengembangan kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara. Pembinaan dan pengembangan kelompok juara terbukti sangat baik sehingga tujuan kelompok dapat tercapai, sebagaimana menurut Mathis (2006) pembinaan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Pamudji (1985) pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan yaitu: merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang tinggi. Berkaitan dengan hal ini apabila kelompok bukan juara tidak merubah sesuatu sehingga menjadi baru, maka tidak akan tercapai kedinamisan.
Kekompakan kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur kekompakan kelompok untuk kelompok
yang juara sebanyak 18 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis (60%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Kekompakan Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
18 |
60% |
2 |
6,66% |
20 |
33,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
11 |
36,66% |
5 |
16,6% |
16 |
26,66% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
1 |
3,33% |
11 |
36,66% |
12 |
20% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
5 |
16,6% |
5 |
8,33% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
7 |
23,33% |
7 |
11,66% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur kekompakan kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Hal ini menunjukkan masih kurangnya tindakan yang dilakukan kelompok bukan juara untuk memperkuat anggota kelompok tetap tinggal.Sebagaimana yang dirumuskan Cartwright dan Zander (1968) bahwa kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada) dalam kelompok.
Suasana kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur suasana kelompok untuk kelompok yang juara sebanyak 23 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis(76,66%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Suasana Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
23 |
76,66% |
0 |
0% |
23 |
38,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
7 |
23,33% |
10 |
33,33% |
17 |
28,33% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
0 |
0% |
5 |
16,6% |
5 |
8,33% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
6 |
20% |
6 |
10% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
9 |
30% |
9 |
15% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur suasana kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Suasana kelompok meliputi keadaan fisik dan rasa aman. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bamlund dan Haiman, yang dikutip oleh Goldberg dan Larson (1985) bahwa suasana/iklim dalam suatu kelompok mencerminkan sistem norma kelompok tersebut. sistem norma kelompok yang mengakibatkan tiap anggota kelompok merasa senang tinggal di dalam kelompok tersebut akan menimbulkan rasa aman dan tentram bagi anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya.
Tekanan Pada Kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur tekanan pada kelompok untuk kelompok yang juara sebanyak 17 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis (56,66%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Tekanan Pada Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
17 |
56,66% |
3 |
10% |
20 |
33,33% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
11 |
36,66% |
5 |
16,6% |
16 |
26,66% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
2 |
6,66% |
11 |
36,66% |
13 |
21,66% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
4 |
13,33% |
4 |
6,66% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
7 |
23,33% |
7 |
11,66% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur tekanan pada kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Apabila kelompok bukan juara tidak meningkatkan tekanan pada kelompok maka akan sulit membuat kelompok tersebut mencapai tujuan kelompok.
Keefektifan Kelompok
Sebagian besar tingkat kedinamisan pada unsur keefektifan kelompok untuk kelompok yang juara sebanyak 21 orang responden mempunyai kedinamisan dalam kategori sangat dinamis (70%).
No. |
Kriteria Unsur Kedinamisan (Keefektifan Kelompok) |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Dinamis (>4.2 – 5.0) |
21 |
70% |
1 |
3,33% |
22 |
36,66% |
2 |
Dinamis (>3.6 – 4.2) |
9 |
30% |
8 |
26,66% |
17 |
28,33% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
0 |
0% |
8 |
26,66% |
8 |
13,33% |
4 |
Kurang Dinamis (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
3 |
10% |
3 |
5% |
5 |
Tidak Dinamis (<2.0) |
0 |
0% |
10 |
33,33% |
10 |
16,66% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat kedinamisan lebih tinggi pada unsur keefektifan kelompok dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.Tidak semua kelompok dapat meningkatkan kualitas seseorang, hanya kelompok yang efektif yang dapat meningkatkan kualitas manusia. agar menjadi kelompok yang efektif maka kelompok bukan juara perlu mempunyai tiga aktivitas dasar menurut Carolina Nitimihardji dan Jusman Iskandar (1993) yaitu aktivitas pencapaian tujuan, aktivitas pemeliharaan kelompok secara internal, dan aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok.
Hubungan kedinamisan kelompok dengan prestasi juara pada gapoktan simantri
Sebagian besar tingkat prestasi juara kelompok simantri untuk kelompok yang juara terdapat 86,66% responden mempunyai prestasi dalam kategori sangat baik, persentase tersebut adalah jumlah terbanyak dari kategori prestasi lainnya. Sedangkan sebagian besar tingkat prestasi juara kelompok simantri untuk kelompok bukan juara hanya terdapat 3,33% responden mempunyai prestasi dalam kategori sangat baik, persentase terbanyak 33,33% responden
mempunyai prestasi dalam kategori tidak baik.
No. |
Kriteria Prestasi |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Baik (>4.2 – 5.0) |
26 |
86,66% |
1 |
3,33% |
27 |
45% |
2 |
Baik (>3.6 – 4.2) |
4 |
13,33% |
4 |
13,33% |
8 |
13,33% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
0 |
0% |
7 |
23,33% |
7 |
11,66% |
4 |
Kurang Baik (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
10 |
33,33% |
10 |
16,66% |
5 |
Tidak Baik (<2.0) |
0 |
0% |
8 |
26,66% |
8 |
13,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara memiliki tingkat prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok bukan juara.
Dari hasil uji koefisien korelasi berjenjang dari spearman terhadap kedinamisan yang diduga mempunyai hubungan dengan prestasi juara kelompok simantri di Bali didapatkan bahwa kedinamisan mempunyai hubungan yang sangat nyata pada tingkat probabilitas 1% dengan prestasi juara kelompok simantri di Bali.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kedinamisan anggota kelompok responden semakin baik pula prestasinya.
Sistem Penyuluhan
Sebagian besar tingkat sistem penyuluhan kelompok simantri untuk kelompok yang juara terdapat 22 orang (73,33%) responden mempunyai sistem penyuluhan dalam kategori sangat baik.
No. |
Kriteria Sistem Penyuluhan |
Kelompok | |||||
Juara |
% |
Bukan Juara |
% |
Gabungan |
% | ||
Jumlah |
Jumlah |
Jumlah | |||||
1 |
Sangat Baik (>4.2 – 5.0) |
22 |
73,33% |
1 |
3,33% |
23 |
38,33% |
2 |
Baik (>3.6 – 4.2) |
8 |
26,66% |
6 |
20% |
14 |
23,33% |
3 |
Sedang (>2.8 – 3.6) |
0 |
0% |
5 |
16,66% |
5 |
8,33% |
4 |
Kurang Baik (>2.0 – 2.8) |
0 |
0% |
7 |
23,33% |
7 |
11,66% |
5 |
Tidak Baik (<2.0) |
0 |
0% |
11 |
36,66% |
11 |
18,33% |
JUMLAH |
30 |
100% |
30 |
100% |
60 |
100% |
Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bahwa anggota kelompok yang juara
memiliki tingkat sistem penyuluhan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelompok bukan
juara.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Mengetahui kedinamisan Gapoktan Simantri yang juara dan bukan juara di Provinsi Bali bahwa tingkat kedinamisan Gapoktan Simantri yang memperoleh juara di Provinsi Bali tergolong sangat dinamis dibandingkan dengan kedinamisan Gapoktan bukan juara, dapat ditinjau dari persentase unsur-unsur yang mempengaruhi kedinamisan kelompok pada Gapoktan Simantri yang memperoleh juara antara lain yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok dan keefektifan kelompok memiliki presentasi terbanyak pada tingkat kedinamisan dalam kategori sangat dinamis. Hanya saja pada fungsi tugas presentasi terbanyak terdapat pada tingkat kedinamisan dalam kategori dinamis.
Mengetahui hubungan kedinamisan kelompok dengan prestasi juara pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali bahwa berdasarkan dari hasil uji Koefisien Korelasi Berjenjang Spearman terhadap kedinamisan yang mempunyai hubungan dengan prestasi juara pada
Gapoktan Simantri di Provinsi Bali menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata pada tingkat probabilitas 1%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kedinamisan anggota kelompok responden semakin baik pula prestasinya.
Mengetahui sistem penyuluhan yang tepat untuk meningkatkan kedinamisan kelompok pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali bahwa untuk meningkatkan sistem penyuluhan pada Gapoktan Simantri di Provinsi Bali diperlukan sistim penyuluhan dengan metode berdasarkan pendekatan kelompok. petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, penulis memberikan saran bahwapenyuluh diharapkan mampu meningkatkan kegiatan penyuluhan secara professional terhadap anggota gapoktan simantri, tidak hanya dari segi materi penyuluhan, namun juga pada metode penyuluhan agar mudah dipahami tiap tiap anggota serta mampu meningkatkan kedinamisan gapoktan simantri, maka peningkatan prestasi dapat dicapai.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada rector Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.s (k), Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Bapak Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS., atas pelayanan administrasi dan fasilitas pendidikan yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Huraerah, dan Purwanto, 2010, Dinamika Kelompok, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Refika Aditama.
Asnawi, Sahlan, 2007, Teori Motivasi dalam Pendekatan Psikologi Industri & Organisasi, Jakarta: Studia Press.
A.T. Mosher, 1987, Menggerakan dan Membangun Pertanian, Jakarta: CV. Yasa Guna.
Brembeck, C. S., 1976, New Strategy for Educational Development, London: Lexinton books.
Bungin, Burhan, 2001, Metologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press.
Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar, 1993, Dinamika Kelompok, Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.
Cartwright, Dorwin dan Alvin Zander, 1968, Group Dynamics Research and Theory. New York: Harper and Row Publishers.
Depkes RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Dewey, John, 2003, Democracy and Education, Delhi: Aakar Books.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali: Tentang Simantri. Denpasar. http://distanprovinsibali.com/tentang-simantri/. Diakses Tanggal 10 April 2018.
Dwi Citra Hasibuan, 2012, Peranan Kelompok tani terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuik Bersubsidi, Medan: Program Studi Agribisnis, FP USU.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1995, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Goldberg, Alvin A., dan Carl E. Larson, 1985, Komunikasi Kelompok : Proses-proses Diskusi dan Penerapannya (Koesdarini Soemiati dan Gary R. Yusuf, Alih Bahasa), Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Halim, Ridwan, 1990, Hak Milik, Kondominium, Rumah Susun, Jakarta: Puncak Karma.
Hariadi, S. Samsi, 2011, Dinamika Kelompok, Yogyakarta: Pasca sarjana Unversitan Gadjah Mada.
Hernanto, F. 1991, Ilmu Usaha tani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Johnson, D. W., Johnson, R.T. & Johnson-Holubec, E.J., 2003, Cooperation in the Classroom, Bandung: Alfabeta.
Mardikanto, Totok, 1993, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Mardikanto, Totok, 2009, Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Mathis,R.L, Jackson, J.H, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.
Maulana Akbar, 2014, Peranan gabungan Kelompok Tani dalam Melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Mubyarto. 1987. Pembangunan Pertanian, Jakarta: Rajawali Press.
Muflichatun, 2006, Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang, Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Pamudji, S., 1985, Kerja Sama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu
Tinjauan Dari Administrasi Negara, Jakarta: Institut Ilmu Pemerintahan.
Pemerintah Provinsi Bali, 2015, Panduan Simatri Program Bali Mandara Untuk Kesejahteraan Petani.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 17/Permentan/OT.140/3/2011, Tentang Pedoman Penilaian Gabungan Kelompok Tani Berprestasi.
Roestam, A.W., 2003, Pelatihan Aplikasi Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta : Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sanjaya, IG., A.M. Putra. 2013. Efektivitas Penerapan Simantri terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali.Disertasi. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Santoso, Slamet, 2010, Teori-teori Psikologi Sosial,Bandung : PT. Refika Aditama.
Setiana, F., 2005, Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta : Andi Press.
Shaw, Marvin E., 1977, Group Dynamics, the Psycology of Small GroupBahavior, New Delhi: Tata McGraw Hill.
Slamet, Margono, 1978, Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian, Edisi Ke-3, IPB.
Suma’mur, 2009, Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV Sagung Seto.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Van de Ven, Andrew H, 2007, Engaged Scholarship, A Guide for Organizational and Social Research, New York: Oxford University Press.
Wisnuardhana, IB. 2009. Membangun Desa Secara Berkelanjutan dengan “Simantri” (Sistem Pertanian Terintegrasi). Denpasar: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. distanprovinsibali.com/berita/simantri.doc. Diakses Tanggal 5 April 2018.
Yunasaf, Ginting, Slamet dan Tjitro Pranoto, Prabowo, 2008, Peran Kelompok Peternak dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Perah (Kasus di Kabupaten Bandung), Jurnal Penyuluhan, Institute Pertanian Bogor.
Yusuf Yusmar, 1988, Dinamika Kelompok, Bandung: Armico.
Al Azhah, M. F.. et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 3 Th. 2019: 1246 – 1265
Page 1265
Discussion and feedback